Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)


ANALISI KECELAKAN KERJA
Hidrogen Sulfida (H2S)
Disusun Oleh :
Taufik Suhendar
Yulistin Ismayanti
Elva Kartika Wulansari
Anastasia chintya Pratama
Giar

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2017

Mengenaskan, 6 Pekerja
Tewas Seketika di Bak
Pengolahan Kardus Telor

Sebanyak enam orang pekerja tewas di dalam bak penampungan bahan trey di Kampung Cibunar, Parung
Panjang, Kabupaten Bogor, Sabtu (30/9/2017). Foto:Istimewa

BOGOR - Sebanyak enam orang pekerja ditemukan tewas di dalam bak penampungan
bahan trey (kardus tempat telor) di Kampung Cibunar RT01/04 Desa Cibunar, Kecamatan
Parung Panjang, Kabupaten Bogor.

Kasubag Humas Polres Bogor,  AKP Ita Puspitalena mengatakan, peristiwa ini terjadi Sabtu
(30/9/2017 sekitar pukul 14.00 WIB. ”Enam orang tewas di dalam bak penampungan bahan
trey dan satu orang meninggal di rumah sakit," ujar AKP Ita.

Berdasarkan informasi yang diperolah, keenam korban adalah Mulyadi (19),  warga
Kampung Mancak, Desa Labuan, Kecamatan Mancak, Serang; dan Mas Joko (30), warga
Surabaya. Sisanya warga Kampung Cibunar  Kasdun,  RT 01/04, Desa Cibunar, Parung
Panjang, yakni masing-masing Ade Setiawan (40); Iwan (35); Dedi Junaedi (45); Samsuri
(45), dan Ahmad Holil (19) yang meninggal di rumah sakit.

“Polisi sudah mengamankan TKP, memasang police line, dan mengamankan pemilik
pabrik,” kata AKP Ita.

Menurut AKP Ita, kejadian ini bermula saat korban Iwan hendak menguras bak kardus yang
berkedalam sekitar 4 meter. Tetapi sekitar 2 menit kemudian, Ahmad Holil melihat Iwan
pingsan di dalam bak. Ia pun langsung berteriak meminta pertolongan sehingga karyawan
yang lain berdatangan dan langsung masuk ke dalam.

Mereka yang bermaksud memberikan pertolongan justru ikut terjatuh hingga akhirnya
meninggal dunia. Polisi kini sudah menyelidiki kasus tersebut. Dugaan sementara para
korban tewas akibat menghirup gas beracun di dalam bak penampungan tersebut.

1. Analisa Kasus
Meninggalnya pekerja di bak pengolahan kardus telor merupakan tamparan keras bagaimana
pentingnya sebuah Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) disebuah pabrik, 6 orang pekerja
pabrik tewas karena menghirup gas beracun. Hidrogen Sulfida (H2S) adalah gas beracun yang
sangat membahayakan. Dalam waktu singkat gas ini dapat melumpuhkan sistem pernafasan
dan dapat mematikan seseorang yang menghirupnya. Pada konsentrasi rendah gas H2S
memiliki bau seperti telur busuk, namun pada konsentrasi tinggi bau telur busuk tidak tercium
lagi karena secara cepat gas H2S melumpuhkan sistem syaraf dan mematikan indera
penciuman. Bila melakukan indentifikasi sebetulnya korban awalnya satu orang yang
ditemukan didalam sumur yang mempunyai kedalam 4 meter, tetapi karena panik dan tidak
ada SOP K3 di pabrik itu para pekerja lain menghampiri dan menolong korban, hasilnya bukan
korban yang terselamatkan melainkan menambah jumlah korban sampai 6 orang, Kecelakaan
kerja ini menjadi citra buruk bagi K3 di indonesia karena jumlah korban yang diakibatkan oleh
H2S sangat banyak. Kasus kematian terbanyak terjadi pada 2 februari 1975 di Kota Denver
USA yang menewaskan 9 orang. Setelah dilakukan peyelidikan teryata pabrik itu tidak memiliki
ijin oprasional, artinya peran pemerintah dalam memberikan ijin dan rekomendasi pembuatan
pabrik sangat penting dengan tidak mengesampingkan pengawasan terhadap pentingnya K3.
Kesehatan Keselamatan Kerja sangat penting didalam sebuah oprasional pekerjaan untuk
mencegah sebuah bencana yang dapat merugikan, bukan hanya untuk perusahaan tetapi para
pekerja perlu tau dan bisa mengaplikasikan K3 dilingkungan kerjanya untuk meminimalisir
dampak negatif tersebut. Seperti halnya yang telah terjadi di Kabupaten Bogor ini bila saja
Perusahaan/Pabrik patuh akan standarisasi sebuah pabrik maka kejadian tersebut tidak akan
terjadi.

2. Definisi Hidrogen Sulfida (H2S)


Hidrogen Sulfida (H2S) merupakan suatu gas tidak berwarna, sangat beracun, mudah terbakar
dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Nama kimia asam sulfida ini adalah dihidrogen
sulfida dan di kenal juga sebutan sebagai gas rawa atau asam sulfida (ATSDR, 2000). Gas ini
dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Manusia terpapar terutama asam
sulfida dari udara. Gas H2S dengan cepat diserap oleh paru-paru. Hidrogen sulfida lebih
banyak dan lebih cepat diabsorbsi melalui inhalasi dari pada paparan lewat oral. Hidrogen
sulfida yang terserap melalui kulit sangat kecil (ATSDR, 2000).
Pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi mata, hidung atau kerongkongan. Bahkan
dapat terjadi kesulitan pernapasan pada penderita asma. Konsentrasi lebih tinggi dari 500 ppm
dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran dan mungkin kematian. Hal ini disebabkan
hidrogen sulfida menghambat enzim cytochrome oxidase sebagai penghasil oksigen sel.
Metabolisme anaerobik menyebabkan akumulasi asam laktat yang mendorong ke arah
ketidakseimbangan asam-basa. Sistem jaringan saraf berhubungan dengan jantung terutama
sekali peka kepada gangguan metabolisme oksidasi, sehingga terjadi kematian dan
terhentinya pernapasan (US EPA, 2003). Paparan H2S dengan konsentrasi rendah dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek permanen seperti gangguan saluran
pernapasan, sakit kepala, dan batuk kronis. Sumber paparan gas rawa ini berasal dari
gudang penyimpanan pupuk, pabrik kertas, industri tekstil, gunung berapi, pengeboran minyak
tanah dan gas alam, pengolahan limbah cair, tempat pembuangan akhir sampah dan
peternakan termasuk peternakan babi.

3. Bahaya Umum Hidrogen Sulfida (H2S)


a. Konsentrasi Rendah
Bisa mengiritasi mata, hidung, tenggorokan dan sistem pernapasan ( seperti mata perih
dan terbakar, batuk, dan sesak napas).
Orang penderita asma bisa menjadi tambah berat penyakitnya.
Efek ini bisa tidak secara langsung dan baru terasa beberapa jam atau hari kemudian.
Pemaparan berulang ataupun jangka panjang dapat menimbulkan gejala : mata merah,
sakit kepala, fatigue, mudah marah, susah tidur, gangguan pencernaan, dan penurunan
berat badan.
b. Konsentrasi Sedang
Bisa menyebabkan iritasi mata dan pernapasan yang berat( batuk, susah bernapas,
penumpukkan cairan di paru), sakit kepala, pusing, mual, muntah, mudah marah.
c. Konsentrasi Tinggi
Paparan dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan syok, kejang, tidak bisa bernapas,
tidak sadar, koma, dan akhirnya kematian. Efek lethal tersebut bisa dalam beberapa
hirupan ataupun hanya dalam 1 hirupan.

4. Dampak H2S pada Kesehatan Menurut American National Standar Institute


Berikt adalah efek H2S pada kesehatan menurut ANSI:

1 0,13 ppm Bau Minimal


2 4,60 ppm Mudah terdeteksi, bau
sedang
3 10 ppm Mulai iritasi Mata
4 27 ppm Bau tidak enak, sangat kuat
5 100 ppm Batuk, Iritasi mata,
Kehilangan sensasi bau
setelah paparan 2-5 menit
6 200-300 ppm Radang Mata Iritasi Saluran
Napas, setelah 1 jam
paparan
7 500 - 700 ppm Hilang kesadaran, henti
nafas dan kematian dalam
beberapa menit

5. Penanganan Keracunan H2S


1. Penanganan pertama adalah memindahkan korban dari daerah terkontaminasi ke tempat
dengan udara segar.
2. Dalam kasus yang berat, perlu dilakukan intubasi, untuk menjamin kelancaran airway.
3. Pasang IV line.
4. Periksa kantung baju korban, karena bila uang coin berubah warna, merupakan suatu
diagnosis.
5. Di UGD pemberian high flow oxygen 100% merupakan hal yang terpenting.
6. Jika ada hipotensi bisa diberikan obat vaso pressor.
7. Jika ada sesak napas, bisa diberikan bronchodilator.
8. Koreksi asidosis berdasarkan pemeriksaan arterial blood gas dan serum laktat.
9. Ada persamaan dengan penanganan keracunan Cyanida, yaitu induced
methemoglobinemia.
10. Berikan 10 ml 3% Sodium Nitrit dalam 2 - 4 menit ( dewasa).
11. Check kadar methemobloginemia dalam 30 menit.
12. Bisa dirawat di ICU.
13. Jika korban tidak berespon dengan pengobatan nitrit IV atau punya gangguan syaraf,
maka harus dipertimbangkan pengobatan Hyperbaric Oxygen Therapy ( HBO).

6. Pencegahan Terhadap Paparan Gas H2S


Sebelum tenaga kerja memasuki daerah yang dicurigai mengandung H2S:
a. Udara harus di tes dulu dengan alat monitor udara yaitu alat hidrogen sulfide detector atau
multigas meter oleh tenaga kerja yang memiliki kualifikasi.
b. Jika gas terdeteksi oleh alat detektor, maka daerah tersebut harus di ventilasi untuk
menghilangkan gas H2S yang ada.
c. Jika gas tersebut tidak bisa dihilangkan , tenaga kerja yang memasuki area tersebut, harus
memakai PPE respirator.

PPE respirator

d. Jika level gas H2S 100 ppm atau lebih, maka dikatagorikan sebagai ILDH yaitu
Immediately dangerous to life and health.
e. Jika Memasuki daerah dengan kategori IDLH harus memakai respirator:
1. SCBA yaitu self contained breathing apparatus dengan minimum service life 30 menit.

self contained breathing apparatus


2. Kombinasi full facepiece pressure demand supplied air respirator dengan sebuah
auxiliary self contained air supply.
3. Jika level gas dibawah 100 ppm , maka air purifying respirator dapat digunakan
dengan cartidge yang sesuai untuk gas H2S. Sebuah full facepiece respirator dapat
mencegah iritasi pada mata.
4. Jika yang dipakai adalah half mask respirator, maka untuk mengatasi iritasi pada mata,
harus dipakai juga tight fitting goggle.
7. Rescue
Jangan mencoba untuk merescue di daerah dengan gas H2S tanpa memakai respirator yang
sesuai dengan konsentrasi gas yang ada ataupun menolong dengan petugas rescue yang
tidak terlatih.

Anda mungkin juga menyukai