Anda di halaman 1dari 12

PUBLIC SERVICE ADS

“RAPE CULTURE”
DESAIN DALAM MASYARAKAT

PROPOSAL UAS
DESAIN DALAM MASYARAKAT

Emily| 625190048 | DKV B
5 TAHAP PROSES DESAIN GRAFIS
1. ORIENTASI

LATAR BELAKANG
Pelecehan seksual bukan suatu hal yang baru bagi telinga masyarakat Indonesia.
Pelecehan seksual adalah salah satu kejahatan besar seperti kejahatan besar lainnya yang
mempengaruhi dan berdampak pada kerusakan tatanan sosial bangsa Indonesia.
Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang tidak
diinginkan atau tidak dikehendaki karena dilakukan secara sepihak dan berakibat
mengganggu penerima pelecehan.. Pelecehan dapat berupa tindakan seksual yang disukai
pelaku, ucapan atau perilaku yang berkonotasi seksual,, main mata, siulan nakal,
komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan
di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan
berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual
sampai pemerkosaan.

Kasus-kasus ini banyak terjadi di lingkungan sekitar kita, bahkan kasusnya meningkat
setiap tahunnya tetapi masih kurang mendapat perhatian dan kepedulian dari masyarakat.
Hal tersebut disebabkan oleh karena masih adanya pandangan bahwa korbanlah yang
salah jika terjadi pelecehan seksual karena tidak berhati-hati dan tidak bisa menjaga diri
sendiri padahal nyatanya, semua orang bisa terkena pelecehan seksual bahkan secara
online. Salah satu penyebab pelecehan seksual terus terjadi adalah karena kurangnya
edukasi seks kepada masyarakat karena pembahasan tentang seks masih menjadi
perdebatan di Indonesia. Korban pelecehan seksual sering kali merasa tidak berharga,
rendah diri, dan tidak lagi percaya diri bahkan banyak dari mereka yang frustasi dan
depresi karena adanya victim blaming yang bukan hanya dilakukan oleh pelaku pelecehan
tetapi juga masyarakat. Pandangan masyarakat bahwa korban adalah orang yang “kotor”
seringkali menakuti korban dan akhirnya korban memilih untuk bungkam.

Campaign ini dibuat karena ingin membantu para korban dalam menyuarakan suaranya
dan agar para korban mendapat kepercayaan diri kembali karena setiap orang berhak
menyuarakan kebenaran tanpa harus mendapat pandangan buruk dari orang lain serta
meningkatkan awareness masyarakat dan mengedukasi bahwa perbuatan pelecehan
adalah tindakan yang salah dan dapat berdampak besar pada korban sehingga pelaku
perlu untuk diedukasi dan diberi sanksi tegas bukan malah korban yang ikut dihakimi
juga. Campaign ini juga bertujuan untuk membantu para korban untuk memperoleh
kepercayaan diri serta menjaga diri lebih lagi.

PAGE 1
LINGKUP PERMASALAHAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk :

1. Membantu korban menyuarakan suaranya


2. Membantu korban memperoleh kepercayaan dirinya Kembali
3. Meringankan beban korban yang selama ini merasa frustasi dan depresi
4. Meningkatkan awareness masyarakat terhadap pentingnya kasus-kasus
pelecehan seksual
5. Mengedukasi masyarakat tentang victim blaming

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana membuat para korban merasa lebih baik dengan dukungan dari campaign ini
yang berisikan konten-konten yang dapat membangun masyarakat dan juga korban serta
mendorong korban untuk berani berbicara demi kebenaran dirinya sendijri.

PAGE 2
DATA LEMBAGA

Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan


(Komnas Perempuan) mencatat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang
diterima oleh berbagai lembaga masyarakat maupun institusi pemerintah yang tersebar di
hampir semua Provinsi di Indonesia, serta pengaduan langsung yang diterima oleh
Komnas Perempuan melalui Unit Pengaduan Rujukan (UPR) maupun melalui email
resmi Komnas Perempuan, dalam kurun waktu satu tahun ke belakang. Tahun 2020
Komnas perempuan mengirimkan 672 lembar formulir kepada lembaga mitra Komnas
Perempuan di seluruh Indonesia dengan tingkat respon pengembalian mencapai 35%,
yaitu 239 formulir. Tingkat respon pengembalian bertambah seiring dengan naiknya
jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2019 jumlah kasus yang dilaporkan meningkat
sebesar 6 %. Jumlah kasus KTP 2019 sebesar 431.471, jumlah ini meningkat

PAGE 3
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 406.178. Sebagian besar data bersumber
dari kasus atau perkara yang ditangani oleh PN/PA. Data ini dihimpun dari 3 sumber
yakni;

[1] Dari PN/Pengadilan Agama sejumlah 421.752 kasus.

[2] dari Lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 14.719 kasus;

[3] dari Unit Pelayanan dan Rujukan (UPR) satu unit yang sengaja dibentuk oleh Komnas
Perempuan untuk menerima pengaduan korban yang datang langsung ke Komnas
Perempuan sebanyak 1.419 kasus yang datang ke Komnas Perempuan, di mana 1.277
kasus adalah kasus berbasis gender 142 kasus di antaranya adalah kasus tidak berbasis
gender atau memberikan informasi.

TARGET AUDIENCE
 Geografi: Indonesia, jakarta 

 Demografi: Usia 25-40 tahun 

 kelas sosial : C1, C2,
D atau Ses C, Ses D ( bisa memungkinkan orang golongan A untuk menhadi pela
ku) 

 Psikografi:  

-  berpikir superior atas korban yang dilecehkan 

       -  mencari pelampiasan pikiran atau nafsu 

       - selalu berpikiran porno atau ke arah seksual 

       •   Behavioral:  

       - suka memperhatikan tubuh seseorang baik  terbuka atau tertutup 

PAGE 4
       - memiliki imajinasi seksual yang tinggi/liar 

       - suka mengancam atau Memojokkan korban 

SWOT RAPE CULTURE


Strength 
 Meningkatkan awareness terhadap sekitar 
 Lebih memproteksi diri 
 
Weakness 
 Hilangnya kepercayaan diri 
 Bisa terjadi depresi 
 
Opportunity 
 Terjadi kekerasan seksual 
 Terjadi pemerkosaan 
 Hukum yang belum tegas 
 
Threat 
 terjadi pemberontakan 
 Tidak sesuai dengan adat, agama, dan ideologi bangsa 

SWOT BEHAVIOUR
Strength 
 Memiliki kepercayaan diri dan keberanian yang tinggi sehingga merasa su
perior 
 Biasanya pandai dalam merayu 
 
Weakness 
 Biasanya kurang berpendidikan atau tidak memerdulikan edukaseks 
 Kesepian sehingga mencari pelampiasan 
 Fikiran tidak jernih dan luas 
 
Opportunity 
 Adanya wanita yang mabuk 

PAGE 5
 Adanya wanita yang suka berjalan sendirian 
 Memiliki segerombolan teman yang terbawa rape
culture juga sehingga dapat mengintimidasi korban 
 
Threat 
 Bisa dihakimi warga setempat 
 Dikucilkan karena mesum atau tidak sopan 
 Bisa dipenjara 

2. STRATEGI
SOLUSI
Strategi yang digunakan dalam pembuatan campaign ini adalah dengan pendekatan yang
friendly sehingga lebih approachable kepada target. Pendekatan melalui edukasi secara
lembut yang dapat membangun kepercayaan diri korban. Menyediakan berbagai konten
yang dapat menjadi refleksi diri dari para korban, menyertakan kata-kata penyemangat
yang mendukung para korban, memberikan berbagai edukasi seks yang dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dan pentingnya self love yang dapat membantu
kita untuk keluar dari depresi, frustasi, dan bahkan menyakiti diri kita sendiri.

3. KONSEP DASAR

KONSEP PERANCANGAN
Pendekatan visual yang saya gunakan disini adalah menggunakan konten-konten
instagram yang memuat berbagai postingan yang dapat membangun dan mendukung para
korban dari segi kata-kata, ilustrasi maupun foto yang menjadi postingan.

PAGE 6
Gaya visual yang saya gunakan lebih kepada penggunaan tipografi dan foto yang dilayout
secara modern dan menggunakan kolase minimalis dan bentuk-bentuk yang geometris
sehingga terlihat bersih.

Warna-warna yang saya gunakan dalam proyek ini antara lain warna merah, kuning,
putih dan hitam. Warna yang lebih diutamakan dalam proyek ini adalah hitam dan putih
(monokrom) sedangkan warna kuning dan meraah sebagai warna pendukung atau
highlight dari campaign iii. Warna hitam dapat melambangkan kekelaman yang dirasakan
oleh para korban yang mungkin sampai sekarang masih terjebak dengan rasa frustasi.
warna putih melambangkan kepolosan dimana sebenarnya para korban tidak bersalah
tetapi mendapat label yang tidak baik dari masyarakat. merah melambangkan bahaya
dimana kasus pelecehan seksual yang terjadi ini dapat berdampak sangat besar bagi
korban. Kuning melambangkan perlindungan diri yang harus kita miliki dan menjadi
kewajiban bagi kita untuk berdiri untuk diri kita sendiri.

Media : Post Instagram / Instagram Content

Tone & Manner : Empowering, Supportive, Friendly & Brave

ColorPalette : Merah, Kuning, Putih, Hitam

Font : Museo sans

4. PROSES DESAIN
KONSEP PERANCANGAN

PAGE 7
Minggu 1: Perkenalan

Menampilkan Post dengan quotes yang menginspirasi, mendukung, dan mengedukasi


sebagai pillar dari campaign ini

Minggu 2: Pendekatan

Membagikan cerita berdasarkan kisah nyata dari korban yang dapat membangun. Cerita
yang bersifat honest & pure diharapkan dapat menyentuh hati para korban lainnya serta
masyarakat.

Minggu 3: Tips

Membagikan berbagai tips yang dapat berguna untuk para korban serta masyarakat.

Minggu 4: Pendekatan

Mengeluarkan Merch berupa Bandages dan membuka DM untuk sesi curhat.

PAGE 8
5. IMPLEMENTASI

PAGE 9
POSTER

PAGE 10
PAGE 11

Anda mungkin juga menyukai