Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penulis memaparkan tentang istilah – istilah dari teori – teori yang


berhubungan dengan pembahasan karya tulis, menggunakan kajian kepustakaan
yang relevan dengan masalah penelitan bertujuan mengumpulkan data dan
informasi atau pendekatan yang pernah berkembang yang bersumber dari
referensi buku – buku juga observasi.

2.1 Pengertian Sertifikat


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sertifikat adalah tanda atau surat
keterangan (Pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang
yang dapat digunakan sebagai bukti kepemilikan atau suatu kejadian.

1. Pengertian Sertifikat Pengawakan (Safe Manning Certificate)


Sertifikat pengawakan adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jendral Perhubungan Laut untuk awak kapal yang memenuhi persyaratan
kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan
internasional yang menerangkan jumlah awak kapal yang diwajibkan dan
sertifkat keahlian (Kemenhub 2014).
Menurut Thamrin (2015) Kecelakaan di laut yang terjadi dan diperlakukan
sebagai sebuah rahasia dengan beberapa ulasan. Untuk itu perlu diperhatikan
upaya pencegahan kecelakaan kapal dengan memeriksa kelengkapan pada
kapal. Bahwa untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang
kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang
memiliki keahlian, kemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal
yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan cakap
untuk melakukan tugasnya diatas kapal sesuai dengan jabatannya dengan
mempertimbangkan tonase kapal, tata susunan permesinan kapal dan daerah
pelayaran sesuai dengan aturan-aturan internasional lainnya. Maka di
terbitkannya sertifikat safe manning untuk mengetahui apakah yang berkerja

6
7

diatas kapal tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, karena
untuk menjamin keselamatan suatu kapal tersebut harus dengan orang yang
berkopetensi sesuai dengan aturan yang berlaku didalam STCW 2010 Chapter
V.
Dalam Lasse (2015) STCW 1978 telah diamandemenkan untuk pertama
kalinya tahun 1995 yang pada intinya menekankan pada tiga bidang, yakni:
(1) tanggung jawab perusahaan pelayaran; (2) keseragaman standar
kompetensi; dan (3) tanggung jawab pemerintah. Namun dalam keterkaitan
proses penerbitan ini adalah tentang Tanggung jawab operator/pemilik kapal.
a. Tanggung jawab operator/pemilik kapal.
Sebagai jalan keluar dari ketidakberdayaan STCW 1978 mengatasi
berbagai kelemahan atau kekurangan kompetensi awak kapal, maka
amandemen 1995 telah menetapkan batas tanggung jawab perusahaan
pelayaran/operator kapal. Dalam regulasi 1/14 tentang Responbilities of
companies, dinyatakan bahwa setiap perusahaan pemilik/operator kapal
bertanggung jawab dan menjamin:
1) Setiap pelaut yang dipekerjakan diatas kapal yang dioperasikannya
memiliki sertifikat keahlian sesuai menurut ketentuan konvensi dan
peraturan pemerintah negara bendera .
2) Kapal-kapalnya diawaki sesuai menurut persyaratan keselamatan
pengawakan dari pemerintah Negara bendera`
3) Ketersediaan dokumen dan data rinci semua awak kapal tersimpan
baik diatas kapal serta dapat dilihat, termasuk dokumen dan data
pengalaman, penelitian, data rekaman kesehatan dan kompetensi
sesuai jabatannya.
4) Para pelaut yang dipekerjakan di kapalnya mengenal/memahami
tugas-tugasnya dan seluk buluk lingkungan kapal, instalasi, peralatan,
tata kerja, dan karateristik kapal yang terkait pada tugas rutin maupun
keadaan tanggap darurat.
5) Awak kapal selengkapnya dapat secara efektif mengoordnasikan
aktivitas-aktivitasnya dalam situasi tanggap darurat dan menjalankan
8

fungsi-fungsi utama keselamatan, mencegah atau menanggulangi


pencemaran. Dalam Lasse (2015)

2. Dokumen pelengkap untuk mengajukan permohonan penerbitan


Sertifikat Pengawakan (Safe Manning Certificate)
Sertifikat Pengawakan (Safe Manning Certificate) memiliki beberapa
unsur syarat yang telah sesuai dengan peraturan dan telah diperiksa oleh
Marine Inspector. Menurut KM 70 Tahun 1998 Bab 1 passal 1 tentang
Pengawakan Kapal Niaga yang berbunyi Awak kapal adalah orang yang
berkerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal
untuk melakukan tugas atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum
didalam sijil.
Maka dari itu diharuskan terdapat sertifikat Safe Manning disetiap kapal,
Karna untuk memastikan bahwa kapal-kapal mereka memiliki crew dengan
persyaratan yang sesuai dan telah benar – benar terlatih dan bersertifikat.
Adapun referensi yang penulis ambil dalam proses penerbitan Safe Manning
yaitu berikut dokumen pelengkap untuk memenuhi persyaratan dalam
pengajuan Safe Manning adalah sbb:
a. Surat Permohonan dari Perusahaan
Surat Permohonan dari perusahaan berisikan tentang permohonan
untuk menerbitkan Safe Manning dengan melampirkan nama kapal dan
jenis berserta Tonnage kapal yang akan dibuatkan Safe Manning.
b. Melampirkan Safe Manning yang sudah expired.
Melampirkan Safe Manning yang sudah tidak berlaku atau expired
wajib untuk diperiksa kembali oleh Marine Inspector apabila sebelumnya
perusahaan tersebut sudah pernah mengajukan untuk nama kapal yang
sama sebelumnya, namun apabila belum maka tidak perlu demikian
dilampirkan
c. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Keselamatan Kapal Barang
Sertifikat keselamatan adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Jenderal
Pehubungan Laut untuk kapal yang telah memenuhi persyaratan material,
9

konstruksi, bangunan, pemesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan


serta perlengkapan termasuk radio, dan elektronika kapal berdasarkan hasil
penguji dan pemeriksaan. (kemenhub 2014)
d. Surat Ukur
Menurut PP Nomor 51 tahun 2002 tentang Perkapalan. Surat ukur
adalah surat kapal yang didalamnya memuat ukuran dan tonase kapal yang
diperoleh dari hasil pengukuran.
e. Surat Laut
yang dimaksud surat laut (ship registry) adalah surat tanda bukti
dimana kapal tersebut boleh memasang bendera kebangsaan kapal pemberi
surat laut. (kemenhub 2014)
f. Melampirkan Crew List
Melampirkan Crew List kapal agar yang pegawai yang bertugas
menerbitkan bisa megetahui berapa jumlah crew di awak kapal tersebut
apakah sesuai dengan Gross Tonnage kapal tersebut, biasanya apabila
tidak sesuai akan dengan peraturan antara Gross Tonnage yang berlaku
dengan jumlah crew kapal akan di kurangkan jumlah Crew.
g. Foto coppy Sertifikat Keahlian dan Keterampilan Crew Kapal
Diperlukannya Sertifikat Keahlian dan Keteram Crew Kapal untuk
mengetahui apakah yang berkerja diatas kapal tersebut sudah sesuai
dengan peraturan KM 70 Tahun 1998, karena untuk menjamin
keselamatan suatu kapal tersebut harus dengan orang yang berkopetensi
sesuai dengan aturan yang berlaku.

3. Prosedur Kepengurusan Penerbitan Sertifikat Pengawakan


(Safe Manning Certificate)
Menurut PM 99 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1-2 tentang Peta Jabatan dan
Uraian Jenis Kegiatan Jabatan di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.
a. Peta jabatan merupakan susunan jabatan yang menggambarkan seluruh
jabatan yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja, baik secara vertical
10

maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas dan tanggung


jawab, serta kompetensi jabatan.
b. Uraian jenis kegiatan organisasi merupakan bentuk proses kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengolah bahan-bahan kerja menjadi hasil kerja sesuai
dengan tanggung jawab, kewenangan, serta fungsi.
Proses Penerbitan Safe Manning di Direkorat Perkapalan dan Kepelautan
harus melalui tahapan – tahapan yang sudah sesuai dengan PM 99 Tahun
2014. Penerbitan sertifikat safe manning diterbitkan di Direktorat Jenderal
Perkapalan dan Kepelautan dibawah kewenangan Sub bagian Kepelautan dan
apapun setiap sertifikat yang diterbitkan dari Direktorat Perkapalan dan
Kepalautan pasti terdapat tanda tangan Kasubdit (Kepala Sub Direktorat).
Berikut adalah pihak-pihak yang terkait dalam kepengurusan Sertifikat Safe
Manning adalah :
a. Manning Agency
Menurut Budi Santoso dalam buku Keagenan (2015) Definisi Keagenan
Pelayaran adalah hubungan antara dua pihak yang mana pihak satu sering
disebut dengan agent, yaitu pihak yang diberikan kewenangan untuk
melakukan perbuatan untuk dan atas nama serta dibawah pengawasan
pihak lain, yaitu Principal.
Disini Agen Pelayaran berperan sebagai pihak yang merekrut atau
mencari para pelaut yang sudah siap untuk dipekerjakan pada suatu
perusahaan pelayaran untuk segera berlayar serta membantu para pelaut
untuk dapat memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
b. Shipping Line (Principal)
Menurut Budi Santoso dalam buku Keagenan (2015) Principal adalah
pihak yang memberikan kewenangan pada agen untuk melakukan tindakan
tertentu serta melakukan pengawasan tindakan agen, sedangkan pihak
yang melakukan transaksi dengan agen disebut dengan Thrid Party.
11

c. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan


Direktorat Perkapalan dan Kepelautan memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai pemeriksa setiap persyaratan yang diajukan manning
agency ataupun perusahaan.

4. Hambatan – Hambatan dalam proses penerbitan Sertifikat Pengawakan


(Safe Manning Certificate)
Menurut Habibullah Al Fariq (2016) Hambatan adalah usaha yang ada dan
berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk
melemahkan dan menghalangi secara tidak konsepsional.
Dalam melakukan proses penerbitan Safe Manning memang tidaklah
selalu berjalan dengan lancar ada saja masalah-masalah yang ditemukan ,
berikut hambatan yang dijumpai dalam proses penerbitan Safe Manning.
a. Terjadinya Double Process atau Government
Government (e-gov) intinya adalah proses pemanfaatan teknologi
informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem
pemerintahan secara lebih efesien. Karna itu, ada dua hal utama dalam
pengertian e-gov diatas , yang pertama adalah pengguna teknologi
informasi (salah satunya internet) sebagai alat bantu, dan yang kedua,
tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahann dapat berjalan lebih
efesien.
Namun dalam E-government ini sering terjadi kendala dalam
jaringan internet sehingga pengguna jasa menggunakan 2 cara yaitu
mengajukan permohonan dari internet dan juga mengajukan permohonan
dengan cara mengumpulkan berkas di Loket akhirnya terjadilah Double
Process
Terjadinya double process terkadang dari pihak pengguna jasa yang
ingin mempecepat prosesnya malah menjadi hambatan untuk pegawai
pemeroses Sertifikt Safe Manning. Dalam peraturan pemerintah masa
kerja proses penerbitan Safe Manning memakan waktu 3 hari, namun
karna terjadinya double process terkadang proses penerbitannya
12

melewati SOP . SOP umumnya disebut (Standard Operating Procedure)


Kelancaran program yang mengakomondasi kebutuhan karyawan
didukung oleh sebuah standar yang pasti mengenai alur kerja proses
tersebut.
Menurut Rudi M. Tambunan (2013) SOP pada dasarnya adalah
pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di
dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap
keputusan, langkah atau tindakan dan penggunaan fasilitas pemrosesan
yang dilaksanakan oleh orang-orang didalam suatu organisasi, telah
berjalan secara efektif, konsisten, standar, dan sistematis.

Anda mungkin juga menyukai