Anda di halaman 1dari 6

Organ penglihatan terdiri atas bola mata (bulbus okuli), alat penunjang (adneksa) rongga orbita (cavum

orbita). Pengkajian dapat dilakukan pada seluruh bagian organ penglihatan mulai dari mata bagian luar
mata bagian tengah maupun bagian dalam. Bulbus okuli dilindungi oleh rongga orbita yang merupakan
struktur tulang yang memiliki diameter sekitar 4 cm, dan juga bola mata dikelilingi oleh tiga bagian sinus
yaitu sinus sinus etmoid, sinus yang berada pada bagian superior, juga sinus maxilar yang berada pada
bagian inferior. Pada mata bagian luar terdapat kelopak mata, iris, pupil, sklera, kornea, konjungtiva,
juga kelenjar air mata. Pergerakan bola mata dihasilkan dari koordinasi otot okuler dan saraf kranial III IV
dan VI. Tekanan intraokuler atau tekanan di dalam mata normal berada pada rentang 10 sampai 21
mmhg. Bola mata juga terdiri dari tiga lapisan yaitu Tunika fibrosa oculi yang terdiri atas kornea dan
sklera, tunica vasculosa oculi (choroidea, korpus siliaris dan Iris), juga Tunika nervosa atau tunica Interna
(sensori). Kornea bersifat jaringannya jernih karena dia tidak mengandung pembuluh darah dan bening
berbentuk lingkaran dengan diameter 11 sampai 12 mm, sedangkan selera merupakan dinding bola
mata yang memiliki jaringan kuat dan tidak bening juga tidak kenyal yang berwarna putih dan halus.
Pertemuan antara sklera dan kornea disebut juga korneosklera atau limbus. Kornea membentuk ⅙ dari
bola mata dengan tebal 0,6 sampai 1mm sedangkan sklera membentuk 5/6 dari bola mata dengan tebal
kira-kira 1 mm. Koroid terletak antara sklera dan retina yang kaya akan bulu darah fungsi utamanya
adalah untuk memberikan nutrisi pada retina karena ia kaya akan pembuluh darah. Korpus siliaris
dimulai dari baris iris ke belakang sampai khoroidea terdiri dari otot siliaris dan proses siliare. Otot
siliaris berfungsi sebagai akomodasi. Jika otot berkontraksi maka akan menarik silia dan idea ke depan
dan kedalam, mengendorkan zonula zinii sehingga lensa menjadi cembung titik fungsi proses siliari
adalah memproduksi humor Aquos. Iris merupakan membran yang berwarna berbentuk circular
menggantung di belakang kornea di depan lensa, Di tengah ini terdapat upil untuk mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata titik otot polos ada dua jenis yang berbentuk sirkuler
sehingga pada saat kontraksi akan terjadi pengecilan pupil yang dipengaruhi oleh cahaya, yang kedua
disusun oleh radier dari tepi pupil, bila berkontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Dipersarafi oleh saraf
simpatis. Membran yang lunak tipis dan berada pada bagian belakang dari bola mata bagian dalam.
Dimana ia merupakan membran lunak, tipis dan peka berwarna bening dan letaknya di antara badan
kaca dan horor idea titik terdapat makula lutea atau bintik kuning yang berdiameter 1 sampai 2 mm
yang berperan dalam ketajaman penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang
disebut refleks fovea. Terdapat sel batang dan sel kerucut, sel batang berfungsi untuk membantu mata
melihat dalam kondisi yang gelap atau intensitas cahayanya rendah. Sedangkan sel kerucut berfungsi
untuk membantu Mata melihat dalam kondisi terang.

Selanjutnya pada alat penunjang terdapat kelopak mata atau palpebra yang terdiri atas otot levator
rectus juga saraf kranial okulomotorius berfungsi untuk melindungi bola mata dari trauma atau sinar
yang terlalu banyak. Terdapat aparatus lakrimalis yang berfungsi sebagai sekresi dan ekskresi air mata.
Otot penggerak bola mata terdiri atas otot recti yang berjalan lurus dan Otot bilik yang berbentuk
serong titik pada alat penunjang juga terdiri atas alis mata dan konjungtiva yang merupakan membran
mukosa pelapis kelopak mata dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai
limbus.

Pada proses penglihatan cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap oleh mata lalu menembus
kornea dan diteruskan melalui pupil. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh Irish untuk kemudian
masuk menyesuaikan dengan bukaan pupil diteruskan menembus lensa mata. Daya akomodasi pada
lensa mata mengatur cahaya agar jatuh tepat di bintik kuning. Kemudian pada bintik kuning cahaya
diterima oleh sel kerucut dan juga sel batang yang kemudian disampaikan ke otak. Cahaya yang
disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak sehingga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat.

Gangguan pada penglihatan diantaranya ada gangguan refraksi, glukoma, katarak, orbital dan okuler
trauma, infeksi dan inflamasi, tumor, juga gangguan sekunder. Glukoma merupakan keadaan dimana
terdapat peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan pada saraf optikus sehingga
terjadi penurunan fungsi penglihatan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan aliran keluar dari humous
aquos. Glukoma dapat disebabkan karena terdapat penurunan sistem drainase mata perubahan
anatomi atau gangguan pada salah satu sistem persepsi sensori juga bisa disebabkan oleh adanya
riwayat trauma mata dan predisposisi faktor genetik. Faktor resiko dari glukoma diantaranya usia diatas
60 tahun, kebanyakan kelompok orang dengan ras kulit hitam, genetik seperti terdapat riwayat glukoma
di keluarga, trauma trauma pada mata, riwayat penyakit seperti diabetes atau jantung dan penggunaan
obat-obatan jenis kortikosteroid. Glukoma diklasifikasikan sebagai:

1. Glukoma sudut terbuka primer atau Open Angle glaucoma. Dimana ia merupakan jenis yang
paling banyak sekitar 90 sampai 95% dan umumnya terjadi pada orang di atas 35 tahun. Humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular dan kanalis kan keadaan ini
cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita diabetes atau miopia.
2. Glaukoma sudut tertutup primer ataukah Angle glaucoma. Pada glukoma ini terjadi peningkatan
tekanan intraokular karena ada sumbatan aliran keluar humus Aquos akibat oklusi trabekular
oleh Iris perifer. Glukoma jenis ini terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis tanpa ada
kelainan lainnya.
3. Glukoma sekunder merupakan peningkatan tekanan intraokuler sebagai manifestasi dari adanya
penyakit mata lain seperti infeksi peradangan, trauma mata, tumor, katarak yang meluas,
penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor Aquos dari bilik anterior dan sebagian
besar disebabkan oleh uveitis. Jenis glukoma sekunder ini tidak secara langsung mengganggu
aktivitas struktur yang terlihat dalam sirkulasi atau reabsorpsi Aquos humor.
4. Dan yang terakhir glukoma kongenital yang disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan
di dalam mata yang tidak berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan tekanan intraokuler
meningkat dan mata bayi menjadi membesar, bagian depan mata berair, berkabut, dan peka
terhadap cahaya.

Gejala glukoma secara umum adalah pasien mengeluhkan nyeri pada mata dan area sekitarnya seperti
orbita, kepala, gigi, juga telinga. Selain itu pasien juga mengalami mual dan muntah. Pada beberapa
kasus gejala lain yang mungkin muncul adalah pandangan kabut dan terlihat Halo disekitar lampu, mual-
muntah, berkeringat, mata merah, hyperemia konjungtiva, siliar, visus menurun, edema kornea, bilik
mata depan dangkal(mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka), pupil lebar lonjong refleksi
terhadap cahaya(-), dan TIO meningkat. Penatalaksanaan pada pasien glukoma ini biasanya pada
farmakoterapi pada tahap awal diberikan obat-obatan berupa obat tetes dan obat minum. Juga dapat
dilakukan pembedahan seperti operasi laser mata, bedah konvensional, dan prosedur penyaringan.
Pengkajian fokus pada pasien dengan dugaan glukoma adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan
dengan menggunakan tonometri, gonioskopi, juga oftalmoskopi dan pemeriksaan lapang pandang.
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada pasien dengan glukoma adalah nyeri berhubungan
dengan peningkatan tekanan intraokuler gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan
kerusakan Serabut saraf, juga ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Katarak merupakan hilangnya transparansi lensa akibat adanya kekeruhan pada lensa mata titik
kekeruhan ini akan menyebabkan Sinar terhalang masuk kedalam mata sehingga timbul gejala
penurunan penglihatan yang berakibat penderita katarak tidak bisa melihat dengan jelas. Lensa yang
keruh menyebabkan cahaya sulit masuk mencapai retina sehingga timbul bayangan kabur pada retina.
Katarak biasanya diakibatkan oleh koagulasi karena adanya perubahan kimiawi dari kandungan protein
lensa yang berubah menjadi tidak larut. Katarak ini memiliki beberapa jenis tergantung pada etiologinya.
Penyebab yang pertama secara biologis yaitu faktor usia degenerasi dan kinetik. Secara fungsional yaitu
karena adanya akomodasi yang sangat kuat seperti intensitas ergot, keadaan tetani, dan
aparattiroidisme. Kemudian dapat juga disebabkan oleh keadaan imunogolic, gangguan lokal lensa mata,
juga gangguan metabolisme umum. Faktor risiko terjadinya katarak di antaranya faktor usia umumnya
pada rentang usia diatas 50 tahun, terjadi peradangan sejak kehamilan atau diturunkan oleh ibu jika
pada anak, Kemudian pada wanita lebih beresiko terkena, pola hidup merokok juga alkohol, faktor
penyakit lain seperti diabetes penggunaan obat steroid, nutrisi protein yang tinggi, juga radiasi.

Katarak diklasifikasikan menjadi:

1. Katarak developmental yang diakibatkan oleh Kegagalan proses pertumbuhan: katarak


kongenital yang terjadi sejak lahir hingga usia kurang dari 1 tahun dan katarak juvenil yang
terjadi pada usia 1 hingga 30 tahun.
2. Katarak degeneratif yang diakibatkan oleh proses degenerasi pada kelompok usia diatas 50
tahun atau katarak senile. Pada katarak ini terjadi di kerusuhan pada bagian perifer korteks atau
sekitar nukleus sehingga penglihatan semakin kabur.
3. Karakter komplikata yang terjadi akibat komplikasi yang muncul dari suatu penyakit mata atau
sistemik
4. Katarak traumatik yang terjadi akibat suatu trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
Jenis katarak ini dapat disertai dengan dislokasi ke anterior bagian depan atau posterior dari
lensa

Tanda dan gejala pada katarak diantaranya terjadi penurunan ketajaman penglihatan yang dipengaruhi
oleh tebal atau tipis nya kekeruhan dan lokasinya, pasien mengeluh adanya bercak hitam pada lapang
pandang yang mengikuti pergerakan mata terjadi diplopia atau poliopia, muncul bayangan Halo di
sekitar sumber cahaya, dan artificial myopia atau kondisi lensa yang lebih cembung sehingga pandangan
kabur saat membaca dan bila tanpa kacamata maka perlu melihat bacaan secara dekat.
Penatalaksanaan dilakukan melalui farmakoterapi yaitu melalui obat-obatan lokal sistemik juga
pemberian obat-obatan sebagai perawatan pre dan post operasi seperti obat tetes yang diberikan setiap
10 menit pada satu jam sebelum operasi dan antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah infeksi dan
peradangan pasca operasi. Penatalaksanaan juga dilakukan melalui pembedahan yaitu dengan
mengekstraksi katarak yang merupakan tindakan paling tepat untuk dapat mengobati katarak.
Pengkajian pada katarak terdiri atas pengkajian tajam penglihatan:

- Snellen visual acuity test: untuk mengukur derajat ketajaman visual pada pasien
- Ophthalmoscopy: untuk melihat luasnya katarak
- Slit lamp-biomicroscopic examination: untuk menentukan derajat pembentukan
katarak.
Pengkajian juga dilakukan Melalui pengkajian riwayat kesehatan pasien dan pengkajian tanda-tanda vital
juga tes operasi (hitung darah lengkap, EKG, urinalisis), juga riwayat konsumsi obat-obatan seperti terapi
antikoagulan. Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada pasien dengan Katarak adalah

- Kecemasan berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan


- Gangguan persepsi sensori titik2 penglihatan berhubungan dengan perubahan
penerimaan sensori atau statis organ penglihatan
- Resiko injuri berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
- Defisit pengetahuan tentang prognosis penyakit berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi
- Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pembedahan pada jaringan

Organ telinga terdiri dari organ telinga bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam. Telinga bagian luar
terdiri dari auricularia dan saluran tengah bagian luar yang terdiri dari rambut, kelenjar sebasea, dan
kelenjar ceruminous yang mengeluarkan zat berwarna coklat seperti lilin atau serumen yang berfungsi
menjaga gendang telinga lentur dan berperan dalam menangkap debu yang masuk. Pada telinga bagian
tengah terdiri atas tuba eustachius yang berfungsi sebagai saluran drainase sekresi normal dan
abnormal pada telinga tengah dan menyamakan tekanan pada telinga tengah dengan tekanan atmosfer
sehingga gendang telinga dapat bergetar dengan baik. Kemudian juga terdiri atas Membran timpani
yang berwarna abu-abu sangat tipis dengan diameter 1 cm. Membran timpani ini melindungi telinga
tengah dan merambatkan getaran suara dari Saluran telinga. Pada telinga bagian dalam terdiri dari tiga
tulang paling kecil yaitu malleus, incus, dan stapes. Selain itu terdapat pula organ koklea yang terdapat
saraf kranial VII dan VIII juga terdapat organ untuk keseimbangan yaitu semisirkular kanal. Di bagian
telinga dalam juga terdapat membran nukleus labirin dan organ korti untuk mengubah energi mekanik
menjadi aktivitas neural dan memisahkan suara menjadi frekuensi yang berbeda. Fungsi pendengaran
dilakukan dengan dua cara yaitu melalui udara juga melalui tulang suara yang ditransmisikan oleh udara
berjalan melalui air-filled external dan middle air melalui getaran membran timpani dan ossicles. Suara
yang ditransmisikan oleh tulang berjalan langsung melalui tulang ke telinga bagian dalam melewati
Membran timpani dan ossicle. Normalnya konduksi udara lebih efisien namun kerusakan pada membran
timpani atau gangguan pada ossicle mengganggu konduksi udara normal yang mengakibatkan
berubahnya rasio udara dengan tekanan dan menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran. Pada air
conduction suara proses pendengaran terjadi melalui proses :
1. Sesuatu bergetar dan menciptakan sebuah gelombang bunyi.
2. Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga.
3. Gelombang bunyi masuk ke dalam liang telinga.
4. Gelombang bunyi menggetarkan gendang telinga dan diubah menjadi energi mekanik.
5. Terdapat tulang pendengaran di telinga tengah: malleus, incus, dan stapes.
6. Gendang telinga menggetarkan tulang pendengaran dan meneruskannya ke telinga dalam.
Gangguan pendengaran konduktif biasanya terjadi di telinga tengah ini.
7. Getaran Cairan di dalam koklea/rumah siput merangsang sel-sel rambut menghasilkan
impuls bio elektrik.
8. Kerusakan sel-sel rambut pada koklea akan mengakibatkan gangguan pendengaran
sensorineural.
9. Impuls listrik dari sel-sel rambut diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran.
Di otak, impuls dari kedua telinga tersebut diartikan sebagai suara.
Pengkajian lakukan melalui whisper test, weber test, rinne test, schwabach test.

Otitis media supuratif kronik dibagi menjadi otitis media supuratif dan otitis media non supuratif.
Otitis media supuratif dibagi kembali menjadi otitis media akut dan otitis media kronis atau omsk
sedangkan otitis media non supuratif dibagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis media serosa
kronis. Otitis media akut merupakan peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tube eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang peradangannya terjadi kurang
dari 6 minggu. Keadaan ini diakibatkan oleh pertahanan tubuh yang terganggu atau sumbatan Tuba
eustachius dan infeksi saluran nafas atas. Pada anak bahkan bisa terjadi ISPA dan pada bayi baru
lahir terjadi karena Tuba eustachius Masih pendek lebar dan horizontal. Otitis media akut Terdiri dari
5 Stadium yaitu stadium oklusi tuba eustachius, hiperemis, supurasi, perforasi, dan resolusi.
Otitis media supuratif kronik(omsk) diakibatkan oleh bakteri streptokokus pneumonia, hemofilus
influenza dan moraxella catarrhalis yang menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada mukosa
sehingga menimbulkan iritasi pada ossicles dengan telinga bagian tengah yang diikuti oleh
pengeluaran eksudat. Disebut otitis media kronik jika otitis media akut terjadi lebih dari 6 minggu.
Infeksi kronis telinga bagian tengah yang merusak Membran timpani menghancurkan ossicles dan
mastoid. Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani sekret yang keluar
terus-menerus atau hilang timbul(sehat encer/ kental/bening/nah) keadaan ini dapat disebabkan
oleh terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi daya tahan tubuh
pasien rendah, atau hygiene yang buruk. Manifestasi klinis dari omsk diantaranya pasien dengan
omsk umumnya terjadi otorrhea, nyeri bila daerah post auricular disentuh, pada otoskopi membran
timpani perforasi dan kolesteatoma dapat diidentifikasi sebagai masa di belakang Membran timpani
atau masuk ke saluran keluar dari perforasi, terjadi demam, riwayat batuk pilek hingga telinga terasa
penuh, kolesteatoma, disebabkan oleh kantong retraksi kronis pada membran timpani membuat
tekanan negatif pada telinga, audiometric atau gangguan pendengaran konduktif atau campuran.
Manajemen pada omsk dilakukan melalui sachsenring dengan hati-hati menggunakan bantuan
mikroskopik AB drop atau powder untuk mengurangi keluaran sekret, AB sistemik hanya untuk
kondisi akut dan surgical management : timpanoplasti, ossiculoplasty, atau mastoidektomi.
Pengkajian pada pasien omsk perhatikan Apakah terdapat eritema, edema, otorea, lesi, bau atau
perubahan warna sekret, tinnitus, nyeri pada telinga, pusing, dan juga dilakukan pemeriksaan
otoskop. Diagnosa keperawatan pada pasien mastoidektomi umumnya muncul kecemasan
berhubungan dengan prosedur operasi, resiko kehilangan pendengaran, resiko gangguan
pengecapan dan resiko gangguan motorik pada wajah. Kemudian nyeri akut berhubungan dengan
operasi resiko infeksi berhubungan dengan mastoidektomi juga penempatan graf, gangguan
persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan gangguan pendengaran atau operasi, resiko
luka berhubungan dengan gangguan keseimbangan atau vertigo selama periode post operasi,
gangguan integritas kulit berhubungan dengan operasi telinga, insisi juga graft, dan kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan penyakit mastoid, prosedur operasi dan perawatan post operasi.
Vertigo merupakan perasaan seolah-olah penderita atau benda di sekitar penderita
bergerak/berputar yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Umumnya
berlangsung beberapa waktu atau bisa sampai beberapa jam hingga hari dan penderita umumnya
merasa lebih baik jika berbaring diam tetapi ketiga bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak
bergerak sama sekali. Vertigo dibagi menjadi berapa jenis:
1. Vertigo peripheral, terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Ciri dari
vertigo peripheral pasien umumnya merasa pandangannya menggelap rasa lelah dan
stamina menurun, jantung berdebar, hilang keseimbangan, tidak mampu berkonsentrasi,
perasaan seperti mabuk, otot terasa sakit, mual dan muntah, memori dan daya pikir
menurun, sensitif pada cahaya terang dan suara, dan berkeringat.
2. Vertigo Sentral, saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo Sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan yaitu daerah percabangan otak dan cerebellum
(otak kecil). Ciri dari vertigo Sentral umumnya pasien mengeluh penglihatannya menjadi
ganda, sukar menelan, kelumpuhan otot-otot, sakit kepala yang parah, kesadaran
terganggu, tidak mampu berkata-kata, hilangnya koordinasi, mual dan muntah, dan Tubuh
terasa lelah.
Vertigo dapat disebabkan oleh gangguan fungsi otak sementara karena kurangnya aliran darah ke
Salah satu bagian otak, endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri,
peradangan saraf vestibuler, penyakit meniere, juga kelainan neurologis. Penyebab vertigo yang
paling umum adalah benign paroxysmal peripheral vertigo, vestibular neuritis, vestibular migraine,
dan meniere’s disease. Manifestasi klinis dari vertigo diantaranya mual, instabilitas postural,
pandangan kabur, di orientasi, nyeri dan masalah emosional seperti kecemasan dan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan penunjang vertigo dilakukan melalui
tes romberg yang dilakukan untuk membedakan lesi proprioseptif(sensory Axiata) atau lesi
cerebellum. Pada gangguan proprioseptif jelas sekali terlihat perbedaan antara membuka dan
menutup mata. Pada waktu membuka mata klien Masih sanggup berdiri tegak tetapi begitu Menutup
Mata klien langsung kesulitan mempertahankan diri dan jatuh. Pada Lesi cerebellum ketika
membuka mata dan menutup mata klien kesulitan berdiri tegak. Kemudian pemeriksaan penunjang
juga dilakukan melalui tes melangkah ditempat (stepping test) dan salah tunjuk (pos pointing). Pada
pasien dengan dugaan vertigo kaji riwayat vertigo Seperti apakah omsetnya tiba-tiba atau
berlangsung secara gradual, kaji vertigo yang dirasakan minggu atau bulan ini, riwayat vertigo
sebelumnya, Apa yang membuat vertigo merasa lebih ringan atau berat, ada gejala gangguan saraf
lainnya juga adanya penurunan pendengaran dan tinnitus. Kemudian kaji keluhan adanya mual-
muntah, pergerakan bola mata yang abnormal sakit kepala, tinnitus, penurunan pendengaran
berkeringat dan perasaan tidak seimbang. Diagnosa yang umumnya muncul pada pasien dengan
vertigo di antaranya resiko cedera berhubungan dengan kerusakan keseimbangan (N. VIII),
intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, nyeri akut berhubungan dengan stres dan
tekanan/iritasi atau gangguan saraf/ vasopressor, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya input makanan, juga ketidakefektifan koping berhubungan
dengan relaksasi yang tidak adekuat atau metode koping yang tidak adekuat.

Anda mungkin juga menyukai