Anda di halaman 1dari 18

Mengenal Fungsi, Komponen, dan Cara

Kerja Wheel Loader


1
Wheel loader merupakan salah satu alat berat yang memiliki peranan penting. Fungsi
wheel loader adalah untuk mengangkat dan memindahkan material dari satu tempat ke
tempat yang lainnya. Hal ini berguna untuk menciptakan produktifitas serta efisiensi
kerja yang maksimal.

Wheel loader memiliki ban karet sehingga penggunaannya berbeda dengan alat berat
yang tidak beroda karet. Wheel loader sangat cocok digunakan atau beroperasi di
daerah yang keras, rata, tidak licin. Hal ini dikarenakan jenis ban yang digunakan
memiliki traksi yang lebih rendah apabila beroperasi pada daerah dengan medan yang
ekstrim. Namun wheel loader memiliki mobilitas yang lebih baik.

Wheel loader terdiri dari beberapa komponen. Komponen wheel loader ini terdiri dari
cab, lift arm, bucket, front wheel, rear wheel, lift cylinder, dan berbagai komponen
lainnya. Setiap komponen pada wheel loader memiliki fungsi serta peranan yang
berbeda untuk menunjang fungsi dan kerja dari wheel loader.

Sementara itu cara kerja wheel loader juga sederhana. Wheel loader memiliki sistem
hidrolik yang berfungsi untuk menggerakkan sistem pada wheel loader. Sistem hidrolik
digunakan untuk menggerakkan bucket. Dalam proses pemuatan menggunakan wheel
loader terdapat beberapa macam. Sementara untuk penggerak mesin menggunakan
motor diesel.

Mengingat peranan wheel loader yang sangat penting, maka perlu dipelajari berbagai


hal mengenai wheel loader. Apa fungsi wheel loader? Apa saja komponen wheel
loader? Bagaimana cara kerja wheel loader? Semua hal tersebut akan dibahas pada
artikel berikut ini.

DAFTAR ISI(SHOW)

Fungsi Wheel Loader


Fungsi wheel loader secara umum adalah untuk mengangkat dan memindahkan
material dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun selain itu terdapat berbagai fungsi
wheel loader lain. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan pembahasan
mengenai fungsi wheel loader.

1. Menggusur Tanah Jarak Dekat


Fungsi wheel loader yang pertama yaitu untuk menggusur atau memindahkan tanah
jarak dekat. Hal ini dikarenakan arm bucket pada wheel loader memang pendek
sehingga tidak dapat menjangkau material yang jaraknya jauh.

2. Meratakan Gundukan atau Timbunan Tanah

Fungsi wheel loader yang kedua yaitu untuk meratakan gundukan atau timbunan tanah.
Selain memindahkan material, wheel loader dapat digunakan untuk meratakan
gundukan tanah. Caranya yaitu mendorong gundukan tanah dengan bucket sampai
semua bagian merata.

3. Mengambil dan Mempersiapkan Material

Fungsi wheel loader yang ketiga yaitu untuk mengambil dan mempersiapkan material
yang dibutuhkan suatu proyek. Walaupun kapasitas pengangkutan material tidak terlalu
besar. Namun hal ini cukup berguna untuk meningkatkan produktivitas kerja.

4. Pembersihan Area Kerja (Land Clearing)

Fungsi wheel loader yang keempat yaitu untuk membersihkan area kerja atau land
clearing. Wheel loader dapat digunakan untuk membersihkan semak-semak, kotoran,
gundukan tanah, dan lain sebagainya pada area kerja. Dengan begitu area kerja benar-
benar siap untuk pengerjaan suatu proyek.

5. Mengelupas Bagian Tanah Yang Jelek (Stripping)

Fungsi wheel loader yang kelima yaitu untuk mengelupas bagian tanah yang jelek atau
stripping. Pada area kerja terkadang tanah bagian atas memiliki kualitas yang jelek,
sehingga perlu dihilangkan agar campuran material yang akan digunakan lebih
meresap sehingga kualitas proyek akan meningkat. Untuk menghilangkan bagian tanah
yang jelek dapat menggunakan wheel loader yaitu dengan bagian ujung bucket yang
tajam.

6. Menghaluskan Permukaan Tanah atau Objek Bidang Rata (Finishing)

Fungsi wheel loader yang keenam yaitu untuk menghaluskan permukaan tanah atau
objek bidang rata (finishing). Permukaan yang sudah diratakan dengan alat berat lain
terkadang masih perlu diratakan kembali. Nah untuk meratakan kembali dapat
menggunakan wheel loader.  

Kelebihan dan Kekurangan Wheel Loader


Wheel loader sangat membantu pada berbagai proses pekerjaan yang ada pada
proyek. Hal ini yang membuat wheel loader memiliki beberapa kelebihan. Namun dari
berbagai kelebihan pasti terdapat juga kekurangan. Untuk lebih jelasnya berikut
merupakan pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan wheel loader.

1. Kelebihan Wheel Loader

 Mobilitas yang tinggi


 Memiliki kemampuan manuver yang baik pada daerah pemuatan (loading point)
 Wheel lebih jarang mengalami kerusakan karena dibuat dari bahan karet.

2. Kekurangan Wheel Loader 

 Proses dumping kadang miring dan tidak merata (tergantung skill operator)
 Karena menggunakan ban karet maka perlu penggantian secara berkala apabila
kondisi ban karet sudah aus.

Komponen Wheel Loader


Pada wheel loader terdapat beberapa komponen penting. Setiap komponen wheel
loader memiliki peranan dan tugas yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya berikut
merupakan pembahasan mengenai komponen wheel loader.

1. Bucket

Bucket merupakan salah satu komponen wheel loader yang memiliki fungsi sebagai
keranjang untuk mengangkat atau memindah material.

2. Tilt Lever
Tilt Lever merupakan salah satu komponen wheel loader yang memiliki fungsi sebagai
garpu pemegang bucket. Tilt lever merupakan bagian yang berhubungan dengan power
cylinder pada sistem hidrolik alat berat.
 
3. Lift Cylinder
Lift cylinder merupakan salah satu komponen wheel loader yang berfungsi untuk
meneruskan tenaga hidrolik menjadi gerakan maju mundur untuk memposisikan bucket
ke depan dan belakang. Lift cylinder merupakan salah satu power cylinder pada wheel
loader. 

4. Lift Arm
Lift arm merupakan salah satu komponen wheel loader yang berfungsi untuk
menggerakkan bucket naik dan turun. Lift arm membuat wheel loader mampu
menggerakkan bucket pada tiga posisi yaitu posisi lower position, float position, dan
raise position.  

5. Head Lamp
Head lamp merupakan salah satu komponen wheel loader yang berfungsi untuk
membantu penerangan saat wheel loader bekerja pada kondisi gelap atau malam hari.
Dengan adanya head lamp maka wheel loader dapat berfungsi siang dan malam. 

6. Turn Signal Lamp

Turn signal lamp merupakan salah satu komponen wheel loader yang berfungsi untuk
sebagai tanda isyarat kepada alat berat lain, kendaraan, pekerja, pada proyek tersebut
saat wheel loader akan berpindah posisi atau berbelok. Hal ini berkaitan dengan
keamanan dan keselamatan kerja. 

7. Front Wheel

Front wheel merupakan salah satu komponen wheel loader yang berfungsi untuk
mempermudah mobilisasi atau perpindahan dan pergerakan dari wheel loader. Front
wheel terhubung dengan sistem pemindah tenaga untuk meneruskan putaran dari
mesin ke permukaan jalan.

8. Rear Wheel
Rear wheel merupakan salah satu komponen wheel loader yang berfungsi untuk
mempermudah mobilisasi atau perpindahan dan pergerakan dari wheel loader. Roda
belakang atau rear wheel berhubungan langsung dengan mesin melalui sistem
pemindah tenaga. 

9. Engine

Engine merupakan salah satu komponen wheel loader yang memiliki fungsi sebagai
tenaga penggerak dari wheel loader sehingga dapat berpindah posisi dengan mudah. 

10. Kabin
Kabin merupakan salah satu komponen wheel loader yang memiliki fungsi sebagai
tempat kontrol dan kemudi dari wheel loader. Selain itu kabin juga sebagai tempat
duduk pengemudi.

Cara Kerja Wheel Loader


Cara kerja wheel loader sebenarnya sangat sederhana. Wheel loader bekerja sama
seperti alat berat lainnya. Wheel loader menggunakan penggerak mesin serta sistem
hidrolik untuk menggerakkan bucket. Hal ini dikarenakan sistem hidrolik memiliki tenaga
yang besar. Dengan begitu maka wheel loader dapat memindahkan material yang
cukup besar.

Untuk melakukan berbagai proses tersebut maka wheel loader dilengkapi dengan arm
yang rigid dan kuat. Hal ini bertujuan agar mampu menahan bucket dan beban yang
dibawanya. Selain itu ukuran bucket juga berbeda-beda tergantung ukuran dari wheel
loader. Ukuran bucket mulai dari 1/4 cuyd - 25 cuyd. Namun kebanyakan menggunakan
bucket berukuran 5 cuyd.

Ukuran bucket disesuaikan dengan banyaknya muatan. Banyaknya muatan ditentukan


oleh berat dari tracktor. Berat tractor lebih besar 40-60% dari beban muatan yang dapat
menyebabkan wheel loader terguling atau yang dikenal dengan tipping load capacity. 

Bucket pada wheel loader dioperasikan menggunakan kabel (cable controlled) atau
hidrolik (hydraulic controlled). Namun kebanyakan menggunakan hidrolik sebagai
penggerak bucket. Gerakan bucket yaitu menurunkan bucket diatas permukaan,
mendorong kedepan, mengangkat, dan membuang muatan.

Pada proses pemuatan, wheel loader akan bergerak kedepan dan mengarahkan bucket
agar mendorong material. Setelah penuh maka wheel loader akan bergerak mundur
dan mengangkat bucket. Selanjutnya material dapat dibuang atau dumping ke tempat
yang sudah ditentukan. Ada beberapa cara pemuatan pada wheel loader.
1. V Loading

V loading merupakan salah satu cara pemuatan wheel loader yang mana membentuk
lintas berbentuk huruf V. Wheel loader akan bergerak kedepan untuk pemuatan
kemudian akan mundur dengan sedikit berbelok. Setelah itu maju untuk melakukan
proses dumping atau pembuangan.

2. L Loading

L loading merupakan salah satu cara pemuatan wheel loader yang mana membentuk
garis yang saling tegak lurus atau seperti huruf L. 

3. Cross Loading

Cross loading merupakan salah satu cara pemuatan wheel loader yang mana kedua
alat baik wheel loader maupun tempat dumping atau truck bergerak.

Untuk menunjang proses pemuatan tersebut maka bucket dan arm pada wheel loader
harus mampu menyesuaikan agar wheel loader dapat bekerja dengan baik. Arm wheel
loader dapat bekerja pada empat posisi yaitu hold atau menahan, raise atau
mengangkat, float atau melayang, dan lower atau dibawah. Sementara itu bucket harus
mampu bekerja pada posisi tilt atau mendorong, hold atau menahan, dan dump atau
membuang material. 
Dalam pengoperasian alat berat banyak aspek yang harus Anda perhatikan, mulai dari prosedur
pengoperasian alat, aspek keselamatan kerja, keahlian dan pengetahuan operator, serta aspek
pemeriksaan dan pemeliharaan.

Kebanyakan alat berat yang digunakan dalam konstruksi, pertambangan, kehutanan, dan industri lainnya
itu mengandung risiko yang tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja bila tidak
operasikan secara benar dan aman.

Mayoritas kecelakaan kerja terkait alat berat mengakibatkan cedera serius hingga kematian pada
pekerja. NIOSH menyatakan sebagian besar kecelakaan terjadi akibat tabrakan kendaraan, alat berat
terguling, operator tertimpa beban, atau operator jatuh dari alat berat.

Area konstruksi jalan raya dan jembatan menyumbang hampir 80 persen kematian pekerja akibat
kecelakaan alat berat setiap tahunnya. Kecelakaan kerja fatal yang berhubungan dengan alat berat juga
banyak terjadi di industri lainnya, seperti pertambangan, pertanian, manufaktur, dan kehutanan.
Potensi Bahaya dalam Pengoperasian Alat Berat

Keberadaan alat berat bisa sangat membantu berbagai proyek konstruksi atau pertambangan, namun
alat ini juga bisa berbahaya dan mengakibatkan kecelakaan jika tidak dioperasikan secara hati-hati.

Potensi bahaya yang dapat timbul saat pengoperasian alat berat di antaranya:

• Tersengat listrik jika alat kontak langsung dengan saluran listrik tegangan tinggi di bagian atas
• Alat tumbang, terguling, atau terjungkal ke depan
• Pekerja terkena jatuhan material yang diangkat oleh alat berat
• Pekerja tertimpa atau terjepit alat berat, dan jatuh dari alat berat
• Pekerja tertabrak atau terlindas alat berat.

Mayoritas cedera atau kematian terkait alat berat yang terjadi di tempat kerja dihubungkan dengan
kesalahan manusia (human error), meskipun banyak juga yang diakibatkan oleh kerusakan pada alat
atau alat yang tidak berfungsi dengan baik.
Sering kali dua faktor tersebut mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal. Dalam hal ini pengusaha dan
pengurus memiliki kewajiban untuk memastikan pekerja yang mengoperasikan alat berat bekerja dengan
aman dan selamat.

Berikut beberapa penyebab kecelakaan kerja terkait alat berat yang sebenarnya dapat dicegah, antara
lain:

• Pelatihan operator tidak memadai


• Lingkungan kerja tidak aman
• Kelalaian dalam inspeksi dan pemeliharaan
• Desain mesin yang cacat ─ kerusakan pada alat
• Pengoperasian alat berat tidak sesuai prosedur keselamatan
• Pengawasan tidak efektif
• Tingkah laku operator yang tidak aman, seperti mengebut (ugal-ugalan), kurang hati-hati ketika mundur
atau kehilangan kendali saat menekan pedal gas dan rem.
• Penyalahgunaan penggunaan alat berat.

5 Tips Aman Mengoperasikan Alat Berat

1. Survei area kerja

• Pastikan supervisor telah melakukan pengamatan dan inspeksi area kerja


• Komunikasikan rencana pekerjaan kepada seluruh personil yang terlibat pada pekerjaan tersebut
• Menunjuk seorang spotter untuk membantu operator apabila pandangan terbatas atau terhalang saat
mengoperasikan alat. Spotter adalah orang yang bertugas memandu kegiatan/ pengoperasian alat berat.
Spotter harus mendapatkan pelatihan sebelum memulai pekerjaan.
• Pastikan izin kerja (work permit) untuk melakukan pekerjaan di area kerja tertentu sudah didapatkan
• Pastikan area kerja sudah aman dari kemungkinan adanya material atau kondisi lingkungan kerja yang
dapat menimbulkan bahaya.

2. Persiapan sebelum mengoperasikan alat berat


• Periksa kondisi dan kelayakan alat sesuai dengan formulir pemeriksaan yang sudah dipersiapkan.
Segera laporkan apabila terdapat kerusakan pada alat berat dan lakukan perbaikan bila diperlukan.
• Bersihkan anak tangga dan pegangannya dari lumpur, minyak, atau kotoran penyebab licin lainnya
• Gunakan teknik 3-points contact (tiga titik tumpu) saat naik atau turun tangga. 3 titik tumpu artinya 2 kaki
berpijak dengan satu tangan berpegang pada anak tangga dan satu tangan bergerak menanggapi tangga
atau 2 tangan berpegang pada anak tangga dengan satu kaki berpijak dan kaki lain bergerak menggapai
tangga.
• Atur tempat duduk sesuai dengan ukuran tubuh dan gunakan sabuk pengaman selama berada dalam
kabin
• Atur kaca spion sesuai dengan sudut pandang operator
• Hidupkan mesin. Biarkan mesin dalam putaran rendah selama kurang lebih 5 menit untuk pemanasan
• Pahami prosedur kerja dan situasi area kerja
• Pastikan pekerja lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan tidak berada di area
kerja atau berada di area yang aman
• Pastikan tanda-tanda komunikasi (klakson) dipahami operator alat berat lain yang terlibat dalam
pekerjaan.
- Klakson 1x untuk menghidupkan alat berat
- Klakson 2x untuk maju
- Klakson 3x untuk mundur
• Gunakan alat pelindung diri (APD) yang diperlukan, seperti rompi Hi-Vis (high visibility), helm
keselamatan, sepatu keselamatan, kacamata keselamatan, masker, sarung tangan dan sumbat telinga.

3. Saat mengoperasikan alat berat


• Periksa sekitar area kerja, terutama kemungkinan adanya pekerja lain atau alat berat lain dan bunyikan
klakson sebagai tanda alat akan bergerak
• Pastikan radio komunikasi dalam kondisi aktif selama pekerjaan berlangsung. Namun jika radio tidak
tersedia, maka gunakan sinyal tangan dari spotter
Poster K3 Crane Signal
(Link: http://www.safetyposter.co.id/Poster-K3-Crane-Signal.html?o=default)

4. Setelah mengoperasikan alat berat

• Parkir alat berat di tempat yang datar dan aman


• Turunkan attachment dengan aman, netralkan transmisi, biarkan mesin pada putaran rendah selama
lima menit, dan pasang rem parkir
• Bersihkan kabin operator sambil mengamati panel indikator
• Tutup throttle untuk mematikan mesin, kunci kontak OFF, cabut kunci
• Periksa kembali semua sistem pengaman dan pastikan alat dalam keadaan aman. Serahkan kunci
kontak kepada pengawas sebagai tanda berakhirnya tugas operator.

5. Situasi darurat

Hubungi pengawas lapangan/supervisor sesegera mungkin, tidak lebih dari 24 jam, apabila terjadi situasi
darurat.
- Kecelakaan kerja
- Kebakaran
- Bencana alam (tanah longsor)
- Gangguan binatang liar.
Operator Alat Berat Harus Paham Aturan Keselamatan!

Operator alat berat adalah orang yang memiliki keterampilan atau keahlian khusus dalam bidang
mengoperasikan alat-alat berat. Syarat-syarat operator mesin alat berat semuanya telah diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I No. PER.09/MEN/2010, tentang operator dan
petugas pesawat angkat dan angkut.
Untuk mengoperasikan alat berat, setidaknya operator harus memiliki pedoman dasar, yakni ketahanan
fisik dan mental serta teknik operasional, antara lain:

• Menyadari akan pentingnya keselamatan kerja, dengan mengutamakan keselamatan saat


mengoperasikan alat berat
• Memiliki stamina yang cukup baik untuk melakukan pekerjaan
• Memiliki sertifikat sebagai operator alat berat. Operator harus mendapatkan pengakuan berupa SIO
(Surat Izin Operasi) dari Departemen tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
• Operator kompeten dan terlatih, sehingga dapat mengoperasikan alat berat yang benar dan aman.
Operator harus memahami dasar-dasar mengenai K3 beserta regulasinya, pengetahuan dasar alat berat,
pengetahuan tenaga penggerak dan hidrolik, sebab-sebab kecelakaan pada alat berat, pengoperasian
aman, serta perawatan dan pemeriksaan alat berat.
• Selain memiliki kondisi fisik yang fit dan mental yang kuat, operator harus tetap selalu berhati-hati dalam
melakukan pekerjaan mereka.

***

Pekerjaan dengan menggunakan alat berat memiliki risiko kecelakaan yang sangat tinggi, bahkan bisa
mengakibatkan kematian jika tidak berhati-hati. Sering kali kecelakaan yang terjadi diakibatkan oleh
ketidaktaatan dalam melaksanakan prosedur keselamatan kerja saat pengoperasian alat-alat berat.

Maka dari itu, untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya kecelakaan, operator alat berat harus
memahami dan mengikuti petunjuk keselamatan kerja, serta mematuhi tanda peringatan yang terdapat di
area kerja.

Perawatan (Maintenance)

Pengertian pemeliharaan atau perawatan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan
yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya, sampai pada suatu kondisi yang bisa
diterima. Pengertian lain dari pemeliharaan adalah kegiatan menjaga fasilitas-fasilitas dan peralatan
pabrik serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian yang diperlukan agar tercapai suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan dan sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan manajemen
perawatan (maintenance management) adalah pengorganisasian perawatan untuk memberikan
pandangan umum mengenai perawatan fasilitas produksi.

Konsep-konsep Pemeliharaan.

Konsep Keandalan (Reliability)

Probabilitas suatu komponen atau sistem akan beroperasi sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
jangka waktu tertentu ketika digunakan dalam kondisi operasional tertentu. Keandalan juga berarti
kemampuan suatu peralatan untuk bertahan dan tetap beriperasi sampai batas waktu tertentu. Konsep
Pemanfaatan (Utility) Probabilitas suatu komponen atau sistem yang rusak akan diperbaiki atau
dipulihkan kembali pada kondisi yang telah ditentukan selama periode waktu tertentu dimana dilakukan
perawatan sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Keterawatan suatu peralatan dapat didefinisikan
sebagai probabilitas peralatan tersebut untuk bias diperbaiki pada kondisi tertentu dalamperiode waktu
tertentu pada kondisi tertentu dalam periode waktu tertentu.

Konsep Ketersediaan (Availability)

Ketersediaan (availability) adalah probabilitas suatu komponen atau sistem menunjukkan kemampuan
yang diharapkan pada suatu waktu tertentu ketika dioperasikan dalam kondisi operasional tertentu.
Ketersediaan juga dapat diinterpretasikan sebagai persentase waktu operasional sebuah komponen
atau sistem selama interval waktu tertentu.

Ketersediaan berbeda dengan keandalan, dimana ketersediaan adalah probabilitas komponen berada
dalam kondisi tidak mengalami kerusakan dan diperbaiki atau dipulihkan kembali pada kondisi operasi
normalnya. Oleh karena itu, ketersediaan sistem tidak pernah lebih kecil daripada keandalan sistem.

Ketersediaan mengandung dua komponen utama yaitu keandalan (reliability) dan keterawatan
(maintainability). Tingkat keandalan yang rendah dapat diimbangi dengan usaha peningkatan
perawatan sehingga tingkat kecepatan aksi perawatan berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan
sistem. Seperti halnya pada keandalan dan keterawatan, ketersediaan merupakan probabilitas sehingga
teori probabilitas dapat digunaka untuk menghitung nilai ketersediaan.

Pernahkah kita mengalami pada saat akan menggunakan rigging gear 


kelihatan berkarat, tertekuk  bahkan ditumbuhi jamur? sehingga mengalami
pelapukan padahal  tidak lebih dari dua atau tiga kali pemakaian bahkan tidak
pernah digunakan. Selain itu kita tidak dapat melakukan pengangkatan
karena rigging gear yang dibutuhkan tidak tersedia?

Dan kondisi itu sangat berbahaya pada saat mengalami kegagalan


pengangkatan disebabkan oleh kerusakan pada rigging gear, hal itu semua
akan membuat pekerjaan kita terhambat. Manajemen rigging loft bertujuan
untuk memberikan pengaturan dan layanan terhadap kegiatan operasi
pengangkatan berupa pemeliharaan yang baik untuk menjamin ketersedian
dan keamanan penggunaan rigging gear secara efektif dan efesien

Karakteristik

Setiap rigging gear mempunyai karakteristik masing-masing, ditentukan oleh


sifat bahan dan proses pembentukannya. Sehingga pemeliharaan dan
penyimpananannya dibutuhkan perlakukan yang berbeda-beda. 
Adapun karakteristik rigging gear  berdasarkan bahan dan proses
pembentukan meliputi :

1) Bahan logam dengan drop forging proses,  seperti  shackle, hook, master


link, regular swivel,eye bolt dan turnbuckle.

Rigging gear ini  tahan terdahap paparan panas, sinar matahari dan hujan,
kuat terhadap benturan, indikasi kerusakan mudah ditemukan, tahan
terhadap korosi, mudah dirawat karena tidak membutuhkan perlakuan
khusus dan mempunyai keuletan permanen yang tinggi sehingga
ketidakmampuan saat menahan beban dapat diketahui, 

2) Bahan logam dengan wire drawing proses seperti  wire rope, jenis ini
mudah korosi, tertekuk, terkikis dan perawatannya lebih khusus karena selalu
diberi pelumas bila kering, terdegradasi bila terpapar panas dan sinar
matahari secara terus menurus, merusakan bagian dalam dan inti sulit
dideteksi.

3) Bahan polyester,  polyamide (nilon)  dan polypropylene seperti web sling,


lacing, full body harness.  Polyester tahan terhadap asam berkekuatan sedang
tapi rusak oleh alkali, polyamid (nilon)  hampir kebal
terhadap alkalis tetapi rusak oleh asam dan polypropylene yang sedikit tahan
oleh asam atau alkali tetapi rusak oleh cairan pelarut (solvents)  yang sama
seperti  trichloroethylene, carbon tetrachloride, thinner dan cat dan sejenisnya. 

Untuk membedakan bahan webbing tersebut umumnya pabrik pembuat


memberikan kode warna pada lebel identifikasi, seperti polyester warna biru,
polyamide (nilon) warna hijau dan polypropylene warna coklat. Jenis
polyester, polyamide dan polypropylene juga mudah sobek, jahitan putus dan
sangat mudah terdegradasi oleh paparan sinar matahari dan hujan, sulit
mendeteksi bila mengalami pelapukan.
  

4) Bahan logam lainnya seperti chain hoist, lever hoist, beam clamp


merupakan alat angkat portable dikatagorikan sebagai rigging gear,
sehingga membutuhkan pemeliharaan rutin seperti pelumasan, dan
kerusakan pada umumnya disebabkan oleh korosi, identifikasi mudah hilang,
safety latch dan lock pengatur arah hoist pada lever hoist serta pengereman
tidak berfungsi.
Inspeksi

Inspeksi rigging gear dilakukan pada saat mengeluarkan untuk digunakan dan
menerima kembali setelah digunakan. Tujuan inspeksi adalah untuk
mengetahui dan memastikan kondisi rigging gear yang akan dan sesudah
digunakan, bila kondisi layak digunakan maka dapat ditempatkan di rigging
loft untuk digunakan kembali jika ada permintaan, namun bila kondisi tidak
layak maka segera pisahkan sehingga tidak digunakan lagi.
 
Secara umum inspeksi ditujukan pada bagian permukaan yang terkontak
langsung dengan rigging gear lainya pada saat digunakan dan  lengkungan
yang berpotensi  deformasi. Adapun inspeksi pada shackle, masterlink,
turnbackle, regular swivel, eye bolt, chain sling dan hook  meliputi : keausan
permukaan, kelurusan bow, korosi parah sehingga mengalami perubahan
dimensi lebih dari 10%, terindikasi terkena panas pengelasan (weld spatter),
melepuh, pin tidak dapat terpasang sempurna atau hilang, identifikasi seperti
WLL, batas sudut pengangkatan tidak terbaca, di modifikasi. 

Selanjutnya inspeksi wire rope sling, meliputi : korosi pada bagian dalam dan
inti, kawat putus sampai menyentuh inti dan lima kawat putus dalam satu
untaian  strand, mengalami keausan  sampai sepertiga permukaan kawat,
identifikasi seperti WLL tidak terbaca.

Inspeksi web sling ditujukan pada jahitan putus, sobek pada body, rusak oleh
asam, alkali, atau cairan pelarut, permukaan terburai, identifikasi seperti WLL
tidak terbaca atau hilang. Untuk WLL pada web sling dapat dibedakan dengan
warna seperti satu ton = ungu, dua ton = hijau, tiga ton = kuning, empat ton =
abu-abu, lima ton = merah, delapan ton = biru dan sepuluh ton = orange.

Untuk inspeksi chain hoist ditekankan pada perubahan pada chain, fungsi 


safety latch, identifikasi SWL, dan fungsi hoisting dapat ditanyakan kepada
pemakai pada saat pengembalian atau  melakukannya sendiri untuk
memastikan sistem pengereman dan lock (pada: lever hoist) masih berfungsi.

Setiap rigging gear yang dinyatakan rusak atau tidak layak pakai harus diberi
tanda “TIDAK BOLEH DIGUNAKAN”  dan kode warna, namun untuk jenis sling
berbahan webbing dan wire rope harus dipotong pada mata sling.
 

Tata Letak dan Penyimpanan 

Rigging loft merupakan tempat penyimpanan semua rigging gear agar tidak
rusak. Umumnya terbuat dari kontainer  offshore karena dapat dipindah atau
ruangan khusus dan permanen  agar dapat melindungi rigging gear dari
paparan panas dan sinar matahari dan hujan.
 
Ruangan harus mempunyai sikulasi udara untuk menghindari panas berlebih
800C dalam ruang, terkunci sehingga tidak dapat dimasuki orang umum,
selain itu  ruangan tidak basah atau lembab,  tidak membuat rusak, 
kontaminasi sling dan rigging gear lainnya tidak terjadi, dapat dibersihkan
dengan air dan dapat kering secara alami, bila  dengan gantung pasak  atau
penyangga pastikan tidak membuat korosi.

Tata letak rigging gear dalam rigging loft harus pemperhatikan karakteristik
rigging gear sehingga mudah  untuk mengontrol dan dijangkau pada saat akan
digunakan. Umumnya rigging gear dikelompok dalam kolom atau baris yang
mempunyai karakteristik sama, seperti shackle, master link, hook, eye bolt,
regular swivel, dan sejenisnya kolompok ini dapat disandingkan dengan webb
sling, sedangkan wire rope sling, chain sling disandingkan dengan chain
hoist atau lever hoist.

Penyimpanan rigging gear bisa dilakukan dengan cara digantung pasak


seperti shackle, master link, eye bolt, regular swivel dan sejenisnya, setiap
gantungan pasak digunakan berdasarkan WLL dan meletakkan WLL kecil
pada baris teratas sampai  yang terbesar di baris paling bawah sehingga
mudah menelusuri persediannya, demikian juga web sling harus digantung
secara vertical berdasarkan warna web sling.
  
Sedangkan wire rope sling harus digantung secara horizontal untuk
menghemat tempat, setiap baris disesuikan dengan WLL  dimulai baris teratas
WLL paling kecil sampai baris paling bawah dengan WLL paling besar
demikian juga chain hoist, lever hoist dan beam clamp umumnya
menggunakan pipa dipasang secara memanjang dan chain hoist atau lever
hoist digantung. Untuk memudahkan disaat menggantung, pastikan pipa
penyangga lebih kecil dari bukaan mulut hook atas dan tidak merusak  safety
latch.
 

Rigging Loft merupakan bagian penting operasi pengangkatan untuk 


kelancaran dan kemudahan dalam mengakses peralatan rigging gear, maka
rigging loft sebaiknya ditempatkan tidak  jauh dari lokasi
pekerjaan atau dapat dijangkau dengan alat transportasi, selain itu diberi
tanda tulisan “RIGGING LOFT” di pintu masuk.

Pemeliharaan

Setiap rigging gear  harus dipelihara sesuai dengan karakteristiknya sehingga


penggunaannya lebih lama dan menguntungkan. Adapun pemeliharaan
rigging gear umumnya adalah menjaganya dalam keadaan bersih dan bebas
dari kotoran (grit), sedangkan serta selalu dilakukan pelumasan terutama
yang memiliki komponen berputar dan wire rope selanjutnya tanda inspeksi
(color code) selalu terlihat dan sesuai dengan periode penggunaannya.

Dengan menggunakan rigging gear sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya


termasuk pemeliharaan. Tidak menyeret rigging gear di permukaan lantai,
memasang pin pada shackle secara sempurna dan  mengembalikan dengan
segera dan menyimpannya pada rigging loft setelah digunakan
sangat menunjang pemeliharaan.

Demikian juga memisahkan rigging gear yang telah rusak atau tidak layak
digunakan  kemudian dikarantina  ditempat yang khusus dan beri tanda
tulisan “Karantina Rigging Gear”

Pengendalian

Sistem pengendalian merupakan serangkaian kebijakan  dan monitoring


tingkat ketersediaan akibat penggunaan peralatan rigging gear mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mendukung operasi
pengangkatan. 

Setelah rigging gear tersedia dalam rigging loft, pada tahapan perencanaan
semua jenis dan jumlah harus tercatat dalam master inventori yang tersedia
di rigging loft. Selanjutnya tentukan personil yang diijinkan untuk
mengeluarkan dan memasukkan rigging gear ke dalam rigging
loft seperti rigger, pengawas lapangan dan inspektor.
Setiap rigging gear masuk dan keluar harus dicatat  dalam buku  yang telah
disediakan dengan menulis tanggal, jenis, nomer seri, lokasi tujuan
penggunaan, tanda tangan pengeluaran. Saat selesai menggunakan dan
mengembalikannya cukup tanda tangan pada kolom pengembalian.

Ada kalanya Rigging gear tidak kembali karena digunakan dalam jangka


waktu lama misalnya sebagai pengikat komponen lain di lokasi kerja maka
rigger gear tersebut harus tetap tercatat posisi keluar dan bila suatu saat
kembali jangka waktu lama misal 6-12 bulan ke rigging loft, maka tanda
tangan pada kolom kembali.  

Umumnya untuk pengelolaan Rigging Loft  ditunjuk seorang personil khusus


sebagai petugas untuk mencatat dan melaporkan penggunaan Rigging gear.

Audit

Audit  rigging gear  dilakukan dengan dua aspek yaitu 1). Dokumen, meliputi
pemeriksaan  sertifikat dari pabrik pembuat dan inspeksi serta color coding
setiap enam bulan secara berkala, umumnya perusahaan menyerahkan
pekerjaan ini kepada Perusahaan Jasa Inspeksi Teknik. 2) Implementasi
prosedur, hal ini  untuk melihat apakah pelaksanaan telah sesuai dengan yang
tertulis dalam Standard Operating Prosedure  (SOP).

Audit dilakukan setiap bulan oleh seorang telah ditunjuk yang telah memiliki
kompetensi yang memadai tentang pengelolaan dan penggunaan rigging gear.
Selain itu dari hasil audit dapat juga diketahui persediaan rigging gear
di Master Inventory.

Penggunaannya dapat dilihat dari keluar-masuknya penggunaan Rigging gear,


dengan cara ditelusuri dari catatan yang dilakukan, sehingga dapat
ditentukan jenis rigging gear yang sering digunakan dan memesan kembali
rigging gear yang dinyatakan tidak layak serta seberapa besar jumlah yang
dibutuhkan. 

Selanjutnya bila hasil audit ditemukan ketidaksesuaian implementasi SOP


maka akan direkomendasikan langkah-langkah perbaikan.
Dokumentasi

Setiap rigging gear mempunyai dokumen masing-masing seperti, sertifikat


pabrik pembuat, hasil inspeksi berkala dan rekomendasi hasil audit,
kemudian disimpan dalam satu folder. Artinya setiap rigging gear mempunyai
satu folder dan disimpan oleh penanggungjawab di kantor sehingga mudah
diakses dan ditelusuri jika dokumen tersebut d

Anda mungkin juga menyukai