Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN GLOMERULONEFRITIS


AKUT DI RUANG ANGGREK B RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARAKAN

OLEH :
IDHAM HALID
NPM : 13.7010200.045

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN
GLOMERULONEFRITIS AKUT DI RUANG ANGGREK B RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

DI SUSUN DALAM RANGKA UJIAN AKHIR PROGRAM


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

OLEH :

IDHAM HALID
NPM: 13701020045

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2016
ABSTRAK

Asuhan keperawatan pada An. M dengan Glomerulonefritis Akut Di Ruang


Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan

Idham, Yuni Retnowati, Susilowati

Menurut hasil penelitian Grassman (2005), hingga akhir 2004 terdapat


1.783.000 penduduk dunia yang menjalani perawatan ginjal akibat
Glomerulonefritis. Menurut IDAI (2010), angka kejadian Glomerulonefritis
Akut sukar ditentukan mengingat bentuk asimtomatik lebih banyak dijumpai
daripada bentuk simtomatik. Tujuan penulisan ini agar penulis memperoleh
gambaran nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien An. M
dengan diagnosa medis Glomerulonefritis Akut. Metode penulisan deskriptif
dengan tipe studi kasus, yaitu memberi gambaran keadaan yang sedang
berlangsung dan aktual pada kasus tertentu, dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi langkah-langkah pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian
yang dilaksanakan mencakup identitas klien, riwayat yang pernah dialami dan
sekarang, pengkajian kesehatan secara keseluruhan. Diagnosa keperawatan
yang ditemukan adalah Bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko kekurangan
volume cairan, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, konstipasi, defisit
perawatan diri, Kurang pengetahuan. Intervensi yang telah dilakukan dan
kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah. Evaluasi hasil
tindakan keperawatan menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang penulis
rumuskan dalam diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai tujuan yang telah
ditetapkan dari kriteria hasil yang diharapkan. Diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi urine teratasi, perubahan
perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan injury injury imunologik pada
ginjal teratasi, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perubahan status
imun, proses penyakit teratasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan
personal hygiene teratasi dan kurang pengetahuan tentang penyakit teratasi.
Masalah dapat teratasi sesuai dengan tujuan dan waktu yang telah dilakukan.
Kata kunci :Glomerulonefritis Akut, Proses Keperawatan, Asuhan
Keperawatan
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmnat dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas

Akhir yang berjudul Asuhan Keperawatan pada An. M dengan Glomerulonefritis

Akut di Ruang Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan program pendidikan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir

ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat dan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Bambang Widigdo, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.

2. dr. Wiranegara Tan, SIP, MM, P. Selaku Direktur Rumah Sakit Umum

Daerah Tarakan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengaplikasikan ilmu saya.

3. Hendy Lesmana, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Pjs Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan, yang telah memberikan motivasi

selama penulis mengikuti perkuliahan di DIII Jurusan Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.

4. Alfianur, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Pjs Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan, pembimbing yang telah

memberikan masukan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.


vi

5. Dewy Hariyanti Parman, S.Kep., Ns, M.Kep.,Sp.KMB, selaku Pjs Sekretaris

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan

6. Yuni Retnowati,SST., M,Keb.selaku pembimbing I sekaligus penguji I yang

telah memberikan bimbingan, masukan, serta dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Susilowati, S.Kep.Ns delaku pembimbing II sekaligus penguji II yang telah

memberikan bimbingan, masukan, serta dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

8. Sulidah, S.Kep.,Ns.M. Kep, selaku selaku dosen penguji I pada Ujian Akhir

Prody dan penguji III yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta

dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Hasni S.Kep., Ns selaku kepala ruangan Anggrek B Rumah Sakit Umum

Daerah Tarakan sekaligus CI lahan penguji II yang telah memberikan

bimbingan dan dukungan masukan motivasi arahan-arahan sehingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

10. Bapak/ibu dosen dan staff Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.

11. Kepala ruangan beserta seluruh staff di Ruang Anak Anggrek B Rumah Sakit

Umum Daerah Tarakan yang telah membimbing sekaligus membantu saya

selama Ujian Akhir Program.

12. Keluarga klien An. M yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam

memberikan informasi yang penulis butuhkan.

13. Kepala Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dan seluruh

staff atas datanya.


vii

14. Ibu dan Kakak saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya baik

moril maupun materi.

15. Keluarga yang dengan penuh kesabaran dalam memberikan dukungan baik

moril maupun materi yang tak ternilai harganya kepada penulis selama

menempuh pendidikan di DIII Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan hingga akhirnya dapat menyelesaikan program

pendidikan ini. Terima kasih banyak atas semuanya.

16. Rekan-rekan departemen anak yang sudah banyak memberikan bantuan dan

motivasi dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir.

17. Rekan-rekan Mahasiswa Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan yang telah memberikan bantuan,

semangat, dorongan serta kerjasamanya dalam penyelesaian Laporan Tugas

Akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir masih belum

sempurna dan masih banyak membutuhkan perbaikan, oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada

umumnya dan khususnya bagi perawat dalam usaha meningkatkan pelayanan

kesehatan sesuai dengan standar profesi keperawatan.

Tarakan, 23 Juli 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ viii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Tujuan Penulisan ......................................................................... 3

1.3. Ruang Lingkup ............................................................................ 3

1.4. Metode Penulisan ........................................................................ 4

1.5. Sistimatika Penulisan .................................................................. 5

BAB 2 : LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Medis ................................................................... 6

2.1.1 Pengertian........................................................................ 6

2.1.2 Anatomi Ginjal ................................................................ 7


2.1.3 Etiologi ............................................................................ 10

2.1.4 Patofisiologi .................................................................... 10

2.1.5 Manifestasi klinis ............................................................ 10

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik .................................................. 11

2.1.7 Penatalaksanaan .............................................................. 11

2.1.8 Komplikasi ...................................................................... 12

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ........................................... 12

2.2.1 Pengkajian ....................................................................... 12

2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................... 14

2.2.3 Perencanaan..................................................................... 16

2.2.4 Implementasi ................................................................... 20

2.2.5 Evaluasi ........................................................................... 22

2.2.6 Penyimpangan KDM Teori ............................................. 23

BAB 3 : LAPORAN KASUS

3.1. Pengkajian ................................................................................ 25

3.2. Penyimpangan KDM ................................................................ 41

3.3. Diagnosa keperawatan .............................................................. 42

3.4. Rencana keperawatan ............................................................... 42

3.5. Implementasi ............................................................................ 45

3.6. Evaluasi .................................................................................... 53

BAB 4 : PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian ................................................................................ 57

4.2. DiagnosaKerperawatan............................................................. 59

4.3. Perencanaan .............................................................................. 62


4.4. Implementasi ............................................................................ 63

4.5. Evaluasi .................................................................................... 64

BAB 5 : PENUTUP

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 66

5.2. Saran ......................................................................................... 77

KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Riwayat Imunisasi...............................................................................

Tabel 2 Pola perubahan nutrisi tiap tahap sampai nutrisi saat ini ...................

Tabel 3 Hasil Laboratorium Hematologi.........................................................

Tabel 4 Hasil Laboratorium Urine....................................................................


xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Penyimpangan KDM teori..................................................................

Bagan 2 Genogram keluarga An. M..................................................................

Bagan 3 Penyimpangan KDM kasus.................................................................


xiii

DAFTAR SINGKATAN

A : Analisa

An : Anak

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BCG : Bacillus Calmette-Guerin

DPT : Dipteri Pertusi Tetanus

BUN : Blood Urea Nitrogen

GNA : Glomerulonefritis Akut

g/Dl : Gram/desiliter

HCT : Hematokrit

HGB : Hemoglobin

Ht..% : Hematokrit/persen

IgA : Imunoglobulin A

MCV : Mean Corpuscular Volume

Mg : mili gram

MmHg : milimeter Hydragyrum

mm3 :
Trombosit/milimeter kubi

mm3 :
Leukosit/milimeter kubik

O : Objektif

P : Planning

RBC : Red Blood Cell

RR : Respirasi

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan

S : Subjektif
xiv

TD : Tekanan Darah

TTV : Tanda-tanda Vital

WBC : White Blood Cell

℃ : Derajat Celcius
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi

serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk

meningkatkan sumberdaya manusia. Diera globalisasi ini, masalah kesehatan akan

semakin kompleks oleh karena berbagai macam penyakit, sehingga menuntut

peningkatan pelayanan dan kemajuan teknologi dibidang kesehatan, terutama

pada profesi keperawatan (Hidayat, 2007).

Peningkatan derajat kesehatan yang optimal setiap penduduk akan tercapai

dengan mengusahakan pelayanan yang lebih luas, lebih merata dan lebih

terjangkau. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan dan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2000).

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Perawat sebagai profesi dan

perawat sebagai profesional dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan

keperawatansesuai kompetensi dan wewenang yang dimiliki secara mandiri

maupun bekerjasama dengan anggota kesehatan lainya (Depkes RI, 2006).

Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal

24, perawat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai dasar ilmu keperawatan

yang kokoh diperoleh melalui pendidikan formal, menggunakan proses berfikir

ilmiah, melaksanakan peran dan tanggung jawab berdasarkan pengetahuan yang


2

diperoleh dari pendidikan, melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan klien dan

pelayanan kesehatan untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

Menurut Wong (2009), GNA sering juga disebut sebagai indrom nefrotik.

Sindrom nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan

permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan

kehilangan protein urinarius yang masif.

Glomerulonefritis Akut adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan

peradangan pada kapiler glomerulu yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh

dan sisa-sisa pembuangan (Suriadi, 2006).

Menurut hasil penelitian Grassman (2005), hingga akhir 2004 terdapat

1.783.000 penduduk dunia yang menjalani perawatan ginjal akibat

Glomerulonefritis. Menurut Prodjosudjadi (2006) pada tahun 2000

Glomerulonefritis adalah penyebab utama ESRD di pasien yang menjalani

hemodialisis (39,9%), diikuti oleh diabetes mellitus (17,5%) dan obstruktif ginjal

infektif penyakit (13,5%). Menurut IDAI (2010), angka kejadian

Glomerulonefritis Akut sukar ditentukan mengingat bentuk asimtomatik lebih

banyak dijumpai daripada bentuk simtomatik. Di Indonesia & Kashmir,

Glomerulonefritis Akut lebih banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi

rendah, masing-masing 68,9% & 66,9%.

Berdasarkan data dari RSUD Tarakan salah satu daerah kaltara angka

kejadian penyakit Glomerulonefritis Akut pada tahun 2012 sampai tahun 2015

tidak ditemukan, sedangkan pada bulan Juni tahun 2016 ditemukan 1 kasus.
3

Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk menyusun Laporan Tugas

Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. M dengan Glomerulonefritis

Akut di Ruang Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.”

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mendapatkan gambaran nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan

pada klien An. M dengan diagnosa medis Glomerulonefritis Akut.

1.2.2 Tujuan khusus

1) Melaksanakan proses keperawatan pada klien An. M dengan diagnosa medis

Glomerulonefritis Akut.

2) Membandingkan antara teori dengan praktik asuhan keperawatan pada An. M

dengan diagnosa medis Glomerulonefritis Akut.

3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan

proses keperawatan pada An. M dengan diagnosa medis Glomerulonefritis

Akut.

4) Melakukan pemecahan masalah pada An. M dengan diagnosa medis

Glomerulonefritis Akut.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan Laporan Tugas Akhir adalah pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien An. M dengan diagnosa medis Glomerulonefritis Akut di

Ruang Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dari tanggal 21 Juni

samapai 23 Juni 2016.


4

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan tipe studi kasus, yaitu memberi gambaran keadaan yang sedang

berlangsung dan aktual pada kasus tertentu, dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi langkah-langkah pengkajian, perumusan

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Wawancara. Memperoleh data dengan melakukan wawancara langsung pada

klien dan keluarga, menanyakan atau membuat tanya jawab yang berkaitan

dengan masalah yang di hadapi oleh klien biasa juga di sebut dengan

anamnesa. Tujuannya untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan

masalah keperawatan klien, serta untuk menjalani hubungan antara perawat

dengan klien.

2) Observasi. Mengamati prilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data

tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.

3) Pemeriksaan fisik. Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan secara

keseluruhan melalui empat tahap yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

4) Studi dokumentasi. Perolehan data dari dokumentasi yang terdapat pada

catatan perawat klien, catatan medis, catatan perawat dan catatan tim kesehatan

lainnya yang berhubungana langsung dengan kasus klien.

5. Studi kepustakaan. Pengguna kepustakaan yang dilakukan dengan cara

mempelajari literatur yang berkaitan dengan penulisan Laihan tugas akhir ini.
5

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulis yang digunakan dalam penulisan laporan ini terdiri

atas lima (5) BAB yaitu :

Bab satu yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan,

ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab dua yaitu landasan teori yang berisi tentang konsep dasar medis yang

meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi sistem pencernaan, etiologi, tanda dan

gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, pencegahan dan penatalaksanaan.

Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan penyimpangan KDM.

Bab tiga laporan kasus yang menjelaskan tentang penatalaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan post apendiktomi yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan penyimpangan

KDM.

Bab empat yaitu pembahasan yang mengurai kesenjangan antara teori dan

fakta secara sistematis yang terdapat dalam pengkajian, perumusan atau

penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan

evaluasi keperawatan.

Bab lima yaitu penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran

yang di sesuaikan dengan hal-hal yang telah di uraikan.


6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Menurut Wong (2009), GNA sering juga disebut sebagai indrom nefrotik.

Sindrom nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan

permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan

kehilangan protein urinarius yang masif.

Glomerulonefritis Akut adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan

peradangan pada kapiler glomerulu yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh

dan sisa-sisa pembuangan (Suriadi, 2006).

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa

Glomerulonefritis Akut adalah penyakit yang yang disebabkan oleh virus maupun

bakteri yang menyerang glomerulus pada ginjal yang mengakibatkan peradangan

atau inflamasi pada glomerulus dengan gejala proteinuria dan hematuria.

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Sistem Urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine

dan mengeluarkan dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama

untuk mempertahankan homeostatis. `Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal, dua

ureter, kandung kemih dan uretra.


7

Gambar 2.1 A, sisi eksternal ginjal. B, Potongan frontal ginjal kiri

Sumber : (Sloane, 2012)

Menurut Sloane (2012), anatomi ginjal sebagai berikut:

2.1.2.1 Glomerulus

Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel

berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsul bowman

bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.

1) Lapisan viseral kapsul bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel

lapisan viseral dimodifikasi menjadi podosit yaitu sel-sel epitel khusus

disekitar kapilar glomerular.

(1) Setiap sel pedosit melekat pada permukaan luar kapilar glomerulus

melalui beberapa prosesus primer panjang yang mengandung prosesus

sekunder yang disebut prosesus kaki atau pedikel.


8

(2) Predikel beinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang sama

podosit tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang

berinterdigitasi disebut filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya

sekitar 25 nm. Setiap pori dilapisi selapis membran tipis yang

memungkinkan aliran beberapa molekul dan menahan aliran molekul

lainnya.

(3) Barier filtrasi glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah

dalam kapiler glomerular dari ruang dalam kapsul bowman, Barier ini

terdiri dari endotelium kapilar, membran dasar (lamina basalis ) kapilar,

dan filtration slit.

2) Lapisan parietal kapsul bowman membentuk tipe terluar korpuskel ginjal

(1) Pada kutub vaskular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke

glomerulus dan arterio eferen keluar dari glomerulus.

(2) Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran

yang masuk ke tubulus kontortus proksimal.

2.1.2.2 Tubulus Kontortus Proksimal

Panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang

menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboid yang kaya akan

mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen

2.1.2.3 Ansa Henle

Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle

yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang tajam, dan

membalik keatas membentuk tungkai asenden ansa henle


9

1) Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan

pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas medula.

2) Nefron jukstamedular terletak di dekat medula. Nefron ini memiliki lekukan

panjang yang menjulur ke dalam piramida medula

2.1.2.4 Tubulus Kontortus Distal

Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan

membentuk segmen terakhir nefron.

1) Di sepanjang jalurnya, tubulus ini besentuhan dengan dinding arteriol aferen.

Bagian tubulus yang bersentuahn dengan arteriol mengandung sel-sel

termodifikasi yang disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai

suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium.

2) Dinding arteriol aferen yang besebelahan dengan macula densa yang

mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel jukstaglomerular.

Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk memproduksi renin.

3) Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangium salimg bekerja sama

untuk membentuk aparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan

tekanan darah.

2.1.2.5 Tubulus dan Duktus Pengumpul

Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di korteks, maka tubulus

tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul

membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk

tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks

minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal,

urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih (Ethel sloane, 2003).
10

2.1.3 Etiologi

Glomerulonefritis biasanya terjadi karena reaksi antigen – antibodi

sekunder dari infeksi streptococcus yang mengenai saluran pernapasan atas atau

kulit dan sering kali pada anak-anak usia sekolah. Laki-laki lebih tinggi daripada

wanita. Kuman penyebab A. Beta hemolytic streptococcus, yang sering ialah

pharyngitis dan impetigo (Nursalam, 2008).

2.1.4 Patofisiologi

Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebukan lekosit dan

proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang

bowman. Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon

terhadap imunologi yang terjadi dengan adanya mikroorganisme, yaitu

streptococcus. Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks

yang menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding

kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan

menurunkan filtrasi glomerulus, insufficiensi renal dan perubahan permeabilitas

kapiler. Sehingga molekul yang besar seperti protein diekskresikan dalam urine

(Suriadi, 2006).

2.1.5 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis menurut Suriadi (2006) sebagai berikut:

1) Riwayat infeksi saluran napas atas atau otitis media.

2) Hematuria (darah dalam urine).

3) Proteinuria (protein dalam urine).

4) Edema.

5) Menurunnya output urine (pengeluaran air kemih).


11

6) Renal insufficienci.

7) Hipertensi.

8) Fatique (keletihan atau kelemahan).

9) Mungkin demam.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik menurut Suriadi (2006) sebagai berikut:

1) Riwayat gambaran klinis; infeksi saluran nafas sebelumnya.

2) Analisa urine, peningkatan sel darah merah (RBC).

3) Bun dan creatinin meningkat.

4) Menurunnya Hb dan hematokrit karena delution.

5) Kultur sampel atau apusan dari alat pernafasan bagian atas untuk identifikasi

mikroorganisme.

6) Biopsi ginjal.

2.1.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Suriadi (2001) adalah sebagai berikut :

1) Penatalaksanaan cairan dan elektrolit.

2) Antihipertensi.

3) Diuretik.

4) Diit rendah protein pada fase akut.

Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg BB/hari).

Makanan yang dianjurkan : daging, ikan, telur maksimal 1 butir sehari, semua

kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur.

Makanan yang tidak dianjurkan : otak, ginjal, lidah, sarden, daging dan ikan
12

yang diawetkan dengan garam dapur, daging asap, bacon, dendeng, ikan

kaleng, kornet, udang kering dan telur asin.

5) Rendah garam

Makanan rendah garam diberikan 1 g/hari.

6) Kaji tanda-tanda kelebihan cairan (overload).

7) Bandingkan berat badan sebelumnya.

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi menurut Suriadi (2006) sebagai berikut:

1) Kerusakan ginjal.

2) Oliguri.

3) Ensefalopati hipertensi.

4) Protein darah rendah.

5) Gagal ginjal akut.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan

dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif keperawatan

kesehatan (Nanda, 2012).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan data yang sengaja dilakukan secara

sistematis untuk menentukan keadaan-keadaan kesehatan klien sekarang dan masa

lalu dan untuk mengevaluasi pola koping klien sekarang dan masa lalu (Nanda,

2012).
13

Menurut Nursalam (2008) mengatakan bahwa hal-hal yang perlu

dipertahankan dalam pengkajian, yaitu sebagai berikut:

1) Aktivitas / istirahat. Ditemukan gejala seperti keletihan, kelemahan dan

malaise dengan tanda kelemahan otot.

2) Sirkulasi. Ditemukan gejala hipertensi, adapun dengan tanda nadi kuat, edema

jaringan umum, adanya piting pada kaki dan telapak tangan.

3) Eliminasi. Ditemukan gejala perubahan pola berkemih, abdomen kembung,

diare atau konstipasi. Dengan tanda-tanda perubahan warna urine contoh

kuning pekat, merah, oliguria.

4) Makanan / Cairan. Ditemukan peningkatan berat badan (edema).

5) Nyeri / Ketidaknyamanan. Gejala yang ditemukan adalah nyeri tubuh dan sakit

kepala dan biasanya pasien disertai gelisah.

6) Pernapasan. Ditemukan gejala napas pendek dan ditandai dengan dispnea.

7) Keamanan. Gejala yang ditemukan adalah adanya reaksi transfusi dengan tanda

demam dan pruritus.

8) Riwayat tumbuh kembang anak menurut Wong (2008) antara lain: Pada usia

anak 1-4 tahun perkembangan motorik anak yaitu berjalan tanpa jatuh, duduk

sendiri di kursi kecil, menyusun tumpukan dengan tiga kubus. Adaptasi anak

yaitu mengeluarkan kancing dari botol, meniru coretan dengan pola lurus.

Perkembangan bahas anak yaitu dapat menggunakan sendok walaupun masih

berserakan, buang air besar dan kecil secara teratur.

9) Riwayat perkembangan fisik menurut Wong (2008) sebagai berikut:


14

1) Radius hubungan bermakna (Sullivan) yaitu individu parenteral

(tripolar).

2) Tahap psikoseksual (freud) yaitu anal-uretral.

Pada tahun kedua penyesuaian psikoseksual berfokus pada anal uretral.

Anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan

kebersihan saat BAB dan BAK.

3) Tahap psikososial (erikson) yaitu pikiran autonomi, malu dan ragu-ragu.

Anak dapat duduk, berdiri, berjalan, bermain dan minum dari botol tanpa

ditolong oleh orang tua. Pada tahap ini mulai terjadi sikap malu-malu dan

ragu-ragu pada anak.

4) Tahap psikososial (piaget) yaitu pikiran praoperasional, fase

prakonseptual (berfikir transduktif, sebagai contoh, spesifik sampai

spesifik) (2 sampai 4 tahun)

5) Tahap penilaian moral (Kohlberg) yaitu tingkat prakonvensional

(pramoral) hukuman dan orientasi kepatuhan.

6) Denver

a) Psikoseksual

Anak dapat mengamati tangannya, tersenyum spontan, membalas

senyum pemeriksa dan menatap muka.

b) Motorik halus

Anak dapat mengikuti lewat garis tengah dan mengikuti ke garis

tengah.

c) Bahasa
15

Anak dapat berteriak, tertawa, ooo/aah, bersuara dan reaksi terhadap

bel.

d) Motorik kasar

Anak mampu menumpu beban pada kaki, duduk dengan kepala tegak,

kepala terangkat 90º, kepala terangkat 45º, mengangkat kepala dan

gerakan seimbang.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan cara mengidentifikasi, memfokuskan

dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual

dan resiko tinggi (Doengoes,2013).

Tipe diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2008) dibagi menjadi lima antara

lain:

1) Diagnosa keperawatan aktual (aktual nursing diagnosa).Diagnosa keperawatan

aktual adalah diagnosa yang menyajikan keadaan klinis yang telah

divalidasikan melalui batasan karakteristik yng diidentifikasi.

2) Diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi (risk and high-risk nursing

diagnosis). Diagnosa keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang

individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami

masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau

hampir sama.

3) Diagnosa keperawatan sejahtera (wellness nursing diagnoses). Diagnosa

keperawatan sejahtera adalah penilaian klinis mengenai individu, kelompok,


16

atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus/tertentu ketingkat

kesehatan / kesejahteraan yang lebih baik.

4) Diagnosa keperawatan sindroma (syndroma nursing diagnoses). Diagnosa

keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan yaang terdiri dari

sekelompok diagnosis keperawatan aktual atau resiko, yang diduga akan

muncul karena suatu kejadian atas situasi tertentu.

5) Diagnosa keperawatan kemungkinan (possible nursing diagnoses). Merupakan

pernayataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tamabahan

dengan harapan masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih

diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala adanya faktor resiko

(Padila, 2012).

Menurut Suriadi (2006) bahwa diagnosa yang dapat muncul pada teori

diantaranya :

1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya output urine

(pengeluaran air kemih) dan perubahan osmolar karena kehilangan protein.

2) Tidak toleran terhadap aktivitas sehubungan dengan fatique

(kelelahan/keletihan).

3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat

aktivitas.

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pembatasan cairan, diit dan hilangnya protein.


17

5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan hospitalisasi.

2.1.3 Rencana Keperawatan

Menurut Doenges (2013) mengatakan bahwa perencanaan keperawatan sebagai

berikut :

Perencanaan adalah bukti tertulis dari dua atau tiga proses keperawatan yang

mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien, tujuan/hasil perawatan dan

intervensi untuk hasil yang diharapkan dan menangani masalah atau kebutuhan

klien.

Perencanaan dan diagnosa keperawatan pada klien dengan Glomerulonefritis Akut

menurut Suryadi (2006) sebagai berikut:

2.1.3.1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya output urine

(pengeluaran air kemih) dan perubahan osmolar karena kehilangan

protein.

Tujuan: mempertahankan status cairan dalam batas normal.

Intervensi:

1) Memonitor intake dan output cairan dalam batas normal.

Rasional: keseimbangan antara intake dan output akan mengetahui

masukan dan berhubungan dengan ginjal.

2) Auskultasi bunyi napas setiap pergantian dinas atau sesuai kondisi

Rasional: mengetahui adanya penumpukan cairan pada dada.


18

3) Monitor tekanan darah setiap 6 jam

Rasional: untuk mendeteksi gejala perubahan tekanan darah.

4) Pembatasan cairan sesuai program

Rasional: membatasi masukan cairan dan mengurangi edema.

2.1.3.2 Tidak toleran terhadap aktivitas sehubungan dengan fatique

(kelelahan/keletihan).

Tujuan: mencegah fatique (kelelahan/keletihan)

Intervensi :

1) Kaji pola istirahat dan tidur selama hospitalisasi

Rasional: mengetahui waktu istitahat klien saat berada di rumah sakit.

2) Tirah baring 2-3 minggu

Rasional:

3) Atur jadwal aktivitas atau interval yang tidk menyebabkan gangguan

istirahat tidur.

Rasional: dengan jadwal yang yang terjadwal menyediakan energi

untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat

meningkatkan stress pada ginjal.

4) Berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan tingkat energi anak

Rasional: membantu agar klien tidak merasa bosan saat di rumah

sakit.

2.1.3.3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya

tingkat aktivitas.
19

Tujuan: mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

1) Kaji edema dan tinggikan ekstremitas “pitting” edema

Rasional: edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada

tubuh.

2) Kaji tanda dan gejala potensial atau aktual kerusakan kulit

Rasional: mendeteksi tanda yang sudah terjadi atau yang akan terjadi.

3) Pertahankan kebersihan perseorangan; mandi setiap hari, penggunaan

pelembab kulit, dan ganti alat tenun setiap hari.

Rasional: menurunkan tekanan pada edema dan menghilangkan

kering.

4) Rubah posisi setiap 2 jam jika memungkinkan.

Rasional: menurunkan tekanan pada edema.

5) Penggunaan matras yang lembut

Rasional: mengurangi edema dan mencegah terjadinya kerusakan

pada integritas kulit.

2.1.3.4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pembatasan cairan, diit dan hilangnya protein.

Tujuan: meningkatkan status nutrisi

Intervensi:

1) Menimbang berat badan setiap hari.

Rasional: mengetahui status gizi pasien.

2) Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap pergantian dinas untuk

monitor dehidrasi.
20

Rasional: mengetahui apakah terjadi kelbihan atau kekurangan cairan.

3) Diperbolehkan membawa makanan dari rumah yang disukai anak

dengan sesuai diit.

Rasional: memungkinkan anak untuk makan jika tidak menyukai

makanan dari rumah sakit.

4) Pertahankan pembatasan sodium dan cairan sesuai dengan program.

Rasional: mengurangi masukan garam dan cairan.

5) Makanan dengan rendah protein pada fase akut.

Rasional: mengurangi masukan konsumsi protein.

6) Pantau BUN dan creatinine untuk pertimbangan pemberian protein.

Rasional: memantau terjadinya perubahan dan mengevaluasi

perubahan.

2.1.3.5 Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan

hospitalisasi.

Tujuan: mengurangi kecemasan anak dan orang tua.

Intervensi:

1) Kaji tanda dan gejala kecemasan.

Rasional: mengetahui adanya tanda dan gejala kecemasan.

2) Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan dan jawab pertanyaan

dengan jelas dan jujur.

Rasional: mengurangi beban psikologi dan menyalurkan aspek

emosional secara efektif dan benar.

3) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.
21

Rasional: dapat meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga dapat

mengurangi kecemasan.

4) Ajarkan dan ijinkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan.

Rasional: dengan berpartisipasi diharapkan kecemasan orang tua

berkurang.

2.1.4 Implementasi

Tindakan keperawatan (implementasi) adalah perskripsi untuk perilaku

positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yanng harus dilakukan oleh

perawat sesuai dengan apa yang direncanakan (Doengoes, 2013)

Tipe-tipe tahap pelaksanaan:

1) Independen

Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan

oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan

lainnya.

Tipe tindakan independen keperawatan dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu:

(1) Tindakan diagnostik meliputi wawancara, observass, pemeriksaan fisik

dan melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana

(2) Tindakan terapeutik merupakan tindakan yang ditujukan mengurangi,

mencegah dan mengatasi masalah klien.


22

(3) Tindakan edukatif merupakan tindakan yang ditujukan untuk merubah

perilaku klien melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan pada

klien.

(4) Tindakan merujuk lebih ditekankan pada kemampuan perawat dalam

mengambil suatu keputusan klinik tentang keadaan klien dan kemampuan

untuk melakukan kerjasaam dengan tim kesehatan lainnya.

2) Interdependen

Merupakan tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang

memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.

3) Dependen

Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.

Tindakaan tersebut menendakan suatu cara dimana tindakan medis

dilaksanakan. Dalam hal ini perawat sebagai pelaksana asuahan keperawatan

yaitu memberikan pelayanan dengan menggunakan proses keperawatan.

2.1.5 Evaluasi

Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item

atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau menentukan apakah hasilnya sudah

tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Doenges, 2000).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah tahap

akhir dari proses keperawatan dengan mengamati perilaku klien untuk


23

membandingkan hasil akhir dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah dibuat

dalam jangka waktu yang ditentukan.

Menurut Nursalam (2008), ada 2 komponen pada evaluasi tindakan keperawatan,

yaitu:

1) Evaluasi proses (formatif). Merupakan efektifitas dari proses keperawatan dan

hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi formatif terus-

menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.

2) Evaluasi Hasil (sumatif). Merupakan perubahan perilaku atau status kesehatan

klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi dilaksanakan pada

akhir tindakan keperawatan paripurna.


24

2.1.6 Penyimpangan KDM teori


Infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus

Peningkatan permeabilitas membran

Protein dan albumin keluar

Proteinuri

Hipoalbuminemia Albumin plasma IgM

Hipovolemia Imunitas

Aliran darah ginjal

sekresi aldosteron sekresi ADH

Reabsorbsi Na Reabsorbsi air

Edema Oliguria

Perubahan status
kesehatan Kerusakan Kelebihan
integritas volume cairan
kulit
Kecemasan
Retensi cairan di abdomen
Mual muntah
Nutrisi kurang dari Anoreksia
kebutuhan tubuh
Pembentukan eritrosit
Hb
Intoleran aktivitas
Price & Wilson (2002)

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM Teori


25

BAB 3

LAPORAN KASUS

Dalam Bab ini penulis mengemukakan hasil dari pelaksanaan asuhan

keperawatan dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi pada An. M dengan diagnosa medik

Glomerulonefritis Akut di ruang perawatan Anak Anggrek B Rumah Sakit Umum

Daerah Tarakan dimulai dari tanggal 21 sampai 23 Juni 2016.

