Oleh:
SYAFRIZALMI ISHAK, S.Ud
Nim: 1320511093
TESIS
YOGYAKARTA
2015
1
Metto
“Bila engkau ragu akan adanya kehidupan setelah kematian, maka hendaklah
manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan (QS. Ath.Thariq: 5)”
2
Persembahan
Tesis ini juga saya persembahkan buat (pak udo) H. Ruslan, Kh,
Muhammad Khotib, selaku Mursyid Tarekat Nasyabandiyah yang
senantiasa mendukung dengan sepenuh hati, memberi nasehat, arahan dan
membimbing kepada saya dalam menulis tesis ini. Trimakasih atas segala
ilmu yang diberikan, semoga Allah selalu menurunkan Rahmat dan
keberkahan kepada beliau.
3
ABSTRAK
10
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
tesisi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
0543b/1987.
A. Konsonen Tunggal
dilambangkan dengan huruf, sebagian lagi dengan tanda, dan sebagian lainnya
Ba’ B Be
Ta’ T Te
Jim J Je
Kha Kh Ka dan ha
Dal D De
11
Ra R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy Es dan ye
Ghain G Ge
Fa F Ef
Qaf Q Qi
Kaf K Ka
Lam L El
Mim M Em
Nun N En
Wau W We
Ha H Ha
Hamzah „ Apostrof
Ya’ Y Ya
B. Vokal
a. Vokal tunggal
Tanda vocal Nama Huruf latin Nama
12
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U
b. Vokal Rangkap
Tanda Huruf latin Nama
Fathah + ya‟ mati Di tulis Ai a-i
Fathah + wawu mati Di tulis Aw a-w
Contoh:
_____Qawlun ______kaifa
C. Konsonan rangkap (syaddah atau tasydid) ditulis rangkap, baik ketika
berada di awal atau di akhir kata.
Ditulis Mutawassiṭ ah
Ditulis Al-birru
D. Ta’ Marbutah hidup ditulis “t” dan ta’ marbutah mati ditulis “h”
Ditulis rawḍ ah al-‘ilmi
Ditulis Karāmah al-awliyā’
Ditulis Al-madīnah al-munawwarah
Ditulis ‘ubiadah
13
F. Vocal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
Ditulis Ta’âla
Ditulis A’lamu
Ditulis La’in syakartum
H. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi
huruf kapital digunakann untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti
ketentuan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital, kecuali jika terletak kepada permulaan kalimat.
Ditulis Wawâ’adnâ Mūsâ
Ditulis Ahl al-sunnah
14
KATA PENGANTAR
SWT. Limpahan nikmat dan karunia Allah yang hingga detik ini masih penulis
rasakan. Allah yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Berkat ridho dan
tesis ini dapat memberi manfa‟at dan berguna bagi penulis khususnya dan
Shalawat dan salam, selalu kita curahkan buat junjungan alam yakni
mempunyai semangat jihad yang tinggi, yang ingin meneruskan perjuangan untuk
dengan sendirinya, akan tetapi telah banyak bantuan, bimbingan, baik secara
moril maupun materil dari orang-orang yang peduli dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih
1. Kedua orang tua yang penulis cintai, Ayahnda (Kh.Wahidin) dan Ibunda
(Mardiana) yang telah mengasuh dan merawat, mendidik, dan
membimbing saya dari lahir hingga sampai dewasa saat ini, kejalan yang
benar yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Walaupun dalam
keadaan susah payah, terutama ditengah-tengah kesulitan ekonomi dan
segala keterbatasan, namun beliau tidak pernah menyerah dan selalu sabar
15
menghadapi segala tantangan kehidupan yang ada. Serta saudara-
saudaraku yang tercinta, Asmarida S.Pdi, Salamaidah, Siti Rahmaini
Amd, Adraisman, Rahmat Akbar, dan Elyazir dan seluruh keluarga besar
yang selalu memberikan motivasi, dukungan lahir batin serta doa
sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A, Ph.D, selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang memberi kesempatan,
kemudahan, bantuan baik moral maupun materil kepada penulis dalam
mengikuti pendidikan Magister S2 pada Ilmu Fisafat Islam, di Program
Studi Agama dan Filsafat, Konsentrasi Filsafat Islam.
3. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil, Ph.D selaku Direktur
Pascasarjana.
4. Bapak Dr. Moch. Nur Ichwan, M.A selaku ketua Prodi Agama dan
Filsafat dan Bapak Dr. Mutiullah, M.Hum selaku sekretaris Prodi Agama
dan Filsafat.
5. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, M.A selaku pembimbing dalam penulisan tesis
ini.
6. Bapak Prof. Dr. Fauzan Naif, M.A selaku penguji pada penelitian ini
dalam sidang munaqosah
7. Seluruh Dosen-dosen yang ada di Konsentrasi Filsafat Islam khususnya
dan pascasarjana umumnya, semoga Allah Swt tetap menjadikan kita
hamba-hamba-Nya yang istiqomah dalam menjalankan kehidupan ini,
terutama di dunia akademik untuk melahirkan pemikir-pemikir muslim
dan muslimat yang handal.
8. Kepada Bapak H. Ruslan, Kh, Muhammad Khotib, selaku Mursyid
Tarekat Naqsyabandiyah, dan khususnya seluruh Jama‟ah Tarekat
Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih,
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, terimakasih saya ucapkan, karena
telah bersedia menerima saya dalam melakukan penelitian ini, semoga
dapat bermanfa‟at khususnya bagi saya pribadi selaku peneliti.
16
9. Kepada teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Konsentrasi Filsafat
Islam yang senantiasa bersama-sama dalam menjalankan aktifitas
perkuliahan dan saling mengisi kekurangan kepada teman-teman dan
sahabat-sahabatku Saifurrahman, S.Fil.I, M.Hum, Qowwim Musthafa,
S.Th.I, M.Hum, Moh. Ayyub, S.Fil.I, M.Hum, Naibin, S.Pd.I, M.Hum,
Muhammad Said, S.Ud, M.Hum, Ishak Hariyanto, S.Sos,I, M.Hum, Moh.
Habibi, S.Fil.I, M.Hum, Muhammad Chamim, S.H.I, M.Hum, Ilya
Vdovin, M.Hum, dan teman-teman seperjuangan lainnya.
10. Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuangan, Rendi Gumilang, Alias
Candra, Pohan Harahap, Ulumudiin, Rusdy Yanto, Fadil Lukman, Fikri
Mualimin, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya,
trimakasih atas saran, masukan, dan dukungannya selama ini.
Atas dasar dorongan dan bantuan mereka semua, semoga Allah memberikan
urusannya, Amin. Akhirnya kepada Allah jualah kita berserahkan diri semoga
Yogyakarta, 13 Juni2015
Penulis
Syafrizalmi Ishak
17
DAFTAR ISI
MOTTO .............................................................................................................. i
PESEMBAHAN ................................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................................iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................. iv
PENGESAHAN ................................................................................................. v
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ................................................................... vi
NOTA DINAS PEMBIMBING...................................................................... vii
PERNYATAAN SUDAH MELAKSANAKAN PENELITIAN ................viii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................ x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xiv
DAFTAR ISI. ................................................................................................. xvii
BAB I : PENDAHULUAN
18
BAB III : HAKIKAT KEMATIAN
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................161
B. Saran-Saran ....................................................................163
DAFTAR PUSTAKA
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang lahir di permukaan Bumi ini tidak akan berlangsung
sebagai terpisahnya antara ruh dan jasad manusia. Apabila kematian sudah
datang kepada seseorang, maka tidak akan bisa di tunda lagi, karena kematian
tidak memandang apa pun dan siapaun. Kematian tidak memandang seseorang
yang kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, sakit atau
sehat, kematian sifatnya pasti. Artinya setiap yang bernyawa pasti akan
mengalami kematian.
seperti harta, wanita dan tahta, menyebabkan manusia lupa dengan kematian.
Harta yang telah jerih payah dikumpulkan, wanita yang sangat dicintai, anak
sebagai belahan jiwa tidak akan bisa membantu agar kematian ditunda. Semua
yang dimiliki saat hidup di dunia akan ditinggalkan begitu saja, namun yang
dibawah hanya amal perbuatan baik dan jahat sebagai bekal kehidupan yang
selajutnya. Bagi seseorang yang selalu ta‟at menjalankan perintah Tuhan, maka
sebaliknya.
20
surveinya ketika diajukan pertanyaan kepada responsen, “ Seberapa sering
buang waktu saja dan mereka mengatakan lebih baik menghargai hidup dan
ketakutan menghadapi kematian yang paling tinggi adalah mereka yang berusia
dua puluh tahunan ke atas. Artinya, mereka termasuk kedalam kelompok akhir
remaja. Maka hasil survei ini sejalan dengan pendapatnya Hinton (seorang
ilmuan yang berasal dari Amerika) menurutnya usia remaja adalah usia yang
lagi tumbuhnya semangat untuk menikmati hidup. Sehingga pada seusia ini
sudah lanjut usia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Atwater (seorang ahli
sering muncul kepada orang-orang tua. Bahkan pada usia ini ketakutan
1
Muhammad Fakhrurrozi, The Secrect of Kematian, (Jakarta:Wahyu media 2010), hlm. 58
21
faktor umur yang semakin tua dan biasanya pada usia ini selalu melihat
yang kuat antara sikap positif dalam menghadapi kematian dan keyakinan
harus dihindari. Pada hakikatnya kematian adalah sesuatu yang tidak bisa
dihindari oleh semua makhluk yang hidup, termasuk manusia. jadi segala
adanya laki-laki karna adanya wanita, adanya siang karna adanya malam,
adanya sehat karna ada sakit, adanya suami karna adanya istri, demikian pula
oleh Yalom (seorang Psikiater yang berasal dari Amerika) mengatakan, bahwa
dengan mengingat kematian hidup kita lebih bermakna, selain itu mengingat
2
Ibid., hlm. 59
22
yang beerasal dari Amerika) mengatakan, bahwa dengan mengingat kematian
hidup akan terasa lebih indah dan akan meperhitungkan setiap hari apa yang
yang lain, bahwa kematian adalah terpisahahnya jasad dan jiwa manusia,
sehingga organ tubuh jasmani manusia tidak berfungsi lagi. Tetapi dalam
pandangan Islam kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti karena setiap
yang bernyawa pasti akan mati juga. Ketika seseorang menghadapi sesuatu
bahwa sesungguhnya semua yang ada sa‟at ini milik Allah dan akan kembali
ditakdirkan Allah, tidak ada seseorang pun yang mengetahui, umur berapa
mereka mengalami kematian. Karna semua makhluk berasal dari Allah, dan
pasti akan kembali kepada Allah jika waktunya telah tiba. Jadi seseorang yang
telah menemui ajalnya, berarti ia telah kembali ke asalnya, yaitu Dzat Yang
Maha Pencipta.
3
Ibid., hlm. 65
23
Jadi agama Islam, tidak menggap bahwa kematian sesuatu yang
tidak sebagai seorang yang beriman. Tetapi jika seseorang yang meninggal
dunia dalam keadaan beriman, maka dijanjikan oleh Allah akan ditempatkan
pada tempat yang mulia. Peristiwa kematian hanya sebatas berpindah tempat,
yaitu dari kehidupan di dunia kemudian beralih ke alam kubur dan berlanjut ke
alam yang lebih kekal, yaitu akhirat. Sebagimana yang dijelaskan didalam Al-
“ Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
Kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini
adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana
mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS.An-Nisa ayat 78)
Dari ayat diatas dapat dijelskan bahwa apabila kematian sudah datang
pada seseorang, maka tidak bisa lagi ditunda-tunda lagi, walaupun kita
melarikan diri atau bersembunyi ditempat yang aman sekalipun maka kematian
akan menjemputnya. Bisa juga dilihat pada surah al-Jum‟ah ayat 8 yang
artinya:
24
“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,
Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian
kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan".(Qs.Al-Jum‟ah ayat 8)
seperti :
Allah, karena akan tumbuhnya kebencian terhadap dunia yang fana ini yang
penuh dengan tipu daya dan akan mendorong manusia untuk memikirkan
pemutih jiwa seseorang, adanya kematian maka saat itulah kesempatan yang
adalah membebaskan seseorang dari semua derita dan kepedihan yang selama
ini dirasakan saat hidup di dunia serta akan memperoleh kebahagian yang
abadi (akhirat).5
orang sakit, mendatangi rumah orang yang telah meninggal, ikut serta
25
telah meninggal dunia, dengan demikian akan tumbuh rasa ingin
Jika kedua hal itu sudah dipersiapkan sepenuhnya, maka tidak perlu lagi
rasa khawatir dalam menjalankan hidup ini. Kapan dan di mana pun, kematian
harus diterima secara ikhlas, baik oleh yang bersangkutan maupun keluarga
yang ditinggalkan. Selain itu, sebagai seorang yang selalu menjaga keimanan,
maka hendaknya selalu berharap dan memohon kepada Allah, agar meninggal
pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, juga pintu gerbang untuk memasuki
harus dilalui oleh Sufi, diantaranya adalah mak‟rifat dan mahabbah (cinta)
kepada Allah semata. Seorang sufi tidak akan sampai ke maqom ini apabila
masih ada rasa cinta selain Allah seperti harta, tahta dan lain sebagainya. Oleh
sebeb itu diantara yang besar manfa‟atnya agar hilang rasa cinta selain Allah,
6
http://yuksholat5.blogspot.com/2011/12/mengingat-mati-hakikat-mati.html, diakses pada 28
Januari 2015
26
Jadi munculnya kecintaan terhadap dunia dikarenakan kurangnya
duduk berkhalwat dan mengendalikan ingatan tentang mati dengan kalbu yang
paling dalam, setelah itu seorang salik harus mengingat tentang sahabat, atau
tetangga yang telah meniggal dunia, lalu mengingat sifat rakus, ambisi, angan-
mengingat pergulatan mereka saat sakaratul maut, pada saat itu tumbuh
tubuh mereka di himpit tanah, lalu semua organ tubuh menjadi busuk hingga
sampai menjadi bangkai. Pada sa‟at itu membayangkan peristiwa itu terjadi
kepada diri kita. Maka akan muncul sifat takut terhadap siksaan Allah Swt dan
kondisi roh yang awalnya memiliki kuasa penuh terhadap jasad lalu berubah
mendengar dan semua anggota jasad yang lain sebagai alat bantuannya, pada
saat ini tidak mampu lagi melakukan perbuatan itu. Pada saat itu jiwa manusia
bagaikan baru bangun dari tidur yang panjangnya dan akan terungkap didepan
mata hakikat-hakikat yang selama ini tertutup, seperti melihat malikat, surga,
27
neraka, dan juga balasan kepada semua amal yang dilakukan sepanjang
hidupnya.7
Selain dari itu banyak orang Arif mengatakan bahwa mengingat kematian
merupakan hal yang sangat penting seperti yang dijelaskan Menurut Yazid al-
Yazid! Siapa orang yang akan menggantikan shalatmu setelah mati, siapa yang
untukmu setelah mati. Wahai manusia! Tidakkah kamu menangis dan meratapi
diri sendiri dalam sisa hidup kamu. Maut akan menanti, kuburan menjadi
rumah, dan ulat menjadi teman rapatnya, lalu setelah itu ia akan menunggu lagi
Lain lagi dengan Ad-Daqqaq r.a. berkata, “Siapa yang banyak mengingat
yang lupa akan kematian, maka ia akan disiksa dengan tiga perkara yaitu
menunda untuk bertaubat, tidak merasa cukup dengan yang ada dan malas
beribadah.” Selain itu Hasan al-Basri r.a. berkata, “Sesungguhnya kematian ini
7
Imam Al-Ghazali, Kehidupan Sesudah Mati, terj. Achmad Sunarto, (Surabaya: Karya Agung,
2010), hlm. 58
8
http://www.islampos.com/pentingnya-mengingat-kematian-48847/diakses pada 19 Desember
2014.
28
tidak bisa merasakan bagaimana yang dirasakan oleh orang yang sudah mati,
karena sa‟at ini jiwa dan tubuh masih menyatu dalam diri setiap manusia yang
hidup. Maka salah satu jalan bagaimana yang dirasakan atau keadaan, sakitnya
yang dirasakan oleh orang yang menghadapi sakaratul maut. Maka jiwa dan
Desa Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi
Riau yang mengunakan mati dalam khafi‟at zikirnya. Jadi sebelum melakukan
zikir, ada beberapa adab yang harus dipenuhi oleh seorang salik untuk
mati.
(guru). Fungsi bai‟at adalah sebagai ikrar, perjanjian atau sumpah setia, agar
melakukan zikir.
Adapun khafi‟at zikir yang diajarkan oleh Syekh „Abdul Wahab Rokan
29
menghadirkan roh Syekh Tarekat Naqsabandiyah, menghadiahkan pahala
rabithah, mematikan diri sebelum mati, munajat dengan mengucap “Illahi anta
didalam hati, dalam keadaan mata terpejam, duduk seperti kebalikan dari
mulut. 9 Jadi masing-masing kafi‟at tersebut tidak berdiri sendiri akan tetapi
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan tidak bisa dilakukan
secara acak-acak atau sesuka hati tetapi dilakukan secra berurutan dan sesuai
B. Rumusan Masalah
9
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Prenada Media, 2005), hlm. 109
30
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum studi ini bertujuan untuk menghimpun data dan informasi
konsep mematikan diri sebelum mati. Selain itu untuk mengetahui atau melihat
memaparkan bahwa ada letak berbedaannya, jika ditinjau dari segi keilmuan
dan wilayah yang akan diteliti. Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat
D. Kajian Pustaka
31
Salaf, Syi‟ah, NU, dan lain sebaginya, tetapi berawal dari tokoh-tokoh sufi /
tarekat.
Sejauh yang saya pahami dari hasil penelitian sebelumnya, baik yang
pembinaan moral dan akhlak umat Islam, bahkan dalam catatan sejarah Tarekat
Kedua, buku yang ditulis oleh Fuad Said, yang berjudul “ Hakikat
silsialah, zikir, serta kaifiat, adabnya, berkhalwat (suluk), syarat mursyid, dan
cara pengangkatannya.
10
Martin van Bruinnessen, Terkat Naqsyabandiyah di Indonesia, Cat ke-2 (Bandung:Mizan 1994),
hlm.79
11
Said, A,Faud. Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), hlm 32
32
Ketiga, Imron Abu Bakar, tulisannya yang berjudul, Di Sekitar Masalah
12
Tharekat Naqsyabandiyah, buku ini seakan-akan mencari pembelaan
terhadap ajaran Tarekat Naqsyabandiyah, karena pada saat ini timbul sikap
asal syari‟at yang di ajarkan oleh Islam. Sehingga banyak yang mengatakan
ajarannya tersebut akan membawa ummat dalam kesesatan. Untuk itulah buku
ini membahas dan mancari dalil-dalil yang bersumber terhadap Al-qur‟an dan
Dari pemaparan tentang para peneliti di atas, maka dapat dilihat bahwa
Rantau Bais sepengetahuan penulis belum ada yang membahas dan meneliti,
12
Imran Abu Amar, Disekitar Masalah Tarekat Nasyabandyiah, (Kudus : Menara Kudus, 1980),
hlm. 11
13
Mukhibat, Terekat Naqsabandiyyah, Studi Kegiatan Ekuketif Dalam Tarekat Naqsyabandiyah di
Kabupaten Magetan, (Yogyakarta: 2001), hlm. 95
33
apa lagi menegenai konsep mematikan diri sebeulum mati didalam kahfi‟at
zikirnya. Oleh sebab itu, penulis mencoba membahas dalam bentuk penelitian.
E. Kerangka Teoritis
Manusia yang hidup di dunia saat ini pasti akan mengalami kematian.
Kematain bisa diartikan sebagai pemisah jiwa dan jasad manusia. Jadi sifatnya
pasti tidak akan bisa kita melarikan diri untuk berlindung dengannya, karena
ajal manusia sudah ditentukan Allah masing-masing kapan mereka akan mati.
Maka dari itu Islam mengajarkan agar kita selalu mengingat kematian. Dengan
begitu kita akan lebih fokus dan berhati-hati dalam menjalankan hidup ini, dan
diperintahkan dan apa yang dilarang-Nya. Tetapi manusia yang hidup saat ini
tidak bisa merasakan, bagaimana yang dirasakan oleh orang yang sudah
meninggal. Karena jiwa dan jasad masih menyatu dalam tubuh manusia.
Namun ada didalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di Desa Rantau
yang disanggah Syekh Siti Jenar yang terdapat dalam buku di tulis oleh
Achmad Chodjim yang berjudul Syekh Siti Jenar, Rahasia dan Makna
kehidupan dunia yang saat ini adalah alam kubur atau alam kematian. Karena
14
Ahmad Chodjim, Syehk Siti Jenar., Rahasia dan Makna Kematian, (Jakarta: Seranmbi Ilmu
Semesta, 2002-2014), hlm. 59
34
beliau memahami bahwa yang namanya kehidupan adalah manusia bersifat
bebas, tidak ada penderitaan / siksaan dan terhindar dari godaan setan. Namun
alam kematian manusia merasa kesakitan dan siksaan. Jadi kehidupan dunia
saat ini, seperti makan dan minum dan lain sebagainya adalah menunda
kehidupan yang abadi. Dari teori ini penulis ingin melihat bagaimana konsep
mematikan diri sebelum mati yang ada didalam khafi‟at zikir Tarekat
Naqsyabandiyah.
F. Metode Penelitian
35
sebelum mati. Maka didalam penelitian ini penulis mengunakan dua teknik
kualitatif, yaitu:
a) Observasi
Naqsyabandiyah yang ada di Desa Rantau Bais baik kegiatan suluk yang
penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat
b) Wawancara
melakukan sebuah timbal balik atau dalam kata lain merupakan sebuah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
15
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm.159
36
pewawancara yang mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai yang
dan murid khususnya mengenai konsep mematikan diri sebeulm mati yang
terbuka yang dilakukan pada waktu pertemuan rutinitas yang mereka sebut
c) Telaah Dokumen
tersebut.
16
Ibid, hlm. 165
37
2. Teknik Analisa Data
sistematisasi dan verifikasi data agar data yang terkumpul bernilai ilmiah.
Data yang terkumpul dari hasil penelitian terdiri dari berbagai data hasil
penelitian. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis data. Proses analisis
data dimulai dari seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber.
G. Sistematika Penulisan
umum dari latar belakang masalah yang berfungsi sebagai pengantar dalam
pemahaman pembahasan berikutnya. Pada bab ini terdiri dari sub-sub bab yang
38
meliputi; Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Perumusan Masalah,
Penulisan. Karena didalam sub-sub judul yang ada di bab pertama ini
dari letak geografis Desa Rantau Rais, serta keadaan penduduk seperti: mata
Rantau Bais. Dengan melihat tentang pengaruh dan perkembangan, maka kita
Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais ini. Selain itu dapat diketahui, apakah
Bab ke IV, Peneliti akan mengulas secara sistematis dan khusus tentang
39
Naqsyabandiyah yang di Desa Rantau Bais. Karna dengan melihat dan
Terakhir, Bab VI yang berisi Bab Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
40
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Naqsyabandiyah adalah
tersebut adalah bahwa seorang salik belajar untuk mati sebelum mati
harus bunuh diri untuk bisa mengecap sebuah kematian. Tetapi arti kata
belajar mati di sini adalah mematikan segala bentuk hawa nafsu untuk
bisa bertemu dengan Sang Khaliq. Manusia, terbagi menjadi dua unsur
sedangkan rohani sifatnya suci dan kekal, dan kedua unsur ini menyatu di
dalam diri manusia, maka ada kalanya jiwa terpengaruh dengan jasad
yang senantiasa selalu terpedaya dengan dunia, oleh sebab itu dibutuhkan
pensucian jiwa dengan mematikan diri, agar jiwa manusia tetap suci.
Karena untuk menemui Zat yang Maha suci, maka seseorang harus suci
41
b) Prosedur mematikan diri sebelum mati tersebut adalah seorang salik
d) Ada beberapa tujuan atau fungsi kenapa seorang salik melakukan ritual
mematikan diri sebelum mati yaitu agar ingat dengan kematian, zuhud
yang lainnya).
munculnya tindakan kriminal, kejahatan, dan konflik sosial yang terjadi disaat
masyarakat saat ini, yang sudah terpaut hatinya dengan kenikmatan dunia yang
kenikmatan dunia, sa‟at ini tidak ada lagi beda mana yang halal dan mana yang
42
haram. Hukum yang ditegakkan masih semu, artinya belum mencapi tingkat
keadilan untuk semua orang, tetapi masih sebagian orang saja. Kejahatan-
Jadi, jiwa dan hati nurani manusia saat ini sudah kotor, oleh sebab itu
perlu pemcersihan jiwa dengan mematikan diri sebelum mati. Agar manusia
jawabkan di akhirat nanti. Karena hukum keadilan di akhirat nanti tidak akan
ada tawar menawar, bahkan, kesalahan sebutir pasir sekali pun akan di adili
B. Saran- saran
Studi ini merupakan studi kasus yaitu penelitian yang mendalam tentang
Hilir, Prov. Riau. Sehingga hasilnya belum tentu sama dengan kegiatan-
yang lain.
43
2. Kepada Paham atau Golongan yang tidak sama dengan pemahaman
Tarekat Naqsyabandiyah.
bukan hanya bagi umat Islam itu sendiri, tetapi akan terbentuk juga
44
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar (Rahasia dan Makna Kematian), Jakarta:
Serambi, 2014
Anas Ahmad Karzoni, Tazkiyatun Nafz (Pensucian Jiwa), Jakarta: Akbar Media,
2010
___________ , Umur dan Seribu Satu Wasiat Terakhir, Surabaya: Terbit Terang,
1987
45
H.Bey Arifin, Hidup Sesudah Mati, Jakarta: Kinta, 1994
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bandung : Balai Pustaka,
2014
Rahmat, Jalaludin. Memaknai Kematian, Bandung: Pustakan Iman, 2006
Ruslan Kh. Muhammad Khatab, Jas Merah Rantau Bais (Mengenang Sejarah
Panjang Rantau Bais), Rantau Bais, 2014
46
Supaat Eko Nugroho, Muhammad ‘Abid Al-Ja>biri>: Studi Pemikirannya
Tentang Tradisi (Turas\), Yogyakarta: Skripsi Fakultas Adab, 2007
Yusuf Mansur, Kado Ingat Kematian, Bandung: PT. Karya Kita, 2002
Zainal Abidin, Alam dan Seluk Beluknya, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
47
Daftar Web. Internet.
http://yasinfadillah.blogspot.com/2008/05/ilmu-kedokteran-forensik-
dan_22.html.com
http://robinperdana.blogspot.com/2013/12/thanatologi-forensik.html.com
http:// yuksholat5.blogspot.com/2011/12/mengingat-mati-hakikat-mati.html.com
http://munggahterus.blogspot.com/2010/05/mati-sebelum-mati.html.com
http://tanbihun.com/tasawwuf/tasawuf/ikhlas-dalam-ilmu-tasawuf/.com
https://dechainer.wordpress.com/2012/01/25/pengertian-ihsan.com
http://nurussubahah.blogspot.com/2012/05/maqamat-dalam-tasawuf.html.com
http://rumaysho.com/qolbu/memahami-arti-zuhud-1058.html.com
http://blogspot.com/2013/03/aqidah-akhlak-iman-islam-dan-ihsan.html.com
https://guzzaairulhaq.wordpress.com/samudera-tasawuf/ikhlas-dalam-ilmu
tasawuf/com
http://www.perkuliahan.com/makalah-mahabbah-rabiah
adawiyah/#ixzz3b5PTL8aV,diakses.com
http://wawanislam.blogspot.com/2014/03/kematian-menurut-dalam-pandangan-
islam.html.com
48