Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN KERUSAKAN MEMORI


MELALUI INTERVENSI LATIHAN HANDBALL
Shinta Uly Noor Situmorang, Widyatuti*
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Gedung Pendidikan dan Laboratorium FIK UI Jl. Prof. Dr.
Bahder Djohan, Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia 16424
*tuti_cw@yahoo.com

ABSTRAK
Kerusakan memori yaitu ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan perilaku.
Pada usia lansia mengalami masalah dalam bidang kesehatan ialah mempertahankan kesehatan untuk
melanjutkan fungsi kehidupan seperti: mampu beraktifitas fisik, serta mempertahankan fungsi sosial
dan fungsi kognitif. Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan kerusakan memori dengan menggunakan instrumen Mini Mental State Examination (MMSE)
dan Activity of Daily Living (ADL). Salah satu intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
kerusakan memori pada lansia yaitu manajemen demensia dengan aktivitas kelompok berupa latihan
handball. Latihan handball dilakukan lima kali dalam seminggu selama 30 menit. Hasil yang
didapatkan bahwa klien kelolaan mengalami peningkatan skor MMSE dari 15 (kerusakan kognitif
sedang) menjadi 17 (kerusakan kognitif sedang). Sedangkan untuk klien resume 1 mengalami
peningkatan MMSE dari 14 (kerusakan kognitif sedang) menjadi 17 (kerusakan kognitif sedang) dan
klien resume 2 mengalami penurunan dari skor MMSE 21 (kerusakan kognitif ringan) menjadi 19
(kerusakan kognitif ringan). Peningkatan komponen kognitif klien kelolaan terdapat pada orientasi.
Sedangkan untuk resume 1 terjadi peningkatan pada perhatian dan kalkulasi serta mengingat. Klien
resume 2 terdapat peningkatan komponen kognitif pada perhatian dan kalkulasi. Dapat disimpulkan
bahwa intervensi latihan handball dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan
pemrosesan visual.

Kata kunci: kerusakan memori; lansia; latihan handball

NURSING CARE IN ELDERLY WITH MEMORY DAMAGE THROUGH HANDBALL


EXERCISE INTERVENTION

ABSTRACT
Memory damage is inability to remember some information or behavioral skills. At the age of the
elderly have many problems in health as maintaining their health to continue the functions of life
such as: being able to engage in physical activity, maintaining social and cognitive functions. The
purpose of this paper is to explain about nursing care for erderly with memory damage by using Mini
Mental State Examination (MMSE) and Activity of Daily Living (ADL) instruments. One of the
nursing interventions to solving for elderly with memory damage is dementia management with
group activities such as handball training. Handball training is carried out five times a week for 30
minutes. The results showed that managed clients experienced an increase in MMSE scores from 15
(moderate cognitive damage) to 17 (moderate cognitive damage). Whereas for resumes 1 clients
experienced an increase in MMSE from 14 (moderate cognitive damage) to 17 (moderate cognitive
damage) and resume 2 clients experienced a decrease from MMSE 21 score (mild cognitive
damage) to 19 (mild cognitive damage). Increased cognitive components of managed clients are in
orientation. Whereas for resume 1 there is an increase in attention and calculation and
remembering. Resume 2 clients have an increased cognitive component to attention and calculation.
The conclution of handball training is improve cognitive abilities and visual processing capabilities.

Keywords: social media, premarital sexual behaviour, adolescent

41
Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

PENDAHULUAN
Lanjut usia menurut Permenkes RI (2016) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah lanjut usia
di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa, pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
mencapai 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah lansia akan mencapai 36
juta jiwa (Kemenkes RI, 2015). Populasi lanjut usia yang semakin meningkat akan
menimbulkan masalah diberbagai bidang salah satunya adalah kesehatan. Lansia harus
mampu mempertahankan fungsi seperti beraktivitas fisik, mempertahankan fungsi sosial dan
kognitif (Nevriana, Riono, Rihardjo & Kusumadjati, 2012).

Perubahan pada berbagai sistem dalam tubuh terjadi seiring dengan pertambahan usia
seseorang. Perubahan yang mungkin terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,
psikologis, dan spiritual (Meiner, 2015). Akibat dari perubahan yang terjadi pada lansia
adalah menurunnya fungsi kognitif (Lopes, 2016). Di kalangan lansia sendiri penurunan
fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya ketergantungan terhadap orang lain
untuk merawat diri sendiri akibat ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hal
ini disebabkan karena dengan semakin meningkatnya umur mengakibatkan perubahan-
perubahan anatomi, seperti menyusutnya otak dan perubahan biokimiawi di Sistem Saraf
Pusat (SSP) sehingga dengan sendirinya dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif.

Gangguan kognitif adalah gangguan karena peningkatan usia yang menyebabkan penurunan
fungsi otak yang berhubungan dengan konsentrasi, kalkulasi, mengambil keputusan,
reasoning, berpikir abstrak (Shiang Wu, 2011; Wiyoto, 2002). Studi oleh Surprenant dan
Neath (2007) menunjukkan bahwa perubahan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi secara
signifikan dengan peningkatan depresi dan memiliki dampak terhadap kualitas hidup seorang
lansia. Darmojo (2011) mengatakan bahwa penurunan kualitas hidup ini disebabkan oleh
menurunkan memori, proses berfikir, dan fungsi kognitif pada lansia.

Menurut Wei dan Ji (2014) mengidentifikasi bahwa efek multikomponen latihan dalam
fungsi kognitif pada lansia dengan penurunan kognitif memberikan manfaat untuk
meningkatkan logika memelihara fungsi kognitif dan mengurangi pengecilan otot kortikal.
Program latihan bola tangan terutama mencakup gerakan tangan dan praktik gerakan mata
yang dapat meningkatkan fungsi kognitif peserta dengan merangsang meridian (titik
refleksi) tangan dalam praktik gerakan dan latihan kekuatan. Latihan gerakan mata dapat
meningkatkan interaksi belahan otak dan aktivasi belahan lateral dan dapat meningkatkan
kemampuan pemrosesan visual. Latihan handball memiliki beberapa elemen yaitu
kebugaran, koordinasi tangan dan mata, kelincahan, dan strategi permainan dengan
menggunakan handball untuk beberapa aktivitas seperti melempar, menangkap dan lainnya.
Berdasarkan penulisan Wei dan Ji (2014) didapatkan bahwa beberapa lansia yang diberikan
latihan handball selama tiga bulan mengalami peningkatan skor MMSE dari 24,33 menjadi
25,20. Perawat sangat berperan penting dalam membantu lansia yaitu dengan menumbuhkan
rasa saling percaya, saling bersosialisasi dan mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok
(Depkes RI, 2008). Kegiatan kelompok yang dilakukan oleh perawat adalah salah satu
upaya preventif bagi lansia yaitu dengan memperbanyak aktivitas fisik (Blondell,
Hammersley-Mather, & Veerman, 2014).

METODE
Metode yang dipakai adalah studi kasus dengan memberikan intervensi keperawatan latihan
handball pada klien kelolaan Kakek A dengan kerusakan memori. Intervensi dilakukan
selama lima kali dalam seminggu selama 30 menit. Intervensi ini berlangsung selama enam

42
Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

minggu. Gerakan latihan handball menggunakan bola kasti, bola pingpong, raket tenis meja.
Latihan handball ini terdiri dari delapan gerakan yang menggabungkan elemen ketahanan
kebugaran, koordinasi mata tangan, kelincahan dan strategi dalam setiap permainan melalui
penggunaan bola tangan untuk beberapa tindakan seperti melemparkan, melempar, dan
sebagainya. Latihan handball yang terdiri dari delapan gerakan yaitu latihan melempar,
latihan memukul, latihan bouncing, latihan mengenal nama teman, latihan mengambil,
pelatihan lapangan, latihan roll dan pelatihan mencubit. Evaluasi diberikan pada akhir minggu
keenam dengan menggunakan instrumen.

HASIL
Penulis melakukan implementasi pada klien kelolaan utama, yaitu Kakek A selama enam
minggu. Implementasi dilakukan sebanyak 5 kali dalam seminggu sesuai dengan jurnal yang
dipilih untuk meningkatkan fungsi kognitif dan pemrosesan visual pada lansia untuk
mengatasi kerusakan memori. Klien kelolaan penulis adalah kakek A. Minggu pertama
pelaksanaan implementasi keperawatan pada klien kelolaan dimulai tanggal 1-5 Mei 2019.
Pada hari pertama penulis membina hubungan saling percaya dengan klien kelolaan. Penulis
mulai memberikan intervensi aktivitas fisik yaitu latihan handball. Implementasi dilakukan di
halaman depan ruang Edelweis atau ruang Flamboyan bersama penulis, klien kelolaan dan
dua klien resume. Latihan handball dilakukan secara bersama-sama. Kemudian
memperkenalkan diri, menanyakan kabar, menanyakan waktu, tempat, dan teman
disampingnya. Selanjutnya diberitahukan jawaban yang benar. Saat implementasi penulis
memanggil nama klien. Implementasi diawali dengan menanyakan hari, tanggal, bulan dan
tahun serta dijelaskan tujuan dari intervensi yang dilakukan. Penulis menjelaskan tentang
waktu dan menjelaskan gerakan yang akan dipraktikkan.

Klien kelolaan mampu mempraktikkan gerakan pertama yaitu melempar bola. Handball yang
dimainkan dioperkan dari tangan kanan ke kiri selama 5 menit. Gerakan ini dilakukan sebagai
ajang pemanasan sebelum memulai ke gerakan selanjutnya. Gerakan kedua adalah bermain
bola tenis. Bola tenis dipukul ke atas dan tidak boleh jatuh. Klien kelolaan mampu melakukan
pukulan sebanyak tiga kali saja. Klien kelolaan masih belum fokus dengan bola tenis yang
dipukul, mampu memukul sebanyak tiga kali saja. Gerakan ketiga yaitu klien melakukan
drible bola sebanyak dua kali dan mengoperkan pada pasangannya. Klien kelolaan bisa fokus
melempar ke pasangannya.

Gerakan keempat yaitu mengoperkan handball ke teman yang disebutkan namanya. Klien
kelolaan masih tampak kebingungan saat melempar bola karena belum bisa mengingat nama
temannya. Gerakan kelima adalah memasukkan bola ke dalam mangkok kecil menggunakan
sendok. Bola yang dapat dimasukkan lima dan bisa dilakukan dengan sempurna. Gerakan
keenam yaitu memasukkan bola ke dalam keranjang. Klien kelolaan mampu memasukkan
bola ke dalam keranjang sebanyak dua dari lima bola yang tersedia. Gerakan ketujuh adalah
gerakan memainkan bola dengan warna yang berbeda. Klien kelolaan mampu melempar bola
secara bergantian dengan warna yang berbeda-beda menggunakan satu tangan. Gerakan
kedelapan yaitu memasukkan kerang kecil ke dalam botol dengan intensitas waktu selama
satu menit. Kerang yang dapat dimasukkan sebanyak 20 buah. Kakek mampu berhitung
dengan baik.

Minggu kedua implementasi latihan handball diberikan pada tanggal 8, 9,10, 11 dan
12 Mei 2019. Pada pertemuan di minggu kedua sudah terbina hubungan saling percaya antara
klien dan penulis. Implementasi dilakukan sesuai tahapan pada minggu pertama. Pada
minggu kedua juga dilakukan implementasi latihan aktivitas fisik. Penulis melakukan latihan

43
Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

yang sama pada klien kelolaan dan dua resume. Pada minggu pertama klien kelolaan masih
kesulitan mengenal nama teman yang diajak latihan dan kurang fokus serta tampak
kebingungan, sedangkan minggu kedua klien kelolaan mampu mengenal penulis dan teman
yang diajak latihan. Klien kelolaan menyebutkan dua resume yang diajak latihan.

Minggu ketiga implementasi diberikan pada tanggal 15,16,17, 18 dan 19. Pada minggu ini,
klien kelolaan sudah mampu mengingat waktu untuk latihan handball. Klien kelolaan mampu
membuat keputusan untuk menentukan waktu latihan, bisa menyebutkan nama teman yang
dioperkan bola dengan benar, menyebutkan tanggal, hari dan bulan benar tapi tahun tidak
serta belum mampu menyebutkan tujuan latihan handball. Minggu keempat implementasi
diberikan pada tanggal 22, 23, 24, 25, dan 26. Pada minggu ini, klien kelolaan mampu
melakukan latihan handball secara menyeluruh dengan baik, mengingat berapa banyak
kerang yang dimasukkan ke dalam botol yaitu 22 buah dan mampu memukul bola tenis
sebanyak tiga kali.

Minggu kelima implementasi adalah tanggal 29-30 April dan 1-3 Mei 2019, klien kelolaan
mampu memasukkan bola dalam keranjang sebanyak lima buah, mampu menyebutkan
nama teman yang dioperkan bola, mampu melemparkan bola dengan warna yang berbeda,
memasukkan bola ke dalam botol sebanyak 24 buah dan dapat menyebutkan tujuan dari
latihan handball, serta mampu memukul bola tenis sebanyak 5 kali. Klien kelolaan
menyebutkan biasa saja mengikuti latihan handball dan ingin mengikuti lagi. Minggu
keenam implementasi adalah tanggal 6,7,8 dan evaluasi di tanggal 9, klien kelolaan mampu
mengingat gerakan melempar, melempar bola ke dalam keranjang sebanyak empat bola,
memasukkan kerang sebanyak 24 buah, biasa saja perasaannya setelah mengikuti latihan
handball.

Klien resume 1
Klien resume 1 memiliki diagnosa keperawatan yaitu kerusakan memori. Klien
menunjukkan tanda-tanda demensia. Klien mengatakan tidak tahu tanggal, bulan dan tahun
sekarang. Klien mengatakan tidak tahu berada di negara, provinsi, kota dan nama panti
tetapi mengetahui nama Wisma Edelweis. Klien mengatakan umurnya adalah 62 tahun.
Setelah diberitahukan hari, tanggal, bulan, dan tahun yang benar sebanyak 1-2 kali, klien
mampu mengulangi. Klien tampak melihat kalender di lemari dan menyebutkan tanggal
dengan benar. Klien sulit menyimpan informasi baru yang diberikan sehingga diperlukan
pengulangan. Ketika ditanyakan keesokan harinya pun, klien mengatakan lupa hari, tanggal,
bulan dan tahun. Klien tidak banyak berbicara dan suka diam saja. Klien jarang tersenyum
dan berkomunikasi dengan teman sebelahnya. Klien mampu membaca dan menulis tetapi
tidak mampu berhitung mundur.

Saat melakukan wawancara, klien mampu menjawab pertanyaan penulis dengan baik. Hasil
pengkajian MMSE yaitu 14 atau kerusakan kognitif sedang dan ADL yaitu skrining PSMS
sebesar 6 dan IADL sebesar 2. Penulis melakukan implementasi pada klien resume 1 selama
enam minggu. Implementasi dilakukan sebanyak 5 kali dalam seminggu bersamaan dengan
klien kelolaan dan resume 2 untuk meningkatkan fungsi kognitif dan mengatasi kerusakan
memori. Pada minggu pertama implementasi, resume 1 dilatih delapan gerakan oleh penulis.
Implementasi dilakukan sesuai dengan yang telah dipaparkan sebelumnya.

Hasil evaluasi didapatkan bahwa resume 1 mampu melakukan setiap latihan secara mandiri.
Resume 1 mampu mempraktikkan setiap gerakan sesuai yang diajarkan oleh penulis. Resume
1 memiliki kemampuan berhitung yang baik, memiliki daya ingat yang kurang karena saat

44
Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

mengoperkan bola kepada pasangannya, kakek tampak kebingungan dan salah mengoperkan
bola. Selain itu pada saat ditanya tanggal, bulan dan tahun resume 1selalu menjawab lupa,
masih lupa dengan tujuan latihan handball dan dapat melakukan pukulan tenis meja sebanyak
dua kali. Pada minggu kedua implementasi, resume 1 masih lupa dengan nama penulis, masih
belum menghafal nama temannya, dapat melakukan pukulan tenis meja sebanyak tiga
gerakan tetapi mampu mengungkapkan untuk latihan lagi di tempat yang sama. Minggu
ketiga implementasi didapatkan bahwa resume 1 mampu menyebutkan bulan tetapi lupa
tanggal, hari dan tahun, enam gerakan pukulan tenis meja, mengingat nama penulis, dapat
mengulang tujuan dilakukan latihan handball dan masih tampak menunduk dan mampu
menyebutkan nama temannya dengan baik.

Minggu keempat implementasi, resume 1 mampu menyebutkan latihan yang paling disenangi
adalah tenis meja, menyatakan bahwa ingin latihan handball lagi di tempat yang sama,
melakukan pukulan tenis meja sebanyak lima kali, mampu memasukkan kerang sebanyak 30
buah dalam waktu 1 menit, menyebutkan bahwa ada lima gerakan latihan handball. Minggu
kelima implementasi, resume 1 menyebutkan ada delapan gerakan latihan handball, mampu
melakukan lima pukulan tenis meja, mampu memasukkan kerang dalam botol sebanyak 38
buah dalam waktu satu menit, mampu memasukkan bola sebanyak 4 buah dalam keranjang.
Minggu keenam implementasi, resume 1 mampu menyebutkan nama temannya, mampu
memasukkan bola dalam keranjang dengan baik, tetapi masih lupa tanggal, hari dan tahun,
tampak tersenyum. Penulis melakukan pemeriksaan MMSE dan ADL pada akhir pertemuan
dengan resume. Pemeriksaan awal MMSE didapatkan skor 14 dan ADL skor 8. Kemudian
pada akhir didapatkan skor MMSE sebesar 17 dan ADL skor 8. Pada pemeriksaan MMSE
terjadi peningkatan walaupun masih dalam rentang kognitif sedang. Pada aspek kognitif
terjadi peningkatan pada perhatian dan kalkulasi dari 0 menjadi 1 serta mengingat dari 0
menjadi 2.

Klien resume 2
Klien resume 2 memiliki diagnosa keperawatan yaitu kerusakan memori. Resume 2 tidak
mengetahui hari, tanggal, bulan Maret dan tahun sekarang. Resume 2 menyebutkan tahun
sekarang adalah 2000an, umurnya adalah 150 tahun, menyebutkan sekarang berada di panti
Budi Mulia 1, tidak mengetahui nama wisma, mampu menyebutkan tiga objek dan bisa
menyebutkan kembali objek yaitu plastik, besi dan payung, mampu menulis, membaca serta
mampu berhitung mundur secara baik. Hasil pengkajian awal MMSE didapatkan 21
(kerusakan kognitif ringan) dan ADL sebesar 5. Penulis melakukan implementasi sebanyak
enam minggu bersamaan dengan klien kelolaan dan resume 1 secara bersamaan.Implementasi
dilakukan lima kali dalam seminggu. Latihan handball dilakukan untuk meningkatkan fungsi
kognitif dan mengatasi kerusakan memori. Latihan yang dilakukan sesuai dengan yang sudah
dipaparkan.

Hasil evaluasi resume 2 mampu mengikuti latihan handball, namun dengan bantuan. karena
klien memiliki keterbatasan dalam gerakan yaitu tremor sehingga perlu perlahan-lahan. Pada
minggu pertama, resume 1 belum mampu menyebutkan tanggal, hari, bulan dan tahun dengan
benar, tidak menatap wajah penulis, berbicara tapi tidak jelas, mampu memperagakan
gerakan latihan handball dengan baik dan tidak fokus saat latihan handball. Minggu kedua
implementasi didapatkan resume 2 mampu menyebutkan tanggal 23, bulan April dan tahun
2000 an, menyebutkan nama penulis, mampu melakukan pukulan tenis meja sebanyak dua
gerakan, masih salah dalam mengoperkan bola pada temannya, lupa tujuan dilakukan latihan
handball, mengungkapkan perasaan sesudah latihan handball terasa biasa saja dan tidak
pusing. Minggu ketiga implementasi didapatkan bahwa resume lebih senang tiduran, kadang

45
Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

mengikuti latihan handball, lupa hari, bulan, tanggal dan tahun, masih salah dalam
mengoperkan bola pada temannya, mampu melakukan pukulan tenis meja sebanyak tiga kali,
lupa tujuan latihan handball dan menyatakan tidak ingin latihan lagi.

Minggu keempat implementasi, resume 2 menyebutkan ada lima gerakan latihan handball,
melakukan pukulan bola tenis sebanyak tiga kali, masih lupa tujuan latihan handball, mampu
memasukkan kerang sebanyak 26 buah dalam satu menit, memasukkan tiga buah bola dalam
keranjang dan masih tampak kurang fokus. Minggu kelima implementasi didapatkan bahwa
masih lupa waktu, hari, tanggal dan tahun 2000an, mampu memasukkan kerang dalam botol
sebanyak 38 buah, sudah bisa menghafal nama temannya dengan baik. Minggu keenam
didapatkan bahwa klien masih belum mampu mengingat tanggal dan tahun, mampu
memukul bola tenis meja sebanyak 5 pukulan, mampu mengoperkan bola pada teman yang
disebutkan dengan benar, mampu memasukkan bola dalam keranjang sebanyak tiga bola dan
memasukkan kerang dalam botol sebanyak 36 buah, mampu berkomentar saat kesulitan
memasukkan bola dalam mangkok kecil. Penulis melakukan pemeriksaan MMSE dan ADL
pada awal pengkajian dan pertemuan terakhir. Pada pengkajian awal didapatkan hasil MMSE
yaitu 21 (kerusakan kognitif ringan) dan ADL yaitu 5. Sedangkan pertemuan terakhir hasil
MMSE yaitu 19 (kerusakan kognitif ringan) dan ADL yaitu 5. Pada hasil MMSE terjadi
penurunan dari 21 menjadi 19. Perubahan terjadi pada aspek mengingat dari 3 menjadi 0.
Sedangkan terjadi peningkatan pada perhatian dan kalkulasi yang sebelumnya 3 menjadi 5.

PEMBAHASAN
Latihan handball adalah program pelatihan bola tangan terutama mencakup gerakan tangan
dan praktik gerakan mata yang dapat meningkatkan fungsi kognitif peserta dengan
merangsang meridian tangan dalam gerakan dan latihan kekuatan. Latihan handball ini
merupakan latihan aerobik intensitas sedang yang dapat meningkatkan fungsi memori.
Latihan handball ini terdiri dari delapan gerakan yang menggabungkan elemen ketahanan
kebugaran, koordinasi mata tangan, kelincahan dan strategi dalam setiap permainan melalui
penggunaan bola tangan untuk beberapa tindakan seperti melemparkan, melempar, dan
sebagainya.

Pada kondisi sekarang, klien kelolaan diberikan aktivitas fisik yaitu latihan handball yang
terdiri dari delapan gerakan yaitu latihan melempar, latihan memukul, latihan bouncing,
latihan mengenal nama teman, latihan mengambil, pelatihan lapangan, latihan roll dan
pelatihan mencubit. Klien kelolaan yang dikelola oleh penulis mampu mempraktikkan
dengan baik semua gerakan. Klien kelolaan mampu memainkan bola menggunakan dua
tangan, fokus dengan bola yang dimainkan. Selain itu pada saat mengoperkan bola ke
teman yang disebutkan namanya oleh penulis, klien kelolaan masih kebingungan dengan
nama temannya siapa. Sebelumnya sudah diperkenalkan tetapi klien kelolaan lupa dengan
nama temannya. Latihan bola juga mengasah kelincahan dan strategi dalam memantulkan
bola ke pasangannya. Gerakan latihan handball juga mengasah kemampuan konsentrasi
untuk bisa memasukkan bola ke dalam keranjang agar masuk tepat pada keranjang. Gerakan
lainnya seperti memukul bola tenis bisa mengasah koordinasi antara gerakan mata dan
gerakan tangan. Selanjutnya latihan memasukkan bola ke dalam mangkuk kecil,
memasukkan kerang ke dalam botol dan menghitung jumlah kerang yang masuk dan
terakhir yaitu memainkan bola dengan warna yang berbeda ke atas menggunakan satu
tangan.

Selain itu penulis selalu menanyakan tentang waktu, hari, tanggal, bulan dan tahun pada
kelolaan. Klien kelolaan hanya mampu menyebutkan hari saja, lupa dengan tahun dan bulan.

46
Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

Klien kelolaan selalu diingatkan oleh penulis tentang waktu, semakin sering diberikan
stimulus maka akan merangsang memori ingatannya. Evaluasi yang digunakan oleh penulis
adalah MMSE dan ADL. Hasil evaluasi penulis setelah melakukan implementasi latihan
handball adalah terdapat perubahan pada skala MMSE dan tidak terjadi perubahan untuk
ADL. Hasil evaluasi klien kelolaan dan resume berbeda-beda.Hasil evaluasi setelah dilakukan
latihan handball adalah terdapat perubahan pada skala MMSE dari 15 menjadi 17 sedangkan
untuk ADL tidak terdapat perubahan yaitu 7 (PSMS 6 dan IADL 1).

Klien resume 1 berjenis kelamin laki-laki (62 tahun) mengikuti latihan handball teratur lima
kali per minggu menunjukkan terjadinya peningkatan pada tes MMSE dengan hasil sebelum
implementasi 14 dan sesudah menjadi 17. Sedangkan untuk tes ADL didapatkan bahwa hasil
sebelum 8 dan sesudah 8. Klien resume 2 berjenis kelamin laki-laki (81tahun) mengikuti
latihan handball menunjukkan hasil tes MMSE mengalami penurunan dari sebelum
implementasi 21 dan sesudah implementasi menjadi 19. Sedangkan untuk ADL, resume 2
tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah yaitu skornya 2. Hasil evaluasi yang
meningkat atau tidak mengalami perubahan dapat terjadi karena efek dari latihan handball
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut analisis penulis penyebab perbedaan hasil MMSE adalah waktu, umur, motivasi
dan adanya instruktur yang terlatih. Dari segi waktu, klien resume 2 merasa cepat capek dan
bosan. Lamanya latihan selama 30 menit membuat klien bosan. Dari segi umur didapatkan
bahwa klien kelolaan berumur 62 tahun,klien resume 2 berumur 62 tahun dan umur klien
resume 2 yaitu 81 tahun.Usia klien resume 2 yang terlalu tua mengakibatkan terjadinya
penurunan kognitif. Selain itu motivasi berkaitan dengan keinginan untuk melakukan
aktivitas. Klien resume 1 lebih senang tiduran saja. Berbeda dengan klien kelolaan dan
resume 1 yang bersemangat mengikuti latihan. Hal ini dapat dilihat pada saat penulis
mengajak untuk melakukan latihan handball, kedua klien mengikuti dengan baik ajakan
penulis.

Sedangkan untuk hasil ADL pada klien kelolaan, resume 1 dan 2 tidak mengalami
peningkatan. Hasil PSMS dan IADL tidak terpengaruh dengan latihan handball. PSMS yang
berkaitan dengan aspek perawatan diri sedangkan IADL mencakup delapan tugas kompleks.
Latihan handball tidak mempengaruhi dikarenakan ADL tidak dilatih dalam latihan
handball seperti makan, toileting, berdandan dan lain-lain. Dalam latihan aktivitas seperti
ADL harus sering dilatih agar lansia mampu melakukan secara mandiri. Kemampuan yang
mencakup delapan tugas seperti menelepon berbelanja tidak dilatih pada lansia dengan
penurunan kemampuan kognitif sehingga lansia tidak terbiasa untuk melakukannya. Sesuai
dengan hasil yang didapatkan oleh Wei dan Ji (2014) bahwa skor ADL tidak mengalami
peningkatan, setelah tiga bulan dilakukan didapatkan hasil awal 15,33 dan hasil akhir 14,67.
Menurut analisis penulis bahwa untuk ADL harus diperlukan adanya pengajaran khusus
terkait aspek perawatan diri dan aspek tugas kompleks. Lansia diberikan tugas untuk
bertanggung jawab dengan kebutuhan sehari-harinya dengan bimbingan dari perawat panti.
Hal ini bisa membantu lansia untuk melakukan aktivitas secara bertahap hingga tidak
bergantung pada perawat.

SIMPULAN
Hasil karya ilmiah ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan selama enam
minggu di Panti Sasana Tresna Werdha Budi Mulia 1. Hasil pengkajian pada Kakek A
diperoleh bahwa klien menunjukkan penurunan kognitif dibuktikan dengan tidak mengingat
umurnya, tidak mengetahui tempat dimana berada, tidak mampu mengingat tiga objek yang

47
Jurnal Ners Widya Husada Volume 6 No 2, Hal 41 - 48, Juli 2019, p-ISSN 2356-3060
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Widya Husada Semarang

disebutkan, afek muka datar dan tidak banyak bicara. Hasil pemeriksaan MMSE yaitu 15
(kerusakan kognitif sedang) dan ADL yaitu 7 (gangguan fungsional). Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan didapatkan bahwa masalah keperawatan utama adalah kerusakan memori.
Rencana asuhan keperawatan yang penulis berikan pada Kakek A untuk mengatasi kerusakan
memori adalah dengan intervensi manajemen demensia. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu
memori dengan indikator klien mampu mengidentifikasi orang yang signifikan, tempat saat
ini, hari, bulan, tahun dan musim, berespon terhadap tanda-tanda bahasa dan visual serta bisa
fokus. Intervensi yang dilakukan adalah aktivitas kelompok dengan latihan handball. Latihan
handball ini dilaksanakan lima kali seminggu selama enam minggu dengan durasi selama 30
menit. Aktivitas ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan dapat
meningkatkan kemampuan pemrosesan visual.

Hasil evaluasi akhir menunjukkan peningkatan skor MMSE menjadi 17 (kerusakan kognitif
sedang), dan mengalami peningkatan 3 poin pada orientasi waktu, tidak terjadi peningkatan
pada poin registrasi, perhatian dan kalkulasi, serta mengingat. Dengan demikian intervensi
keperawatan manajemen demensia: aktivitas kelompok berupa latihan handball mampu
meningkatkan kognitif klien. Setelah dilakukan intervensi latihan handball, klien mampu
mengingat nama teman yang ikut dalam aktivitas latihan, mampu tersenyum, suka mengajak
klien resume untuk latihan, mampu mengingat waktu latihan, waktu dan tempat. Klien
sangat rajin mengikuti latihan secara rutin dan bisa mengikuti dengan baik. Klien mampu
mengingat semua gerakan dalam latihan handball dengan baik. Intervensi yang dilakukan
membutuhkan waktu yang lama agar bisa terjadi peningkatan fungsi kognitif. Intervensi
yang dilakukan oleh penulis masih kurang lama. Disarankan agar penulis selanjutnya dapat
memberikan intervensi yang lebih lama agar dapat terjadi peningkatan yang cukup banyak
pada klien yang mengalami kerusakan memori.

DAFTAR PUSTAKA
Alzheimer's Disease International. (2015). World alzheimer report 2015: The global impact
of dementia. London: Alzheimer's Disease International.
Alzheimer's Disease International. (2016). World alzheimer report 2016: Improving
healthcare for people living with dementia. London: Alzheimer's Disease International.
Badan Pusat Statistik. (2017). Perkembangan beberapa indikator utama sosial- ekonomi
Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2018). NANDA international nursing diagnoses:
definition and classification 2018-2020 (10th ed.). Oxford: Wiley Blackwell
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka
Panjang bagi Lanjut Usia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Lumbantobing, S., M. (2011). Neurogeriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (Eds.). (2013). Nursing outcomes
classification (NOC): measurement of health outcome (5th ed.). USA: Elsevier.
Yao, Y. H., Xu, R. F., Tang, H. D., Jiang, G. X., Wang, Y., Wang, G., . . . Cheng, Q. (2010).
Cognitive impairment and associated factors among the elderly in the Shanghai suburb:
Findig form low- education population. Original Paper Neuroepidemiology, 245-252.

48

Anda mungkin juga menyukai