Adapun pelaksanaan asuhan dilakukan tahap demi tahap yang dimulai dari

pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, implementasi dan evaluasi.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien

Klien bernama An. M, tempat tanggal lahir ; Tarakan, 5 Mei 2014 dengan

usia 2 tahun 1 bulan, jenis kelamin perempuan, agama kristen protestan, alamat

Jalan P. Haji Iskandar RT 13, masuk rumah sakit pada tanggal 20 juni 2016,

tanggal pengkajian 21 juni 2016, dengan diagnosa medik Glomerulonefritis Akut.

3.1.2 Penanggung Jawab

Nama penanggung jawab Ny. M, umur 30 tahun, pendidikan terakhir

SMA, agama kristen protestan, pekerjaan IRT, alamat Jalan P. Iskandar RT. 13.

3.1.3 Keluhan Utama

Saat dikaji pada tanggal 21 juni 2016 ibu klien mengatakan saat anaknya

buang air kecil kencingnya berdarah dan berwarna kemerahan.


26

3.1.4 Riwayat Kesehatan

3.1.4.1 Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan kencing anaknya berwarna keruh, ibu klien

mengatakan kelopak mata anaknya membengkak, saat pagi kelopak mata anaknya

bertambah bengkak, ibu klien mengatakan anaknya sering pusing, ibu klien

mengatakan tidak mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya, terdapat urine

tampung berwarna keruh, terpasang infus D5-1/2Ns dengan tetesan 9 tetes

permenit.

3.1.4.2 Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Prenatal Care

Ibu klien mengatakan memeriksakan kehamilan sekali setiap bulan ke

puskesmas, ibu klien mengatakan keluhan saat hamil adalah mual, muntah dan

pusing selama hamil, ibu klien mengatakan selama hamil tidak ada

mengkonsumsi obat-obatan, ibu klien mengatakan tidak pernah terkena sinar, ibu

klien mengatakan berat badan naik 10 kg selema hamil, ibu klien mengatakan

mendapatkan imunisasi TT 2 kali, ibu klien mengatakan mempunyai golongan

darah O.

2) Natal

Ibu klien mengatakan melahirkan di rumah sakit, ibu klien mengatakan

lama persalinan 4 jam dengan persalinan normal, ibu klien mengatakan penolong

saat bersalin adalah bidan di rumah sakit, ibu klien mengatakan tidak diberikan

perangsang saat persalinan, ibu klien mengatakan tidak ada komplikasi saat

melahirkan.
27

3) Post Natal

Ibu klien mengatakan berat badan anaknya saat lahir 3750 gram dengan

panjang badan 51 cm, ibu klien mengatakan anaknya tidak menderita penyakit

kuning dan kebiruan saat lahir, ibu klien mengatakan anaknya pernah demam,

batuk dan pilek, ibu klien mengatakan anaknya pernah jatuh dari ranjang

sebanyak 3 kali kira-kira 6 bulan yang lalu, ibu klien mengatakan anaknya selalu

diberi obat dengan resep dokter, ibu klien mengatakan perkembangan anaknya

lebih cepat dari dua saudaranya.

3.1.4.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan orang, bapaknya dan suaminya tidak ada yang

menderita penyakit jantung dan hipertensi.

3.1.5 Genogram

? ? ?

? ? ? ? 28 ? ? ? ? 30 ? ?

7 2

Bagan 3.1 Genogram keluarga An. M


28

Keterangan :

: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan ? : tidak diketahui

: garis keturunan : klien

: meninggal ------ : tinggal serumah

3.1.6 Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Reaksi setelah


Pemberian pemberian
1 BCG 3 hari setelah Demam dan
lahir terdapat seperti
bisul kecil
2 DPT 2-11 bulan Demam

3 Polio 0-11 bulan Tidak terjadi


diare
4 Campak 0-11 bulan -

5 Hepatitis 9-11 bulan -

Tabel 3.1 Pemberian Imunisasi

3.1.7 Riwayat tumbuh kembang

3.1.7.1 Pertumbuhan Fisik

Setelah dilakukan pengkajian pada An. M penulis mendapatkan data berat

badan klien 11 kg, tinggi badan klien 90 cm, waktu tumbuh gigi 8 bulan, dan gigi

belum ada yang tanggal.

3.1.7.2 Perkembangan Tiap Tahap


29

Ibu klien mengatakan anaknya berguling saat usia 4 bulan, duduk pada

usia 6 bulan, merangkap pada usia7 bulan, berdiri pada usia 8 bulan, berjalan pada

usia 9 bulan, senyum kepada orang lain pertama kali pada usia 2 bulan, bicara

pertama kali pada usia 7 bulan dan belum bisa berpakaian tanpa bantuan.

3.1.8 Riwayat Nutrisi

3.1.8.1 Pemberian ASI

1) Pertama kali disusui

Ibu klien mengatakan setelah bayinya lahir langsung diberikan ASI.

2) Cara pemberian

Ibu klien mengatakan memberikan ASI setiap kali bayi menangis.

3) Lama pemberian

Ibu klien mengatakan memberikan ASI sampai anaknya berusia 1

tahun 6 bulan.

3.1.8.2 Pemberian Susu Formula

1) Alasan pemberian

Ibu klien mengatakan ASI sedikit sehingga jika meneteki anaknya

akan terasa sakit.

2) Jumlah pemberian

Ibu klien mengatakan memberikan susu formula jika anaknya minta,

kadang dihabiskan semuanya dan kadang juga hanya setengah dot.

3) Lama pemberian

Ibu klien mengatakan memberi susu formula denagn dot.


30

3.1.8.3 Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia Sampai Nutrisi Saat Ini

Usia Jenis nutrisi Lama pemberian

0-4 bulan ASI 1 tahun 6 bulan

4-12 bulan ASI, bubur saring (sampai 6 6 bulan


bulan), bubur kasar (6-8 bulan)
Saat ini Makanan yang dikonsumsi Saat usia 1 tahun 6
keluarga sehari-hari bulan sampai
sekarang
Tabel 3.2 Pola perubahan nutrisi tiap tahap sampai nutrisi saat ini

3.1.9 Riwayat Psikososial

Ibu klien mengatakan anaknya tinggal di rumah sendiri, ibu klien

mengatakan tinggal di lingkungan desa, ibu klien mengatakan rumahnya tidak ada

tangga, ibu klien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis begitupun

dengan tetangga.

3.1.10 Riwayat Spiritual

Ibu klien mengatakan anaknya ikut kegiatan sekolah minggu di gereja tempat

beribadah.

3.1.11 Reaksi Hospitalisasi

Ibu klien mengatakan membawa anaknya ke rumah sakit karena anaknya

kencing berdarah, ibu klien mengatakan dokter sudah menceritakan kondisi

anaknya, ibu klien mengatakan perasaan saat ini cemas terhadap kondisi anaknya,

ibu klien mengatakan selalu menemani anaknya di rumah sakit, ibu klien

mengatakan tinggal bersama 2 anaknya, suami dan sepupu, klien terlihat takut dan

bahkan sering menangis jika didatangi oleh dokter maupun perawat.


31

3.1.12 Aktivitas sehari-hari

1) Nutrisi

a. Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan selera makan anaknya baik, ibu klien

mengatakan anaknya senang mengkonsumsi ikan goreng, sayur kangkung

tumis dan tempe goreng, ibu klien mengatakan anaknya makan 3 kali

sehari, iu klien mengatakan tidak ada makanan pantangan untuk anaknya,

ibu klien mengatakan tidak ada pembatasan pola makan untuk anaknya,

ibu klien mengatakan memberi makan anaknya dengan cara disuapi, ibu

klien mengatakan selalu mengingatkan anaknya untuk berdoa sebelum

makan.

b. Saat Sakit

Ibu klien mengatakan selera makan anaknya baik, ibu klien

mengatakan anaknya makan sayur, bubur dan diet dari gizi dengan porsi

dihabiskan, ibu klien mengatakan anaknya makan 3 kali sehari, ibu klien

mengatakan ada pembatasan cairan dan konsumsi makanan yang

mengandung garam.

2) Cairan

a. Sebelum Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya senang minum air putih, ibu

klien mengatakan anaknya minum 7-8 gelas perhari.

b. Saat Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya senang minum air putih, ibu

klien mengatakan anaknya minum 3 gelas perhari, terpasang cairan infus

D5-1/2Ns (500 ml).

3) Eliminasi
32

a. BAB

a) Sebelum Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya BAB di WC, ibu klien

mengatakan anaknya BAB 1-2 kali sehari, ibu klien mengatakan tidak ada

kesulitan dalam BAB dan tidak menggunakan obat pencahar.

b) Saat Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya belum BAB selama dirawat di

rumah sakit.

b. BAK

a) Sebelum Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya BAK 5-7 kali sehari, ibu

klien mengatakan anaknya BAK di WC, ibu klien mengatakan warna urine

kekuningan dan tidak ada kesulitan BAK.

b) Saat Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya BAK 4 kali sehari, ibu klien

mengatakan anaknya BAK di pampers, ibu klien mengatakan kemarin

warna urine anaknya merah dan hari ini berwarna keruh, ibu klien

mengatakan anaknya tidak mengalami kesulitan BAK, terdapat urine

tampung 55 cc.

4) Istirahat Tidur

a. Sebelum Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya tidur siang selama kurang

lebih 1 ½ jam pada jam 13.00 sampai 14.30, ibu klien mengatakan

anaknya tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 06.00, ibu klien

mengatakan sebelum tidur menganjurkan anaknya untuk berdoa, ibu klien

mengatakan anaknya tidak mengalami kesulitan tidur.

b. Saat Sakit. Ibu klien mengatakan anaknya tidur malam pada jam 21.00

sampai jam 06.00 pagi, ibu klien mengatakan sebelum tidur menganjurkan
33

anaknya untuk berdoa terlebih dahulu, ibu klien mengatakan anaknya tidak

mengalami kesulitan tidur.

5) Personal Hygiene

a. Sebelum Sakit. Ibu klien mengatakan memendikan anaknya 2 kali sehari,

ibu klien mengatakan menggunting kuku anaknya jika sudah panjang, ibu

klien mengatakan anaknya masih diajar untuk gosok gigi.

b. Saat Sakit. Ibu klien mengatakan hanya menyeka anaknya 1 kali sehari,

ibu klien mengatakan anaknya tidak menggosok gigi di rumah sakit.

6) Aktivitas mobilitas fisik

a. Sebelum sakit. Ibu klien mengatakan anaknya senang bermain masak-

masakan, ibu klien mengatakan anaknya tidak menggunakan alat bantu

aktivitas, ibu klien mengatakan anaknya tidak mengalami kesulitan gerak.

b. Saat sakit. Ibu klien mengatakan saat di rumah sakit anaknya hanya di

ranjang dan berjalan di sekitar ruang perawatan, ibu klien mengatakan

anaknya tidak menggunakan alat bantu aktivitas, ibu klien mengatakan

tidak ada kesulitan pergerakan tubuh.

3.1.13 Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis

2) Tanda-tanda vital

(1) Suhu : 35,6 C

(2) Nadi : 98 x permenit

(3) Respirasi : 21 x permenit

(4) Tekanan darah : 100/80 mmHg

3) Antropometri
34

(1) Tinggi badan : 90 cm

(2) Berat badan : 11 kg

(3) Lingkar lengan atas : 12 cm

4) Lingkar kepala : 36 cm

5) Lingkar dada: 39 cm

6) Lingkar perut: 40 cm

7) Pemeriksaan fisik

(1) Sistem pernapasan

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan inspeksi yaitu hidung

simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret, tidak ada polip, septum

berada di tengah, tidak ada perdarahan, tidak ada lesi, serta

patensi jalan napas baik, tidak ada nyeri tekan pada sinus dan

tidak ada deformitas pada hidung. Bentuk dada normo chest,

pengembangan dad simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi

dinding dada, tidak menggunakan otot bantu pernapasan,

dilakukan perkusi pada paru terdengar bunyi sonor, pada saat

diperkusi pada paru terdengar bunyi sonor, Pada saat dilakukan

pemeriksaan dengan cara auskultasi terdengar bunyi pernapasan

vesikuler di semua lapang paru.

(2) Sistem kardiovaskuler

Bentuk dada normo chest, saat dilakukan palpasi tidak ada

nyeri tekan, ictus cordis teraba kuat di daerah intercosta 4 mid

klavikula sinistra. Pada saat diperkusi pada paru terdengar bunyi

sonor, jantung dalam batas normal, tidak terjadi pembesaran


35

jantung, batas jantung ics 2-3, batas kanan jantung linea sternalis

sinistra, batas kiri jantung linea mid klavikula sinistra, batas

bawah jantung intercosta 4-5. Batas kanan jantung linea sternalis

sinistra, batas kiri jantung linea mid klavikula sinistra, batas

bawah jantung intercosta 4-5.

(3) Sistem pencernaan

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mulut

tampak kotor, tidak ada tonsilitis, bibir klien lembab, tidak ada

lesi dan tidak ada kelainan pada mulut dan bibir, bentuk perut

agak buncit, umbilikus menonjol, tidak ada lesi, tidak ada

benjolan. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar bising usus 8

kali permenit. Pada saat dilakukan palpasi tidak terdapat

pembesaran hati, tidak terdapat nyeri tekan maupun lepas. Pada

saat dilakukan perkusi terdengar bunyi timpani.

4) Sistem muskoloskeletal

Tidak ada kekakuan otot, ekstremitas atas dan bawah

dilakukan dengan cara inspeksi yaitu simetris kiri dan kanan,

klien terlihat kuat saat berjalan. Pada saat dilakukan palpasi yaitu

tidak terdaapat benjolan.Kekuatan otot 5 5

5 5

5) Sistem endokrin

tidak ada lesi, tidak ada benjolan atau pembesaran kelanjar.

Saat dilakukan palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran kelenjar.
36

6) Sistem integumen

Tidak ada sianosis, tidak ada bekas luka maupun operasi,

warna kulit kecoklatan, terdapat edema pada kelopak mata, saat

dipalpasi kelopak mata terasa kenyal dan turgor kulit kembali

dalam kurang dari 3 detik.

7) Sistem reproduksi

(Tidak dikaji karena ibu klien menolak)

8) Sistem perkemihan

Warna urine keruh, tidak ada distensi bladder, saat

dilakukan perkusi ginjal klien terlihat sedikit meringis.

3.1.14 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 20 Juni 2016

No Jenis Hasil Nilai rujukan

pemeriksaan

1 WBC + 16.5 x 103/ µL 4-12 ribu/mm3

2 RBC 4.59x106 µL LK:4,4-6 PR:4,0-5,5

3 HGB 11.99 dL LK:14-18;PR:12-16;


Neonatus: 15-25;
Anak: 11-14
4 HCT 34.2 % LK:40-48%;PR:37-
43%
5 MCV -74.5 fL 82-92 fL

6 MCH -25.9 pg 27-31 pg

7 MCHC 34.8 g/dL 32-37 pg


37

8 PLT 273x103/ µL 150-450 ribu/mm3

Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Pemeriksaan laboratorium Urine pada tanggal 20 Juni 2016

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

1 Kejernihan/kekeruhan Keruh Jernih


2 Sel Epitel 2-3 3-5/LPB
3 Leukosit 30-40 <5LPB
4 Eritrosit Penuh <5LPB
5 Lain-lain +
Silinder Granula
Tabel 3.4 Pemeriksaan Laboratorium Urine

3.1.15 Tumbuh kembang

1) Denver

Setelah dilakukan pengkajian pada klien An. M ditemukan data sebagai

berikut :

a) Psikoseksual

Anak dapat mengamati tangannya, tersenyum spontan, membalas senyum

pemeriksa, menatap muka, berusaha mencapai mainan, makan sendiri, tepuk

tangan, menyatakan keinginan dan daag-daag dengan tangan.

b) Motorik halus

Anak dapat mengikuti lewat garis tengah dan mengikuti ke garis tengah.

Anak dapat memegang icik-icik, tangan bersentuhan, mengikuti 180º,

mengamati manik-manik dan mengamati.

c) Bahasa
38

Anak dapat berteriak, tertawa, ooo/aah, bersuara dan reaksi terhadap bel.

Anak dapat menoleh ke bunyi icik-icik, menoleh kearah suara, satu silabel,

meniru bunyi kata-kata, papa/mama tidak spesifik dan kombinasi silabel.

d) Motorik kasar

Anak mampu menumpu beban pada kaki, duduk dengan kepala tegak,

kepala terangkat 90º, kepala terangkat 45º, mengangkat kepala dan gerakan

seimbang. Dada terangkat, menumpu beban pada kaki, bengkit kepala tegak,

duduk tanpa pegangan dan berdiri tanpa pegangan.

2) Psikoseksual fase anal-uretral

Setelah dilakukan pengkajian pada klien An. M ditemukan data anak tidak

BAB dan BAK di sembarang tempat, tapi BAB dan BAK di wc.

3) Psikososial fase malu vs ragu-ragu

Setelah dilakukan pengkajian pada An. M ditemukan data anak dapat duduk,

berdiri, berjalan, bermain dan minum dari botol tanpa ditolong oleh orang tua.

Pada saat pemeriksa berbicara dan bertanya pada klien maka klien akan

menjawab dengan ragu-ragu dan kadang klien langsung memeluk ibunya

karena merasa malu.

3.1.15 Terapi

Pada tanggal 21 Juni 2016

Oral Captopril puyer 3 mg / 12 jam

InJeksi IV Ceftriaxone 500 mg / 12 jam

Injeksi Furosemid 5 mg / 12 jam

3.1.16 Data fokus

1) Data Subjektif
39

a. Ibu klien mengatakan anaknya minum 3 gelas (± 660 cc)

b. Ibu klien mengatakan anaknya 4 kali BAK di pempers (± 440 cc)

c. Ibu klien mengatakan kelopak mata anaknya membengkak

d. Ibu klien mengatakan anaknya kecing berdarah sejak hari senin dan

berwarna merah

e. Ibu klien mengatakan hari ini kencing anaknya berwarna keruh

f. Ibu klien mengatakan anaknya belum dimandikan sejak masuk ke rumah

sakit

g. Ibu klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakit yang diderita

anaknya

h. Ibu klien mengatakan anaknya sering pusing

2) Data Objektif

a. Terpasang infus D5- ½ Ns 500 cc habis dalam 1 hari

b. Terdapat urine tampung berwarna keruh ± 55 cc

c. Kelopak mata bengkak

d. Klien tampak lemah

e. Klien tampak kusam dan kulit klien lengket

f. TTV:

Suhu : 35,6℃

Nadi : 98 x/permenit

Respirasi : 21 x/permenit

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

g. WBC : 16.500 /mm3

3.1.16 Analisa Data


40

1) tanggal 21 Juni 2016

1) Data subjektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya minum 3 gelas (± 660 cc).

b. Ibu klien mengatakan anaknya 3 x BAK dipampers ± 440 cc

c. Ibu klien mengatakan kelopak mata anaknya membengkak

2) Data objektif

a. Terpasang infus D5- ½ Ns habis dalam satu hari

b. Terdapat urine tampung ± 55 cc berwarna keruh

c. Kelopak mata bengkak

3) Masalah : Kelebihan volume cairan

4) Penyebab : Retensi urine

2) tanggal 21 Juni 2016

1) Data subjektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya sering pusing

2) Data Objektif

a. 100/80 mmHg

3) Masalah : Perubahan perfusi jaringan ginjal

4) Penyebab : Injury imunologik pada ginjal

3) tanggal 21 Juni 2016

1) Data subjektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya kencing berdarah sejak hari senin dan

berwarna merah

b. Ibu klien mengatakan hari ini kencing anaknya berwarna keruh

2) Data objektif
41

a. TTV

S : 35,6℃

N : 98 x/permenit

R : 21 x/permenit

TD: 100/80 mmHg

b. Leukosit : 16.500 mm3

3) Masalah : Resiko tinggi infeksi

4) Penyebab : Perubahan status imun, proses penyakit.

4) tanggal 21 Juni 2016

1) Data subjektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya belum dimandikan sejak masuk ke

rumah sakit.

2) Data objektif

a. Klien tampak kusam dan kulit lengket

3) Masalah : Defisit perawatan diri

5) Pengelompokan data 5 pada tanggal 21 Juni 2016

1) Data subjektif

Ibu klien mengatakan tidk mengerti tentang penyakitnya

2) Data objektif

3) Masalah : Kurang pengetahuan

4) Penyebab : kurang terpajan informasi


42

3.1.17 Penyimpangan KDM (Berdasarkan Kasus)

Infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus

Degenerasi peradangan glomerulus

Protein dan albumin keluar

Proteinuri

Hipoalbuminemia Albumin plasma IgM

Hipovolemia Imunitas

Resiko infeksi
Aliran darah ginjal

Perubahan perfusi
jaringan ginjal
Sekresi aldosteron Sekresi ADH

Stimulasi jaringan tubuler Stimulasi duktus kolektifus

Reabsorbsi Na Rebsorbsi air

Oliguri

Edema anasarka

Retensi di abdomen Perubahan status kesehatan


Kelebihan volume
Haemotopoetik cairan
Kurang
Hb (-) pengetahuan
kelemahan
Defisit
perawatan diri

Bagan 3.1.17 Penyimpangan KDM Kasus


43

3.2 Diagnosa keperawatan

1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi urine

2) Perubahan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan injury imunologik pada

ginjal.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perubahan status imun, proses

penyakit.

4) Defisit perawatan diri personal hygiene berhubungan dengan kelemahan.

5) Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan dengan kurang

terpajan informasi.

3.3 Perencanaan

1) Diagnosa keperawatan 1

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya output urine

(pengeluaran air kemih) dan perubahan osmolar karena kehilangan protein.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan pasien akan mempertahankan keseimbangan antara intake dan

output dengan kriteria hasil : kelopak mata tidak bengkak dan dapat

mempertahankan balance cairan.

Intervensi :

a. Kaji edema perifer, timbang BB, ukur TTV, ukur intake dan output tiap 24

jam.

b. Auskultasi bunyi napas setiap pergantian dinas atau sesuai kondisi.

c. Batasi intake natrium dan cairan

d. Berikan diuretik sesuai anjuran

e. Kolaborasi pemberian glycosit jika dianjurkan.


44

2) Diagnosa keperawatan 2

Perubahan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan injury imunologik pada

ginjal berhubungan dengan munurunnya output dan input urine (pengeluaran

air kemih) dan perubahan osmolar karena kehilangan protein.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan tidak terjadi perubahan perfusi jaringan ginjal dengan kriteria hasil:

Ibu klien mengatakan anaknya tidak pusing dan TD dalam batas normal.

Intervensi :

a. Kaji tekanan darah tiap 6-8 jam dan perhatikan adanya edema.

b. Kolaborasi dalam pemberian obat anti hipertensi sesuai anjuran.

c. Kaji tingkat kesadaran.

3) Diagnosa keperawatan 3

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perubahan status imun, proses

penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria : warna urine normal dan TTV

dalam batas normal.

Intervensi :

a. Monitor suhu tubuh

b. Beri kompres hangat bila demam

c. Anjurkan mencuci tangan secara teratur sebelum dan saat memegang

makanan dan setelah toileting.

c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

4) Diagnosa keperawatan 4
45

Defisit perawatan diri tenatng personal hygiene berhubungan dengan

kelemahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapka masalah defisit perawatan diri teratasi dengan kriterias hasil : klien

tampak bersih.

Intervensi :

a. Kaji kebutuhan klien

b. Bantu penuhi kebutuhan ADL klien.

c. Latih pasien melakukan kegiatan mandiri.

5) Diagnosa keperawatan 5

Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan dengan kurang

terpajan informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan kurang pengetahuan orang tua klien tentang penyakit dapat teratasi

dengan kriteria hasil : Orang tua klien mengerti tentang Glomerulonefritis

Akut.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien.

b. Beri informasi tentang Glomerulonefritis Akut

c. Berikan kesempatan kepada kedua orang tua untuk bertanya.

3.4 Implementasi

Setelah penulis menyusun perencanaan, menentukan tujuan, dan membuat

kriteria hasil, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan perencanaan yang


46

di susun penulis untuk pelaksanaan tindakan keperawatan pada An. M dengan

diagnosa medik Glomerulonefritis Akut adalah sebagai berikut :

Hari dan tanggal: Selasa, 21 Juni 2016.

3.4.1 Kelebihan volume cairan

1) Pukul 08 : 30 Wita

Mengkaji edema perifer, menimbang berat badan, megukur TTV, mengukur

intake dan output.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya tadi minum 1 gelas (220 cc); ibu

klien mengatakan anaknya BAK 1 kali (110 cc).

b. Objektif : terdapat edema pada kelopak mata, BB : 11 kg, TD : 100/80

mmHg, Nadi : 98 x/permenit, Suhu : 35,6 ℃, Pernapasan : 21 x/permenit.

2) Pukul 08 : 32 Wita

Membatasi intake natrium dan cairan.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan dokter menyuruh untuk membatasi

minum dan cairan infus juga konsumsi garam.

b. Objektif : Cairan infus masuk 250 cc.

3) Pukul 14 : 00 Wita

Mengkaji edema perifer, menimbang berat badan, mengukur intake dan

output.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya minum 1 gelas (120 cc), ibu

klien mengatakan anaknya BAK 1 kali (110 cc).

b. Objektif :terdapat edema pada kelopak mata, TD : 100/70 mmHg, Nadi :

100 x/menit, Suhu : 35,9 ℃ dan Pernapasan : 20 x/permenit.

4) Pukul 16 : 00
47

Memberikan obat diuretik (injeksi Furosemide 5 cc)

a. Subjektif : -

b. Objektif : Klien menangis saat diberikan injeksi furosemide.

5) Pukul 19 : 00 Wita

Auskultasi bunyi napas

a. Subjektif : -

b. Objektif : Terdengar vesikuler.

3.4.2 Perubahan perfusi jaringan ginjal

1) Pukul 09 : 00 Wita

Mengukur tekanan darah.

a. Subjektif : -

b. Objektif : TD : 100/80 mmHg.

2) Pukul 09 : 12

Mengkaji tingkat kesadaran.

a. Subjektif : -

b. Objektif : Kesadaran composmentis.

3) Pukul 16 : 00 Wita

Mengukur tekanan darah.

a. Subjektif : -

b. Objektif : 100/70 mmHg

3.4.3 Resiko tinggi

1) Pukul 09 : 20 Wita

Mengukur suhu tubuh.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya tidak demam.


48

b. Objektif : Suhu 36,2 ℃

2) Pukul 09 : 22

Anjurkan mencuci tangan secara teratur sebelum dan saat memegang makanan

dan setelah toileting.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan akan sering mencuci tangan anaknya

sebelum dan sesudah makan dan setelah dari wc.

b. Objektif : Ibu klien tempak mengangguk.

3) Pukul 20 : 00 Wita

Mengukur suhu tubuh.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya tidak demam.

b. Objektif : Suhu : 36,0℃

3.4.4 Defisit perawatan diri

1) Pukul 09 : 22

Mengkaji kebutuhan klien.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya belum mandi selama dirawat di

rumah sakit.

b. Objektif : Klien tampak kotor.

2) Pukul 09 : 30

Bantu penuhi kebutuhan ADL klien

a. Subjektif : -

b. Objektif : Membantu ibu klien untuk memakaikan pakaian pada klien.

Klien terlihat rapi.

3.4.5 Kurang pengetahuan

1) Pukul 13 : 00
49

Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua klien.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya, ibu

klien mengatakan hanya tahu kalau ginjal anaknya bermasalah.

b. Objektif : -

2) Pukul 13 : 30

Memberikan kesempatan kepada orang tua / keluarga untuk bertanya.

a. Subjektif : Orang tua klien mengatakan mengapa kelopak mata anaknya

bengkak.

b. Objektif : Ibu klien terlihat memegang kelopak mata anaknya.

Hari dan tanggal: Rabu, 22 Juni 2016.

3.4.1 Kelebihan volume cairan

1) Pukul 08 : 00 Wita

Mengkaji edema perifer, menimbang berat badan, mengukur TTV, menghitung

intake dan output.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya minum 1 gelas (220 cc).

b. Objektif : terdapat edema pada kelopak mata, TTV : TD ; 110/70 mmHg,

Nadi ; 93 x/permenit, Suhu ; 36,1 ℃, Pernapasan ; 20 x/permenit, berat

badan 13 kg. Balance cairan : Input – Output – IWL

Input : 220 + 250 + 120 + 220 + 200 + 220 = 1.230 cc.

Output : 110 + 110 + 110 = 330 cc.

IWL : 30 – 2 x umur dalam tahun = 56.

Balance cairan : 1.230 – 330 – 56 : + 856

2) Pukul 14 : 00 Wita
50

Mengkaji edema perifer, menimbang berat badan, mengukur TTV, menghitung

intake dan output.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya minum 2 gelas (440 cc) dan ibu

klien mengatakan anaknya BAK kali (220 cc).

b. Objektif : terdapat edema pada kelopak mata, TTV : Nadi ; 102

x/permenit, Suhu ; 35,9℃, Pernapasan ; 19 x/permenit, cairan infus masuk

250 cc, berat badan naik 2 kg.

3) Menganjurkan keluarga untuk kompres kelopak mata yang bengkak.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan akan sering mengompres bagian kelopak

mata anaknya.

b. Objektif : Ibu klien terlihat mengerti.

4) Pukul 16 : 00

Memberikan obat diuretik (injeksi Furosemide 5 cc)

a. Subjektif : -

b. Objektif : Klien menangis saat diberikan injeksi furosemide.

5) Pukul 19 : 00

Auskultasi bunyi napas

a. Subjektif : -

b. Objektif : Terdengar vesikuler.

6) Pukul 20 : 00

Mengkaji edema perifer, menimbang berat badan, mengukur TTV, menghitung

intake dan output.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya minum 1 gelas (220 cc), ibu

klien mengatakan anknya BAK 1 kali (110 cc).


51

b. Objektif : terdapat edema pada kelopak mata, TTV : TD ; 100/80 mmHg,

Nadi ; 93 x/permenit, Suhu ; 36,4 ℃, pernapasan 20 x/permenit, infus

sudah dilepas.

3.5.2 Perubahan perfusi jaringan

1) Pukul 20 : 00

Mengukur tekanan darah

a. Subjektif : ibu klien mengatakan anaknya tidak pusing.

b. Objektif : TD : 100/70 mmHg.

2) Pukul 20 : 10

Mengkaji tingkat kesadaran.

Subjektif : -

Objektif : Composmentis.

3) Pukul 20 : 40

Memberikan obat anti hipertensi (Kaptopril puyer).

Subjektif : -

Objektif : klien meminum obat yang diberikan.

3.5.3 Resiko tinggi terhadap infeksi

1) Pukul 08 : 13 Wita

Mengukur suhu tubuh.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anknya tidak demam.

b. Objektif : Suhu : 35,9℃

2) Pukul 08 : 45

Anjurkan mencuci tangan secara teratur sebelum dan saat memegang makanan

dan setelah toileting.


52

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan akan sering mencuci tangan anaknya

sebelum dan sesudah makan dan setelah dari wc.

b. Objektif : Ibu klien tempak mengangguk.

3) Pukul 18 : 00 Wita

Mengukur suhu tubuh

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya tidak demam.

a. Objektif : Suhu : 36,1℃

3.5.4 Defisit perawatan diri

1) Pukul 07 : 50 Wita

Membantu memenuhi kebutuhan ADL klien (Personal hygiene)

a. Subjektif : -

b. Objektif : Membantu klien memakai menyeka dan memakaikan baju pada

klien. Klien terlihat bersih dan kulit tidak lengket.

3.5.5 Kurang pengetahuan

1) Pukul 11 : 00 Wita

Memberikan informasi tentang Glomerulonefritis Akut

a. Subjektif : -

b. Objektif : Ibu klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, diet dan tindakan pada perawatan.

Hari dan tanggal : Kamis, 23 Juni 2016

3.5.1 Kelebihan volume cairan

1) Pukul 08 : 00 Wita

Menimbang berat badan, mengukur TTV, menghitung intake dan output.


53

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya minum 4 gelas (440 cc), ibu

klien mengatakan anaknya BAK 6 kali (660 cc).

b. Objektif : edema pada kelopak mata berkurang, TTV : Nadi ; 97

x/permenit, Pernapasan : 20 x/permenit, BB : 11 kg. Blance cairan : input :

1100 – 770 – 56 = + 274 cc.

2) Pukul 08 : 20

Membantu ibu klien untuk kompres.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan bengkak pada kelopak mata anaknya

berkurang.

b. Objektif : Bengkak berkurang.

3.5.2 Perubahan perfusi jaringan ginjal

1) Pukul 08 : 20

Mengukur tekanan darah

a. Subjektif : -

b. Objektif : TD ; 80/60 mmHg.

2) Pukul 20 : 00

Memberikan obat anti-hipertensi kaptopril puyer.

a. Subjektif : -

b. Objektif : Klien menghabiskan obat yang diberikan.

3.5.3 Resiko tinggi infeksi

1) Pukul 08 : 10

Mengukur suhu tubuh

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya tidak demam.

b. Objektif : Suhu ; 36,3 ℃


54

2) Pukul 08 : 30

Anjurkan mencuci tangan secara teratur sebelum dan saat memegang makanan

dan setelah toileting.

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan akan sering mencuci tangan anaknya

sebelum dan sesudah makan dan setelah dari wc.

b. Objektif : Ibu klien tempak mengangguk.

3.5.4 Defisit perawatan diri

1) Pukul : 08 : 07

Membantu penuhi kebutuhan ADL klien (personal hygiene)

a. Subjektif : Klien mengatakan dingin.

b. Objektif : Membantu menyeka dan memakaikan baju klien.

3.5.5 Kurang pengetahuan

1) Pukul : 08 : 30

Memberikan informasi tentang Glomerulonefritis Akut

a. Subjektif : Ibu klien mengatakan mengerti.

b. Objektif : Ibu klien dapat menjelaskan kembali pengertian, penyebab, tanda

dan gejala, diet dan tindakan perawatan.

3.6 Evaluasi

Setelah penulis melaksanakan perencanaa, dan langsung melakukan

evaluasi proses dari tindakan perawatan, maka langkah selanjutnya adalah

mengevaluasi setiap setiap respon dan hasil tindakan selama perawatan klien.

Untuk setiap evaluasi hasil dari tindakan perawatan pada An. M dengan diagnosa

medis Glomerulonefritis Akut adalah sebagai berikut :

Hari dan tanggal: Rabu, 22 Juni 2016


55

Diagnosa keperawatan 4

Pukul: 10 : 00 Wita.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan personal hygiene.

S: Ibu klien mengatakan sudah memandikan anaknya.

O: Klien tampak bersih dan kulit tidak lengket.

A: Defisit perawatan diri teratasi.

P: Intervensi dihentikan.

Hari dan tanggal: Kamis, 23 Juni 2016.

1. Diagnosa keperawatan 1

Pukul: 08 : 40 Wita.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi urine.

S : Ibu klien mengatakan anaknya minum 2 gelas (440 cc), ibu klien

mengatakan anaknya BAK 6 kali ( 660 cc).

O : Berat badan turun 2 kg dan kelopak mata tidak bengkak, balance cairan

274 cc.

A : Kelebihan volume cairan teratasi

P : Intervensi dihentikan.

2. Diagnosa keperawatan 2

Pukul: 09 : 00 Wita.

Perubahan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan injury injury

imunologik pada ginjal.

S : Ibu klien mengatakan anknya tidak pusing.

O: Tekanan darah : 80/60 mmHg dalam batas normal.

A: Perubahan perfusi jaringan ginjal teratasi.


56

P : Intervensi dihentikan.

3. Diagnosa keperawatan 3

Pukul: 09 : 15 Wita.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perubahan status imun, proses

penyakit.

S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak demam.

O : Suhu : 36,3 ℃

A : Infeksi tidak terjadi

P : Intervensi dihentikan.

4.. Diagnosa keperawatan 5

Pukul: 09 : 22 Wita.

Kurang pengetahuan tentang penyakit.

S : Ibu klien mengatakan mengerti.

O : Ibu klien mengerti dan dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab,

menyebutkan kembali 5 dari 7 tanda dan gejala, menyebutkan 3 diet, dan

menyebutkan 3 dari 4 penatalaksanaan Glomerulonefritis Akut.

A : Kurang pengetahuan teratasi

P : Intervensi dihentikan.
57

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis membahas tentang kesenjangan antara landasan teori

dan praktek yang meliputi etiologi dan asuhan keperawatan pada klien An. M

dengan diagnosa medik Glomerulonefrotis Akut diruang perawatan Anggrek B

Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dengan teori yang ada. Dalam pembahasan

asuhan keperawatan ini penulis menggunakan lima tahap proses keperawatan

yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Menurut Nursalam (2008) mengatakan bahwa hal-hal yang perlu

dipertahankan dalam pengkajian, yaitu sebagai berikut:

1) Aktivitas / istirahat

Ditemukan gejala seperti keletihan, kelemahan dan malaise dengan tanda

kelemahan otot.

Pada klien An. M tidak ditemukan gejala keletihan dan malaise dan juga tidak

terdapat tanda kelemahan otot. Sedangkan pada klien dapat berjalan di sekitar

ruang perawatan dan kekuatan otot 5 pada ekstremitas atas bagian kiri dan

kanan, kekuatan otot 5 pada ekstremitas bawah bagian kiri dan kanan.

2) Eliminasi

Ditemukan gejala perubahan pola berkemih, abdomen kembung, diare atau

konstipasi. Dengan tanda-tanda perubahan warna urine contoh kuning pekat,


58

merah, oliguria. Sedangkan pada An. M tidak ditemukan gangguan eliminasi

seperti perubahan pola berkemih karena klien BAK 4 kali sehari , klien tidak

diare karena pada saar diauskultasi bising usus 9 kali permenit. Tidak

ditemukan adanya konstipasi.

3) Makanan / Cairan

Ditemukan peningkatan berat badan (edema). Pada An. M terjadi peningkatan

dan penurunan berat badan yang ditandai dengan edema pada bagian kelopak

mata. pada hari kedua berat badan naik 2 kg dan menjadi 13 kg dan edema

pada kelopak mata bertambah bengkak. Pada hari ketiga terjadi penurunan

berat badan 2 kg dari 13 kg menjadi 11 kg dan klien banyak buang air kecil.

4) Nyeri / Ketidaknyamanan

Gejala yang ditemukan adalah nyeri tubuh dan sakit kepala. Pada An. M gejala

sakit kepala dan nyeri tubuh tidak ditemukan dengan TD 80/60 mmHg.

5) Pernapasan

Ditemukan gejala napas pendek dan ditandai dengan dispnea karena terjadi

pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah. Sedangkan pada An. M

tidak terdapat gejala napas pendek karena tekanan darah 80/60 mmHg dan

pada saat dilakukan pemeriksaan tidak terjadi pembesaran jantung. Adapun

pernapasan klien 21 kali permenit.

6) Keamanan

Gejala yang ditemukan adalah adanya reaksi transfusi dengan tanda demam

dan pruritus. Pada An. M tidak ditemukan gejala reaksi transfusi karena klien
59

tidak merasakan gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh serta

suhu tubuh klien dalam batas normal yaitu 35,9 ℃.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada tahapan penyusunan diagnosa keperawatan yang timbul pada klien An.

M maka penulis menemukan kesenjangan antara diagnosa yang ada pada teori

dengan diagnosa yang ada klien An. M dengan Glomerulonefritis Akut.

Diagnosa keperawatan yang ada di dalam teori tetapi tidak ada dalam

kasus klien An. M dengan Glomerulonefritis Akut adalah tidak toleran terhadap

aktivitas, gangguan integritas kulit, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh dan kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

Tidak toleran terhadap aktivitas berhubungan dengan fatique

(kelelahan/keletihan) terdapat diteori namun tidak terdapat dikasus, karena

menurut Nanda (2012) toleran terhadap aktivitas adalah ketidakcukupan energi

psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Sedangkan pada An.

M sanggup untuk melakukan aktivitas seperti berjalan disekitar ruang perawatan

dengan kekuatan otot 5 pada ekstremitas atas bagian kiri dan kanan, kekuatan otot

5 pada ekstremitas bawah bagian kiri dan kanan.

Diagnosa selanjutnya ialah gangguan integritas kulit berhubungan dengan

gangguan status metabolik. Karena berdasarkan teori menurut Nanda (2015)

mengatakan bahwa, resiko kerusakan integritas kulit adalah beresiko mengalami

kerusakan jaringan membran mukosa, kornea, integumen, atau subkutan dengan

batasan karakteristik dengan batasan karakteristik yaitu: kerusakan jaringan (mis.,


60

kornea, membran mukosa, integumen atau subkutan) dan kerusakan jaringan.

Sedangkan pada An. M tidak ditemukan resiko kerusakan jaringan karena klien

tidak bedrest, tidak terdapat edema pada seluruh tubuh, tidak terjadi kerusakan

jaringan pada kornea, mukosa dan integumen. Diagnosa perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan pembatasan cairan, diit dan hilangnya protein.

Menurut Nanda (2012) perubahan nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk

memnuhi kebutuhan metabolik dengan batasan karakteristik: kurang minat pada

makanan, diare dan ketidakmampuan memakan makanan. Sedangkan pada An. M

nafsu makan baik, mampu memakan atau menelan makanan dan tidak menderita

diare atau konstipasi dan tidak terjadi penurunan berat badan setelah dirawat di

rumah sakit. Diagnosa keperawatan kecemasan berhubungan dengan kurang

pengetahuan dan hospitalisasi. Menurut teori Nanda (2012) kecemasan adalah

perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom,

perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya dengan batasan

karakteristik: gelisah, tampak waspada ketakutan dan gugup. Sedangkan pada An.

M dan orang tuanya tidak gelisah dan tidak takut. An. M hanya takut dan

menangis jika ditemui oleh perawat maupun dokter.

Diagnosa yang ada dikasus tetapi tidak ada diteori yaitu: Kelebihan

volume cairan berhubungan dengan retensi urine, perubahan perfusi jaringan

ginjal berhubungan dengan injury imunologik pada ginjal, resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan perubahan status imun, proses penyakit, defisit perawatan

diri personal hygiene berhubungan dengan kelemahan dan kurang pengetahuan

orang tua tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpajan informasi.


61

Diagnosa keperawatan perubahan perfusi jaringan ginjal. Menurut teori

Nanda (2015) bahwa perubahan perfusi jaringan ginjal adalah penurunan

pemberian oksigen dalam kegagalan memberi makan jaringan pada tingkat kapiler

dengan batasan karakteristik yaitu: hematuria, oliguria, elevasi penurunan BUN,

distesi abdomen, edema dan kebiru-biruan. Dari data tersebut ditemukan pada

klien An. M mengalami hematuria dan edema pada kelopak mata. Sehingga

penulis mengangkat diagnosa perubahan perfusi jaringan.

Diagnosa keperawatan selanjutnya adalah resiko tinggi infeksi. Menurut teori

Nanda (2015) bahwa resiko tinggi infeksi adalah mengalami peningkatan resiko

terserang organisme dengan batasan karakteristik yaitu: penyakit kronis,

pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogenik,

pertahanan tubuh tidak adekuat, inflamasi, prosedur infasif dan vaksinasi tidak

adekuat. Dari data tersebut ditemukan pada klien An. M adalah inflamasi pada

glomerulus yang menyebabkan hematuria.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan

aktivitas dimana ditemukan pada kasus tetapi tidak ditemukan pada teori. Karena

menurut Nanda (2015) bahwa defisit perawatan diri merupakan hambatan

kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/aktifitas perawatan diri

untuk diri sendiri. dengan batasan karakteristik : ketidakmampuan mengakses

kamar mandi, ketidakmampuan mengeringkan tubuh, ketidakmampuan

mengambil perlengkapan mandi, ketidakmampuan menjangkau sumber air,

ketidakmampuan mengatur air mandi, ketidakmampuan membasuh tubuh. Dari

data tersebut penulis menemukan data klien belum mandi saat masuk rumah sakit

dan kulit lengket.


62

Diagnosa keperawatan kurang pengetahuan juga tidak ditemukan dalam teori

namun terdapat pada kasus. Menurut pendapat Nanda (2015) bahwa kurang

pengetahuan merupakan ketiadaan atau definisi informasi kognitif yang berkaitan

dengan topik tertentu dengan batasan karakteristik adanya pengungkapan

masalah. Dari data tersebut ditemukan ibu klien mengatakan tidak mengerti

tentang penyakit anaknya.

4.3 Perencanaan

Pada tahap perencanaan penulis menyesuaikan dengan diagnosa

keperawatan yang ditegakan dan sesuai dengan teori serta sumber yang membahas

tentang asuhan keperawatan pada An. M dengan diagnosa Glomerulonefritis Akut.

Rencana tindakan tersebut berdasarkan SMART, tujuan yang direncanakan harus

spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan keperawatan harus dapat

diukur, khususnya tentang perilaku klien. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai

serta di pertanggung jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang

jelas.

Intervensi keperawatan yang terdapat diteori tetapi tidak terdapat di kasus

adalah: kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya output urine

(pengeluaran air kemih) dan perubahan osmolar karena kehilangan protein dengan

intervensi askultasi bunyi napas setiap pergantian dinas atau sesuai kondisi.

Kenapa tidak dilakukan sesuai dengan teori karena pada saat pengkajian tidak

ditemukan adanya sesak dan suara napas tambahan. Intervensi kaji perubahan

mental dan adanya gelisah ada pada teori namun tidak ada pada kasus karena

pasien tidak mengalami gelisah. Sedangkan yang ada pada kasus tetapi tidak ada
63

diteori yaitu batasi intake garam dan cairan karena garam dan cairan dapat

menyebabkan retensi urine.

4.4 Implementasi

Dalam tahap pelaksanaan tindakan keperawatan, semua implementasi

dilakukan oleh penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dirumuskan

sebelumnya. Pada tahap implementasi penulis tidak menemukan banyak kesulitan,

hanya saja pada intervensi yang ada pada tinjauan teoritis masih bersifat umum,

sedangkan tinjauan kasus lebih spesifik sehingga pelaksanaan tindaan

keperawatan disesuaikan dengan kondisi, situasi dan kebutuhan klien.

Adapun kesulitan yang penulis hadapi pada tahap implementasi pada An. M

adalah pelaksanaan asuhan keperawatan selama 24 jam secara terus-menerus,

sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan pendelegasian

kepada perawat ruangan sehingga dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang

berkesinambungan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan juga sulit

untuk berinteraksi langsung dengan klien karena klien sering menangis saat

dijumpai.

Dalam beberapa hal tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada klien

An. M penulis berusaha untuk melakukan rencana tindakan keperawatan sesuai

dengan urutan diagnosa. Penulis melaksanakan tindakan asuhan keperawatan

berdasarkan berdasarkan urutan diagnosa dan dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan dan respon klien.

Sedangkan yang terdapat di teori dan tidak terdapat didalam kasus yang

tidak dilakukan yang pertama yaitu kolaborasi dalam pemberian glycosit jika
64

dianjurkan. Penulis tidak melakukan karena pada pasien tidak diresepkan obat

glycosit. Intervensi melakukan kompres hangat tidak dilakukan pada pasien

karena pasien tidak demam dan melatih pasien melakukan kegiatan mandiri tidak

dilakukan oleh penulis karena orang tua klien tidak mengijinkan. Intervensi

pemberian antibiotik tidak dilakukan oleh penulis karena antibiotik tidak

diresepkan pada klien.

4.5 Evaluasi

Pada tahapan evaluasi ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang

bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah

dilakukan. Dalam menentukan tercapainya suatu tindakan atau suatu tujuan dari

asuhan keperawatan tersebut maka penulis melakukan evaluasi proses dan

evaluasi hasil dengan menggunakan metode SOAP.

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien An. M dengan

Glomerulonefritis Akut pada tanggal 21 Juni-23 Juni 2016 terdapat 5 diagnosa

keperawatan yang ditemukan, maka penulis menetapkan bahwa diagnosa

kelebihan volume cairan, perubahan perfusi jaringan ginjal, defisit perawatan diri

dan kurang pengetahuan teratasi dengan evaluasi: berat badan turun 2 kg dan

kelopak mata tidak bengkak, tekanan darah 80/60 mmHg, klien tampak bersih dan

kulit tidak lengket dan ibu klien dapat menyebutkan kembali pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, diet dan penanganan Glomerulonefritis Akut. Pada

diagnosa resiko tinggi infeksi tidak terjadi karena suhu tubuh klien normal dan

tidak pernah demam saat dirawat di rumah sakit.


65

Pada evaluasi sumatif penulis menemukan masalah keperawatan yang

teratasi, antara lain diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan

dengan menurunnya output urine (pengeluaran air kemih) dan perubahan osmolar

karena kehilangan protein, masalah teratasi diagnosa keperawatan perubahan

perfusi jarinagn ginjal berhubungan dengan injury imunologik pada ginjal,

masalah teratasi. Diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

perubahan status imun, proses penyalit, masalah teratasi. Diagnosa keperawatan

defisit perawatan diri berhubungan dengan personal hygiene, masalah teratasi.

Diagnosa keperawatan kurang pengetahuan berhubungan tentang penyakit

teratasi.
66

BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An. M

dengan diagnosa medik Glomerulonefritis Akut di ruang perwatan Anggrek B

Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, pada bab ini penulis akan menuliskan

beberapa kesimpulan dan dalam peningkatan pelayanan asuhan keperawatan

khususnyaa pada klien dengan Glomerulonefritis Akut.

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. M dengan diagnosa

medis Glomerulonefritis Akut selam tiga hari sejak tanggal 21 Juni sampai tanggal

23 Juni 2016 di ruang Anggrek B Rumah Sakit umum Daerah Tarakan, maka

penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Penulis telah melakukan proses keperawatan melalui pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan pada An. M berdasarkan pada proses keperawatan yang telah

disusun.

2) Penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus dimulai dari

pengkajian dan mengangkat diagnosa keperawatan. Terdapat 5 diagnosa yang

ada di teori, sedangkan diagnosa yang penulis temukan pada An. M Dengan

diagnosa Glomerulonefritis Akut terdapat 5 diagnosa. Pada perencanaan

antara landasan teori dan tinjauan kasus terdapat beberapa kesenjangan,

terdapat beberapa perencanaan yang tidak di tetapkan oleh penulis karena

berbagai alasan tertentu. Hal ini di karenakan penulis berusaha menyesuaikan


67

rencana tindakan dengan kondisi klien dan ketersediaan sarana dan prasarana

yang tersedia di Rumah Sakit.

3) Dalam proses asuhan keperawatan terdapat beberapa faktor pendukung sikap

klien dan keluarga yang kooperatif dan terbuka untuk setiap tindakan asuhan

keperawatan yang diberikan, serta adanya dukungan dari semua pihak

diantaranya para perawat, dokter ruangan adapun faktor penghambat yang

dirasakan penulis seperti keterbatasan waktu dalam melakukan asuhan

keperawatan selama 24 jam sehingga observasi kepada klien penulis

mendelegasikannya kepada perawat ruangan.

4) Pemecahan masalah pada An. M dengan Glomerulonefritis Akut dilakukan

dengan melaksanakan intervensi-intervensi yang telah direncanakan yang

terdiri dari diagnosis, terapeutik, edukatif dan kolaboratif dengan tim

kesehatan lainnya.

5.2 Saran

Selama kurang lebih 3 hari penulis telah melakukan tahapan proses

keperawatan, selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang

dijadikan sebagai pertimbangan atau pedoman dalam melaksanakan proses

keperawatan yaitu:

1) Mahasiswa. Meningkatkan pengetahuan tentang teori maupun dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan.

2) Institusi Pendidikan. Meningkatkan saran dan prasarana penunjang seperti

kepustakaan dan bimbingan dalam hal belajar mengajar agar terciptanya

perawat yang professional dan yang berkualitas.


68

3) Rumah sakit. Meningkatkan kerjasama antara tim kesehatan, menyediakan

sarana prasarana penunjang kesehatan dan memberikan kebijakan-kebijakan

yang memberikan keuntungan pada berbagai pihak termasuk tim kesehatan dan

pasien.

4) Klien dan keluarga. Mencari informasi tentang kesehatan, rutin memeriksakan

kesehatan kepelayanan kesehatan yang ada, menjaga kesehatan dengan baik

serta mengkonsumsi makanan bersih, bergizi dan sehat.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall & Moyet (2006) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi
10. Jakarta: EGC.

Depkes. 2000. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. Diambil t


anggal 29 Juni 2016. Dari http://www.depkes.go.id/resources/rekerkesnas-
2000/MENKES.

Doengoes, M. E., Moorhouse, M.F. & Geissler, A.C. (2013), Rencana Asuhan
Keperawatan, Jakarta : EGC.

Grassmann, A., dkk., 2005. ESRD Patient in 2004: Global Overview of Patient
Numbers, Treatment Modalities and Associated Trends.

Hidayat. Aziz Alimul ( 2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul (2006). Pengantar Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba


Medika.

Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, diambil tanggal 21 Juni
2016.

Nanda (2012).Diagnosa keperawatan.Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.

Nursalam (2008). Asuhan Perawatan Pada Bayi dan Anak. Edisi 2, Jakarta:
Salemba Medika

Padila (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I Yogyakarta.


Price A, Wilson. M. (2005), Patofisiologi Proses-Proses Penyakit. Edisi 6,
Jakarta; EGC.

Prodjosudjadi, W., 2006. Glomerulonefritis. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi,


B., Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, s., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 527-530.

Sloane, Ethel. 2012. Anatomi Fisiologi.jakarta: EGC

Suriadi & Rita Yuliana (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta,
Penebar Swadaya.

Wong, Donna L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC. 2008

Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai