LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Bulutangkis
9
10
d) Pegangan Backhand.
Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian
ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel
pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya
berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket
diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket bagian belakang
menghadap ke depan (Tohar, 1992: 37).
Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Menurut Saiful Aristanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-
hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam
permainan bulutangkis yaitu “(1) Menentukan saat yang tepat untuk
bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus
berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki
keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan.
Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan
kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau
setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai
contoh, jika hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian
depan atau samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian
pula jika hendak memukul shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan
berada di belakang.
a) Pukulan Servis
Pukulan servis adalah “Pukulan dengan raket yang
menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara diagonal
dan bertujuan sebagai pembuka permainan yang merupakan salah satu
pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis” (Tohar, 1992:
40). Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal
perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang
dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi
awal serangan. Icuk Sugiarto (2002: 31) menyatakan aturan-aturan
yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah:
1) Bola maksimum berada sebatas pinggang.
2) Mulai dari pergelangan, kepala raket harus condong ke bawah.
3) Kaki tidak menyentuh garis.
4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai.
5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat
diperlambat atau dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan
tanpa adanya istirahat.
Ada tiga macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain
bulutangkis ialah servis panjang, servis pendek, servis tanggung.
Servis panjang adalah servis yang mengarahkan bola tinggi dan jauh.
“bola diusahakan jatuh sedekat mungkin dengan garis belakang,
dengan demikian bola lebih sulit untuk diperkirakan dan dipukul,
16
c) Pukulan Drive
Drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan
lintasan horisontal melintasi net. Baik drive forehand ataupun
backhand mengarahkan bola dengan ketinggian yang cukup untuk
melakukan clear pada bola dengan jalur yang datar atau sedikit
menurun. Gerakan memukul hampir bersama dengan gerakan
memukul dari samping dan biasanya dilakukan dari bagian samping
lapangan. Pukulan drive memberi kesempatan untuk melatih footwork
karena pukulan ini biasanya dilakukan pada ketinggian antara bahu
dan lutut ke arah kiri atau kanan lapangan. Dengan demikian “pukulan
ini menekankan pada pencapaian bola dengan menyeret atau
menggelincirkan kaki pada posisi memukul” (Tony Grice, 2002: 97).
Drive adalah pukulan pengembalian yang aman akan memaksa
lawan mengembalikan bola tinggi. “Jika pukulan kurang keras,
pengembalian bola lebih mirip dengan pukulan push (mendorong bola)
atau drive dari bagian tengah lapangan” (Tony Grice, 2002: 97).
Sasaran utama drive adalah untuk mengarahkan bola melintasi net
dengan cepat. “Arah bola harus dijauhkan dari lawan agar lawan
terpaksa bergerak lebih cepat, dengan hanya mempunyai sedikit waktu
dan pengembalian kearah atas”. (Tony Grice, 2002: 97)
yang paling penting dari pukulan drop overhead yang baik adalah
gerakan tipuan. Jika gerakan dapat menipu lawan pukulan mungkin
tidak dikembalikan sama sekali. Ciri yang paling merugikan dari
“pukulan drop adalah bolanya lambat sehingga memberikan banyak
waktu pada lawan.” (Tony Grice, 2002: 74). Nilai dari pukulan drop
adalah terletak pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk
membuat lawan sibuk dan memaksanya untuk mempertahankan
seluruh lapangan. Untuk menjadikan pukulan ini efektif “pukulan drop
haruslah akurat agar lawan terpaksa menutupi bagian lapangannya
seluas mungkin” (Tony Grice, 2002: 71).
e) Pukulan Smash
Pukulan Smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah
dengan kuat dan tajam untuk mengembalikan bola pendek yang
dipukul ke atas. Pukulan smash hanya dapat dilakukan dari posisi
overhead. Bola dipukul dengan kuat tetapi harus diatur tempo dan
keseimbanganya sebelum mencoba mempercepat kecepatan smash.
Ciri yang paling penting dari pukulan smash overhead yang baik selain
kecepatan adalah sudut raket yang mengarah ke bawah. Bola dipukul
di depan tubuh lebih jauh dari pukulan clear atau drop. Permukaan
raket diarahkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah. “Jika smash
dilakukan cukup tajam, pukulan tersebut mungkin tidak dapat
dikembalikan” (Tony Grice, 2002: 85). Arti penting dari pukulan
smash adalah pukulan ini hanya memberikan sedikit waktu pada lawan
untuk bersiap-siap atau mengembalikan setiap bola pendek yang telah
mereka pukul ke atas. Pukulan smash digunakan secara ekstensif
dalam partai ganda. “Semakin tajam sudut yang dibuat semakin sedikit
waktu yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat
pukulan smash, semakin luas lapangan yang harus ditutupi lawan”
(Tony Grice, 2002: 85).
19
f) Netting
Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang
cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini
banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling.
Faktor tenaga dalam permainan nettting hampir tidak diperlukan sama
sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Dalam permainan
net, bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola
diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi
lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju.
Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini
mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama
untuk menerobosnya. Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan
penempatan bola yang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan
untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net,
maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.
3. Konsep Latihan
Setiap atlet pada cabang olahraga apapun tidak akan berprestasi secara
baik apabila hanya mengandalkan bakat atau kemampuan yang dibawanya sejak
lahir. Seorang atlet cenderung akan mencapai prestasi yang tinggi apabila
diberikan latihan yang komprehensif, kontinyu, sistematis, dan progresif.
Sebagaimana dikemukakan Harsono (2001 : 13) sebagai berikut : “Latihan adalah
suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara -
ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.
Dengan melihat karakteristik latihan tersebut, lebih lanjut Harsono (2001: 13)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut
jadwal, menurut pola, dan sistem tertentu, metodis, dari yang mudah ke yang
sukar, latihan yang teratur dari yang sederhana ke yang lebih komplek,
maksudnya ialah agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin
mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat
energi. Kian hari maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba
saatnya untuk ditambah bebannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.
25
2) Daya tahan dan kekuatan otot serta daya tahan kardiospiratori (kapasitas
aerobic) yang baik, untuk mempertahankan irama gerak tersebut.
b. Prinsip-prinsip Latihan
Latihan yang diberikan kepada setiap atlet harus mengacu pada prinsip -
prinsip latihan. Seperti dikemukakan Harsono (2001: 16) sebagai berikut :
“prinsip beban lebih, perkembangan multilateral/menyeluruh, reversibility,
spesifik, densitas latihan, volume latihan, super kompensasi, intensitas latihan,
kualitas latihan” Sedangkan Badriah (2002: 2) menjelaskan bahwa, “Prinsip yang
menjadi dasar pengembangan kondisi fisik atlet adalah prinsip latihan beban
bertambah, menghindari dosis berlebih, individual, pulih asal, spesifik, dan
mempertahankan dosis latihan”. Berbagai macam prinsip latihan tersebut
seyogianya memang dapat dipenuhi dalam setiap latihan cabang olahraga. Adapun
prinsip latihan yang diterapkan penulis dalam melaksanakan program latihan
Smash menggunakan modifikasi net yang direndahkan adalah prinsip beban lebih
(overload), prinsip individual, dan prinsip intensitas latihan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (2001: 4) sebagai berikut. “Agar
prestasi dapat meningkat, atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban
kerja yang lebih berat yang mampu dilakukan saat itu (yang berada di atas
ambang rangsangnya). Kalau beban latihan terlalu ringan, maka berapa lama pun
28
dia berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia
mengulang-ulang latihan itu, peningkatan prestasi tidak akan mungkin dicapai”.
Dengan demikian, prinsip overload diberikan dalam upaya
meningkatkan ambang rangsang tubuh seseorang terhadap beban kerja yang
diberikan dalam latihan. Namun demikian, perlu diketahui dan dilaksanakan
pembebanan latihan yang diberikan pada pelatih suatu cabang olahraga jangan
dilakukan secara terus menerus, karena akan memberikan dampak penurunan
prestasi dan kelelahan yang diakibatkan dari over training. Adapun penerapan
prinsip overload dalam penelitian ini, penulis memperhatikan pendapat
Soekartono (2001: 6) bahwa, “Agar efektif hasilnya, latihan overload sebaiknya
menganut sistem tangga (step–type approach).” Seperti terlihat pada gambar
dibawah ini.
2) Prinsip Individual
Dari analisis pukulan olahraga bulutangkis di atas dapat dilihat penjelasan dalam
tabel berikut :
Tabel 1. Otot Yang Terlibat Pada Tahap Pelaksanaan Smash dan Follow Trough
Humerus and
Elbow Extension Triceps brachii
Ulna
Involved Bones
Ulna
Sumber : (http://www.brianmac.co.uk/moveanal.htm)
32
Dengan penguasaan teknik smash yang baik, seorang atlet akan memiliki
modal sangat besar untuk meningkatkan kualitas permainan. Karena smash tujuan
utamanya mematikan lawan untuk menghasilkan nilai. Karakteristik pukulan ini
adalah; keras, laju jalannya shuttlecock cepat menuju lantai lapangan, sehingga
pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan
fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.
Dalam latihan pukulan smash ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1)
Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul yang tepat, 2) Perhatikan
pegangan raket. 3) Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan dan
tetap berkonsentrasi pada kok. 4) Perkenaan raket dan kok di atas kepala dengan
cara meluruskan lengan untuk menjangkau kok itu setinggi mungkin dan
pergunakan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul kok. 5) Akhiri
rangkaian gerakan pukulan dengan gerak lanjutan ayunan raket yang sempurna ke
depan badan.
a) Fase Persiapan
1. Gunakan Grip handshake
2. Kembali keposisi menunggu atau menerima
3. Putar bahu dengan telapak kaki yang diangkat di bagian belakang
4. Gerakkan tangan yang memegang raket keatas dengan kepala raket
mengarah ke atas
5. Bagikan berat badan seimbang pada bagian depan telapak kaki
b) Fase Pelaksanaan
4. Sistem Energi
Tolak Peluru
bulutangkis, Golf
2 30 detik s/d 90 detik ATP-PC dan Lari cepat 200 s/d 400 m
menit)
Joging
Lari Maraton
angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga
dengan komponen komponen aktivitas anaerobik yang dominan. Namun dalam
beragamnya berbagai cabang olahraga akan terdapat jenis olahraga atau juga
aktivitas latihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominan atau juga
akan terdapat cabang olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas yang
bersifat aerobik dan anaerobik.
Gambar di atas bahwa itu mendekati beberapa persen dari sumber energi
anaerobic dan aerobic untuk aktip memberi waktu pada usaha yang maksimum.
Dari informasi yang tersedia pada bulutangkis dapat disimpulkan bahwa sistem
energi yang diperlukan dalam permainan itu. Hal ini telah ditunjukkan bahwa
permainan ini melibatkan suatu kegiatan / aktivitas yang intensif / sering. Hal ini
sebagian besar akan melibatkan sistem ATP-PC. Sedangkan yang lain bersatu
bertahan sepanjang 20 detik, jika bermain dengan intensitas maksimum, maka
sekitar 90 persen dari sistem anaerobic yang terdiri dari ATP-PC dan sistem asam
laktat. Suatu permainan boleh bertahan / berlangsung hanya 8 menit dan akan
36
a. Sistem ATP-PC
b. Anaerobic Glycolysis
a. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa “Greeka” yang terdiri atas “metha”
yang artinya melalui atau melewati, dan “hodos” yang artinya jalan atau cara.
Menurut Sunardi (2002: 366),
“metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai suatu maksud. Merupakan cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, atau
cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai suatu tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:
740)”.
Jadi metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Hal ini berlaku bagi pelatih (metode mengajar), maupun bagi atlet (metode
belajar), makin banyak metode yang digunakan, makin efektif pula pencapaian
tujuan.
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes
terstandar.
Penyampaian materi latihan, pelatih lebih menggunakan modus telling
(pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan) dan
doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk
kerja secara langsung). Materi disampaikan secara lisan atau ceramah.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Konvensional untuk
Meningkatkan Kemampuan Smash Pemain Bulutangkis
Ditinjau pelaksanaan metode konvensional untuk meningkatkan
kemampuan smash pemain bulutangkis dapat di identifikasi kelebihan dan
kelemahannya. Kelebihan metode konvensional untuk meningkatkan kemampuan
smash pemain bulutangkis antara lain:
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan
di atas dapat di gambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Bulutangkis
Kemampuan
Audio Visual Konvensional
Smash
Metode
Kesimpulan
C. Perumusan Hipotesis