Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN

A. Islam Berkembang sebagai Kekuatan politik

Setelah Abu Bakar menyelesaikan tugas kekhalifaannya dan menyusul kepergian


Rasulullah SAW. Kehadirat Allah SWT. Umar meneruskan langkah-langkahnya untuk
membangun kedaulatan Islam sampai berdiri tegak. Kemmpuannya dalam melaksanakan
pembangunan ditandai dengan keberhasilannya diberbagai bidang.
Umar bin Khattab mengajak dunia memeluk Islam dengan ajakan yang baik dan
penuh hikmah. Setelah pasukan muslim menaklukkan Persia, Umar berwasiat kepada
Sa'ad ibn Abi Waqash, "kuperintahkan engkau untuk mengajak mereka memeluk Islam;
ajakla mereka dengan cara yang baik, sebelum memulai pertempuran. Umar juga
berwasiat kepada para pemimpin pasukan agar tidak memaksa penduduk setempat untuk
mengganti agama mereka dengan Islam. Umar justru berwasiat agar umat Islam dapat
memuliakan mereka dan tidak mengganggu praktik-praktik ibadah mereka.
Seiring dengan berkembang dan meluasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa
Khalifah Umar bin Khattab mengharuskan ia mengatur adminstrasi pemerintahannya
dengan cermat. Dalam sejarah umat Islam, Umar bin Khattab dipandang sebagai
Khalifah yang cukup berhasil mengembangkan dan mewujudkan tata pemerintahan dan
sistem adminstrasi kenegaraan yang baik. Baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
politik, hukum  maupun  ekonomi.
Adapun sistem yang beliau terapkan dalam keihidupan sosial kemasyarakatan ialah
menerapakan perlunya menghargai hak-hak individu dalam kehidupan masyarakat. Hal
itu tampak pada masyarakat yang ditaklukkannya. Beliau memberikan kelonggaran
dalam menjalankan ibadah menurut ajaran agamanya masing-masing. Dalam bidang
pemerintahan, kemasyarakatan dan kenegaraan, Umar menyelesaikan tiap permasalahan
yang dihadapi tidak cukup dengan pengamatan fisik semata-mata. Semua diselesaikan
dengan peelitian yang cermat, teliti dan seksama. Kebijakan ini diberlakukan ke seluruh
wilayah yang menjadi tanggung jawab kekhalifaannya.
Lebih jauh lagi, Umar berhasil menghapuskan sistem feodal Roma yang diterapkan
di Suria, dan kemudian membagi-bagikan tanah di situ kepada penggarap yang asli, yang
memang penduduk Suriah Wilayah kekuasaan yang sangat luas itu mendorong Umar
untuk segera mengatur administrasi negara. Administrasi pemerintahan diatur menjadi
delapan wilayah propinsi, yaitu: Mekah, Madinah, Syiriah, Jazirah, Basrah, Kufah,
Palestina dan Mesir, dan yang menjadi pusat pemerintahannya adalah Madinah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Umar bin Khatab telah menciptakan sistem
desentralisasi dalam pemerintahan Islam. 
Sejak pemerintahan Umar, telah dilengkapi adminstrasi pemerintahan dengan
beberapa jawatan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan negara pada waktu itu.
Jawatan-jawatan penting itu antara lain adalah; Dewan  al-Kharaj  (jawatan pajak) yang
mengelolah adminstrasi pajak tanah di daerah-daerah yang telah ditaklukkan. Dewan al-
Hadts (jawatan kepolisian) yang berfungsi untuk memelihara ketertiban dan menindak
pelanggar-pelanggar hukum yang nantinya akan diadili oleh qadhi. Beliau juga telah
merintis jawatan pekerjaan umum (Nazarat al-Nafiah), Jawatan ini bertangung jawab
atas pembangunan dan pemeliharaan gedung-gedung pemerintah, saluran-saluran irigasi,
jalan-jalan, rumah-rumah sakit dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar juga telah didirikan
pengadilan,  untuk   memisahkan antara kekuasaan eksekutif  dan yudikatif  yang pada
pemerintahan Abu Bakar, khalifah dan para pejabat adminstratif merangkap jabatan
sebagai qadhi atau hakim. Awalnya konsep rangkap jabatan trersebut juga diadopsi
pemerintahan Umar. Tetapi, seiring  dengan perkembangan keukasaan kaum muslimin,
dibutuhkan mekanisme administraif  yang mendukung terselenggaranya sistem
pemerintahan yang baik
Setidaknya ada 3 faktor penting yang ikut andil mempengaruhi kebijakan-kebijakan
umar dalam bidang hukum yaitu militer, ekonomi dan demografis (multi suku)
1. Faktor Militer
Penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar adalah fakta yang
tak dapat difungkiri. Beliau menaklukan Irak, Syiria, Mesir, Armenia dan daerah-
daerah yang ada di bawah kekuasaan Romawi dan Persia.Untuk mewujudkan dan
menyiapkan pasukan profesional, Umar menciptakan suatu sistem militer yang
tidak pernah dikenal sebelumnya yaitu seluruh personil militer harus terdaptar
dalam buku catatan negara dan mendapat tunjangan sesuai dengan pangkatnya.
Pembentukan militer secara resmi menuntut untuk melakukan mekanimisme baru
yang sesuai dengan aturan-aturan militer.    
2. Faktor Ekonomi
Dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, tentu membawa dampak
pada pendapatan negara. Sumber-sumber ekonomi mengalir ke dalam kas negara,
mulai dari kharaj (pajak tanah), jizyah (pajak perlindungan), ghanimah (harta
rampasan perang), Fai' (harta peninggalan jahiliyah), tak ketinggalan pula zakat
dan harta warisan yang tak terbagi. Penerimaan negara yang semakin bertumpuk,
mendorong Umar untuk merevisi kebijakan khalifah sebelumnya (Abu Bakar).
Umar menetapkan tunjangan yang berbeda dan bertingkat kepada para rakyat
sesuai dengan kedudukan sosial dan kontribusinya terhadap Islam. Padahal
sebelumnya, tunjangan diberikan dalam porsi yang sama.     
3. Faktor Demografis
Faktor ini juga sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang diambil
oleh Umar. Jumlah warga Islam non-Arab semakin besar setelah terjadi
penaklukan sehingga kelompok sosial dalam komunitas Islam semakin beragam
dan kompleks sehingga terjadi asimilasi antara kelompok. Terlebih lagi setelah
kota Kufah dijadikan sebagai kota pertemuan antarsuku baik dari utara maupun
selatan. Perbauran inilah yang membawa pada perkenalan institusi baru.
inti dari Ijtihad politik Umar Ibn al-Khattab, sebagai implementasi fiqh
kontekstual dalam pemerintahan Islam, adalah poin-poin berikut :
1. Bentuk bangunan ijtihad politik Umar Ibn al-Khattab merupakan
manifestasi maslahah mursalah sebagai bagian integral dan destinasi dari
konsep politik pemerintahan Islam.
2. Fungsi negara sebagai wadah syariat meniscayakan kemampuan
pemimpin untuk senantiasa melakukan ijtihad sebagai bagian tak
terpisahkan dalam siyasah syar’iyyah atau politik pemerintahan. Ranah ini
sangat dinamis dan sekaligus menimbulkan gejolak yang terus berkobar
dalam tubuh umat Islam sejak jaman khulafaur rasyidin sampai hari ini.
Kampium dalam ranah itu adalah Umar Ibn al-Khattab.
3. Dalam konteks ijtihad politik bagi kepentingan rakyat, hal yang paling
dikedepankan adalah makna politik dalam pengertian yang paling ideal,
yang bukan dipahami dan dihayati oleh para politisi yang hanya
memperkosa kekuasaan bagi kepentingan pribadi dan golongannya, tapi
dengan tujuan untuk menjamin tiap-tipa individu dalam masyarakat bisa
menjalani kehidupan yang kualitasnya semakin meningkat.
4. Prioritas ijtihad politik terpola dalam bidang agama dan kemaslahatan
umum, bidang perdata dan ahwal syakhsiyah, bidang hubungan internasional,
bidang pertahan dan militer, bidang ekonomi dan anggaran, serta bidang
penegakan hukum dan peradilan.
5. Implementasi fiqh kontekstual dalam bidang politik dan pemerintahan
Islam terjabarkan dalam landasan hukum perluasan konteks pemaknaan siyasah
syar’iyyah sebagai pijakan dasar kesejahteran dan kemaslahatan umum yang
mesti dikedepankan dalam semua konteks dan dimensi kehidupan berbangsa dan
bernegara, walaupun tidak ada wahyu dan teks kenabian yang memayunginya,
demi perlindungan negara terhadap rakyat.

B. Ekspansi Islam di Masa Umar bin Khattab

Perkembangan Islam setelah hijrah Nabi ke Madinah tidak hanya di ranah agama,
tetapi telah merambah di kekuatan politik Islam sebagai kekuatan negara ini. Hal ini
terbukti bahwa perkembangan Islam yang sangat  menonjol dan efektif melalui
penaklukan dan bukan melalui jalan damai seperti dakwah. Islam dikembangkan dengan
mengirim ahli militer dan bukan dengan cara mengirimkan da'i da'iyah ataupun ahli
agama.  

Ekspansi pertama jatuh pada kota Damaskus pada tahun 635 M.  Setahun kemudian,
setelah Bizantium jatuh dalam perang yarmuk, daerah Suriah jatuh dibawah kekuasaan
Islam. Dalam ekspansi gelombang pertama, kekuasaan Islam telah meliputi selain
semenanjung Arabia, Palestina, Suriah, Irak, Persia dan Mesir.

Mesir menjadi daerah terakhir tujuan Umar bin Khattab dalam melakukan ekspansi
wilayah. Ekspansi Mesir dipimpin oleh Amr bin Ash, seorang yang memang mengetahui
dengan detail mengenai peta daerah Mesir. Amr memasuki daerah perbatasan Mesir pada
tahun 639 M dengan disertai 4000 tentara. Sebagai permulaan, Amr merebut kota Al-
Farama, selanjutnya membuka kota Bilbay yang merupakan salah satu kota penting di
daratan Mesir. 

Puncak pertempuran saat itu terjadi di benteng Babylonia yang pada saat itu terkenal
sebagai pusat kerajaan Bizantium. Untuk memperkuat pasukannya, dikirimkan kembali
pasukan sebanyak 6000 tentara yang dipimpin olrh Zubair bin Awwam. Selanjutnya
penyerbuan dilanjutkan ke pusat Kota Alexandria yang dijaga oleh 50.000 tentara dengan
peralatan yang jauh lebih memadai. Kematian Heraclius secara tiba-tiba merubah situasi,
dan jatuhlah seluruh Mesir dengan sebuah perjanjian Alexandria pada tahun 641 M.

Setelah penaklukan Syiria, Persia dan Mesir dalam kurun waktu yang singkat, yaitu
selama sepuluh tahun kepemimpinan Umar ra negara Islam yang kalah itu hanyalah
negara yang kecil itu menjadi negara adikuasa pada masa itu. Akibat dari kegiatan
ekspansi diawal perkembangan Islam, khususnya pada masa pemerintahan Umar, maka
Islam sempat dituduh menyebarluaskan dirinya melalui ujumh pedang. 

Tuduhan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar, sebab kesan yang terlihat
memang sedemikian rupa. Orang-orang bangsa Romawi dan Persia yang belakangan ini
ditundukkan oleh Islam selalu mengolokkan orang Islam sebagai orang yang tidak
berbudaya. Ketika melihat keadaan umat Islam yang semakin meluas dan berkembang,
mereka merasa terancam dan berusaha menghancurkannya.

Anda mungkin juga menyukai