TINJAUAN PUSTAKA
20
Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum. Raja
Grafindo. Jakarta. hlm 7
21
Satjipto Raharjo, 2002, Sosiologi Hukum : Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah, Sinar
Grafika , Yogyakarta hal.190
21
22
tersebut akan selalu terwujud dalam suatu pasangan, misalnya pasangan dalam
nilai ketentraman, pasangan nilai-nilai kepentingan umum dengan nilai
kepentingan pribadi. Pada nyatanya dalam penegakan hukum pasangan tersebut
harus saling melengkapi dan diserasikan. Pasangan nilai tersebut harus dijabarkan
terlebih dahulu karena pada prinsipnya nilai bentuknya abstrak. Penjabaran secara
konkret akan terjadi pada bentuk kaidah hukum, yang berisi printah dan larangan.
Pada kaidah tersebut akan menjadi patokan atau pedoman untuk berprilaku atau
sikap pantas dan tidak pantas dalam kehidupan masyarakat.22
Penegakan hukum secara nyata yaitu dengan berlakunya suatu hukum
positif didalam praktik yang harus ditaati. Jadi, dalam memberikan keadilan di
dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in concreto di dalam menjamin
dan mempertahankan di taatinya hukum materiil dengan menggunakan cara
procedural yang ditetapkan oleh hukum formal.23
Dapat diatikan penegakan hukum adalah suatu serangkaian proses untuk
mewujudkan keinginan hukum dalam kenyataan, yang dimaksud dengan
keinginan hukum disini yakni suatu pemikiran badan pembuat Undang-Undang
yang dirumuskan dalam peraturan hukum. Sedangkan peraturan hukum itu sendiri
merupakan perumusan pemikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam
peraturan hukum akan turut memberikan penentuan bagaimana penegakan hukum
itu akan dijalankan.24 Penegakn hukum sendiri memiliki fungsi untuk melindungi
kepentingan manusia, agar kepentingan manusia dapat dilindungi oleh hukum
maka tentunya hukum harus dilaksanakan, pelaksanaan hukum dapat dilankan
dengan normal, damai tetapi dalpat dijalankan pula dengan adanya pelanggaran
hukum. Maka hukum yang telah dilanggar tersebut harus ditegakkan, melalui
penegakan hukum itulah hukum menjadi kenyataan. Dalam penegakan hukum ada
beberapa unsur yang perlu diperhatikan :25
1. Kepastian hukum
22
Ibid. hlm 6
23
Dellyana Shant.1988, Konsep Penegakan Hukum, Sinar Grafika, Yogyakarta : hal 33
24
Satjipto Raharjo. 2009, Penegakan Hukum Sebagai Tinjauan Sosiologis. Genta Publishing.
Yogyakarta. Hal 25
25
Sudikno Mertokusumo.1999, Mengenal Hukum. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Hal 145
23
26
Darmodiharjo, Darji, 2002, Pokok – Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta
24
27
Dellyana,Shant.1988, Konsep Penegakan Hukum, Yogyakarta : hal 37
25
Apabila dilihat dari bahasanya berita bohong terdiri dari dua kata yakni
berita dan bohong, berita sendiri merupakan suatu laporan peristiwa ataupun suatu
pendapat yang secara aktual yang mengandung daya tarik dan suatu kepentingan
tertentu. Selain itu, ada yang mengartikannya dengan suatu informasi yang
disajikan dalam pembacaan/penulisan yang menarik, jelas dan aktual. Faktor yang
dapat membuat suatu berita merupakan sebuah peristiwa dan suatu keadaan
tertentu. Artinya keadaa dan peristiwa tersebut merupakan suatu kondisi atau fakta
yang benar-benar terjadi dan bukanlah rekaan atau fiksi belaka. 31 Pendapat lainnya
menyatakan bahwa berita merupakan suatu sajian utama pada media massa selain
dari vies (opini).32
Pengertian berita tidak dirumuskan dengan suatu pengertian yang tunggal,
bahkan kata Clrarence Hach berita sangatlah sulit untuk didefinisikan karena
berita dalam pengertiannya sangat banyak mencangkup beberapa macam variable.
Artinya berita sangat mudah sekali untuk dikenali akan tetapi sangatlah sulit
untuk membatasinya.33 Sedangkan meurut Micthel V. Charnley menyatakan jika
berita merupakan suatu laporan yang memiliki kecepatan yang sangat cepat dari
sebuah peristiwa atau kejadian yang factual bagi para pembaca yang menyangkut
kepentingan mereka.34
Berita bohong dapat dilihat dari segi bahasa kata “bohong” yang memiliki
pengertian berarti tidak sesuai dengan yang sebenarnya atau suatu yang
bertentagan dengan kejadian yang sebenarnya. Berbagai macam istilah berita
bohong berita bohong diartikan sebagai hasil akhir dari sebuah berita yang
direkayasa yang melalui proses perekayasaan berita.35
Hoax menurut pendapat ahli yaitu sebagai berikut:
1. Silverman, Hoax merupakan sebagai rangkaian informasi yang
memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran.
31
Husnun N Djuraid, 2009, Panduan Menulis Berita, UMM Press, Malang, hal. 9
32
Asep Syamsul dan M. Romli, 2009, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, Hal.3
33
Ibid. Hal 3
34
Micthel V. Charnley, 1975, Reporting edisi III , Holt-Reinhart & Winston, New York, hal. 44
35
Pareno Sam Abede, 2005, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, Papyrus, Surabaya.
hal.73
28
36
Anton Ramdan, “Jurnalistik Islam”, (Ebook Google) hal. 40
37
Ibid.
29
masih belum memiliki cara yang pasti untuk membedakan berita yang benar dan
berita bohong.38
40
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, 2015, Tindak pidana Informasi dan Transaksi Elektronik,
Media Nusa Creative , Malang, Hal 76
41
Rulli Nasrullah. 2015. Media Sosial. Simbiosa Rekatama Media, Bandung. hlm. 16
30
jaringan minimal bisa dibentuk dari tiga elemen dan terhubung minimal dua
tautan. Tautan yang terjadi di antara dua elemen disebut relasi.42
Media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio,
televisi, filem, poster, dan spanduk, sedangkan media massa adalah sarana dan
saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan berita dan pesan
kepada masyarakat luas.43
Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat perlu adanya komunikasi,
sehingga dapat kita simpulakan jejaring sosial adalah komponen sistem komputer
terminal dan pangkalan data yang dihubungkan degan saluran telekomunikasi
untuk pertukaran data atau jaringan yang berkenaan dengan masyarakat baik
secara nasional maupun internasional. Menurut Tonnies, sosial merujuk pada kata
“komunitas” (community).44
Media sosial merupakan media online dimana para penggunanya dapat
dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan informasi di dunia virtual.
Menurut Adreas Kaplan dan Michel mendefinisikan media sosial sebagai
kolompok di dalam sebuah aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar
ideologi teknologi web 2.0 serta memberikan kemungkinan atas penciptaan
penukaran user graned content.45
Social networking atau jaringan sosial merupakan medium yang paling
populer dalam katagori media sosial, medium ini merupakan sarana yang dapat
digunakan pengguna untuk melakukan hubungan sosial, termasuk konsekuensi
atau efek dari hubungan sosial tersebut, di dunia virtual.46 Konsekuensi dari
hubungan sosial tersebut, seperti terbentuknya nilai – nilai, moral dan etika.
Situs jejaring sosial adalah media sosial yang paling populer. Media sosial
tersebut memungkinkan anggota untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi
terjadi tidak hanya pada pesan teks, tetapi juga termasuk foto dan video yang
mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting (publikasi) merupakan
42
Ibid. hlm.105
43
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke-4. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. hlm, 892
44
Ibid. hlm, 1331
45
Wilga Secsio Ratsja Putri, R. Nunung Nurwati, Meilanny Budiarti S. Pengaruh Media Sosial
Terhadap Perilaku Remaja. JPKS, 3, 1 (2016), hlm. 49
46
Rulli Nasrullah. Op. Cit. hlm. 40
31
real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti apa yang
sedang terjadi.47
Kehadiran situs jejaring sosial, seperti Facebook, merupakan media sosial
yang digunakan untuk mempublikasikan konten, seperti profil, aktivitas, atau
bahkan pendapat pengguna, juga sebagai media yang memberikan ruang bagi
komunikasi dan interaksi dalam jearing sosial di ruang siber. Fasilitas di
Facebook seperti ”wall” bisa dimanfaatkan pengguna mengungkapkan apa yang
sedang disaksikan/dialami, bercerita keadaan di sekitar dirinya, hingga bagaimana
tanggapannya terhadap situasi, misalnya, politik pada saat ini.48
Karakter utama dari jejaring sosial adalah setiap pengguna membentuk
jaringan pertemanan, baik terhadap pengguna yang sudah diketahuinya dan
kemungkinan sering bertemu di dunia nyata (offline) maupun membentuk jaringan
pertemanan baru, dalam banyak kasus, pembentukan pertemanan baru ini
berdasarkan pada suatu yang sama, misalnya hobi atau kegemaran, sudut pandang,
politik, asal sekola/universitas, atau profesi pekerjaan.49
Jejaring sosial merupakan bagian daripada media sosial, oleh penulis telah
disampaikan karakter jejaring sosial di atas, sedangkan karakter dasar dari media
sosial adalah terbentuknya jaringan antarpengguna. Jaringan ini tidak hanya
memperluas hubungan pertemanan atau pengikut (follower) di internet semata,
tetapi juga harus dibangun dengan interaksi antarpengguna tersebut. Secara
sederhana interaksi yang terjadi di media sosial minimal berbentuk saling
mengomentari atau memberikan tanda, seperti tanda jempol like di Facebook.
Sebuah video yang diunggah di laman YouTube bisa jadi mendapatkan banyak
komentar bukan dari pengguna yang sengaja mengunjungi laman YouTube,
melainkan melalui platform lainnya. Bisa jadi informasi video itu dibagi (share)
melalui media sosial lain, di situs pribadi, di broadcast melalui aplikasi pesan,
seperti Blackberry Messenger.50
47
Ibid.
48
Ibid.
49
Ibid.
50
Ibid. hlm. 25
32
51
Andi Hamzah, 2008, asas-asas hukum pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta , Jakarta. Hal. 27
52
Abintoro Prakoso, 2019, Hukum Penitensier, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, Hal. 31
33
53
Eddy O.S. Hiariej, Op. Cit. Hal. 37
54
Tri Andrisman, 2009, Hukum Pidana, Universitas Lampung, Bandar lampung, Hal. 30
55
Abintoro Prakoso, Loc. Cit.
34
56
Ibid. Hal. 31
57
Ibid. Hal. 39
35
58
Ibid. Hal. 39
59
Ibid. Hal. 41
38
multitafsir, arti pasti tersebut sebagai pedoman berprilaku sedangkan arti adil
prilaku harus memprioritaskan suatu tatanan yang bernilai wajar. Hanya karena
memiliki sifat yang adil dan diimplementasikan dengan pasti hukum itu mampu
menjalankan fungsinya. Kepastian hukum adalah pertanyaan yang dapat dijawab
secara normatif, dan tidak dapat dijawab secara sosiologi.64
Ajaran cita hukum menyebutkan harus adanya unsur cita hukum yang
wajib ada secara berimbang, yakni kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.
Walaupun dikaitkan dengan teori penegakan hukum sebagaimana yang
diargumentasikan oleh Gustav di dalam karyanya yakni idee des recht yaitu
penegakan hukum wajib memenuhi tiga unsur tersebut. Implementasi dari ketiga
unsur terseebut tidak lepas dari peran seorang hakim, peran hakim sangat
terhormat dan dimulyakan didalam kehidupan masyarakat. Hakim sendiri di dlam
tugas pokok dan fungsinya yakni menegakkan keadilan dan kebenaran serla dalam
menjalani tugasnya harus eselalu menjunjung tinggi hukum.65
Menurut Hans Kelsen hukum merupakan norma yang terkandung di dalam
undag-undang. Undang-Undang yang memuat aturan yang memiliki sifat umum
dapat dijadikan dasar kepada individu dalam berprilaku di masyarakat, baik
hubungan bermasyarakat maupun sesame individu. Aturan tersebut menjadi tolok
ukur kepada masyarakat untuk melakukan penindakan kepada setiap individu.
Adanya implementasi aturan tersbut memberikan kepastian hukum kepada
msayarakat.66
Argumentasi lain lahir dari filsuf Jerman yakni Gustav Radbruch
memberikan ide tiga dasar hukum, yang oleh beberapa ahli teori hukum dan
filsafqt hukum, juga mengidentikkan ketiga tujuan hukum tersebut, yakni
kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan. Kepastian hukum merupakan suatu
jaminan untuk menjalankan hukum menggunakan cara yang baik dan tepat serta
sebagai tujuan paling utama dalam hukum, apabila tidak adanya kepastian hukum
maka hukum itu akan hilang jatidirinya dan maknanya implikasinya jika hukum
64
Dominikus Rato, 2010, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, Hal.59
65
Doddy Noormansyah. “Holding Game. Merger dan Penegakan Hukum Persaingan usaha”
(2006) 7, JIHL, No 1. Ham. 10
66
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit. Jakarta, Hal. 58.
40
sudah kehilangan jati dirinya maka setiap orang tidak akan berpedman lagi kepada
hukum dan lebih mengutamakan kehendak diluar hukum itu sendiri. Gustav
Radbruch juga memandang hukum menjadi tiga nilai identitas, yakni sebagai
berikut:67
1. Kepastian hukum (rechmatigheid), Hlm ini meninjau dari sudut yuridis.
2. Keadilan hukum (gerectigheit), Hlm ini meninjau dari filosofis,
bermakna keadilan dipandang sebagai kesamaan hak untuk semua
orang di depan pengadilan.
3. Kemanfaatan hukum (zwechmatigheid) atau doelmatigheid atau utility.
Kepastian hukum sebagai jaminan dari keadilan. Norma yang diatur harus
sungguh-sungguh ditaati. Gustav Radbruch berpendapat kepastian hukum dan
keadilan merupakan konsistensi dari hukum itu sendiri. Menurutnya kepastian
hukum harus dipelihara demi keamanan dan ketertiban sebuah negara, maka
hukum positif haruslah ditaati berdasrkan hal tersebut yang ingin dicapai adalah
keadilan dan kebahagiaan.68
Munculnya hukum modern membuat lahirnya sebuah ajaran kepastian
hukum, ajaran tersebut merupakan suatu ajaran yang masih baru. Akan tetapi nilai
dari keadilan dan kemanfaatan secara tradisional sudah ada sejak sebelum adanya
hukum modern. Ajaran ini sebenarnya berasal dari sebuah ajaran Yuridis-
Dogmatif yang dilahirkan dari pemikiran-pemikiran positivistis dalam dunia
hukum, yang selalu beranggapan hukum sebagai pandangan yang otonom, karena
bagi penganut ajaran ini hukum dipandang hanya sebagai kumpulan aturan belaka.
Bagi penganut ajaran ini tujuan dari hukum bukanlah untuk mewujudkan
kemnfaatan dan keadilan melainkan mewujudkan kepastian hukum.69
Adanya kepastian hukum sebagai upaya melindungi bagi para pencari
keadilan dari tindakan kesewenang-wenangan dari para aparat penegak hukum
yang terkadang arogansi dalam menjalankan tugas penegakan hukum, dengan
67
https://www.kompasiana.com/jefri_harefa/552a5186f17e61507ad623e6/mendekonstruksi-
pemahaman-nilai-dasar-hukumgustav-radbruch diakses pada tanggal 25 April 2020 jam 15.06
WIB
68
Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Toko
Gunung Agung, Jakarta, Hal. 82-83
69
Riduan Syahrani, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya, Bandung, Hal. 23.
41
pengertian “feit” itu meliputi baik perbuatan yang melanggar sesuatu yang
dilarang oleh hukum pidana maupun mengabaikan sesuatu yang diharuskan.74
Roeslan Saleh, menyatakan yakni “tiada suatu perbuatan dapat dipidana
kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan, sebelum
perbuatan dilakukan”.75 P.A.F. Lamintang memberikan arti terhadap Pasal 1 ayat
(1) tersebut sebagai: “Tidak ada suatu perbuatan yang dapat dihukum, kecuali
berdasarkan ketentuan pidana menurut undang-undang yang telah ada lebih
dahulu daripada perbuatan itu sendiri”76.
terencana atau telah deprogram untuk masa yang akan datang. Kesalahan ditahap
kebijakan formulasi adalah kesalahan yang dapat memperhambat proses
penegakan hukum.77
Adapun pokok-pokok kebijakan formulasi hukum pidana terdiri dari
beberapa hal, yaitu78 :
1. Merumuskan perbuatan pidana (criminal act)
Merumuskan perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang
terhadap pelakunya dapat dilakukan pemidanaan. Perumusan pemidaan
harus memiliki unsur-unsur seseorang yang melakukan suatu perbutan,
dan pada hakekatnya yang dapat melakukan suatutindak pidana yakni
orang atau manusia. Perbuatan yang dapat dipidana yakni perbuatan
yang melawan hukum yang harus memenuhi unsur rumusan delik yang
terkandung didalam ketentuan undang-undang. Perbuatan tersebut
dapat diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Selain unsur
melawan hukum perbuatan tersebut harus ada yang dirugikan dalam
hal ini korban dari perbuatan tersebut.
77
Ridwan. Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi.
(2013). 8. KJIH. No. 1. Hal. 204
78
Dey Revana & Kristian. 2017. Kebijakan Kriminal Criminal policy. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta. Hal 148-156
44
dilakukan oleh aparat penegak hukum yakni hakim, jaksa maupun kepolisian
republik Indonesia, dan tahapan ini juga dikenal sebagai tahapan yudikatif dalam
melaksanakan hukum pidana oleh aparat pelaksana/eksekusi pidana.82
82
Barda Nawawi Arif, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Media Group, Jakarta, hlm : 78-79.
83
Ibid. hal. 85