Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Asuhan keperawatan pada gangguan citra tubuh

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Keperawatan jiwa

Dosen Pengampu : Ainun Kurniati,S.Kep.M.Tr.Kep

Disusun Oleh :

Alifia Apriliani (742003.S.19002)

Deden Ahmad N (742003.S.19004)

Diana Purnamasari (742003.S.19008)

Harum Halimut T (742003.S.19013)

Lidia (742003.S.19016)

Nurhayati (742003.S.19023)

Rena ( 742003.S.19029)

Putri Widia L (742003.S.19025)

Yasmin fatihah (742003.S.19033)

PROGRAM STUDI AKADEMI KEPERAWATAN

DIPLOMA III KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON


2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “Asuhan keperawatan dengan gangguan citra tubuh”.

Dalam Penyusunan makalah ini, tidak luput dari berbagai kendala. kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Cirebon, 2 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I...........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.........................................................................................................................6

A. Definisi.............................................................................................................................6

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.................................................................................6

C. Dimensi dan Peranan Citra Diri........................................................................................7

D. Peranan citra diri..............................................................................................................8

E. Etiologi.............................................................................................................................8

F. Tanda dan Gejala..............................................................................................................9

G. Pohon Masalah.................................................................................................................9

H. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji.......................................................................10

I. Pengkajian Keperawatan................................................................................................10

J. Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama..................................................................12

BAB III......................................................................................................................................13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN CITRA TUBUH..................13

A. Pengkajian......................................................................................................................13
B. Format Analisa Data.......................................................................................................22

C. Rencana Tindakan Keperawatan....................................................................................23

D. Implementasi & Evaluasi Keperawatan.........................................................................26

BAB IV......................................................................................................................................30

PENUTUP.................................................................................................................................30

A. Kesimpulan....................................................................................................................30

B. Saran..............................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Citra tubuh adalah sikap individu yang disadari atau tidak disadari
terhadap tubuhnya termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang
tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh merupakan sikap
individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi
performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang
ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2014). Pandangan realistis terhadap
diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar
dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu
terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis.

Gangguan citra tubuh merupakan suatu perubahan persepsi tentang tubuh


yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek
yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan
dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya
secara fisik (Muhith, 2015). Tanda dan gejala gangguan citra tubuh seperti
adanya perubahan dan kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun
fungsi tubuh, pasien mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota
tubuh saat ini, tidak ingin melihat perubahan pada tubuh, merasa syok, marah,
kehilangan, ketakutan, tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan, dan aktivitas
sosial berkurang. Dan jika gangguan citra tubuh tersebut tidak segera diatasi,
maka masalah ini dapat menimbulkan masalah psikososial yang lebih berat
seperti harga diri rendah, isolasi sosial dan resiko bunuh diri bahkan gangguan
jiwa berat (Keliat,2013).

Menurut Keliat (2013) tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar


asuhan keperawatan jiwa mencakup tindakan psikoterapeutik yang dilakukan
kepada pasien dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik dalam
membina hubungan dengan pasien dan keluarga agar pasien tidak lagi
mempunyai gangguan citra tubuh. Standar pelaksanaan yang diberikan untuk
pasien yaitu membina hubungan saling percaya, mendiskusikan tentang citra
tubuh, dan cara meningkatkan citra tubuh serta melatih interaksi secara bertahap.
Sedangkan strategi pelaksanaan untuk keluarga yaitu mendiskusikan tentang
gangguan citra tubuh, melatih keluarga cara merawat pasien dan menyusun
rencana tindakan untuk pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan gangguan citra tubuh?
2. Apa etiologi pada gangguan citra tubuh?
3. Bagaimana manifestasi pada citra tubuh?
4. Apa factor-faktor yang mempengaruhinya?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan citra tubu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gangguan citra tubuh
2. Untuk mengetahui etiologi dari gangguan citra tubu
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gangguan citra tubuh
4. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari gangguan cittra
tubuh
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus
( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh.Pandangan
ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang
diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat
mantap dalam menjalani kehidupan.

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara


internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan pandangan orang lain. Citra
tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Perry & Potter (2005)

Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan


ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian
atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya,
dan atas bagaimana ‘kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. (Honigman
dan Castle). Melliana (2006)

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


1. Kegagalan fungsi tubuh
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu
tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan
fungsi saraf. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti
sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan
dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
2. Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak
jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.
Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang
tidak ideal.
3. Umpan balik interpersonal yang negatif
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan,
makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
4. Standard sosial budaya
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut
menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya
perasaan minder.

C. Dimensi dan Peranan Citra Diri

“ Saya baik hati “


“ Saya hangat dan bersahabat “
“ Saya agresif “
“ Saya tidak cermat “
Sudah barang tentu, perasaan dan kenyakinan seperti itu mempunyai dampak
besar terhadap apa yang diperbuat individu. Seseorang yang underachieved
( hasil rendah dibanding kemampuan ) disekolah atau pun orang yang tidak
cermat memilih karier akan memandang diri sangat tidak adekuat dan bereaksi
secara tidak tepat dalam bidang-bidang tersebut.
1. Diri sendiri dilihat oleh orang lain atau “ Beginilah saya kira orang lain
memandang saya”, agaknya dapat diwujudkan dalam ungkapan-ungkapan:
“ Anda memandang saya sebagai percaya diri “
“ Kakak memandang saya sebagai percaya diri “
“ Teman-teman menganggap saya sebagai menarik “
“ Paman menganggap saya sebagai gegabah “
Setiap individu juga mengembangkan sikap-sikap menurut bagaimana orang lain
memandang atau menganggap dirinya, lalu dia cenderung berbuat sesuai dengan
anggapan-anggapan yang dipersepsi atau diterimanya.
2. Diri idaman adalah perlu dalam penentuan cita-cita hidup. Sudah barang tentu
tujuan atau ideal yang terlalu jauh atau sukar/ tidak. Mungkin terjangkau
merupakan citra diri yang tidak sehat.
Bagian lebih khusus citra diri, menurut Einsberg dan Delaney berkenaan dengan
apa yang diketahui dan diyakinin oleh individu. Pandangan khusus seseorang
berkenaan dengan diri meliputi penilaian deskriptif mengenai kemampuan dan
keterbatasan, minat dan bukan minat, dan pada pola tingkat laku dominan. Ini
mencakup pandangan terhadap diri sekarang, dan harapan serta peranggapan
pada bagi masa depan. Ada dua jenis pernyataan dalam hal ini : “ Sometime this
self referen statement are indiogaphic ( me looking at self), at other time they are
nomothetic ( me compared to orthers). Beberapa contoh pertanyaan yang
indiographic ( diri saya memandang diri sendiri ) adalah
“ Saya tidak dapat membaca dengan baik “
“ Saya senang memetik gitar, tetapi tidak senang mendengarkan opera “

D. Peranan citra diri


1. Citra diri memberikan gambaran tentang seseorang itu. Ini tidak hanya
meliputi perasaan terhadap diri seseorang, melainkan mencakup pula tatanan
moral, sika-sikap, idea, dan nilai- nilai yang mendorong orang untuk
bertindak atau sebaliknya tidak bertindak. Oleh karena citra diri itu berbeda
dari orang keorang, maka citra diri dapat dianggap sebagai penunjuk pokok
keunikan individu dalam bertingkah laku.
2. Citra diri sebagai sistem sikap pandang terhadap diri seseorang dan
merupakan dasar bagi semua tingkah laku, dijelaskan lebih langsung oleh
ariety (1967) bahwa “ The self concept is basic in all behavior, personal
decision making, and aspirations for the future“. Jadi agaknya tidak ada
keraguan bahwa citra diri sangat menentukan tingkah laku individu sekarang
dan masa datang. Serta menentukan pembuatan keputusan dan aspirasi-
aspirasi individu bagi masa depannya.

E. Etiologi
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
pemasangan, alat di dalam tubuh
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik,
pemeriksaan tanda vital, dll)

F. Tanda dan Gejala


1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
8. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada
keadaan berat badan normal atau sangat kurus
9. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah
10. Kesulitan menerima penguatan positif
11. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri.
Pengobatan diri
12. Tidak berpartisipasi pada terapi
13. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan
obat-obat pencahar dan diuretic, penolakan  untuk makan.

G. Pohon Masalah

Gangguan isolasi sosial

Gangguan citra tubuh

Perubahan bentuk tubuh

(Keliat, 2005)

H. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji


Subyektif :

1. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, minsalnya tidak puas dengan
operasi.
2. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya saat tidak berfungsi.
3. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
4. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh
terganggu.
5. Sering mengulang- ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
6. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
Obyektif :
1. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
2. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
3. Menolak melihat bagian tubuh.
4. Menolak menyentuh bagian tubuh .
5. Aktivitas sosial menurun.
6. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
7. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien : nama, umur, alamat dll.
2. Alasan masuk
3. Faktor Predispdsisi dan Presipitasi
4. Pengkajian fisik
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas Diri, Peran Diri,
Ideal Diri, Harga Diri
c. Hubungan Sosial
d. Spiritual : Nilai, Keyakinan dan Ibadah
6. Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas Motorik : Hipomotorik, Hipermotorik, TIK, Agitasi,
Grimaseren, Tremor atau Kompulsif
d. Alam Perasaan
e. Afek
1) Dari mana datangnya afek di dapatkan?
2) Jenis Afek : Appropriate atau inappropriate
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses berpikir : Sirkumtansial, Tangensial, Kehilangan asosiasi, Flight
of Ideas, Blocking, Reeming, Perseverasi
i. Isi Pikir (dapat di ketahui dari?) : Obsesi, Phobia, Ide terkait,
Depeersonalisasi, Waham (agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistic,
hipokondria, magik mistik) atau Waham yang bizar (ada berapa)
j. Tingkat kesadaran dan Orientasi
1) Kesadaran Pasien (bingung, sedasi, atau stupor)
2) Orientasi terhadap waktu, tempat, orang
k. Memori (Gangguan daya ingat jangka panjang,Gangguan daya ingat
jangka pendek, Gangguan daya ingat saat ini, Konfabulasi )
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung (mudah dialihkan, tidak mampu
berkomunikasi, atau tidak mampu berhitung )
m. Kemampuan Penilaian (gangguan kemampuan penilaian ringan,
gangguan penilaian hermaka)
n. Daya Tilik Diri
7. Masalah Psikososial da Lingkungan
8. Pengetahuan
9. Aspek Medik
1) Diagnosa Medis
2) Program terapi obat yang diberikan

J. Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama


Sebagai penatalaksana pasien dengan gangguan ini. Maka psikoterapi
memegang peranan yang penting. Psikoterapi berorientasi tilikan berguna untuk
memperbaiki tilikan pasien terhadap dirinya. Selain itu juga tentunya obat-
obatan terutama dari golongan antidepresan SSRI seperti Fluoxetine dan
Setraline dapat bermanfaat. Penelitian di Amerika mengatakan pengobatan
dengan golongan SSRI seperti Fluoxetine dan juga golongan Clomipramine
dapat menurunkan gejala kepada 50% pasien. Bila terdapat komorbititas dengan
gangguan mental lain, seperti gangguan depresi atau gangguan cemas, maka
pengobatan secara psikofarmakologi dan psikoterapi yang tepat perlu juga
dilakukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN CITRA
TUBUH
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama : Ny.T
b. Umur : 48thn
c. Status perkawinan : menikah
d. Agama : islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : ART
g. Suku/bangsa : Indonesia
h. Alamat : Ds. Tumenggung
2. Identitas penanggung jawab
a. Nama : Tn. B
b. Umur : 50thn
c. Pekerjaan : buruh
d. Hub. Dengan klien : suami
e. Alamat : Ds. Tumenggung
3. Alasan masuk RS
Klien masuk RSJ lewat UGD pada tanggal 1 juni 2020 pukul 10.00 WIB,
klien mengatakan masuk RSJ karena sering melamun sendiri dan merasa
tidak percaya diri setelah mengalami cacat pada wajah karena disiram air
panas oleh majikannya. Keluarga korban mengatakan setelah kejadian
tersebut klien nampak murung dan beriam diri dikamar tanpa ada interaksi
terhadap keluarganya dan tetangga sekitar.
4. Faktor predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
Klien mengatakan baru pertama kali masuk RSJ karena klien merasa
dirinya sering dibicarakan oleh tetangganya sehingga klien merasa tidak
nyaman dan menutup diri untuk bertemu orang-orang. Dan klien merasa
bayang-bayang majikannya selalu menghantui dirinya dan merasa dia
akan dilakukan penyiraman kedua kalinya oleh majikannya.

b. Riwayat pengobatan
Keluarga klien mengatakan klien belum pernah menerima pengobatan
sama sekali setelah kejadian tersebut karena klien menolak untuk keluar
rumah karena malu bertemu dengan orang orang sekitar dan merasa
semua orang telah membicarakan keadaan fisiknya yang sudah tidak
seperti dulu lagi.
c. Riwayat penganiayaan
Klien mengatakan pernah di pukul pada saat klien melakukan kesalahan
pada saat bekerja pada awal tahun 2020.
d. Riwayat anggota keluarga gangguan jiwa keluarga klien mengatakan
bahwa keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan selama bekerja tidak pernah mengalami kejadian
tersebut dan baru pertama kali di majikan yang sekarang mengalami
kejadian seperti ini
5. Fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/80mmHg
Nadi : 85x/menit
Suhu : 36,4oC
Pernapasan : 20x/menit
b. Ukur
Berat badan : 65kg
Tinggi badan : 150cm
c. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak mempunyai keluhan fisik
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
6. Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan tubuhnya sudah tidak sempurna lagi, ia merasa
jelek dan tidak disukai banyak orang.
2) Identitas diri
Klien mnegataka klien sudah menikah, klien anak kedua dari
3bersaudara dan mempunyai anak 3orang anak dari pernikahan
tersebut.
3) Peran
Peran klien dalam keluarga adalah klien anak kedua dari
3bersaudara, klien bekerja membantu suaminya, namun setelah
dirawat di RSJ klien tidak memperdulikan perannya.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera
pulang, karena klien ingin kembali layaknya orang sehat.
5) Harga diri
Klien merasa sedih setelah kejadian tersebut takut memulai
pekerjaan lagi dan merasa bayang-bayang tersebut selalu
menghantui dirinya dan menemuinya disaat tidur.
Masalah keperawatan : Halusinasi
b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
keluarganya. Keluarganya adalah orang yang mengerti dan
memahami klien.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan bahwa ia tidak ikut dalam organisasi masyarakat
yang ada dilingkungan tempat tinggalnya.
3) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan ia malu berhubungan dengan orang lain, karena
menurut klien tetangganya sering menceritakan hal-hal mengenai
dirinya akibat kejadian tersebut.
Masalah keperwatan : isolasi social
c. Spiritual
1) Nilai dan kenyakinan
Klien mengatakan bahwa ia dimasukan ke RSJ karena sering
melamun sendiri dan mengurung diri dikamer, namun klien tidak
mengetahui bahwa klien mengalami gangguan jiwa, klien meyakini
dirinya sehat.
2) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ, klien jarang melakukan
ibadah sholat 5 waktu. Begitu juga saat masuk RSJ klien tidak pernah
sholat 5 waktu.
7. Status mental
a. Penampilan
Dalam berpakaian, klien terlihat kurang rapih. Rambut klien tidak tertata.
Klien nampak kusam, lesu, dan kuku klien tampak kotor. Klien
mengatakan ia mandi dua kali sehari namun tidak pernah pakai sabun
dan shampo.
Masalah keperawatan : defisit keperawatan diri
b. Pembicaraan
Klien tidak pernah memulai pmbicaraan terlebih dahulu pada lawan
bicara. Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja, terkadang
pembicaraan imkoheren dengan pertanyaan yang diajukan.
Masalah keperawatan : isolasi sosial dan kerusakan komunikasi verbal
c. Aktifitas motorik
Klien berbincang- bincang, kontak mata klien kurag, klien lebih banyak
diam ketika tidak ditanya, terkadang malah pulang ke kamar.
Masalah keperawatan : isolasi mandiri
d. Alam perasaan
Klien mengatakan ia putus asa karena takut merepotkan keluarganya
karena dia tidak bisa bekerja lagi dan pernah masuk RSJ selain itu
menganggap dirinya tidak sempurna dan tidak baik seperti dulu lagi dan
tetagganya sering membicarakan dia karena fisiknya yang tidak tidak
lagu sempurna seperti dulu lagi dan dianggap buruk oleh lingkungannya,
klien mengatakan dirinya malu bila bertemu orang lain.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
e. Afek
Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan
seperlunya, terkadang dia merasa seperti ada suara maikannya yang
selalu memerahi dia pada saat melakukan kesalahan.
Masalah keperawatan : halusinasi
f. Interksi selama wawancara
Klien sering kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak mata, klien
berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat, selain itu klien
kembali diam, mudah diahlikan bila ada klien lain, pembicaraan kacau,
terkadang tidak jelas.
Masalah keperawatan : kerusakan interkasi sosial
g. Persepsi
Klien mengatakan ia ketakutan karena dia mendengar ada majikannya
yang selalu memarahi dia, klien mengatakan suara-suara itu adalah suara
wanita, kliem mengatakan suara itu sedang memarahi dia dengan kata-
kata kasar, dan sering suara itu terdengar saat dia sedang melamun,
namun perawat saat ini belim pernah melihat tanda-tanda klien
berhalusinasi auditori seperti berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori
h. Proses pikir
Klien terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien lebih
suka menyendiri, saat interaksi selama wawancara kontak mata klien
tidak fokus, dialihkan bila ada klien lain, pembicaraan kacau kadang
tidak jelas.
Masalah keperawatan : gangguan proses pikir
i. Isi pikir
Klien saat ini berpikir untuk pulang, dan klien menyesal selama ini
berkelakuan tidak baik terhadap keluarganya karena sering mengurung
diri dikamer.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
j. Tingkat kesadaran
1) Waktu : klien dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ dan dia
mengerti kapan saja waktu ia harus mandi
2) Tempat : klien mengetahui saat ini berada di RSJ
3) Orang : klien sulit mengenali seseorang, jarang memulai perkenalan,
didalam ruangan pun klien hanya hafal nama orang 3-5 orang saja.
Masalah keperawatan : gangguan proses pikir
k. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi.
Klien masih mengingat jam berapa ia bangun tadi, klien juga ingat tahun
berapa ia berenti bekerja.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
l. Tingkat konsentrasi
Klien dapat berhitung dengan baik, saat diberi soal penambahan, klien
mampu menjawab dengan baik.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
m. Kemampuan penilaian
Klien dapat menilai yang baik dan yang buruk dan klien juga mengetahui
bahwa sebelum dirawat perbuatannya klien tidak baik yang selalu
mengurung diri tanpa adanya interaksi oleh anggota keluarganyaa dan
memilih berdiam dikamar sendirian.
Masalah keperawatan : tidak diketahui
8. Keperluan persiapan pulang
a. Makan
Klien mengatakan setiap kali makan mencuci tangan dan makan sendiri
tanpa bantuan orang lain, klien mengatakan sering menghabiskan porsi
makanan yang disediakan.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
b. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB/BAK dikamar mandi dan klien menyiramnya
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
c. Mandi
Klien mengatakan dalam sehari mandi 2kali dengan menggunakan alat
mandi yang benar, dan selalu menggosok giginya dan membersihkan
badannya menggunakan sabun.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
d. Berpakaian dan berhias
Klien tidak tampak berhias diruangan, klien mengganti pakaian sehari
satu kali dan menggantinya sendiri, rambut tertata rapih
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
e. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan jadwal jadwal tidur siang dan malam tidak menentu,
tapi biasanya :
Tidur siang : 12.30-13.30
Tidur malam : 20.00-03.30
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
f. Penggunaan obat
Klien minum obat secara mandiri, klien minum obat secara teratur
dengan dosis yang benar. Klien tidak tau jenis dan manfaat obat yang
diminum.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan apabila sakit klien berobat ke puskesmas. Bila
menurut klien sakitnya biasa saja, klien tidak pergi ke dokter. Dan saat
ini klien mengatakan rutin meminum obat yang diminumnya sesuai
dengan apa yang diberikan oleh perawat.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
h. Kegiatan diluar rumah
Klien jarang keluar rumah, apabila keluar rumah pada pagi hari dan
hanya pergi kepasar dan pulang tidak lama setelah pergi kepasar. Dan
klien berdiam diri dirumah.
Masalah keperawatan : isolasi mandiri

9. Mekanisme koping
a. Adaptif
Klien hanya berbicara dengan perawat saja.
b. Maladaptif
Klien mengatakan jika ada masalah terhadap pekerjaannya klien selalu
menangis dan mencari jalan keluarnya sendiri. Jika klien mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri klien akan diselesaikan sendiri, jika
tidak klien hanya berdiam diri dan merenungi masalah yang ia hadapi
dan selalu mendengar omongan-omongan dari majikannya tersebut.
Masalah keperawatan : halusinasi
10. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok
Klien mendapat hubungan dari keluarganya walaupun dirawat di RSJ.
Hal ini dibuktikan dengan datangnya keluarga klien untuk mrenjenguk.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien termasuk orang yang pendiam, namun pada saat keluar rumah
klien cukup kooperaktif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
tetangganya lontarkan kepadanya pada saat beliau belum mengalami
kejadian tersebut.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
c. Masalah dengan pendidikan
Klien lulus sekolah dasar, klien tidak melanjutkan ke pendidikan sekolah
menengah ke atas karena bermasalah dalam biaya.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan berhenti menjadi ART (asisten rumah tangga) setelah
mengalami kejadian yang menimpanya yaitu disiram air panas, dan
setelah itu klien merasa malu karena luka yang diderita mengakibatkan
fisik dirinya tidak sempurna lagi.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
e. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan dirinya tinggal dengan suami dan anaknya dan beserta
ibu dan bapanya.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan dirinya kekurangan sehingga klien bekerja sebagai
asisten rumah tangga.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan belum pernah di rawat di RSJ, dan sekarang adalah
kali pertama klien dirawat.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

11. Kurang pengetahuan tentang


Klien kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa yang klien alami sekarang,
klien belum mengetahui cara pengobatan yang dilakukan, karena kurang
pengetahuan.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
12. Aspek medis
Diagnosa medis : gangguan citra tubuh
13. Daftar masalah keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Hagra Diri Rendah
c. Gangguan Citra Tubuh
B. Format Analisa Data

Data Problem

Isolasi Sosial : Menarik


Subjektif :
diri
- Klien mengatakan malu untuk berinteraksi
dengan orang lain

- Klien merasa malu karena kecacatan yang


terjadi pada wajahnya

- Klien lebih memilih memendam


perasaannya sendiri

Objektif :

- Klien tampak tidak bersemangat

- Kontak mata pada saat bicara kurang

- Klien lebih banyak menyendiri di ruangan

Subjektif : Harga Diri Rendah

- Klien mengatakan bahwa dia tidak


menerima kondisi tubuhnya sekarang
karena sudah tidak seperti dulu
- Klien merasa bahwa dia tidak berguna
lagi dan dia tidak mampu untuk
melakukan sesuatu
Objektif :

- Klien tampak malu-malu

- Kontak mata kurang


- Pasif

- Tidak fokus
Subjektif : Gangguan CitraTubuh

- Klien merasa malu dan takut dengan


kondisi yang dialaminya dan takut
menjadi bahan pembicaraan orang lain.

Objektif :

- Klien tidak mau keluar kamar

- Klien tidak mau berinteraksi dengan


oranglain karena kondis iwajah nya.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Isolasi Sosial b.d Dalam waktu 4 x 4 jam - Bina hubungan saling
perubahan fisik klien akan menunjukkan percaya dengan menyapa
penurunan isolasi sosial secara ramah ,perkenalan
dengan kriteria hasil : diri dan menjelaskan
- Klien sudah mulai tujuan interaksi.
mau berosislaisai - Pertahahankan kontak
mata
- Kaji pengetahuan klien
dengan memberi
kesemapatan untuk
mengungkapkan
perasaan penyebab
menarik diri.
- Diskusikan tentang
manfaat berhubungan
dengan orang lain.
- Libatkan klien dalam
kegiatan TAK di
ruangan.
Harga Diri Rendah Dalam waktu 4 hari klien - Bina hubungan saling
akan menunjukkan percaya antar sesama.
peningkatan harga diri - Beri kesempatan klien
dengan kriteria hasil : untuk mengungkapkan
- Klien dapat perasaanya.Tidak
meningkatkan menyalahkan pendapat
keterbukaan dan klien.
hubungan saling - Ciptakan lingkungan
percaya yang tenang
- Klien - Motivasi klien untuk
mengidentifikasi meningkatkan rasa
perubahan citra percaya diri.
tubuh
- Klien dapat
menerima realita
perubahan yang
terjadi dengan
aspek positif.
Gangguan Citra Tubuh Dalam waktu 3 x 24 jam - Bina hubungan saling
gangguancitra tubuh percaya antara klien
menurun dengan kriteria dengan perawat
hasil : - Berikan kesempatan
- Gambaran diri pengungkapan perasaan
meningkat,bisa - Dukung upaya klien
menyesuaikan diri untuk memperbaiki citra
dengan status tubuh
kesehatanya. - Dukung klien untuk
bersosialisasi dengan
orang lain

D. Implementasi & Evaluasi Keperawatan

Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Kep
Isolasi Sosial - membina hubungan S : klien
saling percaya dengan mengatakan
menyapa secara dapat
ramah ,perkenalan diri melakukan cara
dan menjelaskan tujuan berinteraksi
interaksi. dengan orang
- mempertahahankan lain, dan
kontak mata memahami
- mengkaji pengetahuan manfaat
klien dengan memberi berhubungan
kesemapatan untuk dengan orang
mengungkapkan lain
perasaan penyebab O : klien sudah
menarik diri. melakukan
- mendiskusikan tentang interaksi dengan
manfaat berhubungan lingkungan
dengan orang lain. sekitarnya.
- melibatkan klien dalam A : gangguan
kegiatan TAK di isolasi social
ruangan. teratasi
P : intervensi di
hentikan.
Harga Diri - membina hubungan S : klien
Rendah saling percaya antar mengatakan
sesama. dapat
- memberi kesempatan menerapkan
klien untuk perubahan yang
mengungkapkan dialaminya.
perasaanya.Tidak O : - klien
menyalahkan pendapat kooperatif saat
klien. berinteraksi
- menciptakan dengan perawat
lingkungan yang tenang - Klien sudah
- Memotivasi klien untuk mulai
meningkatkan rasa percaya diri
percaya diri. dan mau
berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitar
A : gangguan
harga diri
rendah teratasi

Gangguan - membina hubungan S : klien


Citra Tubuh saling percaya antara mengatakan
klien dengan perawat dapat menerima
- memberikan keadaan yang
kesempatan dialaminya.
pengungkapan perasaan
- mendukung upaya klien O : klien dapat
untuk memperbaiki mengaplikasikan
citra tubuh strategi koping
- mendukung klien untuk
A : gangguan
bersosialisasi dengan
citra tubuh
orang lain
teratasi

P : intervensi
selesai.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang
dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang
realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih merasa
aman,sehingga terhindar dari perasaan cemas dan meningkatkan harga diri.
Individu yang realistis & konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses
dalam kehidupan. Banyak factor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang,
seperti munculnya stressor yang dapat mengganggu integrasi gambaran diri. Stressor
tersebut berupa operasi seperti amputasi,luka operasi yang semuanya merubah gambaran
diri.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran , bentuk, struktur,fungsi,ketebatasn,makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Factor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu kegagalan fungsi
tubuh,perubahan tbuh berkaitan,umpan balik interpersonal yang berkaitan,standard social
budaya dan lainya.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan agar dapat meningkatkan ketrampilan dalam memberi asuhan
keperawatan serta pengetahuan khususnya gangguan citra tubuh,sehingga dapat
memebrikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator yang
baik bagi klien dan keluarga.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat memahami isi dari makalah ini sehingga dapat menerapkan
praktik asuhan keperawatan dengan masalah gangguan citra tubuh di rumah sakit jiwa
dengan baik dan benar, serta mempermudah masyarakat awam untuk mengetahui
tentang gangguan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graham Ilmu.
Dalami, E. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

Damaiyanti, M. d. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Herman, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Nuha Medika.

Kusumawati, F. d. (2010). Buku Ajaran Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Nasir, A. d. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba
Medika.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Nurjannah, I. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Moca Media.

Struart, G. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. . Jakarta: EGC.

Videbeck.S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. . Jakarta: EGC.

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Edisi 1 & 2 . Bandung: Revika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai