PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanasan global akibat melimpahnya Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO 2 di
atmosfer telah dirasakan beberapa tahun terakhir, terutama disebabkan oleh
meningkatnya pertumbuhan industri di seluruh dunia dan berkurangnya luas
hutan sebagai penyerap GRK, sehingga mengakibatkan adanya perubahan
iklim global di seluruh belahan bumi.
Dampak perubahan iklim ini menyebabkan peningkatan suhu udara, kenaikan
muka air laut, perubahan pola hujan yang artinya terjadi pergeseran musim,
juga menyebabkan perubahan pola iklim ekstrim seperti El Nino, yang ditandai
oleh adanya musim kemarau yang panjang, dan La Nina, di mana musim hujan
lebih lama dari biasanya.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang rentan terhadap terjadinya
perubahan iklim dan merasakan dampak akibat perubahan iklim yang terjadi
diseluruh dunia. Perubahan iklim ini mengancam ketahanan pangan di seluruh
negara di dunia.Tanaman pangan yang paling rentan terhadap perubahan
curah hujan, karena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim
yang relatif sensitif terhadap cekaman (kelebihan dan kekurangan) air. Secara
teknis, kerentanan tanaman pangan sangat berhubungan dengan penggunaan
lahan, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air, dan varietas. Oleh sebab
itu kerentanan tanaman pangan terhadap pola curah hujan akan berimbas pada
luas areal tanam, luas panen, produktivitas dan kualitas hasil.
Unsur-unsur iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara dan radiasi
matahari, selain keadaan tanah, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan,
produksi dan mutu hasil tanaman. Meningkatnya suhu udara mempengaruhi
tanaman karena meningkatkan laju pernafasan (respirasi) dan penguapan
(transpirasi) sehingga meningkatkan konsumsi air, selain meningkatkan
perkembangbiakan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tertentu yang
pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman. Peningkatan suhu
udara ini juga mempercepat pematangan buah dan biji yang mengakibatkan
penurunan mutu hasil tanaman.
1
Beberapa program antisipasi yang penting untuk dilaksanakan diantaranya :
penyusunan strategi dan perencanaan pengembangan infrastruktur (terutama
jaringan irigasi), evaluasi tata ruang untuk pengaturan lahan (penyesuaian jenis
tanaman dengan daya dukung lahan), pengembangan sistem informasi dan
peringatan dini banjir serta kekeringan, penyusunan dan penerapan peraturan
perundangan mengenai tata guna lahan dan metode pengelolaan lahan. Tidak
kalah pentingnya adalah peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam pemahaman perubahan iklim dan penerapan teknologi adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim.
Program mitigasi lebih difokuskan pada aplikasi teknologi rendah emisi, antara
lain varietas unggul dan jenis tanaman yang rendah emisi dan atau kapasitas
absorbsi karbon tinggi, penyiapan lahan tanpa bakar, pengembangan dan
pemanfaatan biofuel, penggunaan pupuk organik, biopestisida dan pakan
ternak rendah emisi GRK.
Program adaptasi lebih difokuskan pada aplikasi teknologi adaptif, terutama
pada tanaman pangan, seperti penyesuaian pola tanam, penggunaan varietas
unggul adaptif terhadap kekeringan, genangan/banjir, salinitas dan umur
genjah, serta penganekaragaman pertanian, teknologi pengelolaan lahan,
pupuk, air, diversifikasi pangan dan lain-lain. Secara kelembagaan program ini
diarahkan untuk pengembangan sistem informasi seperti sekolah lapangan
iklim (SLI), sistem penyuluhan dan kelompok kerja (pokja) variabilitas dan
perubahan iklim sub sektor pertanian serta pengembangan sistem asuransi
pertanian akibat resiko iklim (crop weather insurance).
Strategi adaptasi yang telah dan akan terus dikembangkan dalam menghadapi
perubahan iklim di sektor pertanian adalah : Kalender Tanam (pola tanam
berdasarkan pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi), Varietas Unggul
Baru yang adaptif (VUB toleran salinitas tinggi, VUB tahan kering dan umur
genjah dan VUB tahan genangan), strategi pengelolaan sumber daya air
(teknologi identifikasi potensi ketersediaan air, teknologi panen hujan dan aliran
permukaan, teknologi prediksi curah hujan dan teknologi irigasi) serta strategi
pengelolaan sumber daya lahan/tanah seperti pemupukan.
Sejak tahun 2004, Sekolah lapangan Iklim (SLI) merupakan salah satu upaya
yang dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dalam
memberdayakan petani agar lebih mampu memahami dan menggunakan
2
informasi iklim untuk mengelola usahataninya. SLI juga merupakan upaya
pemberdayaan petani agar lebih siap dalam menghadapi dan mengatasi
dampak perubahan iklim. Mulai Tahun anggaran 2015 strategi pemberdayaan
petani dalam menghadapi dampak perubahan iklim tidak lagi dalam bentuk
sekolah lapangan namun telah diimplementasikan dalam penerapan
penanganan dampak perubahan iklim.
