Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Lansia

Oleh :
NURMIS TUTI
Nim.18112194

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Defenisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala

keluargadan beberapa otrang yang berkumpul dan tingga disuatu tempat di bawah

suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Bakri, 2014).

Menurut salah satu ahli yaitu Friedman mendefenisikan keluarga sebagai

suaru sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari

individu-individu yang memilimi hubungan erat satu sama lain, saling

tergantungan yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Sedangkan menurut Reisner keluarga adalah sebuah kelompok

yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing memounyai hubungan

kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek (Padila,

2012).

2. Tipe-tipe Keluarga

Secara umum tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Tipe Keluarga Tradisional

Tipe keluarga ini menunjukkan sifat-sifat homogen, yaitu keluarga

yang memiliki struktur tatap dan utuh. Ada beberapa ciri atau tipe keluarga

tradisional yaitu sebagai berikut:

a. Keluarga inti (nuclear family)


Keluarga ini merupakan keluarga kecil dalam satu rumah yang terdiri

dari anggota inti yaitu ayah, ibu dan anaknya yang hidup bersama dan

saling menjaga.

b. Keluarga besar (Exstended Family)

Keluarga besar ini merupakan gabungan dari beberapa keluarga inti

yang bersumbu dari satu keluarga inti. Satu keluarga memiliki beberapa

anak, lalu anak-anaknya menikah dan memiliki anak, dan kemudian

menikah dan memiliki anak lagi. Seperti pohon bercabang, keluarga besar

memiliki kehidupannya masing-masing mengikuti rantingnya. Anggota

keluarga besar misalnya kakek, nenek, paman, tante, keponakan, saudara

sepupu, cucu, cicit, dan lain sebagainya.

c. Keluarga Dyad (Pasangan Inti)

Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami istri yang baru

menikah. Mereka telah membina rumah tangga tetapi belum dikaruniai

anak atau keduanya bersepakat untuk tidak memiliki anak lebih dulu.

Akan tetapi jika dikemudian hari memiliki anak, maka status tipe keluarga

ini menjadi inti.

d. Keluarga Single Parent

Single Parent adalah kondisi seseorang tidak memiliki pasangan lagi.

Hal ini biasanya disebabkan karena perceraian atau meninggal dunia. Akan

tetapi, Single Parent mensyaratkan adanya ana, baik kandung maupun

anak angkat.

e. Keluarga Single Adult (Bujang Dewasa)

Tipe keluarga ini disebut sebagai paangan yang sedang long Distance

Relationship (LDR), yaitu pasangan yang mengambil jarak atau berpisah


sementara waktu untuk kebutuhan tertentu, misalnya kuliah atau bekerja.

Seseorang yang berada jauh dari keluarga ini kemudian tinggal di rumah

kontraka atau kos. Orang dewasa inilah yang kemudian disebut Single

Adult. Meski ia telah memiliki pasangan disuatu tempat, namun ia

terhitung Single di tempat lain (Bakri,2017).

2) Tipe Keluarga Modern (Non Tradisional)

Keluaga modern merupakan bagian dari perkembangan sosial di

masyarakat. Banyak faktor yang melatar belakangi kenapa muncul keluarga

modern. Salah satu faktor tersebut adalah munculnya kebutuhan berbagibdan

berkeluarga yang tidak hanya sebatas keluarga inti. Betikut adalah beberapa

tipe keluarga modern :

a. The Ummariedteenege mother

Yaitu seorang ibu yang tinggal bersama anaknya tanpa adanya

pernikahan dengan bapak sang anak. Ini disebabkan oleh hubungan seks

bebas dan pergaulan yang menyimpang.

b. Reconstituded nuclear

Yaitu sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian kembali

membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali. Mereka tinggal

serta hidup bersama anak-anaknya, baik anak dari pernikahan sebelumnya,

maupun hasil dari perkawinan baru.

c. The Stepparent Family

Yaitu sebuah keluarga dengan anak diadobsi oleh sepasang suami istri,

baik yang sudah memiliki anak maupun belum. Kehidupan anak dengan

orang tua tirinya inilah yang dimaksud dengan The Stepparent Family.

d. Commune Family
Yaitu tipe keluarga yang biasanya hidup di dalam penampungan atau

memang memiliki kesepakatan bersama untuk hidup satu atap. Hal ini bisa

berlangsung dalam waktu yang singkat, sampai dengan waktu yang lama.

Mereka tidak memiliki hubungan darah namun memutuskan hidup

bersama dalam satu rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang sama.

e. The Non Materital Heterosexual congibitang Family

Yaitu sebuah keluarga yang tanpa ada ikatan pernikahan, seseorang

memutuskan untuk hidup bersama dengan pasangannya. Namun dalam

waktu yang relatif singkat, seseorang itu kemudian berganti pasangan lagi

dan tetap tanpa hubungan pernikahan.

f. Gay and Lesbian Family

Yaitu sebuah keluarga yang seseorang dengan jenis kelamin yang sama

menyatukan hidup betsama sebagaimana pasangan suami istri (Matetial

Partners).

g. Cohibitung Couple

Yaitu sebuah keluarga yang terjadi misalnya dalam perantauan, karena

merasa satu negra atau satu daerah. Kemudian dia atau lebih orang

bersepakatan untuk tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Kehidupan

mereka sudah seperti kehidupan berkeluarga. Alasan untuk hidup bersama

ini bisa beragam.

h. Group Marriage Family

Yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari beberapa orang dewasa yang

menggunakan alat-alat rumah tangga bersama dan mereka merasa sudah

menikah, sehingga berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan

anaknya bersama.
i. Group Network Family

Yaitu sebuah keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai,

hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya. Dan saling

menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan

tanggung jawab membesarkan anaknya.

j. Foster Family

Yaitu sebuah keluarga yang seorang anak kehilangan orang tuanya,

lalu ada sebuah keluarga yang bersedia menampungnya dalam kurun

waktu tertentu. Hal ini dilakukan hingga anak tersebut bisa bertemu

dengan orang tua kandungnya.

k. Institusional

Yaitu sebuah keluarga yang anak atau orang dewasa yang tinggal

dalam panti. Entah dengan alasan dititipkan oleh keluarga atau memang

ditemukan kemudian ditampung oleh panti atau dinas sosial.

l. Homeless Family

Yaitu sebuah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen kerena krisi personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem keaehatan mental (Bakri,

2017).

3. Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap Perkembangan Keluarga Baru

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga melalui

perkawinan. Pada tahap ini pasangan baru memiliki tugas perkembangan

untuk membina hubungan intim yang memuaskan di dalam keluarga,

membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama, termasuk


dalam hal merencanakan anak, persiapan menjadi orang tua, dan mencari

pengetahuan prenatal care.

b) Tahap Perkembangan Keluarga Anak Pertama/Child-bearing (<30 bulan)

Tahap keluarga ini merupakan masa transisi pasangan suami istri yang

dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30 bulan. Pada

masa ini sering timbul konflik yang dipicu kecemburuan pasangan akan

perhatian yang lebih ditunjukan kepada anggota keluarga baru. Adapun tugas

perkembangan pada tahap ini yaitu kesadaran akan perlunya beradaptasi

dengan perubahan anggota keluarga, mempertahankan keharmonisan

pasangan suami istri, berbagi peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan

biaya untuk anak.

c) Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Prasekolah (2-5 tahun)

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota

keluarga, membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan, cermat membagi

tanggung jawab, mempertahankan hubungan keuarga, serta mampu membagi

waktu untuk diri sendiri, pasangan, dan anak.

d) Tahap Petkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 tahun)

Tahapan ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah dasar

sampai memasuki awal masa remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini

adalah anak harus sudah diperhatikan minat dan bakatnya sehingga orang tua

bisa mengarahkan dengan tepat, membakali anak dengan baik, dan

memperhatikan anak akan risiko pengaruh teman serta sekolahnya.

e) Tahap Perkebangan Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Pada perkembangan tahap remaja ini orang tua perlu memberikan

kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab. Hal ini mengingat bahwa
remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi. Ia

ingin mengatur kehidupannya sendiri tetapi masih membutuhkan bimbingan.

Oleh sebab itu, komunikasi antara orang tua dan anak harus tetap dijaga.

Selain itu, beberapa peraturan sudah mulai diterapkan untuk memberikan

batasan tertentu masih dalam wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam

dan lain sebagainya.

f) Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan

rumah)

Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah. Dalam

hal ini, orang tua harus merelakan anaknya untuk pergi jauh dari rumah demi

tujuan tertentu. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini, antara laim

membantu dan mempersiapkan anak untuk hidup mandiri, menjaga

keharmonisan dengan pasangan, memperluas menjadi keluarga besar.

g) Tahap Perkembangan Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan salah

satu pasangan bersiap meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini adaalah

menjaga kesehatan, meningkatkan keharmonisan dengan pasangan, anak, dan

teman teman sebaya, serta mempersiapkan masa tua.

h) Tahap Perkembangan Lanjut Usia

Masa ini adalah masa-masa akhir kehidupan manusia. Maka tugas

perkembangan dalama masa ini yaitu beradaptasi dengan perubahan

kehilangan pasangan , jawab, ataupun saudara (Padila,2012).

4. Struktur Keluarga

Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural

fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau


bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli

meletakkan struktur pada bentuk/tipe keluarga, namun ada juga yang memandang

struktur keluarga menggambarkan subsistem-subsistemnya sebagai dimensi

structural.(Nadirawati, 2018).

Macam-macam struktur struktur keluarga terdiri atas :

a) Patrineal

Patrineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun disusun

melalui jalur ayah.

b) Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

c) Matrikolar

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d) Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

suami.

e) Keluarga Kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga

dan beebrapa anak. Saudara yang menjadi bagian keluarga karena

hubungan dengan suami istri. (Harmoko,2012).

5. Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga adalah sebagai berikut :


1) Fungsi Biologis, yaitu fungsi, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

2) Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan perhatian di

antara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadiaan anggota keluarga,

serat memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta

memberikan identitas pada keluarga.

3) Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai

dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai

budaya.

4) Fungsi Ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi keluarga dimasa

yang akan dtang. (Harmoko, 2012).

6. Ciri-ciri Keluarga

Ciri-Ciri keluarga di Indonesia yaitu :

a) Terorganisasi yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan anatara

anggota keluarga, mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi

semangat gotong royong

b) Ada keterbatasan, diamana setiap anggota memiliki keterbatasan tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

c) Ada perbedaan dan khususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing

d) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran


e) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara

musyawarah

f) Berbentuk monogram

g) Bertanggung jawab

h) Mempunyai semangat gotong royong (Padila,2012).

7. Peran Perawat Keluarga

Perawat keluarga dianggap penting karena perawat keluarga memiliki peran

yang cukup penting. Selain fungsinya di depan, perawat keluarga memiliki peran

sebagai berikut:

a. Pendidik

Peran utama perawat keluarga adalah menyalurkan informasi berkenaan

dengan kasus tertentu dan Kesehatan keluarga pada umumnya, jika

diperlukan. Untuk itu, perawat juga melakukan aktivitas pembelajaran dalam

keluarga. Hal ini dilakukan agar :

1. Keluarga dapat melakukan program asuhan Kesehatan keluarga secara

mandiri

2. Bertanggung jawab terhadap masalah Kesehatan keluarga

b. Koordinator

Karena umumnya anggota keluarga bukanlah tenaga Kesehatan,

perawat Kesehatan keluarga dapat bertindak menjadi coordinator dalam

melakukan perawatan terhadap pasien. Koordinasi diperlukan untuk

mengatur program kegiatan atau tarapi agar terjadi tumpeng tindih dan

pengulangan, serta memudahkan jalannya perawat.

c. Pelaksana
Perawat secara langsung wajib diberikan oleh perawat kapada

pasiennya, baik Ketika berada di rumah, klinik maupun rumah sakit. Hal

ini sudah menjadi tanggung jawab perawat. Perawat dapat

mendemontrasikan kepada keluarga asuahn keperawatan yang diberikan

dengan harapan anggota keluarga yang sehat dapat melakukan asuhan

langsung kepada anggota keluarga yang sakit

d. Pengawas Kesehatan

Perawat Kesehatan wajib melakukan home visite atau kunjungan ke

rumah secara teratur sebagai cara untuk mengontrol pasien. Jika ada

kekurangan atau hal-hal yang dirasa perlu, maka perawat wajib

menginformasikan. Selain itu, perawat juga wajib untuk melakukan

pengidentifikasian atau melakukan pengkajian tentang Kesehatan

keluarga. Sementara bagi pihak keluarga, berhak untuk menerima segala

informasi terkait anggota keluarga yang sakit.

e. Konsultan

Jika ada pertanyaan dari keluarga pasien, maka perawat harus bersedia

menjadi narasumber atas segala pertanyaan tersebut. Begitu pula jika

keluarga meminta saran dan nasihat. Oleh sebab itu, hubungan antara

perawat dan keluarga pasien perlu dijalin dengan baik. Perawat harus

mampu bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Jika diperlukan, berikan

nomor pribadi yang bisa diakses oleh keluarga pasien.

f. Kolaborasi

Selain berkoordinasi dan berkolaborasi dengan keluarga pasien,

perawat harus pula memiliki kominitas atau berjejaring dengan perawat

lain atau pelayanan rumah sakit. Hal ini dibutuhkan untuk mengantisipasi
berbagai kejadian yang tidak diharapkan. Jika membutuh untuk

mengatisipasi berbagai kejadian yang tidak diharapkan. Jiak membutuhkan

suatu hal yang mendadak, bisa segera meminta pertolongan pada pusat

layanan terdekat.

g. Fasilitator

Perawat wajib mengetahui system layanan Kesehatan seperti system

rujukan, biaya Kesehatan, dan fasilitas Kesehatan lainnya. Pengetahuan ini

sangat dibutuhkan agar perawat dapat menjadi fasilitator yang baik. Selain

itu, akan sangat bermanfaat jika keluarga mengalami berbagai kendala.

Misalnya pasien membutuhkan rujukan, atau pendanaan di keluarga sangat

terbatas. Maka perawat dapat memberikan solusi yang tepat.

h. Peneliti

Perawat dapat berperan sebagai pengidentifikasian atas kasus yang ada

pada keluarga. Karena setiap keluarga memiliki karakter berbeda, maka

terkadang penanganan dan dampak panyakit tersebut berbeda. Oleh sebab

itu, perawat bertindak pula sebagai peneliti yang kemudian bisa menjadi

temuan-temuan baru untuk Kesehatan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan

secara dini agar penyakit yang menjangkiti pasien tidak menjadi wabah.

i. Modifikasi Lingkungan

Selain mengedukasi keluarga dengan informasi Kesehatan, perawat

harus pula dapat memodifikasi lingkungan. Perawat bisa menyampaikan

kepada keluarga dan masyarakat sekitar jika ada beberapa bagian di

lingkungan tersebut yang menjadi penyebab datangnya penyakit.

Modifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan


masyarakat, berguna untuk menciptakan lingkungan yang sehat. (Bakri,

2014).

B. Tahap Perkembangan Lansia

a) Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan

biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh

pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu

kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan

ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan

kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.

b) Tugas Perkembangan Keluarga pada Lansia

Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting

dalam konsep keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami setiap

tahap perkembannganya yaitu menerima penurunan kemampuan dan

keterbatasan, menyesuaikan dengan masa pensiun, mengatur pola hidup yang

terorganisir, menerima kehilangan dan kematian dengan tentram (Mubarak,

2016).

a) Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3. Mempertahankan hubungan perkawinan

4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

b) Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut


1. Menurunya fungsi dan kekuatan fisik

2. Sumber-sumber finansial yang tidak memadai

3. Isolasi sosial

4. Kesepian

C. Askep Teoritis Keluarga pada Tahap Perkembangan Lansia

1. Pengkajian
I. Identitas Klien
Pengkajian terhadap data umum keluarga:
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pekerjaan KK :
5. Pendidikan KK :
6. Komposisi keluarga :
7. Genogram
Biasanya dalam pembuatan genogram di buat dalam bentuk tiga generasi
keturunan keluarga dengan symbol – symbol yang dipakai sebagai berikut:

: Laki – laki : Pisah

: Perempuan :Meninggal

:
: Klien

8. Tipe keluarga
Biasanya tipe keluarga pada saat ini yaitu pada tipe keluarga dengan tahap
perkembangan lansia.
9. Suku Bangsa
Biaksanya berdominan dengan suku minang, adat – istiadat minang,
memiliki kebudayaan minang, mengikuti garis keturunan ibu ( matrineal ).
10. Agama
Biasanya berdominan dengan agama islam dan menjalankan ibadah sesuai
agama islam dengan baik.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Biasanya Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status
sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan – kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh
keluarga.

12. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Biasanya rekreasi keluarga pergi bersama – sama untuk megunjungi
tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Biasanya tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Biasanya mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Biasanya mengenai riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit..
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Biasanya mengenai riwayat kesehatan pada keluarga sebelumnya yang
menyakut pada kesehatan dari pihak suami dan istri.

III. Pengkajian Lingkungan


1. Karakteristik Rumah
Biasanya bagaimana keluarga memodifikasikan lingkungan fisik yang baik
seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangi
faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
2. Karakteristik Tetangga dan Koomunitas RW
Biasanya bagaimana karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Biasanya mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat. Tinggal didaerah sekarang sudah berapa lama
dan apakah sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat
Biasanya mengenai waktu yang digunakan untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinterakksi
dengan keluarga.
5. Sistem pendukung keluarga
Biasanya yang termasuk system pendukung keluarga adalah jumlah
anggota ang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan yang sehat, fasilitas mencakup fasilitas fisik, psikologis dan
sosial.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola atau Cara Komunikasi Keluarga
Biasanya mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga pada tahap
lansia (terbuka atau tertutup).
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Biasanya Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan otoriter dapat menyebabkan stress psikologik.
3. Struktur Peran (Peran Masing – Masing Anggota Keluarga)
Biasanya menggambarkan peran dari masing – masing anggota keluarga
baik secara formal maupun non formal.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Biasanya mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Biasanya keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar
tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi
anggota keluarga itu sendiri.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan
mudah stress.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Biasanya fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah. Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas
keperawatan keluarga yaitu:
a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
b. Pengambilan keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan.
e. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Fungsi Reproduksi
Biasanya mengenai berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan
keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5. Fungsi Ekonomi
Biasanya mengenai sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan, dan sejumlah mana keluarga memanfaatkan sumber
yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
VI. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Panjang dan Pendek
Biasnaya yaitu bagaimana cara keluarga menghadapi stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan dan jangka
panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor
Biasanya bagaimana keluarga berespon terhadap situasi stressor.
3. Strategi Koping
Biasanya mengenai bagaimana stratrgi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Biasanya mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
mengahadapi permasalahan.

VII. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik, yaitu:
a. Keadaan umum :
b. Kesadaran :
c. Tanda - tanda vital :
TD : …mmHg
R : …menit
N : …menit
S :… C
d. Rambut dan kulit kepala
Inspeksi : biasanya rambut bersih, pendek, bewarna putih, kulit kepala
bersih.
e. Mata
Inspeksi : biasanya kedua mata simetris, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik.
f. Hidung
Inspeksi : biasanya hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada
pembesaran polip.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan.
g. Mulut dan faring
Inspeksi : biasanya tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada
gigi palsu, gigi lengkap, tdak ada faringitis, lidah tidak kotor, nafas berbau,
warna gigi kuning terang.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan pada mulut.
h. Telinga
Inspeksi : biasanya kedua telinga simemtris, tidak ada pembekakan,
telinga sedikit kotor.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan.
i. Leher
Inspeksi : biasanya simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
pembengkakan.
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar
tiroid.
j. Thorax
Inspeksi : biasanya bentuk normall, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang
iga.
Perkusi : biasanya terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung.
Auskultasi : biasanya terdengar sonor (normal)
k. Abdomen
Inspeksi : biasanya warna kulit perut sama dengan warna kulit yang
lainnya, tidak ada acites.
Auskultasi : biasanya suara peristaltic 20x/mnt.
Perkusi : biasanya terdengar timpani pada usus.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembbesaran hati
dan limpa.
l. Ekstremitas
Inspeksi : biasanya anggota gerak lengkap, tidak ada luka, tidak ada
bekas jahitan, tidak ada kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas atas dan
bawah, tidak ada fraktur, tidak ada edema pada ekstremitas.
m. Genitorinaria
Biasanya bersih dan tidak terpasang alat bantu.

VIII. Harapan Keluarga


Biasanya keluarga berharap dapat menyelesaikan masalah yang ada pada
tahap pengasuhan anak.

2. Diagnose Keperawatan
Setelah kita mengetahui masalah kesehatan prioritas yang dihadapi keluarga (klien),
kita memilih masalah yang dapat diatasi dengan asuhan keperawatan dan kemudian
menetapkan diagnosa keperarwatannya.
Penetapan diagnosa keluarga selalu mempertimbangkan faktor resiko, faktor potensial
terjadinya penyakit, dan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah
ksehatannya, formula perumusan diagnose keperawatan adalah problrm, etiologi,
simtom (P,E,S) contoh:
a. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Skoring :

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

a) Tentukan skornya sesuai dengan criteria yang dibuat perawat.


b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikaitkan dengan bobot.

Skor × bobot
Angka tertinggi
Jumlah skor untuk semua criteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot)

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran


.

1. Sifat Masalah
a. Tidak/kurang sehat
b. Ancaman kesehatan
c. Keadaan sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian
c. Tidak dapat diubah
3. Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
4. Menonjolnya masalah
a. masalah berat, harus segera
ditangani
b. ada masalah, tidak perlu segera
ditangani
c. masalah tidak dirasakan

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan


Setelah diagnose keperawatan diterapkan, berikutnya adalah perumusan rencana
asuhan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan merupakan kesimpulan tindakan
yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan diagnose keperawatan yang telah diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai