Anda di halaman 1dari 11

MODUL 4

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DAN BUDI PEKERTI

KERJA KERAS DAN TAGGUNG JAWAB


Kelas XII/ Semester Ganjil

Dra. Hj. Latifah Mahmudy, M.A.


SMAN 74 JAKARTA

1
MODUL 4
Kerja Keras dan Tanggung Jawab

A. IDENTITAS MODUL
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 3 jam pelajaran
Judul Modul : Kerja Keras dan Tanggung Jawab

B. KOMPETENSI DASAR

3.5 Menganalisis dan mengevaluasi perilaku bekerja keras dan bertanggung jawab dalam
kehidupan sehari-hari yang berkembang di masyarakat
4.5 Mengaitkan perilaku bekerja keras dan bertanggung jawab kehidupan sehari-hari yang
berkembang di masyarakat.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


1. Keberhasilan belajar tergantung dari kedisiplinan dan ketekunan Ananda dalam
memahami dan mematuhi langkah – langkah belajar.
2. Belajar dengan modul ini dilakukan secara mandiri atau kelompok, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
3. Dalam modul ini semua materi tentang Kerja Keras dan Tanggung Jawab dijelaskan
secara rinci dan merupakan sumber belajar.
4. Langkah–langkah berikut perlu ananda ikuti secara berurutan dalam mempelajari modul
ini :
a. Baca dan pahami tujuan yang tedapat dalam modul ini.
b. Perhatikan uraian materi yang dalam modul.
c. Bila dalam mempelajari modul tersebut mengalami kesulitan, diskusikan dengan
teman – temanmu dan apabila belum terpecahkan sebaiknya tanyakan ke bapak/ibu
guru .
d. Rangkumlah materi yang telah dipelajari dengan bahasamu sendiri agar lebih mudah
dalam mengingat kembali materi yang telah diulas dan dipelajari.
e. Sebelum memulai belajar siapkan alat-alat tulis yang dibutuhkan seperti: bollpoint,
pensil, dan kertas atau buku tulis.
f. Sebelum memulai belajar dengan menggunakan modul ini , mari berdoa ke  Allah
SWT,  agar diberikan  kemudahan dalam memahami materi ini dan dapat
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

D. MATERI PEMBELAJARAN
Modul ini terdiri dari :
1. Pengertian Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab
2. Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab
3. Kegiatan Siswa

2
Kerja Keras
dan
Tanggung Jawab

Bekerja keras berarti berusaha atau beriktiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja
keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai suatu yang dicita-
citakan.

Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap detik
kehidupan yang dijalaninya adalah kerikil kecil bagi dasar bangunan masa tuanya. Setiap detak
nafas kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati, dan setiap langkahnya adalah perbuatan yang
bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya.

Empat prinsip yang harus dimiliki seorang muslim dalam bekerja dan bertanggung jawab
Pertama. bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan).
Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban.
Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi).
Keempat, bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).

3
A. Pengertian Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab
a. Bekerja Keras
Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain
bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang
dicita-citakan.
Setiap orang yang bekerja keras harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai
tujuan atau prestasi tertentu yang diharapkan, kemudian disertai dengan do’a dan berserah diri
(tawakkal) kepada Allah Swt., untuk kepentingan dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman yang
artinya sebagai berikut.

‫ك‬
َ َ‫َصيب‬
ِ ‫سن‬ َ ‫ار اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
َ‫ض ۖ إِ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬
ِ ْ‫ك ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اأْل َر‬
َ ‫ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِس ْن َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْي‬
٧٧ ﴿

(waibtaghi fiimaa aataaka allaahu alddaara al-aakhirata walaa tansa nashiibaka mina
alddunyaa wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi
inna allaaha laa yuhibbu almufsidiina)

Artinya :

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash/28:77)

Dengan demikian, sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki,
dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing.

b. Bertanggung Jawab
Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya.
Secara istilah tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan
yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap manusia
harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya  dalam berperilaku, bertutur
kata, bertindak dan merencanakan sesuatu.
Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh
pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati
nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa
bertanggung jawab kepada yang lain. Allah Swt. berfirman: dalam Q.S. al-Isra’/17:36

4
َ ِ‫ص َر َو ْالفُؤَا َد ُكلُّ أُو ٰلَئ‬
٣٦ ﴿ ‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسئُواًل‬ َ َ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم ۚ إِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ ُ ‫َواَل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
(walaa taqfu maa laysa laka bihi 'ilmun inna alssam'a waalbashara waalfu-aada
kullu ulaa-ika kaana 'anhu mas-uulaan)
Artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (Q.S. al-Isra’/17:36).

B. Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab


Agama Islam tidak mengenal satu hari yang khusus untuk beribadah, sehingga di hari itu orang
berhenti bekerja. Dalam ajaran Islam, setiap hari adalah hari kerja, dan bekerja untuk urusan
dunia adalah apabila dikerjakan dengan niat yang jujur.

Hari Jum’at yang dianggap hari besar dalam Islam, tiadalah dihari itu diperintahkan supaya
berhenti bekerja, melainkan baru sesudah mendengar panggilan adzan hingga sampai shalat
Jum’at selesai disuruh berhenti bekerja, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah Swt. Q.S.
al-Jum’at/62:9-10.

‫صاَل ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا إِلَ ٰى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع ۚ ٰ َذلِ ُك ْم‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا نُو ِد‬
َّ ‫ي لِل‬
٩ ﴿ َ‫خَ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa nuudiya lilshshalaati min yawmi aljumu'ati
fais'aw ilaa dzikri allaahi wadzaruu albay'a dzaalikum khayrun lakum in kuntum
ta'lamuuna)

‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم‬
ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي اأْل َر‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإ ِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
١٠ ﴿ َ‫تُ ْفلِحُون‬

(fa-idzaa qudhiyati alshshalaatu faintasyiruu fii al-ardhi waibtaghuu min fadhli


allaahi waudzkuruu allaaha katsiiran la'allakum tuflihuuna)

Artinya:

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah Swt. dan tinggalkanlah jual beli yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah Swt. dan ingatlah Allah Swt.
banyakbanyak supaya kamu beruntung.” (Q.S. al-Jum’at/62 : 9-10).

Islam telah memerintahkan/mewajibkan kepada pemeluknya untuk bekerja dan berkarya


dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bekerja dan berkarya,
karena;
a). Karya seseorang yang akan menentukan kualitas seorang beriman, sebagaimana tersebut

5
dalam Q.S. al-Ahqaaf/46:9 dan Q.S.Thaha/20:75.

Q.S. al-Ahqaaf/46:9
‫ي َو َما أَنَا‬ َ ‫ت بِ ْدعًا ِمنَ الرُّ س ُِل َو َما أَ ْد ِري َما يُ ْف َع ُل بِي َواَل بِ ُك ْم ۖ إِ ْن أَتَّبِ ُع إِاَّل َما ي‬
َّ َ‫ُوح ٰى إِل‬ ُ ‫َما ُك ْن‬ ْ‫قُل‬
٩ ﴿ ‫ين‬ ٌ ِ‫نَ ِذي ٌر ُمب‬ ‫إِاَّل‬

(qul maa kuntu bid'an mina alrrusuli wamaa adrii maa yuf'alu bii walaa bikum in
attabi'u illaa maa yuuhaa ilayya wamaa anaa illaa nadziirun  mubiinun)

Artinya :

Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak
mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain
hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang
pemberi peringatan yang menjelaskan".

Q.S.Thaha/20:75
٧٥ ﴿ ‫ات ْال ُعلَ ٰى‬ َ ِ‫ت فَأُو ٰلَئ‬
ُ ‫ك لَهُ ُم ال َّد َر َج‬ ِ ‫َو َم ْن يَأْتِ ِه ُم ْؤ ِمنًا قَ ْد َع ِم َل الصَّالِ َحا‬
(waman ya/tihi mu/minan qad 'amila alshshaalihaati faulaa-ika lahumu
alddarajaatu al'ulaa)

Artinya:

Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh
telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang
tinggi (mulia),

b). Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan karya seseorang,
sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105
ِ ‫ون ۖ َو َستُ َر ُّدونَ إِلَ ٰى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب َوال َّشهَا َد ِة‬ ¨َ ُ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
١٠٥ ﴿ َ‫فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

(waquli i'maluu fasayaraa allaahu 'amalakum warasuuluhu waalmu/minuuna


wasaturadduuna ilaa 'aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa
kuntum ta'maluuna)

Artinya:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.

c). Karya orang-orang beriman harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. nanti di
akhirat, sebagaimana tersebut dalam Q.S. an-Nahl/16:93.

6
ِ ُ‫اح َدةً َو ٰلَ ِك ْن ي‬
‫ضلُّ َم ْن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي َم ْن يَ َشا ُء ۚ َولَتُسْأَلُ َّن َع َّما ُك ْنتُ ْم‬ ِ ‫َولَوْ َشا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُ َّمةً َو‬
٩٣ ﴿ َ‫تَ ْع َملُون‬

(walaw syaa-a allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin yudhillu man


yasyaau wayahdii man yasyaau walatus-alunna 'ammaa kuntum ta'maluuna)

Artinya:
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan.

2. Diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt., sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-
Jum’at/62:10 seprti di atas  dan ayat yang semakna dalam Q.S. al-Isra’/17:12,

Q.S. al-Isra’/17:12

‫ص َرةً لِتَ ْبتَ ُغوا فَضْ اًل ِم ْن َربِّ ُك ْم‬ ِ َ‫َو َج َع ْلنَا اللَّ ْي َل َوالنَّهَا َر آيَتَي ِْن ۖ فَ َم َحوْ نَا آيَةَ اللَّي ِْل َو َج َع ْلنَا آيَةَ النَّه‬
ِ ‫ار ُم ْب‬
١٢ ﴿ ‫صياًل‬ ِ ‫اب ۚ َو ُك َّل َش ْي ٍء فَص َّْلنَاهُ تَ ْف‬ َ ‫َولِتَ ْعلَ ُموا َع َد َد ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس‬
(waja'alnaa allayla waalnnahaara aayatayni famahawnaa aayata allayli waja'alnaa
aayata alnnahaari mubshiratan litabtaghuu fadhlan min rabbikum walita'lamuu
'adada alssiniina waalhisaaba wakulla syay-in fashshalnaahu tafshiilaan)

Artinya:
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan
Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya
kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami
terangkan dengan jelas.
karena;
 Karunia Allah Swt. hanya dapat dicari dengan berusaha, kerja keras untuk berkarya.
Tanpa berkarya mustahil karunia Allah Swt. itu akan diperoleh.
 Sahabat Umar bin Khatab pernah melihat sekelompok orang disudut masjid sesudah
shalat Jum’at. Umar bertanya; ”Siapakah kamu? Mereka menjawab; Kami orang-orang
yang tawakal kepada Allah Swt. kemudian Umar mengusir mereka dan mengatakan:
Janganlah seorang kamu berhenti mencari rizki dan hanya berdo’a: Ya Allah, berilah
aku rizki, padahal dia mengetahui bahwa langit belum pernah menurunkan hujan
emas, dan Allah Swt. telah berfirman; ”Dan apabila selesai mengerjakan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt.”

3. Diperintahkan untuk meneliti segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, sebagaimana
tersebut dalam Q.S.al-A’raf/7:185.

‫ق هَّللا ُ ِم ْن َش ْي ٍء َوأَ ْن َع َس ٰى أَ ْن يَ ُكونَ قَ ِد‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


َ َ‫ض َو َما خَ ل‬ ِ ‫أَ َولَ ْم يَ ْنظُرُوا فِي َملَ ُكو‬
َ ‫ت ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
ٍ ‫ب أَ َجلُهُ ْم ۖ فَبِأَيِّ َح ِدي‬
١٨٥ ﴿ َ‫ث بَ ْع َدهُ ي ُْؤ ِمنُون‬ َ ‫ا ْقتَ َر‬
7
(awalam yanzhuruu fii malakuuti alssamaawaati waal-ardhi wamaa khalaqa
allaahu min syay-in wa-an 'asaa an yakuuna qadi iqtaraba ajaluhum fabi-ayyi
hadiitsin ba'dahu yu/minuuna
Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang
diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita
manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
 Perintah untuk meneliti alam ini banyak sekali ditemukan dalam al-Qurān, misalnya
dalam Q.S.ar-Rum/30:8, Q.S.ali-Imran/3:190.
 Penelitian itu harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga sampai kesimpulan, bahwa
segala sesuatu yang ada di dalam alam ini adalah ciptaan Allah Swt. dan Allah Swt.
menciptakannya tidaklah sia-sia.

4. Diperintahkan untuk menanggulangi kemiskinan, kebodohan, penyakit dan kedzaliman.


 Orang yang tidak berusaha untuk menanggulangi kemiskinan adalah pendusta agama.
 Orang yang akan diangkat derajatnya hanyalah orang yang beriman dan mempunyai
ilmu yang banyak.
 Allah Swt. melarang untuk mencelakakan diri dan berbuat dzalim karena dzalim adalah
sumber malapetaka atau kehancuran.

5. Diperintahkan untuk memakan makanan yang baik, memakai pakaian yang bagus, membuat
rumah yang luas dan punya kendaraan yang bagus, serta mendidik anak-anak menjadi shaleh.
 Allah Swt. memerintahkan manusia untuk mencari rizki yang halal dan tayyib.
 Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga dirinya, anak isterinya dari api neraka.
 Hanya orang-orang yang shalih yang akan masuk surga.

6. Diperintahkan untuk menyiapkan semua kekuatan untuk menghadapi musuh, sehingga


musuh itu menjadi ketakutan karenanya, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Anfal/8:60.

ِ ‫اط ْال َخ ْي ِل تُرْ ِهبُونَ بِ ِه َع ُد َّو هَّللا ِ َو َع ُد َّو ُك ْم َوآخ‬


‫َرينَ ِم ْن‬ ِ َ‫أَ ِع ُّدوا لَهُ ْم َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن قُ َّو ٍة َو ِم ْن ِرب‬
ْ ُ‫ف إِلَ ْي ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم اَل ت‬
﴿ َ‫ظلَ ُمون‬ َّ ‫ُدونِ ِه ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَهُ ُم هَّللا ُ يَ ْعلَ ُمهُ ْم ۚ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فِي َسبِي ِل هَّللا ِ ي َُو‬
٦٠

(wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli


turhibuuna bihi 'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa
ta'lamuunahumu allaahu ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili
allaahi yuwaffa ilaykum wa-antum laa tuzhlamuuna)

Artinya:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;

8
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Demikian cara yang dipakai oleh Islam untuk memerintahkan kepada para pemeluknya agar
bekerja keras di dalam segala lapangan penghidupan mereka. Melalui berkarya di dalam
segala lapangan kehidupan dan penghidupan mereka, maka Allah Swt. akan membalas
dengan kehidupan yang baik (hayaatan tayyibah).

Kriteria Kehidupan yang Hayatan Tayyibah ( Kehidupan yang Baik)


Berdasarkan pendapat para mufassir mulai dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas sampai
Sayyid Quth, Wahbab Zuhaili dan Quraish Shihab dan sebagainya, paling tidak ada tujuh
kritreria kehidupan seseorang yang mendapatkan hayatan thayyibah.

1. Rizki Yang Halal


Setiap manusia tentu membutuhkan rizki berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal,
kendaraan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Untuk itu, manusia harus mencari nafkah
dengan berbagai usaha yang halal.Karena memperoleh rizki yang halal merupakan ciri
kehidupan yang baik, maka Allah swt mencintai orang yang demikian sebagaimana
Rasulullah saw bersabda:
ِ‫ب ْال َحالَ ِل‬ ِ ‫إن هللَ تَ َعالَى يُ ِحبُّ أَ ْن يَ َرى َع ْب ِد ِه ت َِعبًا‬
ِ َ‫فى طَل‬ َّ

Artinya:

Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hamba-Nya lelah dalam mencari yang halal (HR.
Ad Dailami).

2.Qonaah
Ketika rizki halal sudah kita peroleh, orang yang mencapai derajat kehidupan yang baik adakan
selalu qonaah atau menerima rizki itu dengan senang hati meskipun jumlahnya belum
mencukupi. Sikap yang bagus adalah menerima dulu apa yang kita peroleh, sedangkan
kurangnya bisa kita cari lagi. Allah Swt berfirman :

ٌ‫ال إِنَّ َما أُوتِيتُهُ َعلَ ٰى ِع ْل ٍم ۚ بَلْ ِه َي فِ ْتنَة‬


َ َ‫فَإ ِ َذا َمسَّ اإْل ِ ْن َسانَ ضُرٌّ َدعَانَا ثُ َّم إِ َذا َخ َّو ْلنَاهُ نِ ْع َمةً ِمنَّا ق‬
٤٩ ﴿ َ‫َو ٰلَ ِك َّن أَ ْكثَ َرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُمون‬

(fa-idzaa massa al-insaana dhurrun da'aanaa tsumma idzaa khawwalnaahu ni'matan minnaa
qaala innamaa uutiituhu 'alaa 'ilmin bal hiya fitnatun walaakinna aktsarahum laa ya'lamuuna)

Artinya :

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan
kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah
karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak
mengetahui (Q.S Azumar/39 : 49)

3. Kebahagiaan.

9
Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagiaan bukanlah hanya semata-mata dari aspek duniawi,
tapi yang terpenting adalah bila bisa menjalani kehidupan dalam kerangka pengabdian dan
ketaatan kepada Allah swt. Bila seseorang sudah beriman dan beramal shaleh ia akan
merasakan kebahagiaan karena kehidupannya di dunia memberi kontribusi manfaat kebaikan.

4. Ketenangan.
Bagi seorang muslim dengan iman dan amal shaleh insya Allah terhindar dari dosa yang
membuat kita menjadi tenang. Hal merupakan salah satu essensi hayatan thayyibah yang
amat penting untuk kita miliki. Dosa menjadi faktor kegelisahan disebut dalam hadits
Rasulullah saw:
َ َّ‫ك َو َك ِرهْتَ أَ ْن يَطَّلِ َع َعلَ ْي ِه الن‬
‫اس‬ َ ‫اَ ِإل ْث ُم َم‬
َ ‫احاكَ فِى نَ ْف ِس‬
Artinya:

Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju
kalau hal itu diketahui oleh orang lain (HR. Ahmad).

5.Ridha
Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin pada sikap ridha kepada Allah swt sebagai
Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul yang diyakini dan
diteladani dalam kehidupan ini. Dalam satu hadits, Rasulullah saw bersabda:

َ‫ت لَهُ ْال َجنَّة‬


ْ َ‫ض َي بِاهللِ َربًّا َوبِاْ ِإل ْسالَ ِم ِد ْينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد نَّبِيًّا َو َرسُوْ الً َو َجب‬
ِ ‫َم ْن َر‬
Artinya:

Barangsiapa yang ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, wajib baginya surga (HR. Muslim).

6. Syukur
Sudah pasti bagi manusia adanya kenikmatan yang diperolehnya dalam hidup ini sehingga
kehidupan yang baik menuntutnya untuk bersyukur kepada Allah swt. Allah Swt berfirman :
٧ ﴿ ‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َكرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

(wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum


inna 'adzaabii lasyadiidun)
Artinya: :

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim [14]:7).

7. Sabar.
Sabar adalah menahan dan mengekang diri dari melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan Allah
swt karena mencari ridha-Nya. Orang yang hidupnya baik tidak mungkin melepaskan sifat sabar

10
dari dirinya, apalagi dalam situasi sulit, karenanya Allah swt mencintai siapa saja yang sabar,
Allah Swt berfirman:

َ َ‫َو َكأَي ِّْن ِم ْن نَبِ ٍّي قَاتَ َل َم َعهُ ِربِّيُّونَ َكثِي ٌر فَ َما َوهَنُوا لِ َما أ‬
َ ‫صابَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َو َما‬
‫ض ُعفُوا َو َما‬
١٤٦ ﴿ َ‫ا ْستَ َكانُوا ۗ َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ الصَّابِ ِرين‬

(waka-ayyin min nabiyyin qaatala ma'ahu ribbiyyuuna katsiirun famaa wahanuu


limaa ashaabahum fii sabiili allaahi wamaa dha'ufuu wamaa istakaanuu waallaahu
yuhibbu alshshaabiriina)

Artinya:

Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa
mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada manusia), dan Allah
mencintai orang yang sabar (QS 3:146).

C. Kegiatan Siswa ( Tugas Individu)


1. Coba anda analisis tentang kriteria kehidupan yang hayatan tayyibah!
2. Bagaimana tanggapan anda tentang : Mengapa Allah Swt. memerintahkan manusia untuk
bekerja keras dalam kehidupan ini ?

Tambahan Sumber belajar : Link

https://www.youtube.com/watch?v=b8mgMxfZ-84

https://www.materibelajar.id/2016/01/materi-agama-definisi-berpikir-
kritis.htmlhttps://tafsirweb.com/37646-quran-surat-ali-imran-ayat-190-191.html

https://www.materikelas.com/manfaat-beripikir-kritis-dalam-agama-islam/
https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-ali-imran-ayat-159/

*****Alhamdulillahirobbil’aalamiin****
Juli 2021

11

Anda mungkin juga menyukai