Disusun oleh:
1.4 Manfaat
Studi kasus dapat bermanfaat secara praktis :
1.4.1 Perawat
Dapat digunakan sebagai alat bantu mengevaluasi dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan bagi pasien yang menderita Encephalitis.
1.4.2 Perkembangan keperawatan
Agar studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien Encephalitis. Sehingga dapat dilakukan tindakan
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien dengan Encephalitis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Ensefalitis adalah merupakan proses radang akut yang melibatkan meningen dan
sampai tingkat yang bervariasi, infeksi ini relative lazim dan dapat disebabkan
oleh sejumlah agen yang berbeda. (Donna.L. Wong, 2000).
b. Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat
disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri
dapat masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena
gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf
pusat melalui peredaran darah. Pemberian imunisasi juga berpotensi
mengakibatkan encephalitis seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena
amuba diantaranya amuba Naegleria fowleri, acantamuba culbertsoni yang
masuk melalui kulit yang terluka.( Dewanto, 2007).
c. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
d. Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis,
atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau
sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic. (Tarwoto & Wartonah, 2007).
e. Dari uraian diatas maka kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa
ensefalitis adalah inflamasi pada jaringan otak yang melibatkan meningen yang
disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme.
2. Etiologi
a. Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan
virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan
serebrosspinalis yang harus diambil pada hari-hari pertama. Berbagai macam
mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa,
cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum.
Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut
(Mansjoer, 2000).
b. Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari
thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi
terdahulu.
Encephalitis dapat disebabkan karena:
a) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan
serangga. Masa inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
b) Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster.
Enterovirus disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat pula
mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).
a) Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat
mematikan di Amerika Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
b) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan
Acanthamoeba, keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui
mukosa mulut saat berenang.
c) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah
masa inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-
bulan.
d) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus
Blastomyces dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja di
luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.
3. Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran
darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak
menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada myelin pada akson dan white
matter dapat pula terjadi . Reaksi peradangan juga mengakibatkan perdarahan ,
edema, nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan intracranial.
Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan
intracranial. (Tarwoto Wartonah, 2007). Virus masuk tubuh klien melalui kulit,
saluran npas, dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
a. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau
organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan selaput
lender dan menyebar melalui system persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa
prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah
nyeri tenggorokan, malais, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat,
fotofobia, sakit kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai kakukuduk apabila
infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan
tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang.
Gejala lain berupa gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia,
ataksia, dan paralisis saraf otak.
4. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama
dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala
berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit
kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi
gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
Menurut (Hassan,1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
a. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
b. Kesadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-
kejang di muka).
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-
sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
a. Biakan :
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan
didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan
uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi
tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-
kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma,
tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.
(Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis menurut (Victor, 2001) antara lain
:
a. Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh
dokter :
a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis.
Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan
dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan
yang diberikan tergantung keadaan anak.
g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa
giving set untuk menghilangkan edema otak.
h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
i. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas
kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium
drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
m. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
n. Penatalaksanaan shock septik.
o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh
yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak,
selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi
dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari
secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat
juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan
telah memungkinkan pemberian obat per oral.
7. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
2. Penyebab
1. Sakit kepala
Objektif
Objektif
1. Gelisah
2. Agitasi
3. Muntah (tanpa disertai mual)
4. Tampak lesu/lemah
5. Fungsi kognitif terganggu
6. Tekanan intrakranial (TIK) >20mmHg
7. Papiledema
8. Postur desebrasi (ektensi)
1. Cedera kepala
2. Iskemik serebral
3. Tumor serebral
4. Hidrosefalus
5. Hematoma kranial
6. Pembentukan arteriovenous
7. Edema vasegenik atau sitotoksik serebral
8. Hiperemia
9. Obstruksi aliran vena
4.Intervensi keperawatan
Manajemen peningkatan intraktanial
1. Observasi
Identifikasi penyebab peningkaatan TIK misal lesi, edema serebral, gangguan
metabolisme
Monitor tanda / gejala peningkatan TIK misal tekanan darah meningkat, tekanan nadi
melebar , bradikardi, pola nafas irregular, kesadaran menurun .
Monitor MAP ( MEAN ARTERIAL PRESSURE ).
Monitor status pernafasan
Monitor intake dan output cairan.
Monitor cairan cerebrospinal.
2. Terapeutik
Menyediakan lingkungan yang tenang.
Berikan posisi semifowler.
Cegah terjadinya kejang hindari pemberian cairan iv hipotonik.
Pertahankan suhu normal.
3. Kolaborasi
kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu.
kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu.
PATHWAYS
Kesadaran
menurun Kelemahan fisik immobilisasi
Defisit pengetahuan
Gangguan ansietas
bersihan
Nafas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
3.1 Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
No. RM : 12853173
Alamat : Tambak Wedi Barat
Diagnosa Medis : Ensefalitis
Tanggal MRS : 22 Februari 2021 jam 16.00
Tanggal Pengkajian : 25 Februari 2021 jam 10.00
2) Blood (Kardiovaskuler)
Inspeksi : Terpasang infus perifer D5 ½ NS 500 cc/ 12 jam, Tensi
104/78, Nadi 97 x/menit, Suhu 36,7oC , konjungtiva merah,
akral hangat, CRT < 2 detik, pulsasi kuat.
Palpasi : Irama jantung regular
Auskultasi : Tidak ada pergeseran batas jantung
3) Brain (Persyarafan)
Inspeksi : Pasien tidak tampak kesakitan, Skala Nyeri Wong Beker 0
GCS 2 – 3 – 5, pupil isokor 3/3 mm.
4) Bladder (Perkemihan)
Inspeksi : Terpasang kateter, produksi kurang lebih 300cc dari jam 6
: sampai 12 siang
Palpasi Tidak distensi kandung kemih
5) Bowel (Pencernaan)
Inspeksi : BAB rutin 1x/hari, terakhir kemarin konsistensi lembek,
selama di rs nutrisinya susu 6x 100cc disuapi dengan sendok
Palpasi : Abdomen supel tidak ada distensi, tidak ada nyeri tekan,
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit
Perkusi : Ada suara timpani
6) Bone (Muskuloskeletal/integumen)
Inspeksi : Kulit lembab dan bersih, tidak ada odema anasarka, kemampuan
mobilisasi buruk, ekstremitas atas tidak mampu bergerak sesuai
perintah dan ekstremitas bawah tidak mampu bergerak bebas.
Braden score 12 (resiko ringan)
-Persepsi sensori : hanya respon rangsangan nyeri (2)
-Nutrisi : tidak mampu menghabiskan porsi makanan,
mendapatkan infus lebih dari 5 hari (1)
-Mobilisasi : tidak dapat mengubah posisi tanp1 bantuan(1)
-Kelembaban : kulit sering basah/lembab(2)
-Gesekan dan pergeseran : bermasalah (tidak
mampumengangkat tubuh) (1)
-Aktivitas : aktivitas di tempat tidur saja (1)
-Berat badan : normal (4)
0 0
MMT : 0 0
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laborat
Darah Lengkap Tanggal : 25 Februari 2021
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Hasil
1. HGB 12,3 12,0 – 16,6 (g/dl) Normal
2. RBC 4,35 4,20 – 5,46 (10^6/uL) Normal
3. HCT 38,4 41,3 – 52,1 (%) Turun
4. WBC 12,5 3,37 – 10,0 (10^3/uL) Naik
5.. PLT 360 150 – 450 (10^3/uL) Normal
a. Terapi pengobatan
Nama Dosis
Ceftriaxone (intravena) 2x1,5gr
Dexamethasone (intravena) 3x5mg
Manitol 20% (intravena) 6x85ml (tgl 22 sampai 25 februari 2021)
6x260 (mulai tgl 26 februari 2021)
Infus d5 1/2ns 1000ML/24 jam
ANALISA DATA
No Data ( DS/DO) Etiologi Masalah
1 Data Subyektif: Penurunan
Infeksi oleh virus, bakteri,
Ibu pasien mengatakan anaknya jamur, maupun parasit adaptif
kesadarannya mnurun, diajak bicara intrakranial
lama jawabnya bicaranya pelan ,
sering tidur dan mengantuk terus , Edema serebri
Penekanan jaringan
Data Obyektif : otak
- Kesadaran sopor Gcs 235
- Diajak bicara ibunya jawanya lama, Penurunan adaptif
bicaranya pelan intrakranial
- Kelemahan ekstremitas
- Hasil ct scan tgl 22-2-2021 terdapat
infeksi di otak
2 Data Subyektif: Resiko luka tekan
Penurunan kesadaran
Ibu pasien mengatakan kaki dan
tangan anaknya lemah, sulit untuk
dibuat bergerak
Kelemahan fisik
Data Obyektif :
- Tangan dan kaki sulit digerakkan immobilisasi
dan diangkat
- Pasien tirah baring
Resiko luka tekan
Braden score 12 (resiko tinggi)
Kesadaran spoor gcs 2-3-5
3 Data Subyektif: Kesadaran menurun, Resiko aspirasi
- Ibu pasien mengatakan anaknya Kerusakan syaraf V&IX
malas makan habis hanya 2-3
sendok saja,sulit menelan Sulit mengunyah,sulit
menelan,sulit makan
Data Obyektif :
- Porsi makan tidak habis Resiko aspirasi
- Pasien sulit menelan
- Kesadaran menurun, gcs 235
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Penurunan adaptif intracranial yang berhubungan dengan penekanan
jaringan otak
2. Resiko luka tekan berhubungan dengan immobilisasi
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, kesulitan menelan
C. INTERVENSI
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
E. EVALUASI
A: resiko aspirasi
P: Intervensi dilanjutkan
2. Diagnosa 26 Februari S : Ibu mengatakan anaknya tidur sudah berkurang, bila diajak
1 2021 bicara ibunya jawabnya sudah tidak lama, bicaranya masih
Jam 14.00 pelan. Tangan dan kaki anaknya lemas, tidak bisa diangkat dan
digerakkan dengan bebas
O : kesadaran sopor gcs 3-4-5, Tangan dan kaki tidak bisa
digerakkan dengan bebas.
A : Gangguan penurunan adaptif intracranial
P : Intervensi dilanjutkan
Kaji adanya peningkatan TIK
Diagnosa 27 Februari S : Ibu pasien mengatakan semua aktivitas dibantu orang tua
2 2021 O : Tangan dan kaki pasien tidak bisa diangkat dan digerakkan
Jam 14.00 dengan bebas, , tidak ada kulit kemerahan, lesi dan oedem
daerah punggung,pinggang,gluteus atau tumit, turgor kulit
<2detik
Braden score 12 (resiko tinggi)
A : Resiko luka tekan
P : Intervensi dilanjutkan
Kaji adanya luka di kulit
Diagnosa 27 Februari S : Ibu pasien mengatakan anaknya diberikan susu lewat selang
3 2021 makan, tidak ada alergi atau tersedak, 6X setiap hari sebanyak
Jam 14.00 100ML
O : Terpasang selang NGT,nutrisi susu personde 150ML
habis,tidak ada respon alergi atau tersedak bila dimasukkan
susu, orang tua pasien bisa memasukkan susu lewat NGT
A : resiko aspirasi
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah menguraikan pembahasan kasus pada klien An. R dengan ensefalitis di ruang
Bona 2 RSUD Dr.Soetomo, maka pada bab ini ditarik kesimpulan dan saran :
1) Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada ensefalitis di Bona 2 RSUD
Dr.Soetomo. Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut ;
1. Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara klien dengan penulis sehingga
mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan juga data
diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada klien, tetapi tidak
semua masalah keperawatan yang ada dalam teori ditemukan pada klien dengan
penyakit yang sama. Dalam pengkajian perawat menemukan tanda gejala yang
aktual yaitu penurunan kesadaran
2. Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh penulis untuk klien dengan ensefalitis
antara lain :
1. Gangguan Penurunan adaptif intracranial yang berhubungan dengan
penekanan jaringan otak
2. Resiko luka tekan berhubungan dengan immobilisasi
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, kesulitan
menelan
2) Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa saran,
antara
lain:
1. Bagi perawat
Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin
kerja sama dan hubungan yang baik antara klien dan perawat, agar data
yang diperoleh sesuai dengan kondisi klien. Diharapkan dalam perumusan
masalah sesuai dengan data yang diperoleh dari klien. Dapat
mengaplikasikan semua rencana dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Kemudian dapat memperoleh evaluasi sesuai dengan yang
diaharapkan sebelumnya.
2. Bagi Klien dan keluarga klien
Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara keluarga klien, klien
dengan perawat dalam proses perawatan. Sehingga didapatkan proses
keperawatan yang berkesinambungan, cepat dan tepat kepada klien
3. Pendidikan
Bagi pendidikan diharapkan pada saat menyelenggarakan ujian
praktek di Rumah Sakit seharusnya untuk memperhatikan kelengkapan
dari alat-alat yang akan digunakan mahasiswa sehingga untuk
mempermudahkan dalam melakukan tindakan atau asuhan keperawatan.
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai calon tenaga perawat profesional, hendaknya mahasiswa
keperawatan dapat mempergunakan wadah tempat mereka menimba ilmu
dengan semaksimal mungkin, sehingga dalam melaksanakan tindakan
keperawatan harus didasari dengan teori yang ada agar nantinya
mahasiswa itu menjadi lebih siap dan mampu mengaplikasikan ilmu
keperawatan dengan sebaik-baiknya apabila mereka telah terjun ke lahan
praktek.
DAFTAR PUSTAKA