Penerapan penanganan dampak perubahan iklim dapat dilakukan melalui
strategi antisipasi, adaptasi dan mitigasi. Kegiatan adaptasi dalam penanganan
dampak perubahan iklim (banjir/kekeringan) antara lain Kalender Tanam (pola
tanam berdasarkan pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi), Varietas
Unggul Baru yang adaptif (toleran kegaraman, tahan kering, umur genjah dan
tahan genangan), strategi pengelolaan sumber daya air (teknologi identifikasi
potensi ketersediaan air, teknologi panen hujan dan aliran permukaan,
teknologi prediksi curah hujan dan teknologi irigasi) serta strategi pengelolaan
sumber daya lahan/tanah seperti pemupukan. Upaya adaptasi tersebut diatas
dapat pada diterapkan atau menjadi pilihan untuk penanganan DPI yang
disesuaikan dengan kondisi iklim setempat (spesifik lokasi).
Kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim melalui strategi
adaptasi pada TA 2016 dapat bersumber dari dana APBN, APBD Propinsi, dan
atau APBD Kabupaten sesuai anggaran yang tersedia pada masing-masing
sumber penganggaran, dan atau secara swadaya oleh petani sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang lainnya.
B. Tujuan
Tujuan kegiatan penerapan penanganan dampak perubahan iklim sebagai
berikut :
1. Memberdayakan petani untuk menerapkan upaya antisipasi kerusakan
tanaman akibat dampak kejadian iklim ekstrim (banjir dan kekeringan) di
lahan usahataninya sesuai dengan iklim setempat terutama pada daerah
rawan terkena banjir dan kekeringan.
2. Mengurangi resiko kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim
(banjir/kekeringan)
3. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman padi dari DPI
3
C. Sasaran
Sasaran pelaksanaan penerapan penanganan DPI adalah kelompoktani alumni
SLI atau kelompok tani yang memiliki anggota alumni SLI yang lahannya di
daerah rawan DPI (banjir/kekeringan) pada satu hamparan yang secara
bersama-sama dapat menerapkan upaya antisipasi kerusakan tanaman akibat
DPI.
D. Pengertian dan Batasan
1. Iklim adalah suatu keadaan dalam jangka panjang yang menggambarkan
kondisi cuaca suatu wilayah (kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang
panjang).
2. Cuaca adalah suatu fenomena atau perubahan yang terjadi di wilayah
tertentu yang menunjukkan adanya perubahan aktifitas alam seperti hujan,
panas matahari, atau mendung. Kurun waktu dalam memperkirakan
perubahan cuaca ini lebih pendek daripada penentuan iklim.
3. Musim adalah peluang statistik keadaan cuaca rata-rata atau keadaan cuaca
jangka panjang pada suatu daerah, meliputi kurun waktu beberapa bulan
atau beberapa tahun.
4. Perubahan Iklim adalah perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu
udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30 tahun atau lebih. Jika iklim
berubah, maka rata-rata selama 30 tahun suhu udara, atau curah hujan, atau
jumlah hari matahari bersinar, pun akan berubah.
5. Antisipasi merupakan penyiapan arah dan strategi, program dan kebijakan
dalam rangka menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim.
6. Mitigasi adalah upaya memperlambat laju pemanasan global serta
perubahan iklim melalui penurunan emisi (pancaran) Gas Rumah Kaca
(GRK) serta peningkatan penyerapan GRK.
7. Adaptasi merupakan upaya penyesuaian teknologi, manajemen dan
kebijakan di sektor pertanian dengan pemanasan global dan perubahan
iklim.
8. Pola Tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan
dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah.
9. Varietas Unggul Adaptif adalah varietas yang mempunyai sifat ketahanan
pada lingkungan yang mengalami cekaman abiotik dan berproduksi tinggi
4
10. Spesifik lokasi adalah suatu kegiatan atau teknologi yang menyesuaikan
dengan lahan dan iklim setempat.
11. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat
yang memperoleh kuasa dari Pengguna Anggaran untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
12. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat
yang melaksanakan kewenangan PA/KPAuntuk mengambil keputusan
dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban
APBN..
13. Tim pendampingan penerapan penanganan DPI adalah petugas dilapangan
yang menguasai penanganan DPI, antara lain Petugas Dinas Pertanian
Propinsi/Kabupaten/Kota dan petugas lapangan (POPT-PHP, PPL) yang
telah di SK kan oleh Kepala Dinas Pertanian Propinsi Provinsi terkait.
