Tahukah Ibu, menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Kementerian
Kesehatan RI, ada sekitar 8,9 juta anak di Indonesia yang menderita kondisi
stunting? Artinya, 1 dari 3 balita mengalami gangguan pertumbuhan dan butuh
perhatian lebih. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat tertinggi penderita kondisi
stunting di Asia Tenggara dan kelima di dunia. Cukup memprihatinkan ya Bu.
Apa Dampaknya?
Salah satu dampak stunting yang paling mudah dilihat adalah tinggi dan berat
badan si Kecil yang jauh di bawah rata-rata anak seusianya. Selain itu, stunting
juga bisa berdampak sebagai berikut:
Penyebab Stunting
Inilah beberapa faktor utama yang menjadi penyebab stunting yang wajib Ibu
ketahui:
1. Ibu kurang mengonsumsi makanan dan minuman bergizi selama hamil dan
menyusui. Misalnya, kekurangan nutrisi yang mengandung Protein, Asam
Folat, Kalsium, Zat Besi, Omega 3, dan Serat.
2. Si Kecil tidak mendapat ASI eksklusif dan jumlah serta kualitas MPASI-nya
tidak mencukupi kebutuhan si Kecil ketika berusia 6 bulan ke atas.
3. Lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Misalnya, kekurangan air bersih dan
tidak mempunyai saluran pembuangan limbah mandi, mencuci, atau
membuang kotoran yang baik. Akibatnya, si Kecil, terutama saat berusia
kurang dari 2 tahun, lebih rawan terkena infeksi maupun bermacam penyakit.
Langkah Pencegahan
Pada umumnya, stunting terjadi pada balita, khususnya usia 1-3 tahun. Pada
rentang usia tersebut, Ibu sudah bisa melihat apakah si Kecil terkena stunting atau
tidak. Meski baru dikenali setelah lahir, ternyata stunting bisa berlangsung sejak si
Kecil masih berada dalam kandungan.
Dikarenakan stunting bisa dimulai sejak masih berada dalam kandungan, oleh
karenanya langkah pencegahan sudah bisa dilakukan selama kehamilan dan di 2
tahun pertama kehidupan si Kecil. Inilah beberapa langkah pencegahan stunting
yang bisa Ibu coba lakukan:
1. Selama hamil, Ibu memang harus makan lebih banyak sekaligus lebih bergizi
supaya janin dalam kandungan turut mendapatkan nutrisi untuk tumbuh
kembangnya.
2. Rutin melakukan kontrol kandungan ke bidan atau dokter kandungan untuk
mengetahui tumbuh kembang janin.
3. Mengonsumsi suplemen penambah darah dan asam folat.
4. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayi.
5. Memberikan MPASI setelah bayi berusia 6 bulan dengan tekstur makanan
yang ditingkatkan sesuai usia bayi.
6. Rajin mencari informasi tentang makanan dan minuman yang boleh dan tidak
boleh diberikan kepada si Kecil sesuai usianya.
7. Memberi si Kecil asupan gizi yang cukup, terutama protein dan kalsium.
Hapus kebiasaan mengonsumsi nasi dengan porsi banyak, tapi protein
sedikit. Asupan yang terpenting justru adalah protein yang dapat menunjang
tumbuh kembang si Kecil.
Semoga informasi dari saya seputar stunting membantu Ibu lebih mengenal serta
memahami soal kondisi gangguan pertumbuhan tersebut. Saya juga menyarankan
Ibu untuk membaca artikel mengenai pencegahan stunting pada anak dan dampak
stunting lainnya untuk memperoleh informasi yang lebih komplit.
Susu Frisian Flag 123 PRIMANUTRI turut mencegah stunting pada anak dengan
memberikan asupan nutrisi yang dibutuhkan si Kecil di masa tumbuh kembangnya.
Susu ini telah diperkaya dengan zat gizi makro (protein, karbohidrat, dan lemak)
serta zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Selain itu ada juga kandungan lainnya
berupa omega 3 dan 6, minyak ikan, kalsium, zat besi, zinc, serat pangan inulin, dan
selenium.
Saran dan Anjuran Kepada seluruh warga untuk berkonsultasi dengan para ahli
dibidang kesehatan terdekat ( Puskesmas atau Dokter Terdekat ).