Anda di halaman 1dari 43

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Permainan Bulutangkis

a. Karakteristik Permainan Bulutangkis


Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam
kategori permainan. Bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton.
Permainan bulutangkis dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu
net, raket dan shuttlecock. Shuttlecock yang digunakan dalam pertandingan
resmi harus terbuat dari bulu angsa yang berwarna putih. Lapangan
permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan
antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan
permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di
daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul
shuttelcock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri.
Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual
yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua
orang melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis
dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan
dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah,
berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai
arah dari posisi diam dan lainn sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai
dalam satu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain
bulutangkis untuk menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah
(1999/2000: 14) bahwa, ”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan
bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga
keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”.

9
10

Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan


anggota badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari
satu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor dalam
permainan bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau
penempatan posisi bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi.
Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan
hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini
berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki
dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun
pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu
pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan
akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya
dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut
shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.
Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang pemain
mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik.
Gerakan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket
merupakan keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis.
Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat
penting dalam permainan bulutangkis.
Karakteristik permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami
dan dimengerti oleh pembina maupun pelatih. Hal ini karena tugas pembina
atau pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan
memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas
gerak perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability)
seseorang, maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak
dalam suatu cabang olahraga termasuk permainan bulutangkis.
11

b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis


Menurut Sudjarwo (1995: 40) ”teknik merupakan rangkuman metode
yang dipergunakan dalam melakukan gerakan suatu cabang olahraga”.
Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek
dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu
cabang olahraga. Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis
merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya
suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik,
taktik dan mental.
Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu
guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu
ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang
beregu, maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar
kawan serta saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu.
Atlet, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim
harus menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang
diterapkan oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah satu teknik
yang harus dikuasai adalah teknik pukulan dalam olahraga bulutangkis yang
harus dikuasai oleh para pemain antara lain :

1) Teknik Memegang Raket


Di dalam permainan bulutangkis ada beberapa macam cara
memegang raket, ialah :
a) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.
Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar,
kemudian ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara
ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan yang
lebar (Tohar, 1992: 34).
12

Gambar 1 : Pegangan Geblok Kasur (Tohar, 1992: 34)

b) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.


Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan
diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu jari dan
jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket
yang kecil atau sempit (Tohar, 1992:35).

Gambar 2 : Pegangan Inggris atau Kampak (Tohar, 1992: 36)

c) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan.


Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan
berjabat tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang
berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris,
tetapi setelah raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu
jari melekat pada bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain
melekat pada bagian dalam yang lebar (Tohar, 1992: 36).
13

Gambar 3 : Pegangan Jabat Tangan ( Tohar, 1992: 37 )

d) Pegangan Backhand.
Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian
ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel
pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya
berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket
diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket bagian belakang
menghadap ke depan (Tohar, 1992: 37).

Gambar 4 : Pegangan Backhand (Tohar, 1992: 38)

2) Kerja Kaki (Footwork)


Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan
bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, ”tujuan dari footwork
yang baik adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke
segala bagian dari lapangan”. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 27)
“footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan
untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam melakukan gerakan memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya”.
14

Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Menurut Saiful Aristanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-
hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam
permainan bulutangkis yaitu “(1) Menentukan saat yang tepat untuk
bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus
berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki
keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan.
Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan
kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau
setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai
contoh, jika hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian
depan atau samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian
pula jika hendak memukul shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan
berada di belakang.

3) Teknik Memukul Bola


Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan
bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis
adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar
(1992: 67) menyatakan, ”teknik pukulan adalah cara-cara melakukan
pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan
shuttlecock ke bidang lapangan lawan”.
Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila
memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar
dan harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan
bulutangkis adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung
kemampuan kondisi fisik yang baik.
Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai
oleh pemain bulutangkis antara lain “(1) Pukulan service, (2) Pukulan lob,
(3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan drive, (6)
Pengembalian servis”. Pendapat lain dikemukakan Icuk Sugiarto (1993:
15

39) bahwa, ”macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis


terutama adalah service, lob, smash, dropshot, drive dan netting”.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik
pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi
service, lob, drive, dropshot, smash, netting dan pengembalian servis.
Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand,
kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan
backhand.

a) Pukulan Servis
Pukulan servis adalah “Pukulan dengan raket yang
menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara diagonal
dan bertujuan sebagai pembuka permainan yang merupakan salah satu
pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis” (Tohar, 1992:
40). Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal
perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang
dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi
awal serangan. Icuk Sugiarto (2002: 31) menyatakan aturan-aturan
yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah:
1) Bola maksimum berada sebatas pinggang.
2) Mulai dari pergelangan, kepala raket harus condong ke bawah.
3) Kaki tidak menyentuh garis.
4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai.
5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat
diperlambat atau dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan
tanpa adanya istirahat.
Ada tiga macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain
bulutangkis ialah servis panjang, servis pendek, servis tanggung.
Servis panjang adalah servis yang mengarahkan bola tinggi dan jauh.
“bola diusahakan jatuh sedekat mungkin dengan garis belakang,
dengan demikian bola lebih sulit untuk diperkirakan dan dipukul,
16

sehingga semua pengambilan lawan kurang efektif” (Tony


Grice, 2002: 25).
Servis pendek adalah servis yang dilakukan rendah paling sering
digunakan dalam partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih
pendek, tetapi lebih lebar dari pada partai tunggal. “servis ini dapat
dilakukan dengan baik dengan forehand atau pun dengan backhand”
(Tony Grice 2002: 25).
Servis tanggung sebenarnya hanya variasi saja dari servis
pendek. Dilakukan dengan drive dan flick. “servis ini merupakan
alternative yang baik dan membuat lawan hanya memiliki sedikit
waktu untuk bertindak” (Tony Grice, 2002: 25).

b) Pukulan Lob (Clear)


Pukuan clear biasanya dilakukan dengan tinggi dan panjang.
Gunanya untuk mendapatkan waktu untuk kembali ke posisi bagian
tengah lapangan. Pukulan ini merupakan strategi yang digunakan
khususnya untuk pemain tunggal. Pukulan clear yang bersifat bertahan
merupakan pengembalian yang tinggi yang hampir sama dengan
pukulan lob dalam tenis. Clear dapat dilakukan dengan pukulan
overhand atau underhand, baik dari sisi forehand ataupu backhand
untuk memaksa lawan bergerak mundur ke arah sisi belakang
lapangannya.
Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola
menjauh dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat. Dengan
mengarahkan bola ke belakang lawan atau dengan membuat dia
bergerak lebih cepat dari yang dia inginkan, akan membuat dia
kekurangan waktu dan membuatnya cepat lelah. Jika melakukan clear
dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan balasan
dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat menyerang
merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna untuk
menempatkan bola ke belakang lawan dan menyebabkan lawan
17

melakukan pengembalian yang lemah. “Pukulan clear yang bersifat


bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang” (Tony Grice,
2002: 41)

c) Pukulan Drive
Drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan
lintasan horisontal melintasi net. Baik drive forehand ataupun
backhand mengarahkan bola dengan ketinggian yang cukup untuk
melakukan clear pada bola dengan jalur yang datar atau sedikit
menurun. Gerakan memukul hampir bersama dengan gerakan
memukul dari samping dan biasanya dilakukan dari bagian samping
lapangan. Pukulan drive memberi kesempatan untuk melatih footwork
karena pukulan ini biasanya dilakukan pada ketinggian antara bahu
dan lutut ke arah kiri atau kanan lapangan. Dengan demikian “pukulan
ini menekankan pada pencapaian bola dengan menyeret atau
menggelincirkan kaki pada posisi memukul” (Tony Grice, 2002: 97).
Drive adalah pukulan pengembalian yang aman akan memaksa
lawan mengembalikan bola tinggi. “Jika pukulan kurang keras,
pengembalian bola lebih mirip dengan pukulan push (mendorong bola)
atau drive dari bagian tengah lapangan” (Tony Grice, 2002: 97).
Sasaran utama drive adalah untuk mengarahkan bola melintasi net
dengan cepat. “Arah bola harus dijauhkan dari lawan agar lawan
terpaksa bergerak lebih cepat, dengan hanya mempunyai sedikit waktu
dan pengembalian kearah atas”. (Tony Grice, 2002: 97)

d) Pukulan Drop (Dropshot)


Pukulan drop shot adalah pukulan rendah dan pelan, tepat di atas
net sehingga bola langsung jatuh ke lantai. Bola dipukul di depan
tubuh dengan jarak lebih jauh dari pukulan clear overhead, dan
permukaan raket dimiringkan untuk mengarahkan lebih ke bawah.
Larinya bola lebih seperti diblok atau ditahan dari pada dipukul. Ciri
18

yang paling penting dari pukulan drop overhead yang baik adalah
gerakan tipuan. Jika gerakan dapat menipu lawan pukulan mungkin
tidak dikembalikan sama sekali. Ciri yang paling merugikan dari
“pukulan drop adalah bolanya lambat sehingga memberikan banyak
waktu pada lawan.” (Tony Grice, 2002: 74). Nilai dari pukulan drop
adalah terletak pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk
membuat lawan sibuk dan memaksanya untuk mempertahankan
seluruh lapangan. Untuk menjadikan pukulan ini efektif “pukulan drop
haruslah akurat agar lawan terpaksa menutupi bagian lapangannya
seluas mungkin” (Tony Grice, 2002: 71).

e) Pukulan Smash
Pukulan Smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah
dengan kuat dan tajam untuk mengembalikan bola pendek yang
dipukul ke atas. Pukulan smash hanya dapat dilakukan dari posisi
overhead. Bola dipukul dengan kuat tetapi harus diatur tempo dan
keseimbanganya sebelum mencoba mempercepat kecepatan smash.
Ciri yang paling penting dari pukulan smash overhead yang baik selain
kecepatan adalah sudut raket yang mengarah ke bawah. Bola dipukul
di depan tubuh lebih jauh dari pukulan clear atau drop. Permukaan
raket diarahkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah. “Jika smash
dilakukan cukup tajam, pukulan tersebut mungkin tidak dapat
dikembalikan” (Tony Grice, 2002: 85). Arti penting dari pukulan
smash adalah pukulan ini hanya memberikan sedikit waktu pada lawan
untuk bersiap-siap atau mengembalikan setiap bola pendek yang telah
mereka pukul ke atas. Pukulan smash digunakan secara ekstensif
dalam partai ganda. “Semakin tajam sudut yang dibuat semakin sedikit
waktu yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat
pukulan smash, semakin luas lapangan yang harus ditutupi lawan”
(Tony Grice, 2002: 85).
19

f) Netting
Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang
cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini
banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling.
Faktor tenaga dalam permainan nettting hampir tidak diperlukan sama
sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Dalam permainan
net, bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola
diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi
lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju.
Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini
mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama
untuk menerobosnya. Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan
penempatan bola yang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan
untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net,
maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.

4) Pola – Pola Pukulan


Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan
permainan dan memperoleh kemenangan dalam permainan bulutangkis.
Pemain perlu mendapat pola latihan teknik pukulan secara sistematis,
berulang-ulang dan teratur. Icuk Sugiarto (2002: 39) mengemukakan,
“Pola latihan teknik pukulan adalah pukulan yang dilakukan secara
berurutan dan berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulang-
ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan
secara harmonis dan terpadu”.
Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa
pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat
mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan
memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola
pukulan yang baik pula.
20

Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit


diperoleh jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola dengan
baik, tanpa disertai dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik.
Menurut Saiful Aristanto (1992: 30) pola pukulan yang dapat
dikembangkan dalam permainan diantaranya yaitu,
1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus)
2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot)
3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash)
4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net)
5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net)
6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net)
7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)

Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak


sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain
dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan
yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas
gerakan.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan
bulutangkis merupakan faktor yang mendasar yang harus dipahami dan
dikuasai oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik
dan terampil.

2. Pukulan Smash Bulutangkis

a. Pengertian Pukulan Smash


Smash yaitu pukulan atas (overhead) yang diarahkan ke bawah dan
dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan smash identik sebagai pukulan
menyerang. Pukulan smash adalah bentuk pukulan keras yang sering
digunakan dalam permainan bulutangkis. Smash merupakan gerakan dasar
yang harus dikuasai oleh pemain cabang olahraga yang menggunakan raket
21

termasuk bulutangkis. Karakteristik pukulan smash adalah keras, laju


jalannya kok cepat menuju lantai lapangan, sehingga pukulan ini
membutuhkan aspek power lengan, kecepatan otot tungkai, bahu, lengan, dan
fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.
Dalam praktek permainan, pukulan smash dapat dilakukan dalam sikap diam,
berdiri atau sambil loncat. Teknik pukulan smash tersebut harus diberikan
secara bertahap, karena setiap pemain harus menguasainya dengan sempurna
agar memiliki senjata dalam mematikan lawan untuk mendapatkan nilai.
Menurut M. Furqon (2002: 48) ada berbagai jenis pukulan smash
diantaranya: smash penuh dilakukan dengan seluruh daun raket dan
menggunakan power lengan yang penuh, smash potong adalah smash yang
kurang keras dibandingkan dengan smash penuh tetapi bola menjadi lebih
tajam dan lebih terarah, smash seputar kepala (around the head smash) yaitu
smash yang dilakukan dengan memutar lengan diatas kepala, smash backhand
yaitu smash yang dilakukan dari sisi sebelah kiri, setengah smash yaitu sama
dengan smash penuh tetapi saat bola akan menyentuh daun raket bola sedikit
dipotong, smash loncat (jumping smash) yaitu smash yang dilakukan dengan
meloncat, smash ini membutuhkan koordinasi gerak dan power yang tinggi.

b. Jenis-Jenis Pukulan Smash Bulutangkis


Dalam permainan bulutangkis kecakapan seseorang turut
mempengaruhi pola permainan, perubahan gerakan yang secepat mungkin
dapat berguna untuk mengecoh prediksi lawan sehingga tidak dapat
mengantisipasi pengembalian shuttlecock. pukulan smash dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Pukulan Smash Penuh
Pukulan smash penuh adalah melakukan pukulan smash dengan
mengayunkan pukulan-pukulan raket yang perkenaannya tegak
lurus antara daun raket dengan datangnya shutlecock sehingga
pukulan itu dilakukan dengan tenaga penuh (Tohar, 1992: 60).
Ketepatan sasaran dalam pukulan ini harus diperhitungkan dengan
22

sebagaimana mungkin agar menyulitkan gerakan pengembalian


smash. Penempatan shuttlecock yang jauh dari posisi lawan
memang merupakan titik sasaran yang tepat, tapi itu bukan
merupakan satu-satunya cara yang digunakan, kesulitan mekanika
gerak lawan yang lebih condong untuk mematikan pemainan.

2. Pukulan Smash Dipotong (Iris)


Pukulan smash dipotong adalah melakukan pukulan smash pada
saat impact atau perkenaannya antara ayunan raket dan penerbangan
shuttlecock dilakukan dengan cara dipotong atau diiris dengan
kecepatan jalannya shuttle cock agak kurang cepat tetapi daya
luncur shuttlecock tajam (Tohar, 1992: 60). Pendapat lain
menyatakan, pukulan smash potong dilakukan dengan cara
memotong (slice) terhadap shuttlecock menurut sudut miring pada
permukaan raket. Semakin kecil permukaan raket yang dibentur
shuttlecock semakin berkurang kecepatan shuttlecock itu. Oleh
sebab itu, menggunakan sepenuhnya ayunan yang sangat cepat
menurut pola pukulan smash yang biasa akan menghasilkan
pukulan yang lebih lambat dari yang biasa (M.L.Johnson, 1990:
134)

3. Pukulan Smash Melingkar


Pukulan smash melingkar adalah melakukan gerakan dengan
mengayunkan tangan yang memegang raket kemudian dilingkarkan
melewati atas kepala dilanjutkan dengan mengarahkan pergelangan
tangan dengan cara mencambukkan raket sehingga melentingkan
shuttlecock mengarah ke seberang lapangan lawan (Tohar, 1992:
63). Perlu diingat bahwa dalam pukulan smash melingkar ini
dibutuhkan kelentukan dan koordinasi gerak badan serta sangat
membutuhkan keterampilan gerakan pergelangan tangan untuk
mengantisipasi ketepatan pukulan, menjaga keseimbangan badan
23

dalam meraih pengambilan shuttlecock, dan gerakan lanjutan untuk


menjaga agar tetap berdiri tegak serta tidak goyah untuk menerima
pengembalian shuttlecock dari lawan.

4. Smash Cambukan (Flicsk Smash)


Cara melakukan pukulan ini adalah dengan mengaktifkan
pergelangan tangan untuk melakukan cambukan dengan cara
ditekan ke bawah. Kelajuan penerbangan shuttlecock dari hasil
pukulan ini tidak cepat tetapi kecuraman penerbangan shuttlecock
inilah yang diharapkan (Tohar, 1992: 63). Pada jenis pukulan smash
ini paling sedikit mengeluarkan tenaga dibandingkan jenis pukulan
smash yang lain. Gerakan pukulan ini tepat sekali untuk gerakan
menipu lawan, dengan koordinasi yang tepat apalagi bila ditambah
dengan gerakan jumping, maka hasil pukulan akan lebih curam dan
lebih mudah untuk penempatan shuttlecock.

5. Pukulan Backhand Smash


Pukulan backhand smash adalah melakukan pukulan smash dengan
menggunakkan daun raket bagian belakang sebagai alat pemukul.
Sedang biasanya yang digunakan untuk memukul adalah daun raket
bagian depan yang disebut dengan pukulan forehand. Pada saat
memukul smash dengan cara backhand ini posisi badan
membelakangi net. Pukulan smash yang dilakukan terutama
mengutamakan gerakan cambukan pergelangan tangan yang
diarahkan atau digerakkan menukik ke belakang (Tohar, 1992: 64).

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Pukulan Smash


Pukulan smash pada dasarnya memukul shuttlecock yang diarahkan
tajam, curam kebawah, dengan kecepatan yang tinggi karena menggunakan
tenaga yang sepenuhnya dan cambukan pergelangan tangan yang kuat. Untuk
membuat pukulan smash yang baik dan benar perlu memperhatikan teknik
24

memukul yang benar, jangan sekali-kali melakukan pukulan smash dengan


lengan membengkok karena menurut hukum mekanik panjang lengan perlu
mendapatkan perhatian. Jadi lengan yang lurus dengan beban yang panjang
yang digunakan sepenuhnya akan menimbulkan pukulan yang keras.
Menurut Tohar (1992: 58), “Tenaga yang dihasilkan dari rangkaian
kekuatan otot kaki dengan menggerakkan kaki, kemudian lutut, diteruskan
memusatkan pada badan, pundak atau bahu, lengan tangan dan terakhir
pergelangan tangan”.
Gerakan ini dilakukan secara beruntun dan berkesinambungan serta
merupakan suatu rangkaian gerakan yang teratur, apabila gerakan itu
dilakukan terus-menerus dan dapat terkuasai dengan baik, maka gerakan yang
beruntun itu hanya merupakan satu gerakan saja karena sudah gerakan yang
otomatis.

3. Konsep Latihan

Setiap atlet pada cabang olahraga apapun tidak akan berprestasi secara
baik apabila hanya mengandalkan bakat atau kemampuan yang dibawanya sejak
lahir. Seorang atlet cenderung akan mencapai prestasi yang tinggi apabila
diberikan latihan yang komprehensif, kontinyu, sistematis, dan progresif.
Sebagaimana dikemukakan Harsono (2001 : 13) sebagai berikut : “Latihan adalah
suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara -
ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.
Dengan melihat karakteristik latihan tersebut, lebih lanjut Harsono (2001: 13)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut
jadwal, menurut pola, dan sistem tertentu, metodis, dari yang mudah ke yang
sukar, latihan yang teratur dari yang sederhana ke yang lebih komplek,
maksudnya ialah agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin
mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat
energi. Kian hari maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba
saatnya untuk ditambah bebannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.
25

Berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan


(repetitions) yang konstan maka organisme-organisme mekanis neurophysiologis
kita akan menjadi bertambah baik. Gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan
lama kelamaan akan merupakan gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif yang
semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum
melakukan latihan. Demikian pula dalam melakukan latihan pass atas
menggunakan sasaran ban sepeda, menuntut para pemain untuk dapat melakukan
kemampuan mengkoordinasikan gerakan badan secara ekonomis, cermat, dan
tepat sehingga menghasilkan gerakan penguasaan bola dengan koordinasi gerak
secara otomatis dan reflektif.
Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan oleh para pemain yang telah
memiliki refleks bersyarat, yaitu melalui latihan yang sistematis dan progresif.
Seperti yang dijelaskan Badriah (2002: 47) sebagai berikut : “Refleks bersyarat
ialah gerakan refleks dan terjadilah gerakan demikian ialah oleh karena telah
dipenuhinya syarat tertentu, yaitu latihan”. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga latihan
memegang peranan yang sangat penting disamping aspek yang lainnya. Seseorang
yang berbakat sekalipun tanpa adanya latihan yang teratur dan terarah, prestasi
optimal yang diharapkan akan sulit diraih. Sebaliknya, seseorang yang kurang
berbakat dalam cabang olahraga tertentu dengan melakukan latihan yang teratur
dan terarah tidak mustahil akan meraih prestasi yang optimal.

a. Kebutuhan Fisik Dalam Olahraga Bulutangkis


Sukarman (1987) yang dikutip oleh Icuk, Furqon, Kunta mengemukakan
bahwa syarat fisik untuk menjadi pemain bulutangkis yang baik adalah:
1) Ia harus dapat berlari atau melenting dengan cepat kesana kemari.
2) Ia harus dapat mempertahankan irama lari cepat atau melenting selama
pertandingan.
3) Ia harus lincah
4) Tangannya harus kuat untuk melakukan Smash
26

5) Ia harus dapat melakukan Smash berkali-kali dengan kekuatan


maksimum tanpa kelelahan
6) Kalau perlu dengan meloncat
7) Seluruh otot tubuh harus terutama otot kaki

Furqon, Icuk, Kunta (2002) mengemukakan bahwa kualitas fisik pemain


bulutangkis harus memiliki:

1) Power dan kapasitas anaerobic (terutama kecepatan dan kekuatan) yang


baik agar mampu melompat, melenting dengan cepat ke segala arah,
melakukan pukulan Smash, lob, drive secara -ulang.

2) Daya tahan dan kekuatan otot serta daya tahan kardiospiratori (kapasitas
aerobic) yang baik, untuk mempertahankan irama gerak tersebut.

3) Kelincahan dan kecepatan

4) Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respon kepada


pukulan lawan (stimulus).

5) Kelenturan dan kecepatan terutama tampak dalam gerakan menekuk dan


meliuk tubuh, kaki, dan lengan saat memukul dan mengembalikan bola
dari lawan.

6) Koordinasi secara serempak.

7) Kualitas otot yang baik terutama otot, pergelangan tangan, lengan


bawah dan atas, bahu, dada, leher, perut, kaki, paha, punggung bagian
bawah
27

b. Prinsip-prinsip Latihan
Latihan yang diberikan kepada setiap atlet harus mengacu pada prinsip -
prinsip latihan. Seperti dikemukakan Harsono (2001: 16) sebagai berikut :
“prinsip beban lebih, perkembangan multilateral/menyeluruh, reversibility,
spesifik, densitas latihan, volume latihan, super kompensasi, intensitas latihan,
kualitas latihan” Sedangkan Badriah (2002: 2) menjelaskan bahwa, “Prinsip yang
menjadi dasar pengembangan kondisi fisik atlet adalah prinsip latihan beban
bertambah, menghindari dosis berlebih, individual, pulih asal, spesifik, dan
mempertahankan dosis latihan”. Berbagai macam prinsip latihan tersebut
seyogianya memang dapat dipenuhi dalam setiap latihan cabang olahraga. Adapun
prinsip latihan yang diterapkan penulis dalam melaksanakan program latihan
Smash menggunakan modifikasi net yang direndahkan adalah prinsip beban lebih
(overload), prinsip individual, dan prinsip intensitas latihan.

1) Prinsip Beban Lebih (Overload)

a) Prinsip overload dalam pelatihan olahraga sangatlah penting untuk


diterapkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
otot atau organ tubuh lainnya terhadap stress atau tekanan yang
diberikn dalam Prinsip latihan atau pertandingan. Prinsip overload
diterapkan untuk semua latihan, tak terkecuali latihan fisik, latihan
teknik, latihan taktik, serta latihan mental.

b) overload dalam pelatihan dimaksudkan untuk memberikan


peningkatan batas ambang rangsang bagi organ tubuh manusia
terhadap beban latihan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (2001: 4) sebagai berikut. “Agar
prestasi dapat meningkat, atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban
kerja yang lebih berat yang mampu dilakukan saat itu (yang berada di atas
ambang rangsangnya). Kalau beban latihan terlalu ringan, maka berapa lama pun
28

dia berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia
mengulang-ulang latihan itu, peningkatan prestasi tidak akan mungkin dicapai”.
Dengan demikian, prinsip overload diberikan dalam upaya
meningkatkan ambang rangsang tubuh seseorang terhadap beban kerja yang
diberikan dalam latihan. Namun demikian, perlu diketahui dan dilaksanakan
pembebanan latihan yang diberikan pada pelatih suatu cabang olahraga jangan
dilakukan secara terus menerus, karena akan memberikan dampak penurunan
prestasi dan kelelahan yang diakibatkan dari over training. Adapun penerapan
prinsip overload dalam penelitian ini, penulis memperhatikan pendapat
Soekartono (2001: 6) bahwa, “Agar efektif hasilnya, latihan overload sebaiknya
menganut sistem tangga (step–type approach).” Seperti terlihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 5. Prinsip Latihan


Keterangan gambar :
a) Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan) beban
latihan dan garis horizontal adalah tahap adaptasi (penyesuaian)
terhadap beban yang baru.
b) Pada tahap 4, 8, dan 12 beban diturunkan, maksudnya untuk
memberikan kesempatan kepada organisme tubuh melakukan
regenerasi (agar atlet dapat mengumpulkan tenaga untuk persiapan
beban latihan yang lebih berat di tahap-tahap berikutnya).
29

2) Prinsip Individual

Badriah (2002: 4) mengemukakan bahwa, “Setiap orang memiliki


kemampuan dan karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara
psikis dan sangat dipengaruhi oleh aspek genetik”. Dengan demikian, pada
prinsipnya beban latihan bagi tiap individu harus dibedakan sehingga
memungkinkan terjadinya peningkatan bagi kualitas fisiologis dan psikologisnya.
Beban latihan yang tidak memperhatikan kemampuan setiap atlet akan berakibat
fatal, diantaranya akan menyebabkan cedera dan prestasi tinggi yang diharapkan
tidak akan kunjung datang. Mungkin pula ada atlet yang meningkat pesat
prestasinya karena program yang diberikan tersebut cocok dan sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik atlet yang bersangkutan. Mengingat hal tersebut,
maka dalam pemberian program latihan harus dibedakan antara atlet yang satu
dengan atlet yang lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan
prestasi atlet sesuai dengan keadaan kondisi fisik dan kemampuan masing-masing.

3) Prinsip Intensitas Latihan

Harsono (2001: 112) menjelaskan bahwa, “Perubahan-perubahan


fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet berlatih
melalui suatu program latihan yang intensif, yaitu latihan yang secara progresif
menambah program kerja, jumlah ulangan gerakan (repetisi), serta kadar
intensitas dari repetisi tersebut”. Intensitas latihan mengacu pada jumlah kerja
yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Makin banyak kerja yang
dilakukan dalam suatu unit tertentu, makin tinggi intensitas kerjanya. Intensitas
latihan yang diberikan biasa digambarkan dengan berbagai macam bentuk latihan
yang diberikan. Intensitas latihan yang diberikan terhadap atlet harus sesuai
dengan musim-musim latihan, sehingga penerapan intensitas latihan terhadap atlet
akan benar-benar cocok dan pada saat pertandingan utama atlet benar-benar
berada dalam kondisi puncak.
30

c. Analisa Pukulan Bulutangkis

Tahapan dalam gerak memukul shuttlecock, yaitu tahap persiapan dan


tahap pelaksanaan diikuti gerakan lanjutan. Gerakannya adalah putaran pada aksis
transversal dan longitudinal, serta ketiga persendian yang terkait yaitu
pergelangan tangan, siku dan bahu. Siku adalah suatu sambungan engsel yang
dibentuk oleh tulang lengan terdiri dari humerus dan ulna. Bahu adalah persendian
yang terbentuk dari humerus dan scapula. Pergelangan tangan membentuk suatu
condyloid yang menghubungkan antara tulang hasta (ulna) dan tulang
pergelangan tangan. Berikut ditampilkan tabel persendian, tulang, gerakan dan
otot penggerak pada saat tahap persiapan, tahap pelaksanaan smash dan follow
throgh.

Gambar 6. Analisis Pukulan Olahraga Bulutangkis


(http://www.brianmac.co.uk/moveanal.htm)
31

Dari analisis pukulan olahraga bulutangkis di atas dapat dilihat penjelasan dalam
tabel berikut :

Tabel 1. Otot Yang Terlibat Pada Tahap Pelaksanaan Smash dan Follow Trough

Joints involved Articulating bones Action Agonist Muscle

Ulna and carpal Supinator


Wrist Supination
Radius and ulna

Humerus and
Elbow Extension Triceps brachii
Ulna

Humerus and Horizontal Posterior deltoid and


Shoulder
Scapula Hyperextension latissimus dorsi

Joints Articulating Action Agonist Muscle

Involved Bones

Wrist Ulna and carpal Pronation Pronator teres

Radius and ulna

Elbow Humerus and Flexion Biceps brachii

Ulna

Shoulder Humerus and Horizontal flexion Pectoralis major and

Scapula Anterior deltoid

Trunk Rotation External obliques

Sumber : (http://www.brianmac.co.uk/moveanal.htm)
32

d. Tahapan Gerakan Smash

Dengan penguasaan teknik smash yang baik, seorang atlet akan memiliki
modal sangat besar untuk meningkatkan kualitas permainan. Karena smash tujuan
utamanya mematikan lawan untuk menghasilkan nilai. Karakteristik pukulan ini
adalah; keras, laju jalannya shuttlecock cepat menuju lantai lapangan, sehingga
pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan
fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.
Dalam latihan pukulan smash ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1)
Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul yang tepat, 2) Perhatikan
pegangan raket. 3) Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan dan
tetap berkonsentrasi pada kok. 4) Perkenaan raket dan kok di atas kepala dengan
cara meluruskan lengan untuk menjangkau kok itu setinggi mungkin dan
pergunakan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul kok. 5) Akhiri
rangkaian gerakan pukulan dengan gerak lanjutan ayunan raket yang sempurna ke
depan badan.

a) Fase Persiapan
1. Gunakan Grip handshake
2. Kembali keposisi menunggu atau menerima
3. Putar bahu dengan telapak kaki yang diangkat di bagian belakang
4. Gerakkan tangan yang memegang raket keatas dengan kepala raket
mengarah ke atas
5. Bagikan berat badan seimbang pada bagian depan telapak kaki
b) Fase Pelaksanaan

1. Letakkan berat badan pada kaki yang berada di belakang


2. Gerakkan tangan tidak dominan ke atas untuk menjaga
keseimbangan
3. Gerakkan backswing menempatkan pergelangan tangan pada
keadaan tertekuk
4. Lakukan forward swing ke atas untuk memukul bola pada posisi
bola setinggi mungkin
33

5. Ayunkan raket keatas dan dengan permukaan raket mengarah


kebawah
6. Tangan kiri/yang tidak dominant menambah kecepatan rotasi bagian
atas tubuh
7. Kepala raket mengikuti arah bola
c) Fase Follow-Through
1. Tangan mengayun kedepan melintasi tubuh
2. Gunakan gerakkan menggunting dan dorong tubuh dengan kedua
kaki
3. Gunakan momentum gerakan mengayun untuk kembali ke bagian
tengah lapangan

4. Sistem Energi

Apapun olahraga yang dimainkan, tubuh kita memerlukan energy untuk


prestasi puncak. Energi disediakan kedalam otot dari makanan yang dimakan.
Tubuh memecah makanan ke dalam blok energi yang dapat dipakai disebut
Adenosine Triphosphate (ATP). ATP menjadi sumber energi yang segera untuk
kontraksi otot. Tubuh membuat ATP yang tersedia untuk kontraksi otot melalui
tiga sistem energi utama yang terletak di dalam serabut otot. Sistem energi yang
digunakan tergantung pada jangka waktu dan intensitas dari aktivitas. ATP-PC,
atau Creatine Fosfat Sistem, tidak memerlukan oksigen untuk menghasilkan
energi. Anaerobic Glycolysis menggunakan glycogen untuk menyimpan didalam
otot guna menghasilkan energi tanpa oksigen. Aerobic Glycolysis menggunakan
glycogen otot untuk menghasilkan energi dan terjadi menggunakan oksigen.
Oxidative Phosphorylation menggunakan simpanan lemak didalam badan untuk
menghasilkan energi dan juga memerlukan oksigen. Menurut Furqon, Kunta, Icuk
(2002: 101) sistem energi bulutangkis bila memperhatikan kondisi permainan,
frekuensi pukulan, sekurang-kurangnya sama dengan bentuk permainan tenis dan
bulutangkis, yaitu (1) ATP-PC = 70%, (2)LA-O2 = 20%, dan (3) O2 = 10%.
34

Tabel 2. Sistem Energi Utama Berdasarkan Penampilan

Bidang Waktu Penampilan Sistem Energi Contoh Jenis Aktivitas


Utama

1 Kurang dari 30 detik ATP-PC Lari 100m

Tolak Peluru

Pukulan dalam tennis,

bulutangkis, Golf

2 30 detik s/d 90 detik ATP-PC dan Lari cepat 200 s/d 400 m

Lactid Acid Renang 100m

3 90 detik s/d 3 menit Lactid Acid dan Lari 800m

Oksigen Nomor-nomor dalam

senam, Tinju (1 ronde 3

menit), Gulat (periode 2

menit)

4 > 3 menit Oksigen Sepakbola

Joging

Lari Maraton

Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan


terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan
aktivitas yang bersifat anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan
seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan
jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan sedangkan
kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti
35

angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga
dengan komponen komponen aktivitas anaerobik yang dominan. Namun dalam
beragamnya berbagai cabang olahraga akan terdapat jenis olahraga atau juga
aktivitas latihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominan atau juga
akan terdapat cabang olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas yang
bersifat aerobik dan anaerobik.

Gambar 7. Persentase Kebutuhan Sistem Energi Bulutangkis

Gambar di atas bahwa itu mendekati beberapa persen dari sumber energi
anaerobic dan aerobic untuk aktip memberi waktu pada usaha yang maksimum.
Dari informasi yang tersedia pada bulutangkis dapat disimpulkan bahwa sistem
energi yang diperlukan dalam permainan itu. Hal ini telah ditunjukkan bahwa
permainan ini melibatkan suatu kegiatan / aktivitas yang intensif / sering. Hal ini
sebagian besar akan melibatkan sistem ATP-PC. Sedangkan yang lain bersatu
bertahan sepanjang 20 detik, jika bermain dengan intensitas maksimum, maka
sekitar 90 persen dari sistem anaerobic yang terdiri dari ATP-PC dan sistem asam
laktat. Suatu permainan boleh bertahan / berlangsung hanya 8 menit dan akan
36

menggunakan semua tiga sistem, sedangkan suatu pertandingan bisa bertahan


berlangsung di atas beberapa jam dan oleh karena itu memerlukan suatu sistem
oksigen yang dibangun dengan baik.

Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap


ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga
juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti
jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen
agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas
ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah - sedang yang
dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki,
bersepeda atau juga jogging.
Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang
membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat
dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini biasanya
juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga
kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang
memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body
building, gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam beberapa jenis olahraga beregu
atau juga individual akan terdapat pula gerakan-gerakan / aktivitas seperti
meloncat, mengoper, melempar, menendang bola, memukul bola atau juga
mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab itu maka
beberapa cabang olahraga seperti sepakbola, bola basket, bulutangkis atau juga
tenis lapangan disebutkan merupakan kegiatan olahraga dengan kombinasi antara
aktivitas aerobik dan anaerobik.
37

a. Sistem ATP-PC

ATP-PC (Adenosine Triphosphate Phospho-Creatine) sistem adalah


utama pada aktivitas maksimal atau sub-maximal sampai dengan 20 detik. Ketika
jangka waktu aktivitas meningkat ATP-PC sistem menyediakan suatu porsi yang
lebih kecil dari total energi. ATP-PC sistem digunakan sepanjang transisi dari
istirahat untuk berlatih, dan juga sepanjang transisi dari seseorang berlatih dengan
intensitas yang lebih tinggi. Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang
tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine
yang sudah terfosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan
penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk
menghasilkan ATP. Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine
(PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat)
dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar
43 kJ (10.3kkal ) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan
melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat
kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali
membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr,
energi dalam jumlah besar (2,3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat
dihasilkan secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga
dengan intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr
yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg
berat basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat
bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik. Karena
fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik,
supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah
berakhirnya Olimpiade Barcelona. Creatine dalam bentuk creatinemonohydrate
telah menjadi suplemen nutrisi yang banyak digunakan untuk meningkatkan
kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami, creatine iniakan banyak
terkandung di dalam bahan makanan protein hewani seperti daging dan ikan. Data
dari hasil-hasil penelitian dalam bidang olahraga yang telah dilakukan
menunjukan bahwa konsumsi creatine sebanyak 5-20 gr per harinya secara rutin
38

selama 20 hari sebelum musim kompetisi berlangsung dan menguranginya


menjadi 5 gr/hari saat memulai kompetisi dapat memberikan peningkatan
terhadap jumlah creatine dan phosphocretine di dalam otot dimana
peningkatannya ini juga akan disertai dengan peningkatan dalam performa latihan
anaerobik. Data juga membuktikan bahwa cara terbaik untuk mengisi creatine di
dalam otot pada saat menjalani rutinitas latihan adalah mengimbanginya dengan
mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar dan mengkonsumsi lemak dalam
jumlah yang kecil.

b. Anaerobic Glycolysis

Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat


berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini
mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen
otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk
menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel
ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini
juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat dihasilkan
oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung berdasarkan asalmolekul
glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan
dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak
3 buah ATP akan dapat dihasilkan. Apabila cadangan PC yang digunakan untuk
resintesis ATP berkurang, maka dilakukan pemecahan cadangan glikogen tanpa
menggunakan oksigen (anaerobglicolysis). Dalam proses ini diperlukan reaksi
yang lebih panjang daripada sistem phosphogen, karena glikolisis ini
menghasilkan asam laktat, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan
lebih lambat. Aktivitas yang dilakukan secara maksimal dalam waktu 45 – 60
detik menimbulkan akumulasi asam laktat. Dan jika ketersediaan oksigen terbatas
di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti
saat melakukan sprint, maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam
laktat.
39

c. Sistem Oksigen (Aerobic)

Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti


lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi
energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara
aerobik melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari pemecahan
protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang
yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam
memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik
dapat berjalan dengan sempurna. Proses metabolisme energi secara aerobik
merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar
prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat
berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa
darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida
akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di
dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan,
kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.
Secara singkat proses metabolisme energi secara aerobik seperti yang ditunjukan
pada gambar dibawah ini
40

Gambar 8. Diagram Proses Metabolisme Energi Secara Aerobik

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, 3


simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,
glikogen), lemak dan juga protein. Diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan
lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga dan oleh karenanya maka
pembahasan metabolisme energi secara aerobik pada tulisan ini akan difokuskan
kepada metabolisme simpanan karbohidrat dan simpanan lemak.
Sistem ini, penting bagi permainan bulutangkis, berdasar pada
pengangkutan persediaan oksigen yang cukup dari atmospir terhadap bekerjanya
otot. Oksigen diperlukan untuk bekerjanya otot sebagai bagian dari reaksi untuk
menyediakan energi. Paru-Paru, aliran darah dan hati / jantung adalah semua yang
dilibatkan dalam perpindahan ini dan harus sangat efisien untuk memastikan
bahwa oksigen menjangkau otot itu dengan penundaan yang minimum. Ketika
41

intensitas latihan sedemikian hingga persediaan oksigen dari atmospir adalah


cukup untuk permintaan bekerjanya otot, maka sistem oksigen digunakan. Banyak
aktivitas alami jangka panjang (aktivitas daya tahan) yang beroperasi lebih banyak
dengan sistem oksigen.
5. Metode

a. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa “Greeka” yang terdiri atas “metha”
yang artinya melalui atau melewati, dan “hodos” yang artinya jalan atau cara.
Menurut Sunardi (2002: 366),
“metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai suatu maksud. Merupakan cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, atau
cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai suatu tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:
740)”.
Jadi metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Hal ini berlaku bagi pelatih (metode mengajar), maupun bagi atlet (metode
belajar), makin banyak metode yang digunakan, makin efektif pula pencapaian
tujuan.

b. Metode Melatih Bulutangkis


Tujuan utama olahraga prestasi adalah meningkatkan keterampilan atau
prestasi se maksimal mungkin. Untuk mencapai prestasi tersebut banyak faktor
yang mempengaruhinya. Kondisi fisik, teknik, taktik, dan psikis yang terdiri dari
mental dan kematangan juara. Keempat faktor tersebut saling berkaitan satu sama
lain, semua faktor tersebut menjadi tugas pelatih untuk membina dan
meningkatkan kualitasnya. Suharno HP (1993: 26) menyatakan bahwa, metode
umum melatih keterampilan olahraga secara metodis dapat diurutkan sebagai
berikut:
42

1. Memberi gambaran pengertian yang benar melalui lisan.


2. Memberi contoh atau demonstrasi yang benar antara lain dengan :
a) Contoh langsung dari pelatih.
b) Contoh langsung dari atlet yang dianggap baik.
c) Contoh dengan gambar seri/foto.
d) Contoh dengan film/video.
3. Atlet disuruh melaksanakan gerak dengan formasi-formasi yang
ditentukan oleh pelatih.
4. Pelatih mengkoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan yang
bersifat perorangan maupun kelompok.
5. Atlet/pemain disuruh mengulangi kembali gerakan sebanyak mungkin
untuk mencapai gerakan otomatis yang benar.
6. Pelatih mengevaluasi terhadap hasil yang sudah dicapai pada saat itu.

6. Metode Konvensional Untuk Meningkatkan Kemampuan Smash Pemain


Bulutangkis

a. Pengertian Metode Konvensional


Metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat
pada pelatih dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh
pelatih, jadi pelatih memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses
belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa (Oemar Hamalik, 1990).
Sedangkan menurut Roestiyah N.K. (1998), “Pembelajaran konvensional adalah
cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam latihan
pada umumnya ialah cara mengajar dengan ceramah”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, metode konvensional
merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada pelatih dimana hamper
seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh pelatih dan telah lama
dijalankan dalam latihan ialah cara mengajar dengan ceramah.
43

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah


metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Karena menggunakan metode
tersebut maka siswa kurang terlihat aktif dalam proses belajar. Pembelajaran
konvensional sudah lama digunakan oleh generasi sebelumnya sehingga sering
disebut dengan pembelajaran yang tradisional. Adapun pembelajaran
konvensional memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. pembelajaran berpusat pada pelatih
2. terjadi passive learning
3. interaksi di antara siswa kurang
4. tidak ada kelompok-kelompok kooperatif
5. penilaian bersifat sporadis
6. lebih mengutamakan hafalan
7. sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku
8. mengutamakan hasil dari pada proses.

b. Pelaksanaan Metode Konvensional untuk Meningkatkan


Kemampuan Smash Pemain Bulutangkis
Pelaksanaan metode konvensional pada prinsipnya sama dengan metode
audio visual. Letak perbedaannya pada alat atau strategi yang digunakan yaitu
dengan metode konvensional. Menurut Fasaebila.blogspot.com, pelaksanaan
pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa
penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan
siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Fasaebila.blogspot.com juga
menjelaskan bahwa, “kelas dengan pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri
sebagai pembelajaran secara klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan
mereka belajar pada hari itu”.
Berdasarkan hal tersebut, metode konvensional merupakan pembelajaran
klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu
sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat
44

mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes
terstandar.
Penyampaian materi latihan, pelatih lebih menggunakan modus telling
(pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan) dan
doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk
kerja secara langsung). Materi disampaikan secara lisan atau ceramah.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Konvensional untuk
Meningkatkan Kemampuan Smash Pemain Bulutangkis
Ditinjau pelaksanaan metode konvensional untuk meningkatkan
kemampuan smash pemain bulutangkis dapat di identifikasi kelebihan dan
kelemahannya. Kelebihan metode konvensional untuk meningkatkan kemampuan
smash pemain bulutangkis antara lain:

1. Pelaksanaannya tidak membutuhkan biaya yang besar dan


penyampaian informasi cepat.
2. Membangkitkan minat akan informasi dan Mengajari pemain yang
cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
3. Pelatih dapat menguasai situasi / keadaan saat latihan agar tetap
kondusif.
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya materi dengan baik.
5. Memberi kesempatan pada pelatih untuk menggunakan
pengalaman, pengetahuan, dan kearifan.
Kelemahan metode konvensional untuk meningkatkan kemampuan
smash pemain bulutangkis antara lain:

1. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar pemain tetap tertarik


dengan apa yang dipelajari sehingga keaktifan pemain rendah.
2. Interaksi antara pelatih dan pemain tidak optimal.
3. Atlet yang bertipe visual menjadi rugi, dan hanya atlet yang bertipe
mendengarkan yang benar – benar menerimanya.
4. Mudah membuat situsai menjadi jenuh
5. Metode ini berhasil bergantung pada siapa yang menerapkanya.
45

7. Metode Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Smash Pemain


Bulutangkis

a. Pengertian Metode Audio Visual


Menurut Azhar Arsyad (2011: 30-31) menyatakan bahwa teknologi
audio visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-
pesan audio dan visual. Arief S Sadiman (2002: 49) menjelaskan bahwa media
audio visual merupakan media pembelajaran yang disajikan melalui unsur-unsur
lambang auditif (suara) dan lambang-lambang visual (gambar) serta gerak.
Azhar Arsyad (2011: 30) juga berpendapat bahwa, pengajaran melalui
audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar,
seperti mesin proyektor film dan video. Jadi pengajaran melalui audio visual
adalah penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan
pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau
simbol-simbol yang serupa.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, metode audio
visual adalah suatu pendekatan latihan yang dapat membantu pemain
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah dengan alat bantu mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual yang memperlihatkan
gambar bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi
atau pesan.
46

b. Pelaksanaan Metode Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan


Smash Pemain Bulutangkis
Pukulan smash merupakan salah satu faktor penting dalam permainan
bulutangkis. Metode audio visual pada dasarnya merupakan suatu strategi latihan
teknik dasar yang bertujuan agar pemain dapat menampilkan gerakan servis
panjang dengan teknik yang benar, sehingga pukulannya menjadi lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diterapkan strategi latihan yang baik
dan efektif untuk mengembangkan penguasaan teknik smash yang lebih baik.
Azhar Arsyad (2011: 31) menyatakan ;

Ciri-ciri utama metode audio visual adalah sebagai berikut:

1. Mereka bersifat linear


2. Mereka menyajikan visual yang dinamis.
3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang/pembuatnya.
4. Mereka merupakan gagasan real, atau gagasan abstrak.
5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan
kognitif.
6. Umumnya mereka berorientasi pada pelatih dengan tingkat pelibatan
interaksi murid yang rendah.
Pelaksanaan metode audio visual untuk meningkatkan kemampuan
smash pemain bulutangkis yaitu, pelatih memberikan latihan dimana
penyampaian materi dengan menggunakan alat bantu media audio visual berupa
video yang di dalamnya terdapat informasi berupa gambar bergerak dengan
suara.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Audio Visual untuk Meningkatkan


Kemampuan Smash Pemain Bulutangkis
Ditinjau pelaksanaan metode audio visual untuk mengetahui
kemampuan smash pemain bulutangkis dapat di identifikasi kelebihan dan
47

kelemahannya. Kelebihan metode audio visual untuk mengetahui kemampuan


smash pemain bulutangkis antara lain:

1. Materi yang disampaikan memperlihatkan suatu peristiwa teknik


pukulan smash secara berkesinambungan, menggambarkan suatu proses
secara tepat yang dapat di saksikan berulang-ulang.
2. Para pemain mampu melihat serta mengkoreksi teknik gerakan smash
dengan benar.
3. Dapat diputar dan dipelajari berulang – ulang.
4. Keras lemahnya suara dapat di atur dan disesuaikan bila akan disisipi
komentaryang akan di dengar.
5. Pelatih dapat dengan mudah mengatur dimana dia akan menghentikan
gerakan gambar jika diperlukan.
6. Mengatasi pembatasan ruang, waktu, dan daya indera.
Kelemahan metode audio visual untuk mengetahui kemampuan smash
pemain bulutangkis antara lain:

1. Memerlukan biaya yang mahal.


2. Pada saat penyampaian materi, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua pemain mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui tayangan tersebut.
3. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
4. Atlet tidak akan mengikuti dengan benar kalau pengamatannya lambat
atau memahami materi yang ditampilkan terlalu lama.
5. Dapat memungkinkan terjadi gangguan yang tidak di inginkan.
6. Tidak dapat digunakana dimana saja dan kapan saja, karna media ini
cenderung tetap ditempat.
48

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan
di atas dapat di gambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Bulutangkis

Kemampuan
Audio Visual Konvensional
Smash

Metode

Hasil Metode Hasil Metode


Audio Visual Konvensional
Dibandingkan

Kesimpulan

Berdasarkan konseptual kerangka berpikir tersebut menggambarkan


bahwa, keterampilan pukulan bulutangkis dapat ditingkatkan dengan latihan
kecepatan dan latihan ketepatan. Pendekatan kecepatan dan ketepatan dapat
mempengaruhi terhadap keterampilan pukulan dalam permainan bulutangkis.
Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga akan
menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan keterampilan
pukulan dalam permainan bulutangkis.
49

1. Perbedaan Pengaruh Metode Konvensional dan Audio Visual terhadap


Peningkatan Kemampuan Smash Bulutangkis
Pelaksanaan Metode Konvensional dan Audio Visual untuk mengetahui
kemampuan smash merupakan bentuk metode yang mengarah pada
pengembangan teknik smash. Dari kedua metode yang digunakan bertujuan
untuk merangsang atlet agar teknik pukulan smash menjadi lebih baik. Perbedaan
penggunaan media dan cara pelaksanaan dari kedua metode tersebut tentu akan
menimbulkan respon yang berbeda. Ditinjau dari media yang digunakan,
pelaksanaan latihan menggunakan metode audio visual memiliki kecenderungan
pengembangan unsur teknik untuk melakukan smash lebih baik. Hal ini karena,
pemanfaatan media terjadi secara optimal, dan terjadi interaksi antara pelatih dan
pemain sehingga pemain tidak pasif selama proses latihan. Materi yang
disampaikan memperlihatkan suatu peristiwa teknik pukulan smash secara
berkesinambungan, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disaksikan berulang-ulang sehingga pemain mampu melihat serta mengkoreksi
teknik gerakan smash dengan benar serta usia atlet yang masih muda
mempengaruhi untuk mereka dapat secara langsung antusias terhadap metode
latihan ini.
Namun sebaliknya, pada pelaksanaan metode konvensional ada
kecenderungan pengembangan unsur teknik untuk melakukan smash lebih baik,
namun proses di dalam latihan sedikit terabaikan. Perbedaan karakteristik dari
kedua metode tersebut tentu akan memberi dampak yang berbeda terhadap
peningkatan kemampuan smash bulutangkis. Dengan demikian diduga,
pelaksanaan metode audio visual dan konvensional di duga memiliki perbedaan
pengaruh terhadap peningkatan kemampuan smash bulutangkis.
50

2. Metode audio visual lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan


kemampuan Smash bulutangkis
Berdasarkan karakteristik dari metode Konvensional dan Audio Visual
menunjukkan bahwa, metode audio visual memilliki pengaruh yang lebih baik
terhadap kemampuan smash bulutangkis. Hal ini karena, metode audio visual
dilakukan dengan pemanfaatan media terjadi secara optimal, dan terjadi interaksi
antara pelatih dan pemain sehingga pemain tidak pasif selama proses latihan.
Ciri-ciri metode audio visual ini sangat dibutuhkan untuk kemampuan
smash. Metode yang diberikan secara sistematis dan kontinyu serta berpedoman
pada cara-cara melatih pukulan smash dengan benar, maka kemampuan smash
akan meningkat secara optimal. Selain itu metode ini juga mengoptimalkan
pemanfaatan media audio visual,dimana alat yang digunakan adalah video.
Materi yang disampaikan memperlihatkan suatu peristiwa teknik pukulan smash
secara berkesinambungan, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
di saksikan berulang-ulang sehingga pemain mampu melihat serta mengkoreksi
teknik gerakan smash dengan benar.
Metode konvensional hanya menyajikan materi secara lisan atau
ceramah, proses latihan berpusat pada pelatih sedang pemain hanya pasif
sehingga interaksi antara pelatih dengan pemain tidak optimal.
51

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah


dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh metode konvensional dan audio visual


terhadap kemampuan smash bulutangkis pada atlet putra usia 10 – 13
tahun Persatuan Bulutangkis Sari Bumi Solo Tahun 2014 / 2015.
2. Metode audio visual lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan
smash bulutangkis pada atlet putra usia 10 – 13 tahun Persatuan
Bulutangkis Sari Bumi Solo Tahun 2014 / 2015.

Anda mungkin juga menyukai