14. Tim Teknis adalah petugas teknis propinsi yang ditetapkan dalam surat
keputusan (SK) oleh Kepala Dinas Pertanian Propinsi Provinsi terkait, dan
bertugas membina serta memonitor pelaksanaan kegiatan petani penerima
manfaat di lapangan.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
B. Pelaksanaan
1. Pemilihan teknologi antisipasi (biopori atau sumur pantek/suntik) disesuaikan
dengan permasalahan spesifik lokasi. Penetapan teknologi tersebut,
berdasarkan hasil kesepakatan yang ditetapkan dalam pertemuan persiapan
oleh kelompoktani.
2. Pembelian ATK
3. Penyusunan papan nama kegiatan
4. Pembelian konsumsi untuk pertemuan koordinasi/sosialisasi, inventarisasi
permasalahan dan pemetaan lahan, penyusunan rencana usulan kelompok
(RUK). Pertemuan sosialisasi/evaluasi disesuaikan dengan kemampuan
dana yang tersedia dan kondisi lapangan
5. Pendampingan/pengawalan
6. Monitoring dan Evaluasi
7. Pelaporan
6
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
A. Norma
Penerapan penanganan dampak perubahan iklim dilaksanakan oleh petani
(alumni SLI) yang tergabung dalam kelompoktani/gapoktan pada lokasi atau
daerah rawan banjir/kekeringan dan dilakukan pendampingan oleh petugas
dilapangan yang menguasai penanganan DPI.
B. Standar Teknis
1. Kelompoktani/Gapoktan diutamakan alumni SLI atau memiliki anggota
alumni SLI, pelaksana kegiatan memiliki luas lahan seluas minimal 10 ha, di
daerah rawan banjir/kekeringan.
2. Pendampingan dilakukan 9 (sembilan) kali pertemuan oleh tim pendamping
yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Dinas Pertanian
Propinsi. Tim pendamping harus membuat laporan hasil pertemuan tersebut
ke BPTPH.
3. Pembinaan teknis dilakukan 6 (enam) kali yang bertugas membina dan
memonitor pelaksanaan serta membuat laporan kegiatan yang dilakukan
oleh kelompoktani/gapoktan. Tim Teknis telah ditetapkan pada SK Kepala
Dinas Pertanian Propinsi.
C. Kriteria
1. Kriteria lokasi
Hamparan lahan sawah yang sering mengalami dampak perubahan iklim
(banjir/kekeringan) dengan luas hamparan kurang lebih 10 ha.
Alokasi pada tahun 2016 kegiatan penerapan penanganan DPI seluas 320
ha yang tersebar di 16 propinsi, 32 kabupaten/kota dengan rincian pada
Lampiran 1.
2. Kriteria Calon Petani Calon Lokasi (CPCL)
Kelompoktani/gapoktan penggarap atau pemilik penggarap diutamakan
alumni SLI (dengan memperhatikan kesetaraan gender) di daerah rawan
banjir/kekeringan, yang mempunyai kemampuan penanganan dan dalam
satu kelompoktani/gapoktan yang aktif dan dinamis serta memiliki hamparan
7
lahan. Kelompoktani/gapoktan yang sudah ada dalam sistem database e-
proposal tahun 2016.
3. Kriteria Tim pendamping
Pendamping adalah petugas dilapangan yang menguasai penanganan DPI,
antara lain Petugas Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota dan petugas
lapangan (POPT-PHP, PPL) yang telah ditetapkan dengan SK Kepala Dinas
Pertanian Propinsi terkait, yang mempunyai kemampuan untuk
menumbuhkan minat petani, dalam menerapkan dan mengembangkan
upaya antisipasi dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
4. Petani Pengamat
Petani pengamat adalah lima (5) orang anggota kelompoktani alumni SLI
yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Propinsi, yang bertugas melakukan pengamatan dan pengukuran unsur iklim
secara rutin (12 kali) pada petak pengamatan di lokasi kegiatan Penerapan
Penanganan Dampak Perubahan Iklim.
8
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Cara Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan kegiatan penerapan penanganan dampak perubahan
iklim dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat/kelompoktani
setempat mulai dari persiapan, perencanaan dan pelaksanaan.
B. Tahapan Pelaksanaan
a. Persiapan
1. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis (Juklak dan
Juknis).
Penyusunan petunjuk pelaksanaan oleh propinsi sebagai penjabaran dari
Pedoman Teknis (pusat) sesuai dengan kondisi daerah. Penyusunan
petunjuk teknis sebagai penjabaran dari petunjuk pelaksanaan propinsi
sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
2. Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan dengan instansi terkait di tingkat Kabupaten/Kota
termasuk dengan aparat desa dan masyarakat luas, untuk memperoleh
dukungan dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan.
Sosialisasi dilaksanakan agar masyarakat penerima manfaat mengetahui
maksud, tujuan, metode, manfaat dan hambatan serta potensi kesulitan
dari rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang mungkin akan
dihadapi, sehingga masyarakat termotivasi dan bersedia berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. Pertemuan sosialisasi itu dilaksanakan 1 (satu)
kali, atau lebih disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pemilihan/seleksi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL).
Pemilihan/Seleksi lokasi adalah kegiatan untuk memperoleh lokasi
(daerah rawan banjir/kekeringan), kelompoktani/gapoktan yang sesuai
dengan kriteria pada spesifikasi teknis (Bab III). Jumlah anggota
kelompoktani sasaran ± 25 orang. Penjaringan CPCL dan data usulan
kelompoktani dilakukan oleh petugas lapangan diketahui oleh Koordinator
POPT-PHP (Kortikab) kabupaten. Seleksi administrasi CPCL dilakukan
oleh petugas lapangan, LPHP dan diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian
9
Kabupaten. Hasil seleksi administrasi selanjutnya dilakukan seleksi teknis
oleh Tim Teknis Propinsi dengan membandingkan kesesuaian antara
kondisi di lapangan dengan data usulan kelompok. Penjaringan dan
seleksi CPCL dilakukan pada tahun sebelumnya (Gambar 1).
4. Penetapan Calon Petani Calon Lokasi
Hasil seleksi Tim Teknis Propinsi yang memenuhi persyaratan dan kriteria
yang ditentukan, selanjutnya ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK)
Kepala Dinas Pertanian Propinsi.
Ka Dinas
Provinsi Pertanian
Ka. UPTD Balai
Proteksi TPH
Ka Dinas
Kabupaten/ LPHP Pertanian
Kota
Kortikab
POPT-PHP
KCD/Mantri
PPL POPT-PHP Tani
Kecamatan
Desa
Klp Klp Klp Klp
Tani Tani Tani Tani
Keterangan :
= Usulan CPCL
= Penugasan
= Koordinasi Pengumpulan data CPCL
= Pendataan/inventarisasi CPCL
10
a. Memahami hasil analisis/informasi yang dikumpulkan.
b. Mendapatkan peta resiko DPI, dan tersosialisasinya peta resiko
pada peserta (dipasang di desa, saung pertemuan dan wilayah
hamparan petani).
c. Terjadinya komunikasi timbal balik antara peserta dan pemahaman
baru di masyarakat tentang sistem pertanian “Tangguh Iklim”
(berdasarkan spesifik lokasi agroklimat).
d. Menyesuaikan rencana tanam dengan data prakiraan curah hujan
dari BMKG setempat dan Kalender Tanam (KATAM) Terpadu yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian.
e. Rumusan sementara hasil identifikasi masalah dan peta resiko DPI
akan menjadi bahan penyusunan Rencana Usulan Kelompok (RUK).
6. Penyusunan Rencana Usulan Kelompok (RUK)
Penyusunan RUK berdasarkan hasil kesepakatan kelompoktani,
dilaksanakan secara bersama-sama antara petani dan petugas
pendamping untuk menentukan kegiatan definitif yang akan dilakukan.
Dalam penyusunan RUK apabila terdapat penggunaan dana dari APBD
atau swadaya petani, supaya dicantumkan. Contoh RUK seperti pada
Lampiran 2.
b. Pelaksanaan
1. Upaya antisipasi pada penerapan penanganan dampak perubahan iklim
(PPDPI) terdiri dari pemilihan teknologi (biopori dan atau sumur
pantek/suntik). Teknologi antisipasi yang disesuaikan dengan
permasalahan spesifik lokasi. Penetapan berdasarkan permusyawaratan
yang ditetapkan dalam pertemuan persiapan oleh kelompoktani yang
menghasilkan penetapan teknologi antisipasi yang dianjurkan.
i) Biopori
Lubang resapan biopori atau rumah cacing adalah lubang silindris yang
dibuat secara vertical ke dalam tanah dengan diameter 10/ s/d 30 cm
dan kedalaman sekitar 80 s/d 100 cm atau tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk
memicu terbentuknya biopori yang merupakan pori-pori berbentuk
lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau
11
akar tanaman, untuk menerima limpasan air hujan dan menyimpannya
pada kedalaman yang lebih dalam.
Manfaat Biopori :
a. Mencegah banjir
Biopori merupakan cara yang efektif untuk menyerap kembali air
hujan yang biasa menggenangi di daerah rawan banjir. Dengan
meresapnya air hujan ke dalam tanah maka sejumlah volume air
yang mampu diserap oleh sistem biopori akan disimpan sebagai
cadangan air tanah di musim kemarau.
b. Tempat pembuangan sampah organik
Mengurangi permasalahan sampah yang menumpuk, dengan
memisahkan sampah rumah tangga kita menjadi sampah organik
dan non organik. Untuk sampah organik dapat kita buang dalam
lubang biopori.
c. Memperbaiki struktur tanah
Memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan bahan organik
yang dapat memperbaiki pori-pori tanah, sehingga apabila ada
kelebihan air dapat langsung diserap oleh tanah.
d. Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang masukkan ke lubang biopori merupakan
makanan untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme
tersebut dapat membuat sampah menjadi kompos yang merupakan
pupuk bagi tanaman.
e. Meningkatkan kualitas air
Organisme dalam tanah mampu membuat sampah menjadi mineral-
mineral yang dapat larut dalam air, sehingga air tanah menjadi
berkualitas karena mengandung mineral.
Bahan dan alat :
- Pipa PVC 4 inchi 50 buah
- Pipa fiting cup PVC 200 buah
12
Gambar 1. Pembuatan Biopori
13
- Mulut lubang diperkuat dengan tutup paralon yang sudah
dilubangi.
ii) Sumur Pantek/Suntik
Keterbatasan air karena saluran irigasi yang kering atau tidak adanya
saluran irigasi, sungai yang sedikit tidak menghambat petani untuk
menanam padi. Alternatif pengairan dengan menggunakan sumur
pantek/suntik dapat mengairi puluhan hektar sawah.
Bahan dan alat :
- Paralon 2,5 inchi 25 buah
- Selang hisap 15 m
- Paralon 2 inchi 20 buah
- Elbo 10 buah
- Lem paralon 10 buah
- Selang paralon 10 buah
- Pompa air 1 unit
14
2. Waktu pelaksanaan selama 1 (satu) musim tanam. Pengukuran dan
pengamatan dilakukan pada areal pengamatan seluas 0,05 Ha selama
12 kali. Pengukuran dilakukan berupa pengukuran curah hujan, dan
suhu. Pengamatan dilakukan terhadap perkembangan OPT,
pertumbuhan tanaman serta produksi dan analisa hasil usahatani di
lokasi sekitar.
3. Pertemuan evaluasi
Pertemuan evaluasi (anggota kelompoktani peserta PPDPI) dilaksanakan
4 (empat) kali selama 1 (satu) musim tanam, dengan tujuan membahas
bersama-sama hasil pengamatan yang dilakukan oleh petani anggota
kelompoktani yang ditugaskan melakukan pengamatan (pengukuran
unsur iklim, pertumbuhan tanaman dan perkembangan OPT) serta
perkembangan/pengaruh strategi adaptasi yang diterapkan yaitu biopori
dan atau sumur pantek/suntik, pada usahataninya. Pertemuan evaluasi
didampingi oleh Tim Pendamping (POPT-PHP dan PPL). Pertemuan
evaluasi waktunya dijadwalkan sesuai kesepakatan bersama anggota
kelompoktani dan pendamping yaitu :
a. Pertemuan evaluasi dilakukan 1 kali pada fase pesemaian
b. Pertemuan evaluasi dilakukan 1 kali pada fase vegetatif tanaman
c. Pertemuan evaluasi dilakukan 1 kali pada fase generatif tanaman
d. Pertemuan evaluasi dilakukan 1 kali pada fase pematangan bulir
dan/atau analisa usaha tani
4. Pertemuan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Peserta PPDPI membuat rencana tindak lanjut, merangkum yang
diperoleh dari mulai persiapan, pelaksanaan (pengamatan unsur iklim,
agroekosistem dan strategi adaptasi yang diterapkan) sampai evaluasi
selama satu musim tanam. Untuk memberikan dampak yang luas, hasil
rangkuman disiapkan untuk sebagai rencana selanjutnya ke depan dan
dipresentasikan pada hari lapangan petani (Farm Field Day). Proses
pelaksanaan PPDPI mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai evaluasi
perlu dijelaskan kepada peserta sehingga dapat mengambil manfaat dari
kegiatan PPDPI. Disamping itu, kegiatan ini diharapkan dapat
memotivasi kelompoktani lain untuk mengikuti kegiatan PPDPI. Peserta
dalam kegiatan ini adalah kelompoktani dari kecamatan lain, petugas dari
15
Kabupaten lain, dan aparat Pemerintah daerah untuk dapat mendukung
pengembangan kegiatan PPDPI maupun rencana kegiatan yang akan
datang.
5. Pendampingan dilakukan sebelum (persiapan) dan pelaksanaan selama
1 (satu) musim tanam (MT) sebanyak 8 (delapan) kali pertemuan
dilapangan dengan 4 (empat) kali pertemuan persiapan, 4 (empat) kali
pertemuan evaluasi, dan RTL.
6. Pendamping Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim adalah
tenaga profesional dibidang penanganan dampak perubahan iklim,
Petugas Dinas pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota dan petugas lapangan
(POPT-PHP, PPL) yang memiliki pengalaman melaksanakan
penanganan dampak perubahan iklim, serta mempunyai kemampuan
untuk menumbuhkan minat petani dalam menerapkan dan
mengembangkan penanganan dampak perubahan iklim yang telah di SK
kan oleh Kepala Dinas Pertanian Propinsi terkait.
7. Pembelian ATK dilakukan oleh kelompoktani sesuai yang dibutuhkan
dengan bimbingan Tim Pendamping/Tim Teknis
8. Penyusunan papan nama kegiatan disesuaikan dengan dana yang
tersedia
9. Pembelian konsumsi untuk pertemuan koordinasi/sosialisasi,
inventarisasi permasalahan dan pemetaan lahan, penyusunan rencana
usulan kelompok (RUK) dan pertemuan evaluasi serta RTL disesuaikan
dengan kemampuan dana yang tersedia dan kondisi lapangan.
10. Pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat dilakukan pada bulan Januari -
Desember 2016, sehingga pada TA 2016 sudah dapat mengamankan
produksi dari dampak perubahan iklim sehingga produksi dapat
meningkat.
C. Jadwal Kegiatan
Dalam menyusun jadwal kegiatan, Dinas pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota
mengikuti jadwal pelaksanaan kegiatan sesuai tahapan kegiatan Penerapan
Penanganan DPI (sesuai kondisi iklim setempat) seperti tertuang pada Jadwal
Palang pada Lampiran 3.
16
D. Pendanaan
Pendanaan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim yaitu Biopori
dan atau sumur suntik/panten sesuai wilayahnya sebagai berikut :
1. Bantuan pengawalan, pendampingan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan penerapan penanganan dampak perubahan iklim melalui dana
APBN (Tugas Pembantuan) di Dinas Pertanian Propinsi.
2. Dana kegiatan Bantuan Pemerintah Penerapan Penanganan Dampak
Perubahan Iklim (PPDPI) merupakan :
Belanja Bantuan Pemerintah untuk belanja sarana/prasarana untuk
diserahkan kepada masyarakat/pemda dalam bentuk barang dimaksud
sebagai alat dan/atau bahan pendukung Penerapan Penanganan Dampak
Perubahan Iklim yang disesuaikan dengan kebutuhan lapang. Jenis Bantuan
Pemerintah PPDPI sebagai berikut:
a. Bahan Pendukung PPDPI dengan Biopori
Wilayah Non Remote
- Alat dan/atau bahan pembuatan biopori Rp. 15.550.000,-
Wilayah Remote
- Alat dan/atau bahan pembuatan biopori Rp. 16.300.000,-
b. Bahan Pendukung PPDPI dengan sumur pantek/suntik
Wilayah Non Remote
- Alat dan/atau bahan pembuatan sumur pantek/suntik Rp. 6.565.000,-
- Pembelian pompa air Rp. 3.660.000,-
Wilayah Remote
- Alat dan/atau bahan pembuatan sumur pantek/suntik Rp. 9.575.000,-
- Pembelian pompa air Rp. 4.200.000,-
3. Untuk kegiatan lain yang bersifat non fisik antara lain sosialisasi, koordinasi,
pemilihan/seleksi lokasi dan petani, pembinaan, montoring evaluasi dan
pelaporan, serta kegiatan fisik bila tidak mencukupi dari dana yang
disediakan dari APBN (Tugas Pembantuan) dan Bantuan Pemerintah Tugas
Pembantuan diharapkan dapat disediakan dari dana APBD, swadaya atau
dari sumber lainnya.
4. Untuk keberlanjutan hasil kegiatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kelompoktani/petani secara swadaya.
17
BAB V
MEKANISME PENGADAAN, PENYALURAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
BANTUAN PEMERINTAH PENERAPAN PENANGANAN DAMPAK
PERUBAHAN IKLIM
18
BAB VI
ORGANISASI, PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
19
dampak perubahan iklim, serta mempunyai kemampuan untuk
menumbuhkan minat petani dalam menerapkan dan mengembangkan
penanganan dampak perubahan iklim.
B. Pembinaan
Dalam upaya untuk menjaga keberhasilan pelaksanaan kegiatan Penerapan
Penanganan Dampak Perubahan Iklim melalui strategi adaptasi maka
dilakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan.
1. Tim Pembina Pusat akan melakukan pembinaan kepada Tim Pembinaan
Propinsi dan pelaksana kegiatan maupun administrasi.
Tim Pembina Propinsi dan Kabupaten/Kota akan melakukan pembinaan
kepada Tim Pendamping dan pelaksana kegiatan maupun administrasi.
Tim Pembina juga akan melakukan pembinaan kepada
kelompoktani/gapoktan penerima manfaat mulai dari Tim pendamping dan
pelaksana kegiatan maupun administrasi.
2. Tim Pendamping akan melakukan pembinaan kepada
kelompoktani/gapoktan sasaran dan pelaksana kegiatan penerapan
penanganan dampak perubahan iklim, mulai dari mendorong dan
memfasilitasi tumbuhnya dan atau berkembangnya kelembagaan
pengelola menjadi mandiri baik secara teknis organisasi dan keuangan
dalam upaya kegiatan strategi adaptasi dilaksanakan secara
berkelanjutan.
20
BAB VII
21
B. Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan
Iklim dilakukan oleh Dinas Pertanian Propinsi terhadap keseluruhan
pelaksanaan kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim.
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan
dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Laporan terdiri dari :
1. Laporan Awal, Laporan Perkembangan dan Laporan Akhir (Tim Pendamping
kabupaten)
Outline laporan awal, perkembangan dan akhir kegiatan Penerapan
Penanganan Dampak Perubahan Iklim baik dari segi fisik maupun
keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi
dengan foto-foto dokumentasi minimal kondisi sebelum dan setelah
kegiatan.
2. Laporan Awal, Laporan Perkembangan dan Laporan Akhir (Tim Teknis
Propinsi)
Laporan ini dibuat oleh Propinsi disampaikan ke Pusat. Isi laporan ini
merupakan rekap laporan kabupaten. Laporan ini menggunakan outline
seperti pada lampiran 8. Perkembangan realisasi pelaksanaan kegiatan agar
dilakukan pembobotan seperti pada lampiran 9.
3. Laporan akhir ke Pusat disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan cq. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dengan alamat Jl.
AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520.
22
BAB VIII
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI)
A. Pengendalian Kegiatan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern (SPI) Pemerintah bahwa setiap unit kerja lingkup
Kementerian Pertanian perlu menyusun dan menerapkan Sistem Pengendalian
Intern untuk mencegah penyimpangan dan ketidakpatuhan dan senantiasa
memenuhi prinsip good govermance and clean govermance. Pengendalian
Intern tingkat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dilakukan oleh Tim SPI
tingkat pusat, kabupaten untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan agar
efektif, efisien dan akuntabel. Adapun tim tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tim/Pelaksana Sistem Pengendalian Intern
a. Tingkat Pusat/Direktorat
Tim pelaksana pengendalian tingkat pusat ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Tanaman Pangan dilengkapi dengan uraian tugas.
Penanggung Jawab : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan
Ketua : Kepala Sub Direktorat
Sekretaris : Kepala Seksi
Anggota : 1. ................
2. .................
3. dst
23
Triwulan IV : paling lambat pertengahan bulan Desember 2016
3. Mekanisme Pengendalian
Pelaksanaan pengendalian lingkup Direktorat Jenderal dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat pusat, propinsi dan kabupaten, adapun
mekanisme pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Pusat
1) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan unit kerja Eselon II di Pusat
2) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan tingkat Propinsi
3) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan tingkat Kabupaten
b. Tingkat Propinsi
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Propinsi dan
Kabupaten
c. Tingkat Kabupaten
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten dan Petani.
4. Instrumen Pengendalian
Untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian maka menggunakan
ceklist pengendalian seperti terlampir.
5. Pelaporan
Pelaksanaan pelaporan pengendalian dilakukan secara berjenjang dari
Kabupaten sampai ke Pusat. Untuk pelaporan pengendalian dari Propinsi
ke Pusat supaya melampirkan juga laporan dari Kabupaten.
Format pelaporan menggunakan ceklist pelaporan pengendalian seperti
tabel 1 sampai dengan tabel 3 serta mengikuti jadwal sebagai berikut :
Triwulan I : Disampaikan minggu I bulan April 2016
Triwulan II : Disampaikan minggu I bulan Juli 2016
Triwulan III : Disampaikan minggu I bulan Oktober 2016
Triwulan IV : Disampaikan minggu I bulan Januari 2017
24
Tabel 1.
CHEK LIST
PENGENDALIAN INTERN KEGIATAN PENERAPAN PENANGANAN DPI
TINGKAT PUSAT : .......................
Dinas Propinsi :
Target : .............. Ha, (Rp................................)
Periode Pengendalian : Triwulan I/II/III/IV
Nama Petugas :1
:2
(...........................)
NIP..............................
25
Tabel 2.
CHEK LIST
PENGENDALIAN INTERN KEGIATAN PENERAPAN PENANGANAN DPI
TINGKAT PROPINSI : .......................
Dinas Kabupaten :
Target : .............. Ha, (Rp. ...............................)
Periode Pengendalian : Triwulan I/II/III/IV
Nama Petugas :1
:2
(...........................)
NIP.......................
26
Tabel 3.
CHEK LIST
PENGENDALIAN INTERN KEGIATAN PENERAPAN PENANGANAN DPI
TINGKAT KABUPATEN : .......................
(...........................)
NIP.......................
27
BAB IX
INDIKATOR KINERJA
A. Keluaran (Output)
- Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan antisipasi dan adaptasi
DPI pada 32 kelompok tani yang tersebar di 32 kabupaten dan 16
propinsi.
- Diterapkannya upaya antisipasi dan adaptasi DPI seluas 320 ha
- Diterapkannya budidaya tanaman sehat sesuai iklim setempat pada 32
kelompok tani.
- Diterapkannya upaya antisipasi dan adaptasi DPI seluas 320 ha
B. Hasil (Outcome)
- Terwujudnya penerapan upaya antisipasi dan adaptasi DPI sesuai
spesifik lokasi
- Terwujudnya penurunan kerusakan tanaman akibat DPI
- Terwujudnya peningkatan kemampuan kelompok tani dalam
mengamankan usahatani dari DPI
- Terwujudnya pengamanan produksi padi dari DPI,
C. Manfaat (Benefit)
- Terwujudnya pengamanan pertanaman padi di daerah rawan DPI
(banjir/kekeringan).
- Terwujudnya pola tanam sesuai kondisi iklim spesifik lokasi.
- Terwujudnya peningkatan pendapatan petani.
D. Dampak (Impact)
- Terciptanya strategi antisipasi, adaptasi dan mitigasi terhadap dampak
perubahan iklim.
- Terciptanya budidaya tanaman ramah lingkungan sesuai sepsifik lokasi.
28
BAB X
PENUTUP
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat G, 2013, Tesis Kajian Optimalisasi dan Strategi Sumber Daya Air di
Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Program Magister Ilmu Lingkungan
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang
2. www. ppli.selo.or.id. 2016. Manfaat biopori
3. www.biopori.com
30
Lampiran 1. Lokasi Kegiatan PPDPI Tahun 2016
b. Indramayu
c. Pangandaran
8 Jateng 30 a. Grobogan
b. Rembang
c. Sragen
9 DIY 20 a. Bantul
b. kulonprogo
10 Jatim 30 a. Lumajang
b. Jember
c. Trenggalek
11 Banten 20 a. Pandeglang
b. Lebak
12 NTB 20 a. Lombok Timur
b. Sumbawa
13 Sulawesi Tengah 10 Banggai
14 Sulawesi Selatan 30 a. Wajo
b. Pinrang
c. Sidrap
15 Sulawesi Tenggara 20 a. Konawe
b. Kolaka Timur
16 Maluku 10 Maluku Tengah
Jumlah 320
31
Lampiran 2. Contoh Rencana Usulan Kelompok
RENCANA USULANKELOMPOK
PENERAPAN PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
......................,.....................................
Kepada Yth :
Kuasa Pengguna Anggaran ........................
.....................................................................
Sesuai dengan Surat Keputusan ........ No ...... tanggal ...........tentang penetapan petani/
Kelompok tani sasaran kegiatan ................ dengan ini kami mengajukan permohonan
Dana Penerapan Penanganan DPI kepada kelompok tani sebesar Rp ............. (terbilang
...............) sesuai Rencana UsulanKelompok (RUK) dengan rekapitulasi kegiatan sebagai
berikut :
JENIS
dst
Mengetahui Kelompoktani
POPT-PHP,
3. Anggota …………..
Menyetujui
Ketua Tim Teknis
……………..
Nip
32
Lampiran 3.
CONTOH JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENERAPAN PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (PPDPI)
No Uraian Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Bobot
Progres
A Persiapan
1 Pembuatan Juklak oleh Propinsi
2 Pembuatan Juknis oleh Kab/Kota
3 Koordinasi dgn instansi terkait
4 Sosialisasi
5 Pemilihan CPCL
6 Penetapan CPCL
7 Identifikasi masalah & pemetaan lahan
8 RUKK
B Pelaksanaan:
1 Pembuatan biopori/sumur suntik & pompa
2 Pendampingan
C Monev
D Pelaporan
33
Lampiran 4. RAB Pelaksanaan PPDPI untuk daerah non remote (biopori)
34
Lampiran 5. RAB pelaksanaan PPDPI untuk daerah non remote (sumur
suntik/pantek)
526115 Belanja Barang Fisik Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda 3.660.000
- pembelian pompa air 2 inc 1 buah 3.660.000 3.660.000
35
Lampiran 6. RAB pelaksanaan PPDPI untuk daerah remote (lubang biopori)
36
Lampiran 7. RAB pelaksanaan PPDPI untuk daerah remote (sumur suntik/pantek)
37
Lampiran 8. Outline Laporan Awal dan Akhir
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Sasaran
II. Pelaksanaan
A. Lokasi
B. Tahapan Pelaksanaan
C. Hasil Pelaksanaan
III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan
IV. Manfaat Kegiatan
V. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Lampiran
1. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan awal, perkembangan dan akhir
2. Tabel perkembangan kegiatan
38
Lampiran 9 .
A. Persiapan 25
4 Sosialisasi 3
5 Pemilihan CPCL 2
6 Penetapan CPCL 3
8 RUKK 5
B. Pelaksanaan 75
2 Pendampingan 10
39