Materi :
ALIRAN FLUIDA
Disusun Oleh :
Group : 4 Senin
Rekan Kerja :
ii
RINGKASAN
Pada sistem perpipaan, selain pipa lurus yang datar dan tegak, dilengkapi fitting
berupa kran, bengkokan, pembesaran, pengecilan dan sambungan serta manometer.
Cairan yang dialirkan ialah air yang ditampung dalam tangki sehingga bisa di recyle.
Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengukur debit dan menghitung laju alir
dengan menggunakan alat ukur yang ada, menghitung bilangan Reynold pada setiap
perubahan debit aliran, menghitung hilang tekan (pressure drop) dari aliran dengan
membaca beda tinggi manometer, menganalisa dan mengumpulkan hasil percobaan,
dengan menghitung friksi dan faktor friksi pipa. Dapat menghitung panjang ekuivalen
dari fitting yang berupa kran (valve), pembesaran (sudden enlargement), pengecilan
(sudden contraction), bengkokan (elbow) dan sambungan (flange). Mampu
menjelaskan hubungan antara laju alir dengan bilangan Reynold dan hilang tekan.
Mampu membuat laporan praktikum aliran fluida.menentukan laju alir. Fluida
adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dapat mengalir dengan sendirinya dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah atau tekanan tinggi ke tekanan
rendah. Fluida diklasifikasikan berdasarkan respon saat mengalami perubahan
tekanan, kekentalan, tipe aliran dan kestabilan debitnya.
Praktikum ini dimulai dengan mengatur kran bypass dan kran sistem pipa serta
kran manoeter tertutup. Setelah itu hidupkan pompa, lalu ukur debit air yang keluar.
Catat sebagai variabel 1. Kemudian buka kran sistem sedangkan kran manometer
masih dalam kondisi tertutup. Buka kran manometer perpasang dan catat perbedaan
tinggi disetiap manometer. Kemudian ulangi langkah dari yang paling awal untuk
variabel selanjutnya. Catat perbedaan tinggi setiap manometer pada masing-masing
variabel. Variabel yang digunakan yaitu debit/laju alir 7,1 ; 10,1 ; 13,1 ; 17,1 ; 21,1
; 23,1 ; 25,1 ; 27,1 ; 29,1 ; 33,1 ; 35,1 ; 41,1 ; 47,1 ; 51,1 ; dan 63,1 ml/s.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, Dapat disimpulkan, untuk
menghitung laju alir, bisa dilakukan dengan membagi debit aliran terhadap luas
𝑄
penampang dalam pipa besar (𝑣 = 𝐴 ). Adapun debit aliran diperoleh dari
pengaturan kran bypass.Perhitungan bilangan Reynold dapat dihitung menggunakan
𝜌.𝐷.𝑉
persamaan 𝑅𝑒 = 𝜇 , dimana adalah densitas fluida, D adalah diameter dalam
pipa, dan adalah viskositas fluida. Besarnya hilang tekan atau pressure drop pada
aliran dapat dihitung dengan persamaan P = R (𝜌𝐻 -𝜌𝐿 ) g. dimana R adalah beda
tinggi permukaan, 𝜌𝐻 adalah rapat massa fluida pengukur, 𝜌𝐿 adalah rapat massa
fluida mengalir dalam praktikum, dan g adalah gravitasi. Perhitungan friksi (F)
𝑓 𝐿 𝑉2
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan D’Arcy yaitu F= , dimana f
2 𝑔𝑐 𝐷
adalah faktor friksi D’Arcy, D adalah diameter dalam pipa, dan v adalah laju alir.
Pehitungan faktor friksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan ini, yaitu
𝐹 2 𝑔𝑐 𝐷
𝑓 = 𝐿 𝑉 2 dimana F adalah friksi, D adalah diameter dalam pipa, dan v adalah laju
alir. Perhitungannya panjang ekuivalen fitting (Le) bisa dilakukan dengan
𝐹2 𝑔𝑐 𝐷
menggunakan rumus Le= . Berdasarkan praktikum diperoleh Le/D praktis
𝑓 𝑉2
pada valve yaitu 261,408; pada bengkokan yaitu 37,879; pada sambungan yaitu
28,997; pada pengecilan yaitu 19,861; dan pada pembesaran yaitu 34,976.
Berdasarkan praktikum, didapatkan hubungan laju alir terhadap bilangan reynold
yang sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi laju alir maka bilangan reynold
juga semakin besar. Begitu pula dengan hubungan laju alir terhadap pressure drop
juga sesuai teori, dimana semakin besar laju alir maka pressure drop juga semakin
meningkat (pipa besar dan pipa kecil). Setelah melakukan praktikum secara online,
mahasiswa bisa membuat laporan aliran fluida dengan lancar. Saran yang dapat
diberikan adalah pembacaan manometer harus dilakukan dengan teliti, sehingga
data yang didapatkan semakin valid. Saat pengukuran diameter pipa dengan jangka
sorong dilakukan dengan tegak lurus. Agar pencatatan data lebih akurat. Pembukaan
setiap kran harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur, agar hasil yang didapatkan
juga akurat
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena atas
berkat-Nya lah kami dapat menyusun laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia
berikut dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada :
1. Penanggung jawab Laboratorium Operasi Teknik Kimia
2. Dosen pengampu materi Aliran Fluida
3. Laboran Labooratorium Operasi Teknik Kimia
4. Koordinator asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia
5. Asisten pengampu materi Aliran Fluida
6. Seluruh jajaran asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia
7. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dengan adanya praktikum ini semoga dapat menjadi tambahan pengetahuan, keahlian
dan juga menambah keilmuan di bidang teknik kimia, baik untuk pembaca, asisten
dan khususnya bagi penyusun. Kritik dan saran masih perlu diberikan kepada
penyusun agar dapat lebih baik dalam praktikum dan penyusunan laporan
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hubungan Bilangan Reynold terhadap Faktor Friksi (f) pada Pipa Besar.....9
Tabel 4.2 Hubungan Bilangan Reynold terhadap Faktor Friksi (f) pada Pipa Kecil...10
Tabel 4.3 Perbandingan Le/D Praktis dan Le/D Teoritis……………………………11
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4. Manfaat Percobaan
Dengan melakukan percobaan aliran fluida diharapkan praktikan memiliki
keterampilan dalam mengoperasikan aliran fluida pada sistem perpipaan,
mengatur debit, membaca alat ukur (manometer) dan menghitung faktor friksi
dan panjang ekivalen dari fitting.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sedangkan tipe aliran bila ditinjau dari olakan yang terjadi dibagi 2 yaitu :
1. Aliran laminar; bila partikel fluida bergerak dalam lintasan lintasan yang
paralel, dengan kecepatan rendah sehingga tidak terjadi arus olakan.
2. Aliran turbulen; bila partikel fluida bergerak dalam lintasan lintasan tak
teratur dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi arus olakan.
Untuk mengetahui tipe aliran fluida dalam pipa, yang paling mudah dengan
menghitung bilangan Reynold (Re) menurut Giles (1997) dalam buku Fluid
Mechanics and Hydraullic. 2nd ed. New York: Mc Graw Hill Book.Co.
𝜌𝐷 𝑉
Re= 𝜇
Keterangan:
E = beda tenaga dakhil
𝑔
Z𝑔𝑐 = beda tenaga potensial
Δ𝑉 2
= beda tenaga kinetis
2𝑎𝑔𝑐
Δ𝑃
= beda tenaga tekan
𝜌
4
Dimana:
P= hilang tekan (pressure drop)
R = manometer reading (beda tingi permukaan) fluida pengukur, misal air raksa
𝜌𝐻 = rapat massa fluida pengukur, misal air raksa
𝜌𝐿 = rapat fluida yang mengalir dalam percobaan, misal air
𝑔 = gravitasi bumi
Hubungan antara pressure drop dengan friksi dinyatakan dalam persamaan:
P = F 𝜌 (Diyono, 2002)
Dimana:
P= hilang tekan (pressure drop)
F = friksi
𝜌 = rapat massa fluida
Perhitungan besarnya friksi pipa lurus juga bisa menggunakan persamaan
Fanning atau persamaan D’Arcy, untuk keperluan teknis praktis biasanya
menggunakan persamaan D’Arcy:
𝑓 𝐿 𝑉2
F= 2 𝑔𝑐 𝐷 (Giles, 1997)
Dimana:
F = friksi
f = faktor friksi D’Arcy
D = diameter dalam pipa
V = laju alir
Friksi fitting dihitung dengan menyatakan panjang ekuivalen fitting
terhadap pipa lurus. Panjang ekuivalen fitting (Le) adalah ekuivalensinya
terhadap panjang pipa lurus yang diameternya tertentu yang memiliki besar
faktor friksi yang sama. Dengan demikian perhitungan friksi fitting bisa
menggunakan persamaan D’Arcy:
𝐹2 𝑔𝑐 𝐷
Le= (Giles, 1997)
𝑓 𝑉2
Dimana:
f = faktor friksi D’Arcy
Δ𝑃
F = friksi= ρ
5
BAB III
METODE PERCOBAAN
6
3.3. Gambar Alat Utama
Keterangan gambar:
A. Bak air
B. Pompa
C. Sistem pemipaan
D. Kran recycle sering disebut bypass
Keterangan alat ukur/ manometer:
1. Kran
2. Pembesaran pipa
3. Bengkokan pipa
4. Pipa lurus datar
5. Sambungan pipa
6. Pengecilan pipa
7. Pipa lurus datar
8. Pipa lurus vertical
9. Pipa lurus datar
10. Pipa lurus datar
7
B. Tahap Operasi
1. Periksa kran bypass dalam keadaan terbuka, dan kran sistem pipa
(1) dan kran-kran manometer tertutup
2. Hidupkan pompa dan tunggu sampai laju alir konstan.
3. Buka kran sistem pipa (1) sedangkan krankran manometer tetap
tertutup tunggu hingga laju alir cairan keluaran sistem pipa
stabil.
4. Buka kran manometer perpasang dan periksa cairan dalam
manometer, jangan ada gelembung udara.
5. Atur kran (1) untuk mengatur variasi debit air yang mengalir
pada sistem pemipaan dan hitung bilangan Reynoldnya.
6. Catat pembacaan manometer 1- 9.
7. Ulangi langkah nomor 5 dengan bukaan kran (1) yang berbeda
(bila perlu kran bypass dikecilkan untuk memperbesar debit air)
hingga mendapatkan variasi Reynold aliran laminar, transisi,
turbulen.
8. Buat tabel hasil percobaan (debit, R1 s/d R9).
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1,7
1,4
Faktor friksi
1,1
0,8
0,5
0,2
500 1500 2500 3500 4500 5500
Bilangan Reynold (Re)
Gambar 4.1 Hubungan Bilangan Reynold terhadap Faktor friksi pada Pipa Besar
9
Tabel 4.2 Hubungan Bilangan Reynold terhadap Faktor Friksi (f) pada Pipa Kecil
1 1448,7444 0,098
2 2060,8900 0,048
3 2673,0355 0,029
4 3489,2296 0,028
5 4305,4237 0,041
6 4713,5207 0,040
7 5121,6177 0,034
8 5529,7148 0,034
9 5937,8118 0,029
10 6754,0059 0,032
11 7162,1029 0,031
12 8368,3940 0,022
13 9610,6851 0,019
14 10426,8792 0,017
15 12875,4614 0,012
0,12
0,1
0,08
Faktor friksi
0,06
0,04
0,02
0
1000 3000 5000 7000 9000 11000 13000
Bilangan Reynold (Re)
Gambar 4.2 Hubungan Bilangan Reynold terhadap Faktor Friksi Pipa Kecil
Tabel dan grafik diatas menunjukan hubungan antara bilangan Reynold dan
factor friksi pada pipa besar dan pipa kecil. Apabila berdasarkan teori yang ada
bilangan Reynold dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝑟ℎ𝑜. 𝐷. 𝑣
𝑅𝑒 =
𝜇
10
Keterangan:
Re: Bilangan Reynold
Rho: Rapat massa fluida
V: Laju alir fluida
𝜇: viskositas fluida
Berdasarkan hubungan pada faktor friksi, rumus awal dari faktor friksi ini
sendiri berdasarkan persamaan D’archy-Weisbach akan menjadi:
𝑓. 𝐿. 𝑣 2
𝐹=
𝑑. 2. 𝑔
Keterangan:
F: Kehilangan Energi
L: Panjang pipa
d: diameter dalam pipa
v: laju alir fluida
g: Percepatan gravitasi
Pada persamaan D’archy-Weisbach, faktor friksi ini berbanding terbalik
dengan laju alir fluida, sedangkan laju alir fluida menjadi faktor terpenting dalam
penentuan bilangan Reynold yang menentukan sifat aliran laminar, transisi, atau
turbulen (Wibowo, dkk. 2010).
Berdasarkan grafik yang didapatkan, maka hasil praktikum telah sesuai
dengan teori yang ada yang mana menyatakan bahwa semakin besar bilangan
Reynold maka semakin kecil nilai faktor friksinya (Wibowo, dkk. 2010)
11
pengerakkan. Fouling merupakan fenomena penempelan dan penumpukkan abu
pada dinding pipa. Dan berdasarkan nlainya, Le/D muncul dengan persamaan:
𝐷. 𝐹. 2. 𝑔𝑐
𝐿𝑒 =
𝑓. 𝑣 2
Keterangan:
Le = Panjang diameter ekuivalen fitting
f = factor friksi
D = diameter dalam pipa
v = laju alir fluida
gc = specific gravity
Oleh karena itu, maka nilai Le/D akan semakin besar apabila nilai fouling
semakin besar (Nurcholis, 2008).
Nilai fitting valve teoritis dan praktis hasil percobaan secara berturut-turut
adalah 340 dan 261,40826, Bengkokan yaitu 30 dan 37,879076, Sambungan yaitu
20 dan 28,997177, Pengecilan bernilai 14 dan 19,861002, serta pada Perbesaran
yaitu 24 untuk teoritis dan 34,976682 untuk hasil percobaan.
Dengan melihat data pada tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa hasil percobaan
sesuai dengan teori dimana adanya perbedaan nilai antara Le/D praktis dibanding
Le/D teoritis dikarenakan factor fouling (Nurcholis, 2008).
5000
Bilangan Reynold (Re)
4000
3000
2000
1000
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Laju Alir (cm/s)
Gambar 4.3 Hubungan Laju Alir terhadap Bilangan Reynold pada Pipa Besar
12
14000
12000
8000
6000
4000
2000
0
15 35 55 75 95 115 135 155 175
Laju Alir (cm/s)
Gambar 4.4 Hubungan Laju Alir terhadap Bilangan Reynold pada Pipa Kecil
Berdasarkan teori yang berlaku, hubungan antara laju alir dan bilangan
Reynold yaitu berbanding lurus, hal itu dapat dilihat dari persamaan berikut:
𝑟ℎ𝑜. 𝐷. 𝑣
𝑅𝑒 =
𝜇
Keterangan:
Re: Bilangan Reynold
D: diameter dalam pipa
Rho: Rapat massa fluida
V: laju alir fluida
𝜇: Viskositas fluida
Berdasarkan rumus diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju alir
fluida maka akan menyebabkan lairan semakin turbulen, sehingga nilai bilangan
Reynold akan semakin besar. Sedangkan perbedaan laju alir antara pipa besar dan
pipa kecil dipengaruhi oleh diameter dalam suatu pipa. Semakin kecil diameter
dalam pipa maka kecepatan aliran fluida akan semakin besar.
𝑄 = 𝑣. 𝐴
(Sinaga, 2016)
Data hasil percobaan yang disajikan pada gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan
bahwa semakin besar laju alir fluida makan nilai bilangan Reynold akan semakin
besar.
Berdasarkan data hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa hasil yang
didapat telah sesuai dengan teori yang ada dimana semakin besar laju alir maka
bilangan Reynold yang dihasilkan juga semakin besar (Sinaga, 2016).
13
25000
Gambar 4.5 Hubungan Laju Alir Fluida terhadap Pressure Drop pada Pipa Besar
40000
35000
Pressure Drop (△P)
Gambar 4.6 Hubungan Laju Alir Fluida terhadap Pressure Drop pada Pipa Kecil
Berdasarkan gambar 4.5 yaitu hubungan laju alir fluida terhadap Pressure
Drop pada pipa besar dan gambar 4.6 yaitu hubungan laju alir fluida terhadap
pressure drop pada pipa kecil, keduanya menunjukkan fenomena peningkatan
hilang tekan atau pressure drop seiring bertambahnya laju alir.
Berdasarkan literatur, laju alir berbanding lurus terhadap hilang tekan atau
pressure drop. Sehingga semakin tinggi laju alir maka hilang tekan atau pressure
drop juga semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh kecepatan superfisial gas
yang meningkat menyebabkan gaya gesek (friksi) antara fluida yang mengalir
dengan dinding pipa juga akan semakin besar, maka nilai hilang tekan semakin
besar pula (Wibowo, dkk, 2017)
Dari hasil praktikum dan teori, maka disimpulkan hasil praktikum telah
sesuai dengan teori, dimana terjadi peningkatan hilang tekan atau pressure drop
seiring dengan meningkatnya laju alir.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan, untuk menghitung laju alir, bisa dilakukan dengan
𝑄
membagi debit aliran terhadap luas penampang dalam pipa besar (𝑣 = 𝐴 ).
pipa, dan v adalah laju alir. Pehitungan faktor friksi dapat dihitung dengan
𝐹 2 𝑔𝑐 𝐷
menggunakan persamaan ini, yaitu 𝑓 = dimana F adalah friksi, D
𝐿 𝑉2
praktis pada valve yaitu 261,408; pada bengkokan yaitu 37,879; pada
sambungan yaitu 28,997; pada pengecilan yaitu 19,861; dan pada pembesaran
yaitu 34,976.
6. Berdasarkan praktikum, didapatkan hubungan laju alir terhadap bilangan
reynold yang sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi laju alir maka
bilangan reynold juga semakin besar. Begitu pula dengan hubungan laju alir
terhadap pressure drop juga sesuai teori, dimana semakin besar laju alir maka
pressure drop juga semakin meningkat (pipa besar dan pipa kecil).
7. Setelah melakukan praktikum secara online, mahasiswa bisa membuat laporan
aliran fluida dengan lancar.
5.2 Saran
1. Pembacaan manometer harus dilakukan dengan teliti, sehingga data yang
didapatkan semakin valid.
2. Saat pengukuran diameter pipa dengan jangka sorong dilakukan dengan tegak
lurus. Agar pencatatan data lebih akurat.
15
3. Pembukaan setiap kran harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur, agar hasil
yang didapatkan juga akurat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Diyono, Ikhsan. 2002. Operasi Teknik Kimia I. Semarang: Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Giles, Ronald. 1997. Fluid Mechanics and Hydraullic. 2nd ed. New York: Mc Graw
Hill Book. Co.
Nurcholis, L. 2008. Perhitungan Laju Aliran Fluida pada Jaringan Pipa. Traksi, 7(1),
19–31.
Sinaga, Herdiyanto. 2016. Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Kimia Aliran
Fluida. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Wibowo, S., Suharno. K., Widodo, S. 2017. Analisis Debit Fluida pada Pipa Elbow
90o dengan Variasi Diameter Pipa. Magelang: Universitas Tidar
17
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Materi :
ALIRAN FLUIDA
Disusun Oleh :
Group : 4 / Senin
Rekan Kerja :
R (cm)
(ml/s) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
7,1 0,7 0,03 0,05 0,1 0,03 0,03 0,3 0,3 0,1
10,1 0,7 0,03 0,05 0,1 0,03 0,03 0,3 0,5 0,3
13,1 0,7 0,05 0,05 0,3 0,05 0,03 0,3 0,7 0,3
17,1 0,7 0,1 0,07 0,3 0,07 0,05 0,5 0,7 0,5
21,1 0,9 0,1 0,1 0,3 0,07 0,05 1,1 0,9 0,7
23,1 0,9 0,1 0,1 0,5 0,1 0,1 1,3 1,1 1
25,1 1,1 0,1 0,1 0,5 0,1 0,1 1,3 1,1 1,1
27,1 1,1 0,3 0,1 0,5 0,1 0,1 1,5 1,3 1,3
29,1 1,1 0,3 0,3 0,7 0,1 0,1 1,5 1,3 1,3
33,1 1,3 0,3 0,3 0,7 0,3 0,1 2,1 1,7 1,5
35,1 1,3 0,3 0,3 0,9 0,3 0,3 2,3 1,7 2,1
41,1 1,5 0,3 0,5 0,9 0,3 0,3 2,3 1,9 2,1
47,1 1,7 0,5 0,5 1,1 0,5 0,3 2,5 2,1 2,5
51,1 1,7 0,5 0,7 1,3 0,5 0,5 2,7 2,3 2,5
63,1 1,9 0,5 0,7 1,3 0,5 0,5 3 2,5 2,7
Variabel Q V Re R4 ∆𝑃 F f
(ml/s) (cm/s) (cm)
Variabel Q V (cm/s) Re R7 ∆𝑃 F f
(ml/s) (cm)
Variabel Q V (cm/s) Re R8 ∆𝑃 F f
(ml/s) (cm)
Variabel Q V (cm/s) Re R9 ∆𝑃 F f
(ml/s) (cm)
Pembesaran (R2)
Q
Re R (2) ∆𝑃 F f(4) Le Le/D
Bengkokan (R3)
Q
Re R (3) ∆𝑃 F f(4) Le Le/D
Pengecilan (R6)
q
Re R (6) ∆𝑃 F f(rata2) Le Le/D
6. % error
Fitting Le/D praktis Le/D teoritis % error
Valve 261,4082559 340 23,12
Bengkokan 37,8790759 30 26,26
Sambungan 28,99717664 20 44,99
Pengecilan 19,86100178 14 41,86
Pembesaran 34,97668155 24 45,74
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL