Anda di halaman 1dari 3

BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlindungan hukum terhadap kreditur pada pinjaman online tidak
mencermikan adanya prinsip kepastian hukum. Pada ketentuan POJK
77 tahun 2016 hanya memberikan suatu bentuk kepastian hukum
terhadap perlindungan hukum bagi pihak debitur, padahal pihak
kreditur juga membutuhkan adanya perlindungan hukum jika debitur
wanprestasi. Ketentuan POJK 77 tahun 2016 lebih condong
melindungan hak-hak yang dimiliki oleh pihak debitur. Tentu hal
tersebut merupakan suatu ketimpangan dimana dalam suatu bentuk
perjanjian tidak mungkin hanya dilakukan oleh salah satu puhak saja
melainkan dilakukan oleh dua pihak yang dapat disebut sebagai pihak
debitur dan pihak kreditur, sehingga dengan adanya hal tersebut
perlindungan hukum kepada kreditur tidak tercipta dengan hal inilah
tidak mencerminkan adanya prinsip kepastian hukum.
2. Bentuk perlindungan hukum kepada kreditur pada pinjaman online
apabila debitur melakukan tindakan wanprestasi yakni dengan
mekanisme penyelesaian secara elektronik atau dengan sarana online
yang dapat memfasilitasi pihak debitur dan pihak kreditur dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi sehingga upaya untuk
melakukan suatu perlindungan hukum kepada pihak kreditur atas
tindakan pihak debitur yang melakukan wanprestasi dapat diatasi.
Adanya suatu norma yang mengatur tentang mekanisme penyelesaian
sengketa secara online atau online dispute resolution akan
memberikan suatu bentuk kepastian hukum atas perlindungan kepada
hak dan kewajiban para pihak dalam suatu perjanjian.
3. Konsep perlindungan hukum kreditur dibidang pinjaman online jika
debitur wanprestasi berdasarkan konsep kepastian hukum yakni

1
2

dengan membuat suatu regulasi melalui Otoritas Jasa Keuangan


tentang penyelesaian sengketa secara online. Adanya regulasi tersebut
tentu akan memberikan suatu bentuk perlindungan hukum kepada
pihak kreditur apabila debitur wanprestasi, dengan hal tersebut maka
tingkat wanprestasi dari pihak debitur akan dapat diminimalisir.
Perlindungan hukum bagi pihak kreditur dengan memberikan fasilitas
penyelesaian sengketa secara online , hal tersebut dapat meminimalisir
terjadinya suatu kerugian pada pihak kreditur dan hal tersebut
berkesesuaian dengan adanya teori perlindungan hukum

5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan di atas dan dikaitkan dengan kesimpulan, dapat
diberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Pemerintah patut kiranya untuk menyediakan sarana
telekomunikasi yang terkoneksi dengan internet yang kecepatannya
memadai. Selain itu, pemerintah diharapkan juga dapat menunjuk
lembaga tertentu, yang memiliki suatu tugas khusus berkaitan dengan
pelaksanaan dan penerapan ODR, dikarenakan Indonesia yang
merupakan salah satu Negara yang pengguna jasa pinjaman online
sangat tinggi.
2. Kepada kreditur penyedia uang pinjaman online, hendaknya semakin
meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaannya dalam melakukan
pemberian fasilitas kredit pinjaman uang kepada debitur, dengan
memeriksa terlebih dahulu kredibilitas pihak debitur sebelum
melakukan transaksi pinjam-meminjam online. Selain itu, kreditur juga
perlu mempelajari mengenai seluk beluk layanan pinjaman online
secara keseluruhan.
3. Kepada Pemerintah perlu segera melakukan perubahan terhadap
UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, agar alternatif penyelesaian sengketa
elektronik dapat dirumuskan lebih rinci sehingga dapat menjamin
3

kepastian hukum serta memberikan perlindungan hukum kepada pihak


kreditur atas tindakan debitur yang wanprestasi.

Anda mungkin juga menyukai