PENDAHULUAN
1
Nofie Iman, 2016, Financial Teknologi dan Lembaga Keuangan, Gathering Mitra Bank Syaria
mandiri, Yogyakarta, hal. 7
2
Rudi Saleh Susetyo, 2017, Kajian Perlindungan Konsumen Di sektor Jasa Keuangan,
Departemen Perlindungan Konsumen,Jakarta, hal. 4
2
3
Bambang Pratama, Mengenal Lebih Dekat Financial Technology,
http://businesslaw.binus.ac.id/2016/05/31/ mengenal-lebih-dekat-financial-technology , diakses
pada tanggal 30 Juli 2020 Jam 12.30
WIB
4
Rahmat Dwi Pambudi, Perkembangan Fintech, Jurnal Harmony 4 (2) (2019). Hlm 72
3
5
R. Serfianto, Purnomo, Iswi Hariyani, 2013, Buku Pintar Bisnis Online dan Transaksi Elektronik
, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.15
6
Jadsil Baihaqi, Financial Technology Peer – to Peer Lending Berbasis Syariah di Indonesi”,
JSEL vol 1. No 1 (2018).
4
perusahaan fintech dengan cara melalui transaksi sistem online atau dapat disebut
dengan transaksi elektronik.
Transaksi elektronik menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 19 tahun
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE)
yakni perbuatan hukum yang dilakukan menggunakan komputer, jaringan
komputer dan/atau media elektronik lainnya.8 Transaksi elektronik dapat
memberikan kemudahan bagi pelaku usaha maupun konsumen dalam
melaksanakan perbuatan hukum yang salah satunya adalah perusahaan fintech
yang dalam melakukan transaksinya menggunakan sarana elektronik.
Transaksi elektronik dapat memberikan kemudahan bagi setiap orang
untuk melakukan suatu perbuatan hukum baik dibidang jasa maupun dibidang
penjualan barang dan juga lebih mmemberikan kecepatan terhadap transaksi
antara penyedia dan konsumen.9 Adapun secara aplikatif dampaknya terhadap
perkembangan zaman saat ini yakni adanya berbagai plat form bisnis yang dalam
transaksinya berbentuk aplikasi online yang dapat memberikan pemenuhan
kepada masayarakat yang bermulai dari adanya perdagangan, pinjam-meminjam
secara online, investasi online dan lain sebagainya.
Perkembangan fintech semakin pesat di Negara Indonesia dan beriringan
dengan pertumbuhan perekonomian di tanah air. Indonesia merupakan Negara
tertinggi pengguna internet, dengan banyaknya pengguna internet maka hal
tersebut menjadi peluang untuk perusahaan mempromosikan diri untuk jasa
pinjam-meminjam secara dana di bidang online.10 Pada saat ini perkembangan
internet sangat pesat beriringan dengan bertumbuhnya perkembangan
perekonomian yakni dengan adanya memudahkan adanya transaksi bagi pelaku
usaha barang maupun jasa.
7
Sukma., Fintechfest, mempopulerkan teknologi finansial di indonesia. Arena LTE.
http://arenalte.com. Diakses tanggal 09 januari 2020, pukul 13:13 WIB.
8
Vide Pasal 1 angka 2
9
Cita Yustisia Serfiyani, Iswi Hariyani, Perlindungan Hukum Dan Penyelesaian Sengketa Sistem
Pembayaran berbasis Finansial, Jurnal Buletin Hukum Kebanksentralan, Vol. 14 1 (2017), hal. 45.
tersebut juga melupakan jika penyedia jasa juga perlu untuk mendapatkan
perlindungan hukum.
POJK 77 tahun 2016 memang telah mengatur tentang mitigasi resiko,
tetapi hal tersebut tidak dapat memberikan jaminan kepada kreditur untuk
mendapatkan suatu perlindungan hukum apabila pihak debitur cidera janji dan
mitigasi resiko dalam ketentuan dimaksud tidak memberikan suatu kepastian
kepada pihak kreditur apabila terjadi suatu perbuatan cidera janji dari debitur.
Pada nyatanya di kehidupan masayarakat memang pihak debitur yang selalu
menjadi perhatian penuh ketimbang pihak kreditur karena pihak debitur
dimungkinkan selalu menjadi korban atas penggunaan pinjam-meminjam secara
online yangsalah satu contohnya kerahasiaan data pribadi, tetapi hal tersebut
sudah di atur dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan sehingga pihak debitur
tetap memiliki perlindungan hukum.
Perlindungan hukum terhadap pemberi pinjam-meminjam secara atau
kreditur dalam layanan fintech agar untuk mengantisipasi adanya tindakan
wanprestasi dari debitur memang sangat diperlukan, hal ini berdasarkan fakta
kasus yang terjadi di Indonesia jika terhadap layanan fintech pada tahun 2018
hingga 2019 berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan mengalami tingkat
wanprestasi pinjam-meminjam secara pada layanan fintech meningkat.12 Tentu hal
ini sangat merugikan kepada pemberi pinjam-meminjam secara atau kreditur
apabila terjadi wanprestasi karena yang menyediakan dana adalah pihak kreditur
sehingga untuk mencerminkan adanya perlindungan terhadap pihak kreditur
seharusnya diatur lebih lanjut di dalam aturan hukum.
Akan tetapi di dalam POJK 77 tahun 2016, memang dalam Pasal 37
penyelenggara diwajibkan untuk bertanggungjawab atas kerugian yang dialami
oleh pengguna tetapi hal ini harus diakibatkan oleh kesalahan dan/atau kelalaian
direksi dan/atau pegawai penyelenggaran dan bukan diakibatkan dari tindakan
peminjam dana atau debitur yang wanprestasi sehingga pihak pemberi pinjam
12
Maizal Walfajri.Tingkat wanprestasi pinjaman fintech menanjak ke level 3,06%, ini kata OJK.
https://keuangan.kontan.co.id/news/tingkat-wanprestasi-pinjaman-fintech-menanjak-ke-level-306-
ini-kata-ojk?page=1 diakses pada tanggal 23 Juni 2020
7
dana tidak dapat menuntut kerugian kepada penyelenggara fintech.13 Dari hal
tersebutlah pihak kreditur tidak mendapatkan perlindungan hukum atas kesalahan
yang dilakukan debitur.
Perlindungan hukum yang dimaksud adalah perlindungan hukum atas
pinjam-meminjam secara online yang dilakukan oleh pihak debitur kepada pihak
kreditur apabila pihak debitur cidera janji. Pinjam-meminjam secara sendiri
memang didasari adanya suatu perjanjian para pihak dan perjanjian para pihak
dari pemberi pinjam-meminjam secara maupun penerima pinjam-meminjam
secara pada layanan fintech memang telah diatur sebagaimana Pasal 20 POJK 77
tahun 2016 yang salah satunya memuat tantang penyelesaian sengketa. Akan
tetapi yang dimaksud dengan penyelesaian sengkata tidak diatur secara rinci untuk
penyelesaiannya dan perlindungan hukum menitik beratkan peada perlindungan
pihak debitur.
Perjanjian menurut ketentuan hukum perdata diatur dalam Pasal 1313
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPer) yang mana
pada pokoknya mengatur tentang perbuatan yang dapat mengikatkan para pihak
atas sebuah perbuatan hukum tertentu.14 Perjanjian yang dibuat oleh pihak
pemberi dana atau kreditur dan pihak peminjam dana atau debitur memang diatur
dalam ketentuan POJK 77 tahun 2016 dan hal tersebut memang merupakan suatu
keharusan apabila terjadi suatu perbuatan hukum. Tetapi pada nyatanya perjanjian
yang telah diatur dalam ketentuan POJK 77 tahun 2016 masih belum memberikan
jaminan atas perlindungan hukum kepada pihak pemberi pinjam-meminjam secara
atau kreditur dan seolah-olah POJK 77 tahun 2016 tidak memberikan suatu
bentuk perlindungan apapun kepada pihak pemberi dana atau kreitur.
Jauh sebelum adanya pinjam-meminjam secara online, pinjam-meminjam
secara dari kalangan masayarakat masih menggunakan cara konvensional seperti
meminjam ke bank dan hal tersebut memerlukan adanya suatu prosedur yang
sangat menghambat kelancaran pinjam-meminjam secara. Tetapi pada saat ini,
13
Lihat Pasal 37 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang berbasis Teknologi Informasi
14
Lihat Pasal 1313 KUHPer
8
15
Istiqamah, Analisis Pinjaman Online Oleh Fintech Dalam Kajian Hukum Perdata, jurnal
jurisprudentie, Vol 6 no 2 (2019). Hal 292
10
diharapkan para peminjam dana atau debitur tidak lagi melakukan perbuatan
wanprestasi yang dapat merugikan kepada pihak lainnya yakni kreditur, maka
berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh peneliti maka sangatlah
menarik jika dibahas lebih lanjut di dalam sebuah penelitian tesis yang berjudul
“Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Jika Terjadi Wanprestasi Pada
Perjanjian Pinjam-meminjam secara Secara Online ”
Adapun manfaat dalam penyusunan karya tulis tesis ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis memberikan suatu bentuk kontribusi pemikiran
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
hukum perdata ekonomi secara umum, dan secara khusus dapat
dijadikan pertimbangan dan kajian dalam perlindungan hukum
terhadap kreditur dibidang pinjam-meminjam secara online. Aspek
akademis diharapkan dapat memberikan nilai tambahan dalam aspek
perkembangan ilmu hukum, terutama di dalam bidang ilmu hukum
perdata ekonomi dalam pengkajian mengenai pengaturan
perlindungan hukum kreditur dibidang pinjam-meminjam secara
online.
2. Manfaat praktis diharapkan menjadi dasar pertimbangan dan masukan
bagi Pemerintah terkait dan juga semua pihak-pihak yang aktif dan
turut andil dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan terkait
perlindungan kreditur yang menyangkut kegiatan pinjam-meminjam
secara online.
debitur wanprestasi didasarkan pada prinsip kepastian hukum, hal inilah yang
memberikan unsur kebaharuan dalam perlindungan hukum pada layanan fintech.
Berkaitan dengan orisinilitas pada penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan, dikarenakan sebelum diadakan penelitian peneliti
melakukan penelitian baik secara kepustaka maupuan website tidak ditemukan
adanya penelitian yang sama dari segi kajian permasalahan hukum, inti dari
pembahasan dan memilii perbedaan baik secara prinsipil maupun dari
permasalahan hukum. Penelitian ini pada dasarnya didasari oleh penelitian
terdahulu dari beberapa tesis yang sejenis. Beberapa rujukan dan refrensi
penelitian tesis hukum yang sejenis, yaitu :
kepadaperlindunga
n konsumen
terhadap dari data
pribadi yang
bersifat privat bagi
konsumen.
3. Tipe Yuridis Normatif Deskriptif Analitis Deskriptif Analitis
Penelitian
4. Rumusan 1. Apakah 1. Bagaimanaka 3. Bagaimana
Masalah doxing h Undang-undang
oleh perlindungan Nomor 19
pelaku hukum Tahun 2016
usaha terhadap data Tentang
Financial peminjam Informasi dan
Technolog dalam Transaksi
y Peer To layanan Elektronik
Peer aplikasi dalam
lending pinjam- memberikan
dapat meminjam perlindungan
dikualifika secara data pribadi
sikan online? kepada
sebagai 2. Bagaimanaka konsumen
eigenrichti h sanksi dalam transaksi
ng? terhadap e-commerce?
2. Bagaiman pelanggaran 4. Bagaimana
akah data pada tanggung jawab
penegakan layanan dan jaminan
hak pinjam yang diberikan
konsumen meminjam perusahaan/
terhadap penyedia e-
tindakan commerce
doxing terhadap
pada perlindungan
layanan data pribadi
15
Financial konsumen
Technolog dalam transaksi
y Peer To e-commerce?
Peer
lending?
5. Hasil Hasil penelitian Pertama, Pertama, Undang-
Penelitian memberikan Perlindungan hukum Undang Informasi dan
gambaran bahwa data telah diatur Transaksi Elektronik
pada dunia maya, dalam Pasal 26 UU belum sepenuhnya
doxing atau ITE. Secara khusus memberikan
penelusuran data perlindungan data perlindungan hukum
pribadi yang pribadi peminjam terhadap perlindungan
digunakan untuk dalam layanan data pribadi konsumen,
disebar luaskan pinjam-meminjam karena dalam penelitian
yang memiliki secara online diatur ini penulis melihat
tujuan dalam POJK No. dengan menggunakan
memberikan 77/POJK.01/2016 perbandingan hukum
hukuman kepada tentang Layanan negara lain yang
korbannya hal ini Pinjam Meminjam dimana, hak privasi dari
sama dengan Uang Berbasis konsumen yang terkait
eigenrichting atau Teknologi Informasi, dengan perlindungan
main hakim yang ditegaskan pada data belumlah
sendiri. Terhadap Pasal 26 bahwa sepenuhnya tercantum
penegakan pihak penyelenggara di dalam Undang-
hukumnya maka wajib dan Undang ITE. Kedua,
dapat melakukan bertanggung jawab Tanggung jawab dari
upaya gugatan di menjaga kerahasiaan, perushaan terkait
pengadilan tempat keutuhan dan jikalau terjadinya
dimana korban ketersediaan data kebocoran data ,maka
mengalami pribadi pengguna perusahaan penyedia
tindakan doxing, serta dalam jasa layanan tersebut
sehingga pemanfaatannya akan melakukan
konsumen dapat harus memperoleh prosedur yang sesuai
mengajukan persetujuan dari dengan peraturan
16
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, 2015, Penelitian Hukum (Legal Research), Sinar
16
penilaian terhadap isu hukum yang diangkat.17 Selain itu penggunaan metode
dapat digunakan untuk menggali, mengelola, merumuskan dan dapat
menyimpulkan sesuai dengan kebenaran ilmiah serta untuk menjawab kedua isu
hukum yang diambil oleh peneliti sehingga pada akhirnya dapat menarik sebuah
kesimpulan yang mampu dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademisi.
Peter Mahmud Marzuki, 2016, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, hlm.
17
35
18
Jhonny Ibrahim, 2008, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publising, Malang, hlm. 102
19
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi. Op.Cit, hlm. 1
19
21
Ibid, hlm. 136-137
20
22
Ibid, hlm. 173
23
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 166
21
25
Peter Mahmud Marzuki. Op. cit. hlm. 183
27
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Pelitian Hukum. Edisi Revisi Kencana, Jakarta, hlm. 183
23
29
Ibid, hlm. 213.
24