Anda di halaman 1dari 19

7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. A


DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE

Firly Rahmatiana¹, Hertuida Clara²

1.Program Diploma tiga Keperawatan, Akademi Keperawatan Pasar Rebo


2. Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Jl. Tanah Merdeka No. 16-18 Jakarta Timur

Email: firlyrahmatiana99@gmail.com

Abstrak

Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan sindrom klinis atau sekumpulan tanda
dan gejala ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh secara adekuat, akibat adanya
gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Biasanya akan ditemukan tanda dan gejala seperti
sesak nafas saat beraktifitas ataupun istirahat, merasa cepat lelah, tidak bertenaga, retensi air seperti
kongesti paru, edema tungkai, dan adanya abnormalitas dari struktur dan fungsi jantung (Marulam M,
2015). Menurut LeMone (2012) akibat lanjut dari penyakit gagal jantung secara cepat berpengaruh
terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan kematian sel akibat kekurangan
oksigen yang dibawa dalam darah itu sendiri.Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini adalah untuk memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan klien
dengan CHF. Metode dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif atau
gambaran suatu kasus. Masalah keperawatan antara lain: bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokard; perubahan structural, dan kelebihan volume cairan berhubungan
dengan retensi air. Empat diagnosa keperawatan belum teratasi karena jantung kongestif merupakan
penyakit jantung stadium akhir yang bersifat irreversible dimana jantung tidak akan dapat kembali
pulih seperti semula.

Kata kunci : asuhan keperawatan, gagal jantung kongestif, oksigenasi

Abstract

CHF or Congestive Heart Failure is a clinical syndrome or a set of signs and symptoms are
characterized by shortness of wicked breath and fatik ( at nest or during activity). This cause by the
inability of the heart to pump blood throughout the body, due to structural and functional disordes of
the heart. Moreover, signs and symptoms will be found like shortness of breath at rest or during
activity, feeling tired, not powerful, water retention such as pulmonary congestion. Leg edema, and
abnormalities of heart structure and function (Marulam M, 2015). According to LeMone (2012), the
consequences of heart failure quickly affect the lack of blood supply, thus causing cell death due to
lack of oxygen carried in the blood it self. The goals of this research is to get real experience in
nursing care for the patient. The method in this research is descriptive method or description of a case.
The nursing problems in the form of cleaning the airway is not effective, in effective airway clearence
associated with increased sputum production, decreased cardiac output associated with changes in
myocardial contractility, structural changes, excess fluid volume is associated with retention. Four
nursing diagnoses have not been resolved because congestive heart disease is an end-stage heart
disease that is irreversible where the heart will not be able to recover as before

Keywords: nursing process, congestive Heart Failure (CHF),oxigenation


8

Pendahuluan kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas


dengan tiba-tiba yang bisa berakibat pada
Jantung merupakan salah satu organ
keadaan terburuk yaitu kematian.
terpenting dalam tubuh manusia, apabila
Berdasarkan data WHO ( Word Health
jantung tidak bisa berfungsi secara normal
Organization ) terjadi peningkatan angka
untuk mempompa darah keseluruh tubuh
kematian akibat gagal jantung, 17,5 juta
dan menyuplai kebutuhan metabolisme
kasus terjadi pada tahun 2012, 23 juta kasus
tubuh maka sangat berbahaya bagi tubuh
terjadi pada tahun 2014 dan pada tahun 2016
yang dapat menyebabkan kematian. Akibat
tercatat 17,5 juta orang di dunia meninggal
dari perubahan gaya hidup, peningkatan
akibat gagal jantung. Berdasarkan hasil
konsumsi kalori, lemak dan garam, merokok
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
serta penurunan aktivitas menyebabkan
2018, prevalensi penyakit gagal jantung di
peningkatan insiden penyakit jantung. Salah
Indonesia terdapat 1,5% kasus dan terus
satu penyakit yang menyerang sistem
meningkat seiring bertambahnya umur.
kardiovaskular yaitu gagal jantung
Kasus CHF tertinggi yang terdiagnosis
kongestif. Congestive Heart Failure (CHF)
tenaga kesehatan adalah usia 65-74 tahun
atau gagal jantung merupakan sindrom
(0,49%) dan terendah pada kelompok usia
klinis atau sekumpulan tanda dan gejala
15-24 tahunya itu sebesar (0,02%).
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat
Prevalensi CHF berdasarkan jenis kelamin
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan
lebih banyak perempuan (0,2%)
oleh ketidakmampuan jantung untuk
dibandingkan dengan laki-laki (0,01%).
memompakan darah keseluruh tubuh selama
Berdasarkan data yang didapatkan dari buku
adekuat, akibat adanya gangguan struktural
rekam medik Ruang Flamboyan RSUD
dan fungsional dari jantung (Marulam M,
Pasar Rebo Jakarta Timur ditemukan data
2015). Menurut LeMone (2012) akibat
pasien dengan diagnosa medis gagal
lanjut dari penyakit gagal jantung secara
jantung/ CHF terhitung dalam 3 bulan
cepat berpengaruh terhadap kekurangan
terakhir pada tanggal 1 Desember sampai
penyediaan darah, sehingga menyebabkan
tanggal 28 Februari 2019 sebesar (14,30%)
kematian sel akibat kekurangan oksigen
atau sekitar 89 pasien.
yang dibawa dalam darah itu sendiri.
Dengan angka kejadian dan akibat lanjut
Kurangnya suplay oksigen keotak (Cerebral
dari CHF, peran perawat sebagai tenaga
Hypoxia), menyebabkan seseorang
9

kesehatan professional sangatlah diharapkan tindakan kolaboratif pemberian obat


dalam memberikan asuhan keperawatan digitalis. Sedangkan peran perawat dalam
secara komprehensif meliputi bio-psiko- upaya rehabilitatif, merupakan upaya
sosio-spiritual, guna meminimalkan pemulihan kesehatan bagi penderita CHF,
penderita CHF. Peran seorang perawat yaitu dengan melakukan latihan fisik, seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan senam jantung serta rutin melakukan
secara komprehensif dengan menggunakan medical check up.
empat aspek diantaranya peran promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam Pengertian
upaya promotif perawat berperan dengan Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal
memberikan pendidikan kesehatan meliputi jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas
penyakit CHF sehingga dapat mencegah (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
bertambahnya jumlah penderita. Dalam disebabkan oleh kelainan struktur atau
upaya preventif, merawat memberikan fungsi jantung (Marulam M, 2014).
pendidikan kesehatan kepada klien yang Smeltzer & Bare (2013) menyatakan gagal
sudah terkena penyakit CHF agar tidak jantung adalah ketidakmampuan jaringan
terjadi komplikasi yang tidak diinginkan, untuk memompa darah dalam jumlah yang
seperti pembatasan cairan, pembatasan cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
aktifitas, mengurangi makanan tinggi garam, dan nutrisi jaringan. Sedangkan menurut
mengurangi makanan berlemak untuk LeMone (2012) gagal jantung merupakan
mencegah terjadinya penumpukan plak pada suatu sindrom kompleks yang terjadi akibat
pembuluh darah, serta diharapkan untuk gangguan jantung yang merusak
rajin mengontrol tekanan darah untuk kemampuan ventrikel untuk mengisi dan
menghindari terjadinya komplikasi. Peran memompa darah secara efektif.
perawat dalam upaya kuratif yaitu
memberikan tindakan keperawatan sesuai Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
dengan masalah dan respon klien terhadap bahwa abortus imminens adalah bercak
penyakit yang diderita, seperti : memberikan perdarahan yang berlangsung pada awal
klien istirahat fisik dan psikologis, kehamilan diikuti keluhan nyeri perut seperti
mengelola pemberian terapi oksigen, dan kram beberapa jam hingga beberapa hari,
10

dalam kondisi seperti ini kehamilan masih semaksimal mungkin sehingga kehilangan
dapat dilanjutkan atau dipertahankan. cadangan jantung. Jantung yang lemah
Etiologi memiliki kemampuan jantung yang terbatas
untuk berespon terhadap kebutuhan tubuh
Menurut Black & Hawks (2014) penyebab
terhadap peningkatan keluaran dalam
CHF terbagi menjadi dua, yaitu: faktor
keadaan stress. Jika curah jantung tidak
intrinsik yang diakibatkan oleh penyakit
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
Arteri Koroner (PAK). PAK mengurangi
metabolik, mekanisme kompensasi
aliran darah melalui arteri sehingga
diaktifkan, termsuk respon neurohormonal.
mengurangi penghantaran oksigen ke
miokardium. Penyebab lain yang cukup
Mekanisme ini membantu meningkatkan
sering adalah infark miokardium. Selama
kontraksi dan mempertahankan integritas
infark miokardium, miokardium kekurangan
sirkulasi, tetapi jika terus berlangsung akan
darah dan jaringan mengalami kematian
menyebabkan pertumbuhan otot yang
sehingga tidak dapat berkontraksi,
abnormal dan rekonfigurasi (remodeling
miokardium yang tersisa harus melakukan
jantung). Respon kompensatorik terhadap
kompensasi untuk kehilangan jaringan
penurunan curah jantung adalah dilatasi
tersebut. Penyebab lainnya adalah penyakit
ventrikel, peningkatan stimulasi sistem saraf
katup, kardiomiopati, dan distritmia.
simpatif dan aktifasi sistem renin-
Sedangkan, pada faktor ekstrinsik
angiotensin. Perubahan jantung juga
disebabkan oleh peningkatan afterload
didukung dengan adanya peningkatkan
(misalnya hipertensi), peningkatan volume
volume darah melalui retensi air dan natrium
sekuncup jantung dan hypovolemia atau
oleh ginjal, karena kadar aldosteron dan
peningkatan preload, dan peningkatan
katekolamin dalam plasma meningkat.
kebutuhan tubuh (kegagalan keluaran yang
tinggi, misalnya tiritoksitosis, kematian).
Mekanisme kompensasi yang sudah tidak
Patofisiologi lagi efektif tentu saja menyebabkan
terjadinya penambahan beban pada jantung
Proses perjalanan penyakit menurut Black
yang sudah bekerja sangat kuat. Hipertrofi
dan Hawks (2014) dan LeMone (2012),
miokardium menjadi rusak karena keperluan
yaitu Jantung yang mengalami kegagalan,
oksigen pada massa otot yang membesar
pada waktu istirahat pun memompa
11

menjadi meningkat. Jantung melebar Manifestasi Klinis


melampaui batas ketegangan kontraksi
Menurut Smeltzer & Bare (2013), tanda dan
secara wajar. Penambahan volume darah
gejala gagal jantung dibedakan menurut
berakibat bendungan yang nyata yang
gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.
selanjutnya menekan jantung. Akhirnya
Pada gagal jantung kiri menimbulkan tanda
curah jantung menjadi menurun.
dan gejala seperti kongesti pulmonal:
dispnea atau sulit bernafas; dispnea saat
Gagal jantung kiri dapat berkembang
beraktifitas, ortopnea, Paroksimal Nortural
menjadi gagal jantung kanan akibat
Dispnea (PND) atau mendadak terbangun
meningkatnya tekanan vaskular paru
karena dispnea dipicu oleh timbulnya edema
sehingga membebani ventrikel kanan. Selain
paru intertisial, batuk, sputum berbusa,
secara tidak langsung melalui pembuluh
krekles pada kedua paru, oliguria dan
paru tersebut, disfungsi ventrikel kiri juga
nokturia, gangguan pencernaan, pusing,
berpengaruh langsung terhadap fungsi
sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas, kulit
ventrikel kanan melalui fungsi anatomis
pucat atau dingin, dan takikardia. Namun,
biokimiawinya. Kedua ventrikel mempunyai
pada gagal jantung kanan menimbulkan
satu dinding yang sama yaitu septum
tanda dan gejala seperti kongesti pada
interventrikularis yang terletak dalam
jaringan viseral dan perifer, edema
perikardium. Selain itu, perubahan-
ekremitas bawah, hepatomegali, asites,
perubahan biokimia seperti berkurangnya
kehilangan nafsu makan dan mual, lemah,
cadangan nonepineprin miokardium selama
peningkatan berat badan akibat akumulasi
gagal jantung dapt merugikan kedua
cairan.
ventrikel. Infark ventrikel kanan dapat
timbul bersamaan dengan infark ventrikel Komplikasi
kiri, terutama infark dinding inferior. Infark
Menurut Black dan Hawks (2014),
ventrikel kanan jelas merupakan faktor
komplikasi gagal jantung dibedakan menjadi
predisposisi terjadinya gagal jantung kanan.
dua pada gagal jantung ventrikel kiri dapat
Kongesti vena sistemik akibat gagal jantung
berdampak nyata pada paru akibat,
kanan bermanifestasi sebagai pelebaran vena
bendungan progresif darah dalam sirkulasi
leher, hepatomegali, dan edema perifer.
paru. Terjadinya penebalan dinding alveoli
akibat penimbunan cairan, menyebabkan
12

cairan yang berlimpah masuk kedalam Klien masuk tanggal 24 Februari 2019 pukul
rongga alveoli sehingga dapat terjadi edema 17:30 WIB, klien diantar oleh keluarganya
paru. Lalu dapat berdampak pada ginjal ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan
akibat pengurangan curah jantung dan nyeri dada sebelah kiri sampai ke pundak
volume darah arteri berakibat perubahan belakang dan lengan, sesak nafas dan kaki
aliran darah ginjal. Sedangkan pada otak edema. Diagnosa medis CHF. Saat di IGD
dapat menyebabkan terjadinya hipoksia hasil TTV Tn. A adalah TD 160/90 mmHg,
serebral dapat menimbulkan berbagai gejala Nadi: 98 x/menit, Suhu: 37,3oC, RR: 26
penyakit seperti tidak tenang, hilang ingatan, x/menit, CRT <2 detik. Sedangkan tindakan
bahkan dapat berlanjut menjadi koma. Pada kolaborasi yang diberikan untuk Tn. A
gagal jantung ventrikel kanan akan dibebani adalah obat Amlodipin 1x10mg tab, CPG
oleh peningkatan tahanan dalam sirkulasi 1x75mg tab, Concor 1x2,5 mg tab, ISDN
paru, dilatasi jantung mengenai ventrikel 2x5 mg tab dan infus RL/12 jam. Selama di
dan atrium kanan. Jika terjadi penurunan IGD dilakukan tindakan EKG dan
fungsi ventrikel kanan, akan menyebabkan pemeriksaan laboratorium, dengan hasil
edema perifer dan kongesti vena pada organ. EKG menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
tanggal. Hasil laboratorium tanggal 24
Penatalaksanaan Medik
Februari 2019 Hemoglobin 12,0 g/dL (13,2
Menurut Black dan Hawks (2014), g/dL - 17,3g/dL), Hematokrit 35% (40% -
penatalaksanaan medis untuk CHF yaitu: 52%), Eritrosit 4,7 juta/ul (4,4 juta/ul – 5,9
mengurangi beban miokardial, dengan juta/ul), Leukosit 8,5 ribu/ul (3,80 ribu/ul –
pemberian diuretik, menempatkan klien 10,60 ribu/ul), Trombosit 400 ribu/ul (150
pada posisi semi fowler untuk mengurangi ribu/ul – 440 ribu/ul), Ureum darah 36 mg/dl
dispnea, mengurangi retensi cairan, retensi (20 g/dL- 40 g/dL), Kreatinin 1,43 mg/dl
cairan dan natrium, pemberian obat (0,17 mg/dl – 1,50 mg/dl), eGFR 60 ml/min,
inotropik, pemberian oksigen, pemberian GDS 155 mg/dl, Natrium 145 mmol/L ( 135
inhibitor ACE, dan mengurangi stress. mmol/L – 147 mmol/L), Kalium 4,7 mmol/L
(3,5 mmol/L -5,0 mmol/L), Klorida 105
Tinjauan Kasus
mmol/L (98 mmol/L – 108 mmol/L). Pada
Resume tanggal 25 Februari 2019, pukul 09:00 WIB
klien dipindahkan keruang Flamboyan
13

dengan keluhan nyeri dada sampai kepundak mmol/L), Kalium 3,8 mmol/L (3,5 mmol/L -
belakang, sesak nafas, kaki bengkak dan 5,0 mmol/L), Klorida 108 mmol/L (98
pusing. Klien mengatakan memiliki kadar mmol/L – 108 mmol/L), hasil EKG
kolesterol yang tinggi, riwayat penyakit menunjukkan hipertropi ventrikel kiri, hasil
Hipertensi dan TB Paru sejak 5 tahun yang pemeriksaan Echo adalah fungsi ventrikel
lalu dan telah mengikuti pengobatan selama kiri menurun dan disfungsi diastolik
6 bulan secara teratur. TTV: TD 140/80 ventrikel kiri grade satu, hasil Rongen
mmHg, N: 98x/menit, S: 36,6 OC, RR: Torax: Kardiomegali, Bronkopneumoni.
26x/menit. Kesadaran Composmetis, Klien diberikan terapi: Amlodipin 1x10mg
terdapat suara tambahan nafas ronchi, CRT tab, CPG 1x75mg tab, Concor 1x2,5 mg tab,
<3 detik, terdapat udema pada kaki, GCS 15 ISDN 2x5 mg tab, OBH Syrup 3x15 ml,
(E: 4, M: 6, V:5) dan tampak pucat. IVFD RL/12 jam.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan
Analisa Data
adalah: Bersihan jalan nafas tidak efektif,
penurunan curah jantung, kelebihan volume No Data Masalah Etiologi
cairan, intoleransi aktivitas, dan resiko 1. DS: Bersihan Peningkat
infeksi. Tindakan keperawatan yang telah  Klien jalan an
dilakukan adalah pengukuran TTV, mengataka nafas produksi
pengambilan sample darah, perekaman n batuk tidak sputum
EKG, pemeriksaan Echo dan pemberian berdahak efektif
terapi diuretik lasix. Hasil laboratorium  Klien
tanggal 26 Februari 2019: Hemoglobin 13,0 mengataka
g/dL (13,2 g/dL - 17,3g/dL), Hematokrit n memiliki
39% (40% - 52%), Eritrosit 4,4 juta/ul (4,4 riwayat
juta/ul – 5,9 juta/ul), Leukosit 7,8 ribu/ul penyakit
(3,80 ribu/ul – 10,60 ribu/ul), Trombosit 339 TBC 5
ribu/ul (150 ribu/ul – 440 ribu/ul), Ureum tahun yang
darah 35 mg/dl (20 g/dL- 40 g/dL), lalu
Kreatinin 1,19 mg/dl (0,17 mg/dl – 1,50 DO:
mg/dl), eGFR 65 ml/min, GDS 150 mg/dl,  RR: 22
Natrium 139 mmol/L ( 135 mmol/L – 147 x/menit
14

 Hasil edema
pemeriksa pada kaki
an rongen +2
torax  Hematokrit
Bronkopne 39%
umoni  Hasil
 Terdapat pemeriksaa
suara nafas n echo
tambahan adalah
ronchi fungsi
 Klien ventrikel
tampak kiri
batuk, menurun
sputum dan
berlendir, disfungsi
konsistensi diastolik
kental dan ventrikel
berwarna kiri grade
putih satu Penurun
DS: tidak ada DS: an curah Perubahan
3.
2. DO: Kelebiha Retensi air  Klien jantung kontraktili

 TD: 150/90 n volume mengataka tas

mmHg cairan n memiliki miokard;

 balance riwayat perubahan

cairan kolesterol struktural:

2.652 cc – yang tinggi Hipertropi

2.100 cc = sejak 3 ventrikel

+522cc/ 24 tahun dan kiri

jam hipertensi
 Tampak sejak 19
tampak tahun
15

 Klien n cepat
mengataka lelah dan
n nyeri sesak saat
pada dada beraktivitas
sebelah lama
kiri, klien DO:
mengataka  TD: 150/90
n nyeri mmHg
seperti  Hasil
ditusuk- pemeriksaa
tusuk, nyeri n rongen
yang torax
dirasakan Kardiomeg
dada ali
hingga  Hasil EKG:
pundak menunjukk
belakang,s an
kala nyeri hipertropi
5,klien ventrikel
mengataka kiri.
n nyeri  Hasil
yang pemeriksaa
dirasakan n echo
jika terlalu adalah
sering fungsi
beraktivitas ventrikel
dan muncul kiri
selama 5 menurun
menit dan
 Klien disfungsi
mengataka diastolik
16

ventrikel 150/90
kiri grade mmHg
satu  Hemoglobi
 Klien n 13,0 g/dl
tampak  Kekuatan
meringis otot
 Klien  4444 3333 Defisit
tampak Intoleran 4444 3333 Pengetah
pucat si uan:
DS: aktivitas Kelemaha DS: tentang Kurang
4. 5.
 Klien n;  Klien dan cara informasi
mengataka Ketidaksei keluarga perawata tentang
n cepat mbangan mengataka n klien cara
lelah, nyeri suplai O2 n tidak dengan perawatan
dada dan dengan mengetahui CHF klien
sesak saat kebutuhan bagaimana dirumah dengan
beraktivitas cara CHF
lama perawatan dirumah

 Klien dirumah
mengataka dan
n lemas makanan
 Klien apa yang
mengataka baik atau
n tidak tidak baik
mandi, untuk
keramas, dikonsumsi
sikat gigi DO:
karena  Klien
lemas tampak
DO: sering
 TD: bertanya
17

tentang Data Subjektif: Klien mengatakan


cara batuk berdahak, klien mengatakan
perawatan memiliki riwayat penyakit TBC 5 tahun
CHF yang lalu
dirumah Data Objektif: RR: 21 x/menit, hasil
pemeriksaan rongen torax
Bronkopneumoni, terdapat suara nafas
Diagnosa Keperawatan
tambahan ronchi, klien tampak batuk,
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif sputum berlendir, konsistensi kental dan
berhubungan dengan peningkatan berwarna putih.
produksi sputum. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
2. Penurunan curah jantung berhubungan keperawatan 3x24 jam diharapkan
dengan perubahan kontraktilitas miokard; bersihan jalan nafas efektif.
perubahan structural. Kriteria Hasil : RR: 12-20 x/ menit,
3. Kelebihan volume cairan berhubungan tidak ada batuk berdahak, suara nafas
dengan retensi air. vesikuler, tidak tampak sesak.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Rencana tindakan:
kelemahan; ketidakseimbangan suplai O2 Mandiri:
dengan kebutuhan. a. Pantau adanya dispnea, penggunaan
5. Defisit pengetahuan tentang cara otot bantu napas
perawatan klien dengan CHF dirumah b. Ajarkan batuk efektif dan tarik nafas
berhubungan dengan Kurang informasi dalam
tentang cara perawatan klien dengan CHF c. Kaji suara, upaya, kedalaman, dan
dirumah. frekuensi pernafasan
d. Pertahankan polusi lingkungan yang
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi minimum, misalnya: debu, asap, bulu
Keperawatan bantal
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif e. Bantu latihan napas pursed lip
berhubungan dengan peningkatan breathing (napas bibir)
produksi sputum f. Catat jenis dan jumlah sekret yang
keluar
18

g. Atur pasien dengan posisi nyaman, ml RS:-, RO: klien tampak nafas dalam,
peninggian tempat tidur, atur posisi combivent 2,5 ml telah diberikan (Firly).
45o Pukul 11:00 WIB mengajarkan klien cara
Kolaborasi: batuk efektif dan mencatat jenis dan
h. Berikan terapi inhalasi Combivent jumlah sekret RS: klien mengatakan dahak
2x2,5ml susah dikeluarkan RO: tampak klien dapat
i. Berikan terapi obat OBH Syrup 3x15 batuk efektif, tampak dahak keluar sedikit,
ml warna putih, konsistensi kental (Firly).
Pukul 12:15 WIB memberikan terapi obat

Implementasi Keperawatan: oral OBH syrup 15 ml RS:-, RO: terapi

Tanggal 26 Februari 2019 obat oral telah diberikan (Firly). Pukul

Pada pukul 08:00 WIB mengobservasi 12:20 WIB mengatur posisi 45oRS: klien

keadaan umum dan TTV RS:-RO: RR: mengatakan tidak sesak RO: tampak sesak

22x/menit (Firly). Pukul 09:15 WIB klien berkurang (Firly). Pukul 17:00 WIB

memberikan terapi obat oral OBH syrup 15 memberikan terapi inhalasi combivent

ml RS:- RO: terapi obat oral telah 2,5ml RS:-, RO: combivent 2,5 ml telah

diberikan (Firly). Pukul 09:20 WIB diberikan (perawat ruangan). Pukul 17:30

memantau adanya dispnea dan penggunaan WIB mengajarkan klien cara nafas dalam,

otot bantu nafas RS: klien mengatakan RS:-, RO: klien mampu melakukan nafas

agak sesak RO: RR: 22 x/menit, klien dalam (perawat ruangan). Pukul 20:00

tidak menggunakan otot bantu nafas WIB memberikan terapi obat oral: OBH

(Firly). Pukul 09:35 WIB mengajarkan syrup 15 ml RS: -, RO: terapi obat oral

klien latihan pursed lip breathing RS: klien telah diberikan (perawat ruangan). Pukul

mengatakan agak sesak RO: tampak klien 24:00 WIB menganjurkan klien untuk

mampu melakukan pursed lip breathing istirahat RS:-, RO: klien tampak

(Firly). Pukul 10:00 WIB mengkaji suara, beristirahat.

kedalaman, dan frekuensi pernafasan RS:


klien mengatakan agak sesak RO: suara Evaluasi Keperawatan:

nafas ronchi, kedalaman dangkal, frekuensi Pada hari/ tanggal: Kamis, 28 Februari

21x/ menit (Perawat). Pukul 10:30 WIB 2019 pukul 14.00 WIB

memberikan terapi inhalasi combivent 2,5


19

Subjektif: klien mengatakan sesak jika dan disfungsi diastolik ventrikel kiri grade
terlau banyak aktivitas, klien mengatakan satu.
masih batuk dan sulit mengeluarkan dahak, Tujuan : setelah dilakukan tindakan
klien mengatakan sesak berkurang. keperawatan 3x24 jam diharapkan curah
Objektif: tampak klien lebih sering duduk, jantung adekuat
RR: 20 x/menit, klien tampak masih batuk, Kriteria Hasil : TD: 110/70 - 120/80
suara nafas ronchi. Analisa: tujuan belum mmHg, Nadi 60-80 x/menit, CRT <3 detik,
tercapai, masalah belum teratasi. tidak ada sianosis, tidak ada edema, tidak
Planning: intervensi dihentikan (pasien ada keluhan pusing dan nafas berat saat
pulang). beraktivitas,tidak ada nyeri dada, skala
nyeri 1-3, bunyi jantung S1 S2, tidak ada
2. Penurunan curah jantung berhubungan bunyi jantung S3/S4, klien tampak rileks.
dengan perubahan kontraktilitas miokard; Rencana Tindakan:
perubahan structural. Mandiri:
Data subjektif: Klien mengatakan a. Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi
memiliki riwayat kolesterol yang tinggi dan irama jantung
sejak 3 tahun dan hipertensi sejak 19 b. Auskultasi bunyi jantung, catat adanya
tahun, klien mengatakan cepat lelah dan bunyi jantung tambahan
sesak saat beraktivitas lama, klien c. Palpasi nadi perifer
mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri, d. Pantau TD
klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
tusuk, nyeri yang dirasakan dada hingga f. Pantau dan catat pemasukan dan
pundak belakang, skala nyeri 5, klien haluaran urine
mengatakan nyeri yang dirasakan jika g. Kaji perubahan pada sensori, contoh
terlalu sering beraktivitas dan muncul letargi, bingung, disorientasi, cemas
selama 5 menit dan depresi
Data Objektif: TD: 150/90mmHg, RR: 21
Kolaborasi:
x/menit hasil pemeriksaan rongen torax
Kardiomegali, Hasil EKG: menunjukkan h. Beri terapi Amlodipine 1x10mg tablet.
hipertropi ventrikel kiri, hasil pemeriksaan
echo adalah fungsi ventrikel kiri menurun
20

i. Beri terapi Aspilet 1x80mg tablet dan dan TTV RS:-, RO: TD: 130/90 mmHg, N:
Concor 1x2,5mg, terapi ISDN 2x5mg 85x/menit (Perawat ruangan).
tablet
j. Pantau seri EKG dan perubahan foto Evaluasi Keperawatan:
dada
Pada hari/ tanggal: Kamis, 28 Februari
2019 pukul 14.00 WIB Subjektif: klien
Implementasi Keperawatan:
mengatakan sudah lebih mendingan
Pada tanggal 26 Februari 2019
namunterkadang sesak saat beraktivitas
Pada pukul 09:00 WIB mengobservasi
lama, klien mengatakan nyeri dada sebelah
keadaan umum dan memantau TD dan
kiri berkurang, klien mengatakan nyeri
palpasi nadi perifer RS:-, RO: keadaan
seperti ditusuk-tusuk, nyeri yang dirasakan
umum lemah, kesadaran composmetis, TD:
dada hingga pundak belakang, skala nyeri 3,
150/100 mmHg, N: 87x/menit nadi kuat dan
klien mengatakan nyeri yang dirasakan jika
teratur (Firly). Pukul 09:10 WIB
terlalu sering beraktivitas dan muncul
memberikan obat oral Amlodipin 10mg
selama 5 menit. Objektif: TD: 140/90
tablet, Aspilet 80mg tablet, terapi ISDN
mmHg, Nadi 87x/menit, CRT<3 detik, tidak
5mg tablet dan Concor 2,5mg tablet. RS:-,
ada sianosis, tidak terdapat edema, klien
RO: terapi obat oral telah diberikan (Firly).
tampak rileks, bunyi jantung S1 dan S2
Pukul 09:30 WIB memantau adanya
lemah. Analisa: tujuan belum tercapai,
sianosis dan bunyi jantung RS:-, RO: tidak
masalah belum teratasi. Planning:
ada sianosis, bunyi jantung normal (Firly).
intervensi dihentikan (pasien pulang).
Pukul 09:30 WIB memantau pengisian
kapiler. RS:-, RO: CRT <3 detik (Firly). 3. Kelebihan volume cairan berhubungan
Pukul 15:30 WIB mengobservasi keadaan dengan retensi air.
umum dan TTV RS:-, RO: TD: 130/100 Data subjektif:-
mmHg, N: 88x/menit (Perawat ruangan). Data objektif: TD: 150/90 mmHg,
Pukul 21:00 WIB memberikan obat oral balance cairan 2.652 cc – 2.100 cc =
ISDN 5mg tablet RS:-, RO: terapi obat oral +522cc/ 24 jam, tampak edema pada kaki
telah diberikan (Perawat ruangan). Pukul +2, Hematokrit 39%, Hasil pemeriksaan
04:00 WIB mengobservasi keadaan umum echo adalah fungsi ventrikel kiri menurun
21

dan disfungsi diastolik ventrikel kiri grade h. Dorong untuk menyatakan perasaan
satu. sehubung dengan pembatasan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan i. Palpasi hepatomegali dan adanya asites.
keperawatan 3x24 jam diharapkan Catat keluhan nyeri abdomen kuadran
kelebihan volume cairan terarasi. kanan atas/ nyeri tekan
Kriteria Hasil : TD: 110/70 - j. Catat peningkatan letargi, hipotensi, kram
120/80mmHg, Nadi 60-80 x/menit, otot.
balance seimbang, haluran urine normal k. Timbang BB klien
720-1440 cc/24jam, tidak ada edema dan
Kolaborasi:
asites, Hematokrit normal ( 40%-52%)
Rencana Tindakan: l. Pemberian obat sesuai indikasi: diuretik
Mandiri: Lasix 1x20 mg (IV)
a. Observasi TTV: TD dan CVP (bila ada) m. Pantau hasil laboratorium: Hematokrit
b. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah
Implementasi Keperawatan:
dan warna saat hari dimana diuresis
Pada tanggal 26 Februari 2019
terjadi.
Pada pukul 09:00 WIB mengobservasi
c. Evaluasi turgor kulit dan kelembapan
keadaan umum dan TTV RS:-RO:TD:
membran mukosa.
150/100 mmHg, N: 87x/menit, S: 36,1˚C
d. Pantau/ hitung keseimbangan
(Firly). Pukul 09:10 WIB mengevaluasi
pemasukan dan pengeluaran selama 24
turgor kulit dan kelembapan membran
jam.
mukosa RS:- RO: turgor kulit elastis dan
e. Buat jadwal pemasukan cairan,
membran mukosa kering (Firly). Pukul
digabung dengan keinginan minum
09:30 WIB melakukan palpasi hepatomegali
f. Kaji distensi leher dan pembuluh
dan adanya asites dan mencatat jika terdapat
perifer. Lihat area tubuh dependen
keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas/
untuk edema dengan/ tanpa piting; catat
nyeri tekan RS: klien mengatakan tidak
adanya edema tubuh umum (anasarka).
nyeri pada perut, tidak mual, tidak kesulitan
g. Selidiki keluhan dispnea tiba-tiba,
BAB RO: bising usus 18 x/menit, tidak ada
kebutuhan untuk bangun dari duduk,
pembesaran hepar (Firly). Pukul 09:50
sensasi sulit bernafas, rasa panik.
WIB menimbang BB RS:-, RO: BB 60kg
(Firly). Pukul 10:45 WIB memantau
22

pengeluaran urine, catat jumlah dan warna urine 525cc warna kuning jernih RO: tidak
saat hari dimana diuresis terjadi RS: klien ada.
mengatakan minum 2.650cc, klien
mengatakan urine 1.500cc berwarna kuning Evaluasi Keperawatan:
jernih, RO:-. Pukul 11:55 WIB memantau/ Pada hari/ tanggal: Kamis, 28 Februari
menghitung keseimbangan pemasukan dan 2019 pukul 14.00 WIB
pengeluaran selama 24 jam RS: klien
Subjektif: klien mengatakan sudah tidak
mengatakan minum 2.650cc, urine 1.500cc,
terasa lemas. Objektif: TD: 140/90 mmHg,
RO: Input : (Infus 1000 ml+ minum
N: 87x/menit, balance: input- output: 1.517
2.650cc+ injeksi 2cc = 2.652 cc) Output
cc - 1.425cc = +92cc, haluaran urine 825cc,
(IWL 600cc+ urine 1.500cc = 2.100cc)
edema tidak ada, Hematokrit 41%. Analisa:
balance: input- output: 2.652cc- 2.100cc =
tujuan tercapai sebagian, masalah belum
+552cc (Firly). Pukul 12:00 WIB membuat
teratasi. Planning: intervensi dihentikan
jadwal pemasukan cairan, digabung dengan
(pasien pulang).
keinginan minum RS: klien mengatakan
akan membuat jadwal minum, RO: klien Kesimpulan
tampak mengerti. Pukul 15:30 WIB Pada pengkajian, penyebab gagal jantung
mengobservasi keadaan umum dan TTV Tn. A yaitu karena faktor peningkatan
RS:-, RO: TD: 130/100 mmHg, N: afterload karena klien mengalami riwayat
88x/menit (Perawat ruangan). Pukul 16:00 penyakit hipertensi sehingga menyebabkan
WIB memberikan obat Lasix 20mg RS:-, mengakibatkan terjadinya perubahan
RO: obat Lasix 20mg telah diberikan. struktural pada jantung seperti hipertropi
Pukul 21:00 WIB mengganti cairan infus ventrikel. Tanda dan gejala yang ditemukan
RA RS:-, RO: cairan infus telah diberikan pada Tn. A adalah dipsnea saat beraktifitas,
melalui IV (Perawat Ruangan). Pukul 04:00 batuk berdahak, pusing, ansietas, dan edema
WIB mengobservasi keadaan umum dan pada tungkai bawah sedangkan tanda dan
TTV RS:-, RO: TD: 130/90 mmHg, N: gejala yang tidak ditemukan yaitu sputum
85x/menit, RR: 21x/menit, S: 36,5˚C berbusa, krekels pada paru, perfusi jaringan
(Perawat ruangan). Pukul 06:30 WIB yang tidak memadai, nokturia, dan
memantau haluaran urine dan kepekatan/ takikardia. Pada kasus tidak ditemukan
konsentrasi urine RS: klien mengatakan adanya komplikasi seperti edema paru,
23

kerusakan ginjal, dan hipoksia serebral. Pada tahap perencanaan diagnosa bersihan
Pada pemeriksaan diagnostik yang tidak jalan nafas tidak efektif berhubungan
dilakukan adalah pemeriksaan sonogram, dengan peningkatan produksi sputum;
scan jantung, enzim hepar, albumin/ penurunan curah jantung berhubungan
transferin serum dan kateterisasi jantung. dengan perubahan kontraktilitas miokard,
Pada penatalaksanaan medis yang dilakukan perubahan struktural; kelebihan volume
yaitu mengurangi beban miokardial, dengan cairan berhubungan dengan retensi air,
pemberian diuretik, mengurangi retensi intoleransi aktivitas berhubungan dengan
cairan dan pemberian inhibitor ACE untuk kelemahan, ketidakseimbangan suplai O2
menurunkan tekanan darah serta dengan kebutuhan; defisit pengetahuan
meringankan kerja jantung. Sedangkan tentang cara perawatan klien dengan CHF
penatalaksanaan yang terdapat pada kasus dirumah berhubungan dengan kurang
tetapi tidak ada pada teori yaitu, klien informasi pada perencanaan dibuat
mendapat terapi diit jantung 2 (rendah berdasarkan kebutuhan klien menurut
garam dan protein). Doenges (2012).

Pada diagnosa keperawatan terdapat 2 (dua) Pada tahap pelaksanaan keperawatan


diagnosa keperawatan yang ada pada teori diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
tetapi tidak muncul pada kasus adalah resiko berhubungan dengan peningkatan produksi
tinggi gangguan pertukaran gas sputum; penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan membran berhubungan dengan perubahan
kapiler-alveolus dan resiko tinggi terhadap kontraktilitas miokard, perubahan struktural;
kerusakan integritas kulit berhubungan kelebihan volume cairan berhubungan
dengan tirah baring lama, edema dan dengan retensi air; intoleransi
penurunan perfusi jaringan. Terdapat 1 aktivitasberhubungan dengan kelemahan,
(satu) diagnosa keperawatan yang muncul ketidakseimbangan suplai O2 dengan
pada kasus tetapi tidak ada pada teori adalah kebutuhan; defisit pengetahuan tentang cara
bersihan jalan nafas tidak efektif perawatan klien dengan CHF dirumah
berhubungan dengan peningkatan produksi berhubungan dengan kurang informasi tidak
sputum. memiliki kesenjangan dalam pelaksanaan.
24

Pada evaluasi, evaluasi merupakan tahap teori maupun praktik melakukan asuhan
akhir dalam proses keperawatan dan keperawatan
bermanfaat dalam memberikan penilaian 2. Bagi institusi pendidikan
tentang keberhasilan tindakan yang telah Diharapkan institusi dapat lebih
dilakukan. Berdasarkan kasus ditemukan 5 meningkatkan sarana dan prasarana yang
(lima) diagnosa yang ditemukan penulis dapat mendukung jalannya proses
selama 3 hari, 4 (empat) diantaranya belum pembelajaran dengan menyediakan buku
teratasi yaitu pada diagnosa penurunan lebih banyak dan yang terbaru.
curah jantung berhubungan dengan 3. Bagi perawat ruangan
perubahan kontraktilitas miokard; perubahan Perawat ruangan telah menjalankan
struktural, kelebihan volume cairan asuhan keperawatan dengan sangat baik
berhubungan dengan retensi air, intoleransi dan diharapkan dapat mempertahankan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan; kinerja serta menambah wawasan dengan
ketidakseimbangan suplai O2 dengan mengikuti seminar, pelatihan, dan
kebutuhan. membaca sumber buku terbaru.

Saran DAFTAR PUSTAKA


Dari beberapa kesimpulan serta pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Smeltzer & Bare. (2013). Buku ajar
gagal jantung/ CHF maka penulis keperawatan medikal bedah Brunner &
memberikan saran untuk dapat memperbaiki Suddarth. Edisi 12. Jakarta: EGC.
dan meningkatkan mutu dalam asuhan
Black, J.M & Hawks J. H (2014).
keperawatan. Adapun saran tersebut sebagai
Keperawatan medikal bedah:
berikut:
managemen klinis untuk hasil
1. Bagi mahasiswa/i
yang diharapkan. Edisi 8 Jilid 1.
diharapkan dapat meningkatkan ilmu
Singapura: Elsevier.
pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan Induniasih. (2017). Metodologi
congestive heart failure dengan cara Keperawatan. Jakarta: Pustaka Baru
membaca literatur atau buku dari segi Press.
25

Doenges, M. E; Moerhouse, M. F; Geissler,


A. C. (2012). Rencana asuhan
keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Lemon, Priscilla. (2016). Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5.
Jakarta: EGC

Setiati, Siti, dkk. (2015). Buku ajar ilmu


penyakit dalam. Interna Publishing:
Jakarta.

PERKI. (2015). Pedoman tatalaksana gagal


jantung. Edisi Pertama. Jakarta: Buku
kedokteran: EGC.

Price & Wilson. (2006). Patofisiologi


konsep kritis dan proses-proses
penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.

WHO 2016 About cardiovaskuler diseases.


Diambil tanggal 25 Maret 2019 dari
http//www.who.int/cardiovaskuler_dise
ases/en/accessed.html

RISKESDAS. 2013 Hasil RISKESDAS


2013. Diambil tanggal 25 Maret 2019
dari web.www.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai