Anda di halaman 1dari 48

KONSEP MEMATIKAN DIRI SEBELUM MATI DALAM

PANDANGAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI DESA


RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH
KABUPATEN ROKAN HILIR
PROVINSI RIAU

Oleh:
SYAFRIZALMI ISHAK, S.Ud
Nim: 1320511093

TESIS

Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga


Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam
Program Studi Agama dan Filsafat
Konsentrasi Filsafat Islam

YOGYAKARTA
2015

1
Metto

“Bila engkau ragu akan adanya kehidupan setelah kematian, maka hendaklah
manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan (QS. Ath.Thariq: 5)”

“Mulailah untuk bermimpi, berencana, belajar, dan bekerja untuk


mencapai keinginana anda hari ini. Potensi anda akan membaut ruang bagi
pencapaian impian-impian anda. Kesuksesan anda akan membawa nilai
kesenangan bagi diri anda dan orang-orang yang ada di sekitar anda”.

2
Persembahan

Tesis ini, dihadiahkan buat orang-orang yang saya cintai, khusus


buat kedua orang tuaku, Kh. Wahidin dan Mardiana, yang senantiasa
mendidik dan mengarahkan anak-anaknya agar menjalankan pilar-pilar
kehidupan dengan baik yang sesuai dengan tuntunan agama, serta
mendoakan agar anak-anaknya sukses dan bahagia dalam mencapai cita-
cita dan impiannya. Serta saudara-saudara saya yaitu Asmarida,S.pdi,
Salamaidah, Siti Rahmaini.Amd, Adraisman, Rahmat Akbar, dan
Elyazir, dan abang/kakak ipar : Suherman Azim, Muliyadi, Mida
Candra,S.pd, dan Iroel Baryah, S.pdi.

Tesis ini juga saya persembahkan buat (pak udo) H. Ruslan, Kh,
Muhammad Khotib, selaku Mursyid Tarekat Nasyabandiyah yang
senantiasa mendukung dengan sepenuh hati, memberi nasehat, arahan dan
membimbing kepada saya dalam menulis tesis ini. Trimakasih atas segala
ilmu yang diberikan, semoga Allah selalu menurunkan Rahmat dan
keberkahan kepada beliau.

3
ABSTRAK

Kajian ini dilatar belakangi oleh pemahaman Tarekat Naqsyabandiyah mengenai


konsep mematikan diri sebelum mati. Bagaimana mungkin merasakan mati, jika
saat ini kita masih hidup. Secara umum kematian adalah terpisahnya antara jasad
dan jiwa manusia, sehingga jasad manusia tidak berfungsi lagi dan lama-kelamaan
akan menjadi bangkai. Memang pernah terdengar ditelinga kita, bahwa ada
sebagian manusia yang pernah merasakan mati Suri. Tetapi kematian tersebut
dilakukan dengan tidak sengaja dan secara terus-menerus. Menurut lmu
Thanatologi (ilmu kedokteran), Mati Suri (Apparent death/Suspended animation)
Adalah penurunan fungsi organ vital sampai saraf minimal yang
reversible. Sehingga diketahui ternyata hidup lagi setelah dinyatakan mati. Mati
suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat listrik atau
tersambar petir,dan tenggelam.
Agama Islam memandang bahwa kematian adalah terpisahnya jasad dan jiwa
manusia, sehingga akan menempuh alam selanjutnya yaitu“Alam Kubur/Barzah”,
bagi orang yang taat menjalankan segala perintah Allah, maka akan selamat dari
siksa kubur, namun sebaliknya bagi orang yang selalu berbuat dosa, maka akan
merasakan siksaan tersebut hingga sampai datangnya hari kiamat. Untuk itu
Islam mengajarkan agar selalu mengingat kematian, sehingga akan tumbuh
kesadaran bahwa setiap manusia yang hidup saat ini pasti menghadapi kematian.
Maka rasa semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah akan tumbuh pada diri
seseorang.
Jadi, adakah ajaran Islam yang menganjurkan kepada umatnya untuk mematikan
diri sebelum mati?, serta apakah sama mati suri dengan mati yang dilakukan oleh
jama‟ah tarekat Naqsyabandiyah?, atau apakah seseorang harus bunuh diri dahulu,
sehingga merasakan kematian.? Berbagai persepsi yang tumbuh dibenak kita.
Oleh sebab itu penulis ingin meneliti permasalahan tersebut. Bagaimana
sesungguhnya konsep mematikan diri sebelum mati dalam pandangan Tarekat
Nasyabandiyah di Desa Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan
Hilir provinsi Riau.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (lapangan)
yaitu mengumpulkan data-data melalui wawancara, observasi dan lain sebagainya
dengan melihat bagaimana syariat Islam dalam memahami kematian. Sehingga
ditemukan titik permasalahan dalam penelitian ini.
Sejauh pemahaman penulis terhadap penelitian ini, ternyata mematikan diri
sebelum mati dalam pandangan Tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang salik
belajar mati sebelum mati yang sesungguhnya. Artinya, membayangkan dirinya
(salik) seakan-akan telah mati seperti : dimandikan, dikafani, di sholatkan, hingga
sampai diantar masukkan keliang lahat (dalam kubur). Sehingga hati akan selalu
dekat dengan Allah Swt, dan tidak tertipu dengan kenikmatan dunia yang sifatnya
sementara ini. Tujuannya adalah mematikan hawa nafsu, ketika beribadah kepada
Allah Swt seperti zikir, sholat, dan lain sebagainya). Sehingga seorang salik ikhlas
beribadah hanya semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya.
Kata Kunci : Belajar mati sebelum mati yang sesungguhnya, mematikan hawa
nafsu

10
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata dalam bahasa Arab yang dipakai dalam penulisan

tesisi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan

0543b/1987.

A. Konsonen Tunggal

Fonem konsonen bahasa Arab, dalam sistem penulisan bahasa Arab

dilambangkan dengan huruf. Maka dalam tulisan transliterasi ini sebagian

dilambangkan dengan huruf, sebagian lagi dengan tanda, dan sebagian lainnya

dengan huruf dan tanda sekaligus, sebagimana penjelasannya dibawah ini.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba’ B Be

Ta’ T Te

Tsa S Es (dengan titik atas)

Jim J Je

Ha H} Ha (dengan titik di bawah)

Kha Kh Ka dan ha

Dal D De

Dzal Z| Zal (dengan titik diatas)

11
Ra R Er

Zai Z Zet

Sin S Es

Syin Sy Es dan ye

Sad Ṣ Es (dengan titik di bawah)

Dad Ḍ De (dengan titik di bawah)

Ta Ṭ Te (dengan titik di bawah)

Za Ẓ Zet (dengan titik di bawah)

‘ain „ Koma terbalik (di atas)

Ghain G Ge

Fa F Ef

Qaf Q Qi

Kaf K Ka

Lam L El

Mim M Em

Nun N En

Wau W We

Ha H Ha

Hamzah „ Apostrof

Ya’ Y Ya

B. Vokal
a. Vokal tunggal
Tanda vocal Nama Huruf latin Nama

12
Fathah A A
Kasrah I I
Dammah U U

b. Vokal Rangkap
Tanda Huruf latin Nama
Fathah + ya‟ mati Di tulis Ai a-i
Fathah + wawu mati Di tulis Aw a-w
Contoh:
_____Qawlun ______kaifa
C. Konsonan rangkap (syaddah atau tasydid) ditulis rangkap, baik ketika
berada di awal atau di akhir kata.
Ditulis Mutawassiṭ ah
Ditulis Al-birru

D. Ta’ Marbutah hidup ditulis “t” dan ta’ marbutah mati ditulis “h”
Ditulis rawḍ ah al-‘ilmi
Ditulis Karāmah al-awliyā’
Ditulis Al-madīnah al-munawwarah
Ditulis ‘ubiadah

E. Vocal Panjang (Maddah)


Tanda Nama Huruf latin Nama
Fathah dan alif A<<<> A dengan garis di atas
Fathah dan ya‟ A> A dengan garis di atas
Kasrah dan ya‟ I> I dengan garis di atas
Dammah dan U> U dengan garis di atas
wawu
Contoh:
----------ja>’a -------qi>la
----------sara> -------yaju>zu

13
F. Vocal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
Ditulis Ta’âla
Ditulis A’lamu
Ditulis La’in syakartum

G. Kata Sandang Alif+Lam


Kata sandang “ ” ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan tanda
penghubung “-”, baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun huruf
syamsiyyah.
Ditulis Al-kitâb
Ditulis Al-Nujūm
Ditulis Al-Ra’d

H. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi
huruf kapital digunakann untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti
ketentuan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital, kecuali jika terletak kepada permulaan kalimat.
Ditulis Wawâ’adnâ Mūsâ
Ditulis Ahl al-sunnah

14
KATA PENGANTAR

Al-hamdulillahirabbil‘alamin, segala puji penulis haturkan kehadirat Allah

SWT. Limpahan nikmat dan karunia Allah yang hingga detik ini masih penulis

rasakan. Allah yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Berkat ridho dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Semoga

tesis ini dapat memberi manfa‟at dan berguna bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya, terutama dalam segi keilmuan.

Shalawat dan salam, selalu kita curahkan buat junjungan alam yakni

Habibullah Muhammad SAW, keluarga ,dan para sahabat-sahabatnya serta

pejuang Islam yang menjadikan ajaran-Nya sebagai landasan hidup, yang

mempunyai semangat jihad yang tinggi, yang ingin meneruskan perjuangan untuk

menegakkan Syari‟at Islam dengan penuh ketabahan. Semoga kita semua

tergolong orang-orang yang mendapatkan safa‟atnya di akhir kelak. Amin.

Dalam proses penulisan dan penyelesaian tesis ini, bukanah terwujud

dengan sendirinya, akan tetapi telah banyak bantuan, bimbingan, baik secara

moril maupun materil dari orang-orang yang peduli dan mendukung penulis

dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih

setulus hati kepada;

1. Kedua orang tua yang penulis cintai, Ayahnda (Kh.Wahidin) dan Ibunda
(Mardiana) yang telah mengasuh dan merawat, mendidik, dan
membimbing saya dari lahir hingga sampai dewasa saat ini, kejalan yang
benar yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Walaupun dalam
keadaan susah payah, terutama ditengah-tengah kesulitan ekonomi dan
segala keterbatasan, namun beliau tidak pernah menyerah dan selalu sabar

15
menghadapi segala tantangan kehidupan yang ada. Serta saudara-
saudaraku yang tercinta, Asmarida S.Pdi, Salamaidah, Siti Rahmaini
Amd, Adraisman, Rahmat Akbar, dan Elyazir dan seluruh keluarga besar
yang selalu memberikan motivasi, dukungan lahir batin serta doa
sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A, Ph.D, selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang memberi kesempatan,
kemudahan, bantuan baik moral maupun materil kepada penulis dalam
mengikuti pendidikan Magister S2 pada Ilmu Fisafat Islam, di Program
Studi Agama dan Filsafat, Konsentrasi Filsafat Islam.
3. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil, Ph.D selaku Direktur
Pascasarjana.
4. Bapak Dr. Moch. Nur Ichwan, M.A selaku ketua Prodi Agama dan
Filsafat dan Bapak Dr. Mutiullah, M.Hum selaku sekretaris Prodi Agama
dan Filsafat.
5. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, M.A selaku pembimbing dalam penulisan tesis
ini.
6. Bapak Prof. Dr. Fauzan Naif, M.A selaku penguji pada penelitian ini
dalam sidang munaqosah
7. Seluruh Dosen-dosen yang ada di Konsentrasi Filsafat Islam khususnya
dan pascasarjana umumnya, semoga Allah Swt tetap menjadikan kita
hamba-hamba-Nya yang istiqomah dalam menjalankan kehidupan ini,
terutama di dunia akademik untuk melahirkan pemikir-pemikir muslim
dan muslimat yang handal.
8. Kepada Bapak H. Ruslan, Kh, Muhammad Khotib, selaku Mursyid
Tarekat Naqsyabandiyah, dan khususnya seluruh Jama‟ah Tarekat
Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih,
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, terimakasih saya ucapkan, karena
telah bersedia menerima saya dalam melakukan penelitian ini, semoga
dapat bermanfa‟at khususnya bagi saya pribadi selaku peneliti.

16
9. Kepada teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Konsentrasi Filsafat
Islam yang senantiasa bersama-sama dalam menjalankan aktifitas
perkuliahan dan saling mengisi kekurangan kepada teman-teman dan
sahabat-sahabatku Saifurrahman, S.Fil.I, M.Hum, Qowwim Musthafa,
S.Th.I, M.Hum, Moh. Ayyub, S.Fil.I, M.Hum, Naibin, S.Pd.I, M.Hum,
Muhammad Said, S.Ud, M.Hum, Ishak Hariyanto, S.Sos,I, M.Hum, Moh.
Habibi, S.Fil.I, M.Hum, Muhammad Chamim, S.H.I, M.Hum, Ilya
Vdovin, M.Hum, dan teman-teman seperjuangan lainnya.
10. Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuangan, Rendi Gumilang, Alias
Candra, Pohan Harahap, Ulumudiin, Rusdy Yanto, Fadil Lukman, Fikri
Mualimin, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya,
trimakasih atas saran, masukan, dan dukungannya selama ini.

Atas dasar dorongan dan bantuan mereka semua, semoga Allah memberikan

ganjaran amal kebaikan kepada mereka, serta dimudahkan dalam segala

urusannya, Amin. Akhirnya kepada Allah jualah kita berserahkan diri semoga

tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin Yarobbal’alamin.

Yogyakarta, 13 Juni2015

Penulis

Syafrizalmi Ishak

17
DAFTAR ISI

MOTTO .............................................................................................................. i
PESEMBAHAN ................................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................................iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................. iv
PENGESAHAN ................................................................................................. v
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ................................................................... vi
NOTA DINAS PEMBIMBING...................................................................... vii
PERNYATAAN SUDAH MELAKSANAKAN PENELITIAN ................viii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................ x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xiv
DAFTAR ISI. ................................................................................................. xvii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................... 1


B. Rumusan Masalah . ........................................................... 11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................... 12
D. Kajian Pustaka................................................................... 12
E. Kerangka Teoritis. ............................................................. 15
F. Metide Penelitian ............................................................ 16
G. Sistematika Penulisan ...................................................... 19

BAB II : AKTIFITAS TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI


DESA RANTAU BAIS

A. Geografis dan Kehidupan Beragama Desa Rantau


Bai.................................................................................22
1) Sejarah Masuknya Tarekat Naqsyabandiyah diDesa
Rantau Bais............................................................28
2) Silsilah Guru Tarekat Naqsyabandiyah di Desa
Rantau Bais........................................................... 32
3) Sistem Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah di Desa
Rantau Bais.......................................................... 34
4) Adab-Adab Murid....... ..................................38

B. Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ........................................ 46


1) Suluk (Khalwat) .......................................................... 49
2) Tawajjuh ...................................................................... 62
3) Zikir dan Wirid ............................................................ 65

18
BAB III : HAKIKAT KEMATIAN

A. Hakikat Kematian dalam Sudut Pandang Ilmu


Pengetahun...................... .................................................. 74
B. Kematian dalam Pandangan Berbagai Agama .................. 80
C. Kematian dalam Persepektif Sufi ...................................... 86
D. Pentingnya Mengingat Kematian ..................................... 93

BAB IV : MEMATIKAN DIRI SEBELUM MATI DALAM


PANDANGAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH

A. Tata Cara / Prosedur Mematikan Diri Sebelum Mati


dalam Ajaran Tarekat
Naqsyabandiyah................................... 104
B. Macam-Macam Mati dalam Ajaran Tarekat
Naqsyabandiyah....................................................
109
C. Tujuan Mematikan Diri Sebelum Mati dalam Tarekat
Naqsyabandiyah .........................................................
114

BAB V : ANALISIS TERHADAP KONSEP


MEMATIKAN DIRI SEBELUM MATI

A. Kematian dalam Islam ...................................................... 124


B. Kematian dalam Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ........... 132

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................161
B. Saran-Saran ....................................................................163

DAFTAR PUSTAKA

19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia yang lahir di permukaan Bumi ini tidak akan berlangsung

lama dan pasti mengalami kematian. Secara sederhana kematian disebut

sebagai terpisahnya antara ruh dan jasad manusia. Apabila kematian sudah

datang kepada seseorang, maka tidak akan bisa di tunda lagi, karena kematian

tidak memandang apa pun dan siapaun. Kematian tidak memandang seseorang

yang kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, sakit atau

sehat, kematian sifatnya pasti. Artinya setiap yang bernyawa pasti akan

mengalami kematian.

Berbagai macam kenikmatan yang ada di dunia yang sifatnya sementara

seperti harta, wanita dan tahta, menyebabkan manusia lupa dengan kematian.

Harta yang telah jerih payah dikumpulkan, wanita yang sangat dicintai, anak

sebagai belahan jiwa tidak akan bisa membantu agar kematian ditunda. Semua

yang dimiliki saat hidup di dunia akan ditinggalkan begitu saja, namun yang

dibawah hanya amal perbuatan baik dan jahat sebagai bekal kehidupan yang

selajutnya. Bagi seseorang yang selalu ta‟at menjalankan perintah Tuhan, maka

akan selamat dalam menempuh kehidupan yang selanjutnya, begitu juga

sebaliknya.

Dalam buku yang ditulis oleh Fakhrurrozi, beliau mengutip pendapatnya

Shneidman, (seorang Psikolog yang berasal dari Amerika), dalam sebuah

20
surveinya ketika diajukan pertanyaan kepada responsen, “ Seberapa sering

anda memikiran tentang kematian?‟ menurut beliau dari keseluruhan responden

yang ada lebih dari setengahnya mengatakan “kadang-kadang”, seperempatnya

mengatakan “sering”, dan seperempatnya lagi mengatakan “jarang”

memikirkan kematian. Kemudian, ketika diajukan pertanyaan kepada

responden, “bagaimana perasaan anda tentang kematian?” lebih dari setengah

total responden mengatakan bahwa memikiran kematian hanya membuang-

buang waktu saja dan mereka mengatakan lebih baik menghargai hidup dan

menikmatinya. Jadi hanya sepertiga persen dari mereka mengatakan bahwa

memikirkan kematian akan membuat mereka takut dan deprensi (tekanan)

Namun yang menariknya, ada sekelompok responden yang memiliki tingakat

ketakutan menghadapi kematian yang paling tinggi adalah mereka yang berusia

dua puluh tahunan ke atas. Artinya, mereka termasuk kedalam kelompok akhir

remaja. Maka hasil survei ini sejalan dengan pendapatnya Hinton (seorang

ilmuan yang berasal dari Amerika) menurutnya usia remaja adalah usia yang

lagi tumbuhnya semangat untuk menikmati hidup. Sehingga pada seusia ini

mengingat kematian hanyalah membauang-buang waktu saja.1

Biasanya memikiran kematian lebih sering muncul kepada orang yang

sudah lanjut usia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Atwater (seorang ahli

Terapi yang berasal dari Amerika) menurutnya, memikirkan kematian lebih

sering muncul kepada orang-orang tua. Bahkan pada usia ini ketakutan

menghadapi kematian akan semakin berkurang, salah satu sebabnya adalah

1
Muhammad Fakhrurrozi, The Secrect of Kematian, (Jakarta:Wahyu media 2010), hlm. 58

21
faktor umur yang semakin tua dan biasanya pada usia ini selalu melihat

peristiwa yang terjadi sekelilingnya, misalnya jasmani mereka sudah di

hinggapi oleh penyakit kronis, selalu melihat kematian teman-teman yang

seusia dengannya. Menurut Atwater mengatakan bahwa, adanya hubungan

yang kuat antara sikap positif dalam menghadapi kematian dan keyakinan

adanya kehidupan setelah mati, sehingga mengakibatkan seseorang dapat

mengantisipasi munculnya kecemasan dalam menghadapi kematian.2

Terkadang banyak yang menyangka bahwa kematian adalah sesuatu yang

menakutkan, karna segala yang berhubungan dengan hal tersebut, sedapatnya

harus dihindari. Pada hakikatnya kematian adalah sesuatu yang tidak bisa

dihindari oleh semua makhluk yang hidup, termasuk manusia. jadi segala

sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan Tuhan berpasang-pasangan seperti

adanya laki-laki karna adanya wanita, adanya siang karna adanya malam,

adanya sehat karna ada sakit, adanya suami karna adanya istri, demikian pula

adanya kehidupan karna adanya kematian. Oleh sebab itu, manusia

diperintahkan Tuhan agar selalu mengingat kematian. Seperti yang dijelskan

oleh Yalom (seorang Psikiater yang berasal dari Amerika) mengatakan, bahwa

dengan mengingat kematian hidup kita lebih bermakna, selain itu mengingat

kematian memiliki keuntungan misalnya menumbuhkan kemampuan untuk

selalu menghargai hidup, mengalih perhatian dari hal-hal yang menganggu

terhadap kesadaran diri, dan membantu seseorang agar menerima semua

kenyataan yang ada di hadapannya. Kemudian Jonoff (seorang ahli Psikolog

2
Ibid., hlm. 59

22
yang beerasal dari Amerika) mengatakan, bahwa dengan mengingat kematian

hidup akan terasa lebih indah dan akan meperhitungkan setiap hari apa yang

dikerjakan, lebih berhati-hati dalam bertindak dan menjalankan hidup. Jadi,

memahami tentang hakikat kematian akan menyadarkan seseorang, bahwa

hidup didunia tidaklah kekal.3 Beginilah pemahaman orang-orang non-muslim

dalam memahami kematian, lalu bagaimana pandangan Islam dalam

memahami hakikat kematian.

Secara umum agama Islam, pemahamannya sama dengan agama-agama

yang lain, bahwa kematian adalah terpisahahnya jasad dan jiwa manusia,

sehingga organ tubuh jasmani manusia tidak berfungsi lagi. Tetapi dalam

pandangan Islam kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti karena setiap

yang bernyawa pasti akan mati juga. Ketika seseorang menghadapi sesuatu

musibah termasuk kematian saudara, tetangga, atau teman dekat, maka

dianjurkan untuk mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi roojiuun”. Artinya

bahwa sesungguhnya semua yang ada sa‟at ini milik Allah dan akan kembali

kepadaNya. Panjang atau pendeknya umur manusia tergantung yang

ditakdirkan Allah, tidak ada seseorang pun yang mengetahui, umur berapa

mereka mengalami kematian. Karna semua makhluk berasal dari Allah, dan

pasti akan kembali kepada Allah jika waktunya telah tiba. Jadi seseorang yang

telah menemui ajalnya, berarti ia telah kembali ke asalnya, yaitu Dzat Yang

Maha Pencipta.

3
Ibid., hlm. 65

23
Jadi agama Islam, tidak menggap bahwa kematian sesuatu yang

dipermasalahkan, karena peritiwa itu adalah lazim terjadi. Namun yang

menjadi permasalahan adalah ketika seseorang meninggal dunia dalam keadaan

tidak sebagai seorang yang beriman. Tetapi jika seseorang yang meninggal

dunia dalam keadaan beriman, maka dijanjikan oleh Allah akan ditempatkan

pada tempat yang mulia. Peristiwa kematian hanya sebatas berpindah tempat,

yaitu dari kehidupan di dunia kemudian beralih ke alam kubur dan berlanjut ke

alam yang lebih kekal, yaitu akhirat. Sebagimana yang dijelaskan didalam Al-

qur‟an dalam surah An-Nisaa: ayat 78 yang artinya.

     


            

      


         


     
          

 
“ Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
Kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini
adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana
mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS.An-Nisa ayat 78)

Dari ayat diatas dapat dijelskan bahwa apabila kematian sudah datang

pada seseorang, maka tidak bisa lagi ditunda-tunda lagi, walaupun kita

melarikan diri atau bersembunyi ditempat yang aman sekalipun maka kematian

akan menjemputnya. Bisa juga dilihat pada surah al-Jum‟ah ayat 8 yang

artinya:

24
“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,
Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian
kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan".(Qs.Al-Jum‟ah ayat 8)

Begitu juga banyak hadis-hadis yang menjelaskan tentang kematian

seperti :

Hadis Rasululla Saw diriwayatkan oleh Aisyah ”Wahai Rasulullah


adakah orang yang akan dibangitkan bersama syuhada (orang mati
syahid), maka beliau menjawab ada yaitu orang-orang yang mengingat
maut dua puluh kali semalam”. (HR.Thabrani).4

Jadi mengingat kematian akan mendapatkan pahala yang besar disisi

Allah, karena akan tumbuhnya kebencian terhadap dunia yang fana ini yang

penuh dengan tipu daya dan akan mendorong manusia untuk memikirkan

akhirat dengan sendirinya. Sedangkan lupa terhadap kematian akan

mendorong manuisa untuk tenggelam kearah nafsu dunia.

Dalam buku yang berjudul, Memaknai Kematian yang ditulis oleh

Jalaludin Rahmat, bahwa kematian adalah sebagai proses pembersih dan

pemutih jiwa seseorang, adanya kematian maka saat itulah kesempatan yang

terakhir untuk membersihkan diri dari berbagai dosa-dosa. Jadi kematian

adalah membebaskan seseorang dari semua derita dan kepedihan yang selama

ini dirasakan saat hidup di dunia serta akan memperoleh kebahagian yang

abadi (akhirat).5

Beberapa metode dalam mengingat kematian yaitu : selalu menjenguk

orang sakit, mendatangi rumah orang yang telah meninggal, ikut serta

mengkafani, dan menguburkan jenazah tetangga, kerabat atau saudara yang


4
Ibid., hlm. 64
5
Jalaludin Rahmat, Memaknai Kematian,(Bandung: Pustakan Iman), 2006 hal. 4

25
telah meninggal dunia, dengan demikian akan tumbuh rasa ingin

mempersiapkan diri dengan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah

dan dilarangnya, dan selalu memelihara keimanan dengan senatiasa selalu

beramal soleh dengan hati yang ikhlas.

Jika kedua hal itu sudah dipersiapkan sepenuhnya, maka tidak perlu lagi

rasa khawatir dalam menjalankan hidup ini. Kapan dan di mana pun, kematian

harus diterima secara ikhlas, baik oleh yang bersangkutan maupun keluarga

yang ditinggalkan. Selain itu, sebagai seorang yang selalu menjaga keimanan,

maka hendaknya selalu berharap dan memohon kepada Allah, agar meninggal

dengan husnul khatimah. Kematian dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu

yang buruk, karena disamping mendorong manusia untuk meningkatkan

pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, juga pintu gerbang untuk memasuki

kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan yang sejati.

Kalau merujuk kepada Ilmu Tasawuf, terdapat maqom-maqom yang

harus dilalui oleh Sufi, diantaranya adalah mak‟rifat dan mahabbah (cinta)

kepada Allah semata. Seorang sufi tidak akan sampai ke maqom ini apabila

masih ada rasa cinta selain Allah seperti harta, tahta dan lain sebagainya. Oleh

sebeb itu diantara yang besar manfa‟atnya agar hilang rasa cinta selain Allah,

maka ilmu tasawuf mengajarkan pentingnya mengingat kematian. Dengan

mengingat kematian, akan mempersempit rasa cinta terhadap dunia dan

menumbuhkan kerinduan terhadap kehidupan akhirat.6

6
http://yuksholat5.blogspot.com/2011/12/mengingat-mati-hakikat-mati.html, diakses pada 28
Januari 2015

26
Jadi munculnya kecintaan terhadap dunia dikarenakan kurangnya

mengingat kematian, beberapa cara yang diajarkan tasawuf dalam mengingat

kematian antara lain hendaklah mengosongkan ingatan selain kematian lalu

duduk berkhalwat dan mengendalikan ingatan tentang mati dengan kalbu yang

paling dalam, setelah itu seorang salik harus mengingat tentang sahabat, atau

tetangga yang telah meniggal dunia, lalu mengingat sifat rakus, ambisi, angan-

angan dan kecintaan mereka terhadap kedudukan dan harta. Kemudian

mengingat pergulatan mereka saat sakaratul maut, pada saat itu tumbuh

penyesalan karena menyia-nyiakan waktu dan umur, membayangkan saat

tubuh mereka di himpit tanah, lalu semua organ tubuh menjadi busuk hingga

sampai menjadi bangkai. Pada sa‟at itu membayangkan peristiwa itu terjadi

kepada diri kita. Maka akan muncul sifat takut terhadap siksaan Allah Swt dan

akan selalu ingat kepada-Nya.

Menurut, Abu Hamid al-Ghazali menjelaskan kematian adalah perubahan

kondisi roh yang awalnya memiliki kuasa penuh terhadap jasad lalu berubah

menjadi hilangnya kekuasaan itu. Ruh yang sebelumnya berkuasa

menggunakan mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk

mendengar dan semua anggota jasad yang lain sebagai alat bantuannya, pada

saat ini tidak mampu lagi melakukan perbuatan itu. Pada saat itu jiwa manusia

bagaikan baru bangun dari tidur yang panjangnya dan akan terungkap didepan

mata hakikat-hakikat yang selama ini tertutup, seperti melihat malikat, surga,

27
neraka, dan juga balasan kepada semua amal yang dilakukan sepanjang

hidupnya.7

Selain dari itu banyak orang Arif mengatakan bahwa mengingat kematian

merupakan hal yang sangat penting seperti yang dijelaskan Menurut Yazid al-

Raqqasy, yang senantiasa berkata kepada dirinya, “Celakalah engkau wahai

Yazid! Siapa orang yang akan menggantikan shalatmu setelah mati, siapa yang

berpuasa untukmu setelah mati, siapa yang memohon keredhaan Allah

untukmu setelah mati. Wahai manusia! Tidakkah kamu menangis dan meratapi

diri sendiri dalam sisa hidup kamu. Maut akan menanti, kuburan menjadi

rumah, dan ulat menjadi teman rapatnya, lalu setelah itu ia akan menunggu lagi

hari kecemasan yang paling besar. Beliau pun kemudian menangis.

Lain lagi dengan Ad-Daqqaq r.a. berkata, “Siapa yang banyak mengingat

kematian, maka ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: Segera bertaubat;

Mendapatkan kepuasan hati; dan bersemangat dalam beribadah. Dan siapa

yang lupa akan kematian, maka ia akan disiksa dengan tiga perkara yaitu

menunda untuk bertaubat, tidak merasa cukup dengan yang ada dan malas

beribadah.” Selain itu Hasan al-Basri r.a. berkata, “Sesungguhnya kematian ini

telah menghancurkan kenikmatan yang dirasakan para penikmatnya kerna itu,

carilah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya.”8

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Islam hanya bisa

mengajurkan agar manusia senantiasa mengingat kematian, Namun manusia

7
Imam Al-Ghazali, Kehidupan Sesudah Mati, terj. Achmad Sunarto, (Surabaya: Karya Agung,
2010), hlm. 58
8
http://www.islampos.com/pentingnya-mengingat-kematian-48847/diakses pada 19 Desember
2014.

28
tidak bisa merasakan bagaimana yang dirasakan oleh orang yang sudah mati,

karena sa‟at ini jiwa dan tubuh masih menyatu dalam diri setiap manusia yang

hidup. Maka salah satu jalan bagaimana yang dirasakan atau keadaan, sakitnya

yang dirasakan oleh orang yang menghadapi sakaratul maut. Maka jiwa dan

raga harus dipisahkan terlebih dahulu (meninggal dunia).

Namun ada yang berbeda didalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyyah di

Desa Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi

Riau yang mengunakan mati dalam khafi‟at zikirnya. Jadi sebelum melakukan

zikir, ada beberapa adab yang harus dipenuhi oleh seorang salik untuk

menjalankan spritualitasnya, salah satunya adalah mematikan diri sebelum

mati.

Ketika seseorang ingin bergabung dalam jamaah Tarekat

Naqsyabandiyah tersebut, maka terlebih dahulu harus di bai‟at oleh mursyid

(guru). Fungsi bai‟at adalah sebagai ikrar, perjanjian atau sumpah setia, agar

seseorang murid berjanji dengan sepenuh hati untuk mengamalkan apa-apa

yang di perintahkan mursyid. Setelah murid melakukan perjanjian itu, maka

mursyid memberikan kafi‟at zikir yang senantiasa harus diamalkan setiap

melakukan zikir.

Adapun khafi‟at zikir yang diajarkan oleh Syekh „Abdul Wahab Rokan

al-Khalidi al-Naqsyabandi, sesuai dengan Adab yang berlaku dikalangan

penganut Tarekat Naqsyabandiyah tersebut antara lain: menghimpun segala

pengenalan dalam hati, menghadap diri (perhatian) kepada Allah, membaca

istighfar sekurang-kurangnya tiga kali, membaca al-fatihah dan surah al-ikhlas,

29
menghadirkan roh Syekh Tarekat Naqsabandiyah, menghadiahkan pahala

bacaan al-fatihah kepada Syeikh Tarekat Naqsabandiyah, melaksanakan

rabithah, mematikan diri sebelum mati, munajat dengan mengucap “Illahi anta

maqshudi wa ridhaka mathlubi”( hanya engkau yang ku maksud dan keridhaan

engkau yang ku tuntut), berzikir dengan mengucapkan “Allah”, “Allah”

didalam hati, dalam keadaan mata terpejam, duduk seperti kebalikan dari

duduk tawarruk dalam sholat, mengunci gigi, melekatkan lidah ke langit-langit

mulut. 9 Jadi masing-masing kafi‟at tersebut tidak berdiri sendiri akan tetapi

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan tidak bisa dilakukan

secara acak-acak atau sesuka hati tetapi dilakukan secra berurutan dan sesuai

dengan yang dijelaskan oleh mursyidnya.

Dari permasalahan inilah penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti,

bagaimana sesungguhnya proses mematikan diri sebelum mati dalam ajaran

Tarekat Naqsyabandiyah tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ajaran atau pemikiran tentang konsep mematikan diri sebelum

mati didalam Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais Kecamaan

Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.

2. Apa pengaruh ajarannya terhadap prilaku masyarakat khususnya dikaitkan

pada konteks kekinian.

9
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Prenada Media, 2005), hlm. 109

30
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Secara umum studi ini bertujuan untuk menghimpun data dan informasi

tentang adab zikir di dalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Rantau

Bais khusunya menganalisis secara sistematis mengenai ajaranya tentang

konsep mematikan diri sebelum mati. Selain itu untuk mengetahui atau melihat

bagaimana kontribusi pemikirannya terhadap Islam kususnya di dalam

masyarakat yang ada di Desa Rantau Bais tersebut

Setelah penelitian ini selesai dilakukan, maka penulis mengaharapkan

agar dapat bermanfaat atau berguna bagi masyarakat Islam, kususnya

dikalangan akademik. Sebagai pengetahuan yang baru dan bisa dikembangkan

kembali secara sistematis.

Penulis sadar mungkin secara objek ada kesamaan dari penelitian

sebeumnya kususnya tentang Tarekat Naqsyabandiyah. Namun penulis akan

memaparkan bahwa ada letak berbedaannya, jika ditinjau dari segi keilmuan

dan wilayah yang akan diteliti. Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat luas (Islam) umumnya, mahasiswa dikalangan

akademik khususnya, sebagai referensi untuk mengenal konsep mematiakan

diri sebelum mati dalam khafiat zikir di Tarekat Naqsyabndiyah.

D. Kajian Pustaka

Perkembangan Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan ajaran

Tarekat. Sebab awal perkembangan Islam di Indonesia bukan dari golongan

31
Salaf, Syi‟ah, NU, dan lain sebaginya, tetapi berawal dari tokoh-tokoh sufi /

tarekat.

Sejauh yang saya pahami dari hasil penelitian sebelumnya, baik yang

sudah di publikasikan maupun yang belum, jumlah penelitian masalah tarekat

Naqsyabandiyah sangat banyak. Namun masing-masing peneliti, disamping

mempunyai penekanan tersendiri, juga mempunyai objek dan lokasi yang

berbeda-beda. Seperti yang penulis kemukakan dibawah ini antara lain.

Pertama, buku hasil penelitian Martin van Bruinnessen, yang berjudul

Terekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Beliau adalah orang yang pertama kali

mengkaji dan meneliti secara umum sebuah tarekat di Indonesia. Awalnya

beliau membahas secara lengkap bagaimana sejarah awal perkebangan, ajaran-

ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

gerakan Tarekat Naqsyabndiyah memainkan peran yang besar dalam

pembinaan moral dan akhlak umat Islam, bahkan dalam catatan sejarah Tarekat

Naqsyabandiyah ikut serta dalam perjuangan melawan kolonial belanda.10

Kedua, buku yang ditulis oleh Fuad Said, yang berjudul “ Hakikat

Tarekat Naqsyabandiyah.11 Sejauh pemahaman penulis buku ini menjelaskan

secara umum tentang ajaran-ajaran dasar Tarekat Naqsyabdiyah, seperti

silsialah, zikir, serta kaifiat, adabnya, berkhalwat (suluk), syarat mursyid, dan

cara pengangkatannya.

10
Martin van Bruinnessen, Terkat Naqsyabandiyah di Indonesia, Cat ke-2 (Bandung:Mizan 1994),
hlm.79
11
Said, A,Faud. Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), hlm 32

32
Ketiga, Imron Abu Bakar, tulisannya yang berjudul, Di Sekitar Masalah
12
Tharekat Naqsyabandiyah, buku ini seakan-akan mencari pembelaan

terhadap ajaran Tarekat Naqsyabandiyah, karena pada saat ini timbul sikap

antipati tidak percaya, bahkan sampai mengatakan bahwa Tarekat

Naqsyabandiyah dalam ajarannya tidak pernah di jumpai tuntunannya pada

asal syari‟at yang di ajarkan oleh Islam. Sehingga banyak yang mengatakan

ajarannya tersebut akan membawa ummat dalam kesesatan. Untuk itulah buku

ini membahas dan mancari dalil-dalil yang bersumber terhadap Al-qur‟an dan

Sunnah terhadap permasalahan tersebut.

Keempat, Tesis yang ditulis oleh Mukhibat, Terekat Naqsyabandiyah

(Studi Kegiatan Edukatif Dalam Terekat Naqsabandiayah), 13 Penelitian ini

banyak berbicara tentang bagaimana metode / sistem pendidikan dalam ajaran

Tarekat Naqsyabandiyah khusus di wilayah Magetan. Penelitian ini sangat

informatif yang disertai dengan analisis yang kritis terhadap ajaran-ajarannya

yang banyak diamalkan oleh masyarakat Magetan.

Dari pemaparan tentang para peneliti di atas, maka dapat dilihat bahwa

mereka memfokuskan penelitinya hanya kepada sejarah, ajaran-ajaran dasar

dan metode pendidikan Tarekat Naqsyabandiyah. Sedangkan buku atau

penelitian yang terkait kepada Tarekat Naqsyabandiyah khususnya di Desa

Rantau Bais sepengetahuan penulis belum ada yang membahas dan meneliti,

12
Imran Abu Amar, Disekitar Masalah Tarekat Nasyabandyiah, (Kudus : Menara Kudus, 1980),
hlm. 11
13
Mukhibat, Terekat Naqsabandiyyah, Studi Kegiatan Ekuketif Dalam Tarekat Naqsyabandiyah di
Kabupaten Magetan, (Yogyakarta: 2001), hlm. 95

33
apa lagi menegenai konsep mematikan diri sebeulum mati didalam kahfi‟at

zikirnya. Oleh sebab itu, penulis mencoba membahas dalam bentuk penelitian.

E. Kerangka Teoritis

Manusia yang hidup di dunia saat ini pasti akan mengalami kematian.

Kematain bisa diartikan sebagai pemisah jiwa dan jasad manusia. Jadi sifatnya

pasti tidak akan bisa kita melarikan diri untuk berlindung dengannya, karena

ajal manusia sudah ditentukan Allah masing-masing kapan mereka akan mati.

Maka dari itu Islam mengajarkan agar kita selalu mengingat kematian. Dengan

begitu kita akan lebih fokus dan berhati-hati dalam menjalankan hidup ini, dan

selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya, menjalankan apa yang

diperintahkan dan apa yang dilarang-Nya. Tetapi manusia yang hidup saat ini

tidak bisa merasakan, bagaimana yang dirasakan oleh orang yang sudah

meninggal. Karena jiwa dan jasad masih menyatu dalam tubuh manusia.

Namun ada didalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di Desa Rantau

Bais yang mengunkan konsep mati dalam khafiat zikirnya.

Untuk membedah penelitian tentang konsep mematikan diri sebelum

mati dalam Tarekat Naqsyabandiyah tersebut. Maka saya mengunakan teori

yang disanggah Syekh Siti Jenar yang terdapat dalam buku di tulis oleh

Achmad Chodjim yang berjudul Syekh Siti Jenar, Rahasia dan Makna

Kematian. 14 Secara umum penulis melihat buku ini menceritakan tentang

kehidupan dunia yang saat ini adalah alam kubur atau alam kematian. Karena

14
Ahmad Chodjim, Syehk Siti Jenar., Rahasia dan Makna Kematian, (Jakarta: Seranmbi Ilmu
Semesta, 2002-2014), hlm. 59

34
beliau memahami bahwa yang namanya kehidupan adalah manusia bersifat

bebas, tidak ada penderitaan / siksaan dan terhindar dari godaan setan. Namun

saat di dunia ini, manusia merasakan penderitaan tersebut, sebagaimana di

alam kematian manusia merasa kesakitan dan siksaan. Jadi kehidupan dunia

saat ini, seperti makan dan minum dan lain sebagainya adalah menunda

kehidupan yang abadi. Dari teori ini penulis ingin melihat bagaimana konsep

mematikan diri sebelum mati yang ada didalam khafi‟at zikir Tarekat

Naqsyabandiyah.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan kualitataif yaitu

penelitian yang memiliki karakristik data dinyatakan dalam keadaan

sewajarnya (Natural Setting). ciri penelitian kualitatif diantaranya berdasarkan

keadaan alamiah, disini penelitian mengumpulkan data berdasarkan

pengamatan dilapangan yang dilakukan sewajarnya (alamiah) sebagimana

adanya tampa dipengaruhi atau manipulasi.

Bertolak dari orentasi kajian, maka penelitian ini bersifat deskritif

analitik dengan mengunakan pendekatan Fenomenologi Agama. Penelitian

deskriptif kualitataif merupakan penelitian yang dilakukan dilapangan dengan

mengumpulkan data, seperti: dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga,

organisasi kemasyarakatan dan lembaga pemerintahan. Maka dalam penelitian

ini penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan Tarekat

Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais yang berkaitan dengan mematikan diri

35
sebelum mati. Maka didalam penelitian ini penulis mengunakan dua teknik

yaitu teknik penggunaan data dan teknik pengumpulan data.

1. Teknik Penggunaan Data

Dalam penelitian ini, data yang ada dikumpulkan dengan

menggunakan teknik-teknik yang lazim digunakan dalam penelitian

kualitatif, yaitu:

a) Observasi

Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan salah

satunya melalui observasi. Penggunaan metode observasi adalah peneliti

mengikuti pertemuan rutinitas yang dilakukan oleh jamaah Tarekat

Naqsyabandiyah yang ada di Desa Rantau Bais baik kegiatan suluk yang

dilakukan dalam bulan-bulan tertentu, maupun dengan perayaan

peringatan hari (Hul), Sehingga dapat menghayati dan mengamati kegiatan

yang dilakukan oleh jamaah Tarekat Naqsyabandiyah. Dalam hal ini

bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek

penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat

menyusun suatu desain penelitian yang cermat, dan mengecek sendiri

sampai dimana keabsahan data dan imformasi yang telah dikumpulkan15.

b) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu jenis pengumpul data dengan

melakukan sebuah timbal balik atau dalam kata lain merupakan sebuah

percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

15
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm.159

36
pewawancara yang mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.16

Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mendapatkan data yang akurat, jujur, dan dapat dipertanggung jawabkan

sesuai dengan penelitian penulis yaitun konsep mematikan diri sebelum

mati menurut Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais. Untuk

keperluan tersebut peneliti akan menggunakan petunjuk umum yaitu

mewawancarai seluruh anggota jamaah Tarekat Naqsyabndiyah yang ada

di Desa Rantau Bais, seperti mursyid (guru), kholifah (pembantu guru),

dan murid khususnya mengenai konsep mematikan diri sebeulm mati yang

ada didalam khafiat zikirnya, dengan mengunakan panduan wawancara

terbuka yang dilakukan pada waktu pertemuan rutinitas yang mereka sebut

dengan tawajjuh dan suluk.

c) Telaah Dokumen

Secara umum peneliti akan mencari buku-buku yang berkaitan

dengan ajaran Tarekat Naqsyabandiayah dalam berbagai literatur, selain

itu buku-buku panduan jamaah Tarekat Nasyabandiyah di Desa Rantau

Bais, maka peneliti akan meminjam atau mencarai buku khususnya

mengenai zikir, dan amalan-amalan yang di lakukan oleh jamaah Tarekat

Taqsyabandiyah tersebut serta mempelajari dan memahami buku-buku

tersebut.

16
Ibid, hlm. 165

37
2. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan upaya pengolahan data atau penafsiran data.

Analisis data merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi dan verifikasi data agar data yang terkumpul bernilai ilmiah.

Data yang terkumpul dari hasil penelitian terdiri dari berbagai data hasil

temuan di lapangan. Data yang banyak tersebut mungkin akan peneliti

sesuaikan dengan arah penelitian yang sudah dijabarkan dalam fokus

penelitian. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis data. Proses analisis

data dimulai dari seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber.

Analisis data yang dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah menggunakan teknik analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif

adalah untuk memberikan gambaran umum tentang konsep mematikan diri

sebelum mati dalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di Desa

Rantau Bais dengan mengunakan pendekatan filsafat yaitu pendekatan

fenomenologi yang merupakan cabang dari filsafat. Dengan mengunakan

pendekatan ini penulis akan melihat terlebih dahulu bagaimana pandangan

islam, tasawuf dan tarekat itu sendiri.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sebuah penelitian diperlukan sistematika penulisan agar lebih

sistematis. Bab 1, Pendahuluan menguraikan secara spesifik tentang gambaran

umum dari latar belakang masalah yang berfungsi sebagai pengantar dalam

pemahaman pembahasan berikutnya. Pada bab ini terdiri dari sub-sub bab yang

38
meliputi; Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Perumusan Masalah,

Alasan Pemilihan Judul, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka

Teoritis dan Konsep Operasional, Metode Penelitian, serta Sistematika

Penulisan. Karena didalam sub-sub judul yang ada di bab pertama ini

menunjukan arah kemana penelitian kita. Sehingga, ketika membaca bab

pertama ini orang sudah mengetahui kerangka penelitian ini.

Bab ke II, mengambaran tentang wilayah objek penelitian yang tediri

dari letak geografis Desa Rantau Rais, serta keadaan penduduk seperti: mata

pencarian, tingkat kependidikan, keagamaan, serta membahas tentang lembaga

sosial keagamaan di Desa Rantau Bais. Serta mendiskripsikan sejarah masuk

dan berkembanganya Tarekat Naqsyabandiyyah dan ajaran-ajarannya di Desa

Rantau Bais. Dengan melihat tentang pengaruh dan perkembangan, maka kita

akan mengetahui, siapa yang membawa dan menyebarkan Tarekat

Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais ini. Selain itu dapat diketahui, apakah

penelitian ini benar-benar diteliti di Desa Rantau Bais.

Bab ke III, memaparkan pembahasan yang berkaitan dengan makna

kematian dalam persepektif Ilmu pengetahuan (sain dan teknologi), Agama-

agama khususnya di indonesia, kematian dalam pandangan ilmu tasawuf,

pentingnya mengingat kematian. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang

tersebut, maka akan diketahui apa yang mempengaruhi Tarekat

Naqsyabandiyah yang ada di Desa Rantau Bais.

Bab ke IV, Peneliti akan mengulas secara sistematis dan khusus tentang

konsep mematikan diri sebelum mati dalam pandangan Tarekat

39
Naqsyabandiyah yang di Desa Rantau Bais. Karna dengan melihat dan

memaparkan pandangan mereka, kita akan mengetahui secara sistematis

konsep mematikan diri sebelum mati dalam ajarannya.

Bab ke V, Khusus analisis penulis terhadap hasil bacaan dan

pemahaman terhadap penelitian ini. Khusunya tentang konsep mematikan diri

sebelum mati dalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais.

Terakhir, Bab VI yang berisi Bab Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran.

40
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan penelitian dengan melakukan wawancara, dan

menguraikan dengan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, maka

penulis akan menyimpulkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Konsep mematikan diri sebelum mati dalam pandangan Tarekat

Naqsyabandiyah adalah

a) Mematikan diri sebelum mati dalam pandangan Tarekat Naqsyabandiyah

tersebut adalah bahwa seorang salik belajar untuk mati sebelum mati

yang sesungguhnya. Belajar mati disini bukanlah dalam artian seseorang

harus bunuh diri untuk bisa mengecap sebuah kematian. Tetapi arti kata

belajar mati di sini adalah mematikan segala bentuk hawa nafsu untuk

bisa bertemu dengan Sang Khaliq. Manusia, terbagi menjadi dua unsur

jasmani dan rohani (jiwa), karena jasmani identik dengan nafsu

sedangkan rohani sifatnya suci dan kekal, dan kedua unsur ini menyatu di

dalam diri manusia, maka ada kalanya jiwa terpengaruh dengan jasad

yang senantiasa selalu terpedaya dengan dunia, oleh sebab itu dibutuhkan

pensucian jiwa dengan mematikan diri, agar jiwa manusia tetap suci.

Karena untuk menemui Zat yang Maha suci, maka seseorang harus suci

pula, dari sifat kemanusiaannya.

41
b) Prosedur mematikan diri sebelum mati tersebut adalah seorang salik

(orang yang melakukan tawajjuh atau suluk) merabitahkan atau

membayangkan seakan-akan dirinya sudah mati, dimandikan, dikafani,

disholatkan, dimasukkan dalam kubur, ditimbun dengan tanah,

ditalqinkan, didoakan dan lain sebaginya. Artinya, seakan-akan jasmani

seorang salik diperlakukan orang seeperti penyelenggaraan jenazah

dalam islam, dengan perasaan takut kepada Allah dan bermohon

kepadaNya, agar segala kesalahan dan dosa bisa diampuni.

c) Macam-macam mati dalam Tarekat Naqsyabandiyah yaitu mati Tabi‟i,

mati ma‟nawi, mati syuri, dan mati hisi

d) Ada beberapa tujuan atau fungsi kenapa seorang salik melakukan ritual

mematikan diri sebelum mati yaitu agar ingat dengan kematian, zuhud

terhadap dunia, pensucian jiwa, agar tumbuhnya sikap ikhlas beribadah

(senantiasa mengharapkan ridho dan rahmat Allah semata-mata bukan

yang lainnya).

2. Sedangkan pengaruh ajarannya terhadap prilaku masyarakat khususnya

dikaitkan pada konteks kekinian adalah menurut sepengetahun penulis

munculnya tindakan kriminal, kejahatan, dan konflik sosial yang terjadi disaat

ini, terutama di Negara Indonesia, salah satu penyababnya adalah banyak

masyarakat saat ini, yang sudah terpaut hatinya dengan kenikmatan dunia yang

sifatnya sesa‟at. Berbagai cara dilakukan demi mementingkan kesenangan dan

kenikmatan dunia, sa‟at ini tidak ada lagi beda mana yang halal dan mana yang

42
haram. Hukum yang ditegakkan masih semu, artinya belum mencapi tingkat

keadilan untuk semua orang, tetapi masih sebagian orang saja. Kejahatan-

kejahtan yang besar masih bisa di tutupi, dengan sogok-menyogok, namun

seorang nenek yang mencuri pisang untuk menahan lapar, di bawa di

pengadilan, dan di hukum.

Jadi, jiwa dan hati nurani manusia saat ini sudah kotor, oleh sebab itu

perlu pemcersihan jiwa dengan mematikan diri sebelum mati. Agar manusia

sa‟at ini sadar bahwa segala tindakannya tersebut akan dipertanggung

jawabkan di akhirat nanti. Karena hukum keadilan di akhirat nanti tidak akan

ada tawar menawar, bahkan, kesalahan sebutir pasir sekali pun akan di adili

dengan seadil-adilnya diakhirat nanti.

B. Saran- saran

1. Kepada para peneliti

Studi ini merupakan studi kasus yaitu penelitian yang mendalam tentang

konsep mematikan diri sebelum mati dalam ajaran Tarekat

Naqsyabandiyah di Desa Rantau Bais, Kec. Tanah Putih, Kab. Rokan

Hilir, Prov. Riau. Sehingga hasilnya belum tentu sama dengan kegiatan-

kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di daerah lain ( belum final).

Besar harapan penulis, agar peneliti selanjutnya bisa meneliti ajaran-ajaran

yang lain.

43
2. Kepada Paham atau Golongan yang tidak sama dengan pemahaman

Tarekat Naqsyabandiyah.

Para tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir Islam, diharapkan mampu

memeberikan arahan dan solusi atau jalan tengah, terhadap pertentangan

antara paham-paham atau aliran-aliran dalam Islam saat ini. Seperti

pertentangan antara Muhamadiah dan NU, Syi‟ah, Jama‟ah Tabliq, Salaf,

dan organisasi Tarekat-tarekat yang ada di Indonesia. Dengan melakukan

forum diskusi, bedah buku, dan seminar yang khusus mengkaji,

memahami dan memberi arahan/solusi terhadap permasalahan-

permasalahan antara aliran-aliran dalam Islam. Sehingga tidak ada lagi

terdengar perkataan-perkataan yang menyalahkan antara satu dengan yang

lainnya, saling menyatakan bin‟ah, kurafat, kafir-mengkafirkan dan

sebaginya. Dengan begitu akan terbentuklah Islam rahmata lil’alamin,

bukan hanya bagi umat Islam itu sendiri, tetapi akan terbentuk juga

kerukunan antar umat beragama.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir,(Kamus Bahasa Arab-Indonesia)


Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Ahmad Faud Said. Hakikat tarekat Naksabndiyah, Jakarta:Al-Husna Baru, 1996

_______________ , Sejarah Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam,


Langkat: Pustaka Babusalam, 1976

Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, Jakarta: Ramadhani, 1964.

Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar (Rahasia dan Makna Kematian), Jakarta:
Serambi, 2014

Anas Ahmad Karzoni, Tazkiyatun Nafz (Pensucian Jiwa), Jakarta: Akbar Media,
2010

Bustanuddin Agus, Agama Dalam kehidupan Manusia, Jakarta: Rajawali Pres,


2006

Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012

Djalaluddin, Sinar Keemasan (Pembelaan Thariqat Shufiah Naqsyabandiyah),


Surabaya: Terbit Terang, 2005

___________ , Sinar Keemasan (Pembelaan Thariqat Shufiah Naqsyabandiyah),


Cet ke-2 Surabaya: Terbit Terang, 2005

___________ , Umur dan Seribu Satu Wasiat Terakhir, Surabaya: Terbit Terang,

1987

Depertemen Agama Repoblik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung :


Cv. Diponegoro, 2009

45
H.Bey Arifin, Hidup Sesudah Mati, Jakarta: Kinta, 1994

Imaron Abu Amar, Disekitar Maslah Tarekat Naqsyabandiyah, Kudus : Menara,


1980

Imam al-Ghazali, Kehidupan Sesudah Kematian, Surabaya: Karya Agung,


diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, 2010

Kharisudin Aqib ,Kharisudin. al-hikmah Memahami Teosofi Terekat Qadariyah


wa Naksyabndiyah, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000

Komarudin Hidayat, Pisikologi Kematian, Jakarta: Hikamah, PT. Mizan Publika,


2007

Mukhibat, Terekat Naqsabandiyyah, Studi Kegiatan Ekuketif Dalam Tarekat


Naqsyabandiyah Dikabupaten Magetan, Yogyakarta: 2001

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. 2, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Muhammad Fakhrurrozi, The Secrect of kemtian, Jakarta:Wahyu media 2010

Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah Di Indonesia, Bandung:


Mizan1992

Muhammad Sholikhin, Makna Kematian Menuju Kehidupan Abadi, Jakarta: PT.


Elex Media Komputindo, 2012

Muhammad Hanif Muslih, Al- Futuhat Ar- Robaniyyah, Semarang: Al-Ridha


Toha Putra Group, 2002.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bandung : Balai Pustaka,
2014
Rahmat, Jalaludin. Memaknai Kematian, Bandung: Pustakan Iman, 2006

Ruslan Kh. Muhammad Khatab, Jas Merah Rantau Bais (Mengenang Sejarah
Panjang Rantau Bais), Rantau Bais, 2014

Syekh Haji Tajuddin Mudawwar, Khafiat Zikir didalam Tarekat


Naqsyabandiyah, Langkat: 1977.

46
Supaat Eko Nugroho, Muhammad ‘Abid Al-Ja>biri>: Studi Pemikirannya
Tentang Tradisi (Turas\), Yogyakarta: Skripsi Fakultas Adab, 2007

Sri Mulyati, Mengenal dan memahami terekat-tarekat muktabarah di Indonesia,


Jakarta :Kencana, 2005

Yusuf Mansur, Kado Ingat Kematian, Bandung: PT. Karya Kita, 2002

Zainal Abidin, Alam dan Seluk Beluknya, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

47
Daftar Web. Internet.

http://yasinfadillah.blogspot.com/2008/05/ilmu-kedokteran-forensik-
dan_22.html.com

http://robinperdana.blogspot.com/2013/12/thanatologi-forensik.html.com

http:// yuksholat5.blogspot.com/2011/12/mengingat-mati-hakikat-mati.html.com

https:/www.islampos.com/ pentingnya-mengingat –kematian-48.com

http://munggahterus.blogspot.com/2010/05/mati-sebelum-mati.html.com

http://tanbihun.com/tasawwuf/tasawuf/ikhlas-dalam-ilmu-tasawuf/.com

https://dechainer.wordpress.com/2012/01/25/pengertian-ihsan.com

http://nurussubahah.blogspot.com/2012/05/maqamat-dalam-tasawuf.html.com

http://rumaysho.com/qolbu/memahami-arti-zuhud-1058.html.com

http://blogspot.com/2013/03/aqidah-akhlak-iman-islam-dan-ihsan.html.com

https://guzzaairulhaq.wordpress.com/samudera-tasawuf/ikhlas-dalam-ilmu
tasawuf/com

http://www.perkuliahan.com/makalah-mahabbah-rabiah
adawiyah/#ixzz3b5PTL8aV,diakses.com

http://wawanislam.blogspot.com/2014/03/kematian-menurut-dalam-pandangan-
islam.html.com

48

Anda mungkin juga menyukai