Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

" ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN MARASMUS "

Dikerjakan Oleh :

Nama : Sriani

Prodi : D3 Keperawatan

Semester : IV (5)

NIM : 191210001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN

INSAN CENDIKIA MEDIKA

JOMBANG

2021/2022
1. Pengertian

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dan sistem
tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan.

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh,
mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit.

Nutrisi adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat dalam makanan dan
dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Enam zat nutrisi esensial yaitu, karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, air dan mineral. Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan
dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari segi kegunaannya, nutrisi merupakan sumber energi
untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh
sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan
dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia.

Adapun jenis-jenis nutrisi yang diperlukan tubuh antara lain :

1. Karbohidrat Merupakan sumber energi utama dan sumber serat pangan.

2. Protein Merupakan konstituen penting pada semua sel, terdiri dari asam-asam amino.

3. Lemak Merupakan sumber energi yang dipadatkan.

4. Vitamin Merupakan bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berfungsi
sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.

5. Air Merupakan komponen terbesar penyusun tubuh manusia. Pemenuhan kebutuhan air dapat
berasal dari minuman, makanan, dan sayuran.

6. Mineral Merupakan bahan anorganik yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh.

2. Klasifikasi
a. Kwarshiorkor adalah gangguan yang disebabkan olrh kekurangan protein atau defisiensi yg
disertai nutrient lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak pra sekolah
(balita).

b. Marasmus adalah salah satu adalah salah satu benuk kekurangan gizi yang paling buruk sering
ditemui pada baliya penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kuraang
,infeksi pembawa lahir prematunitas penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.

c. Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga
menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan dan meningkatkan masalah kesehatan.

d. Under weight adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat
seluler /dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yg tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.

3. Etiologi

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pada kebutuhan nutrisi, antara lain :

a. Intake nutrisi

b. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan

c. Gangguan menelan dan sakit gigi

d. Anoreksia

e. Nausea dan vomiter (mual dan muntah)

f. Obstruksi saluran cerna

g. Diabetes Mellitus (DM)

h. Malabsorbsi nutrien

i. Stres dan depresi

j. Kanker

k. Pertumbuhan

l. Gaya hidup dan kebiasaan


m. Kebudayaan dan kepercayaan, seperti orang asia yang lebih memilih padi sebagai makanan
pokok.

n. Sumber ekonomi

o. Kelemahan fisik, seperti atritis (kelainan pada sendi)

p. Tinggal sendiri, karena seseorang yang hidup sendirian sering tidak peduli pada makanan apa
saja yang sehat dan bergizi untuk dimasak dan dimakan.

4. Faktor Resiko

Adanya perubahan – perubahan fisik,psikologik dan social akan berakibat pada pemenuhan
nutrisi lansia. Oleh karena lansia sebagian besar mempunyai resiko terjadinya gangguan pemenuhan
nutrisi dibandingkan dengan kelompok usia yang lain, yang disebabkan oleh beberapa factor resiko antara
lain :

1. Tinggal sendiri

Seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan
makanan

2. Kelemahan fisik

Akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan untuk berbelanja atau memasak, mereka
tidak mampu merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.

3. Kehilangan

Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka sendiri, mereka
biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya seimbang.

4. Depresi

Menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah payah berbelanja, memasak
atau memakan makanannya.

5. Pendapatan yang rendah

Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian


makanan yang bergizi.
6. Penyakit saluran cerna

Termasuk sakit gigi dan ulkus. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan
gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit, gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi, penyerapan makanan di usus menurun

7. Penyalahgunaan alkohol

Penyalahgunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau nonkalori seperti asupan energy dengan
sedikit factor nutrisi lain.

8. Obat-obatan

Lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia lain yang lebih muda ini
berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi
yang semakin jauh.

5. Patofisiologi

Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktivitas, keadaan penyakit,
kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta prosedur dan pengobatan yang dilakukan.
Bergantung pada tingkat aktivitas, maka nutrisi dan kilokalori diperlukan untuk meningkatkan,
sehingga tingkat aktivitas akan meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan prosedur
atau pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorbsi,
metabolisme dan ekskresi.

Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zar makanan tertentu, dan
suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan kebutuhan protein oleh karena
protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit-penyakit fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat
makanan. Biasanya terjadi pada penyakit-penyakit saluran cerna. Gangguan fisik dapat terjadi di
sepanjang saluran pencernaan yang menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi,
gangguan tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya.

Luka pada mulut dapat menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan.
Diare dapat menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada kandung
empedu, di mana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu yang berfungsi untuk
mencerna lemak menjadi tidak efektif.

6. Manifestasi Klinis

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh :

a) Kram dan nyeri abdomen

b) Nafsu makan menurun

c) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal

d) Kerapuhan kapiler

e) Diare

f) Kehilangan rambut berlebih

g) Bising usus hiperaktif

h) Tonus otot menurun

i) Mual dan muntah

j) Cepat kenyang setelah makan

k) Mengeluh gangguan sensasi rasa

l) Sariawan rongga mulut

m) Sukar menelan

2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

a) Disfungsi pola makan

b) Nafsu makan berlebih

c) Aktivitas monoton

d) Lipatan otot trisep >25cm pada wanita, >15cm pada pria

e) Berat badan 20% di atas tinggi dari kerangka tubuh ideal


7. Pemeriksaan Diagnostik ( Penunjang )

1. Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses.

2. USG.

3. SGOT & SGPT.

4. Sikologi

Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

5. Rontgen

Mengetahui kelemahan yang muncul ada yang dapat menghambat tindakan oprasi.

8. Pemeriksaan Medik

1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan caramembantu memberikan
makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhikebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan
selera makan pada pasien.

2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan keperawatanyang dilakukan pada


pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secaraoral atau tidak mampu menelan dengan cara
memberi makanan melalui pipa lambungatau pipa penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.

3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral

Pemeberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupacairan infus yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui dara vena, baik secara sentral(untuk nutrisi parenteral total) ataupun
vena perifer ( untuk nutrisi parenteral parsial).Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien
yang tidak bisa makanmelalui oral atau pipa nasogastric dengan tujuan untuk menunjang nutrisi enteral
yanghanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian.

Adapun beberapa Metode Pemberian paranteal antara lain :


a) Nutrisi parenteral parsial

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yang digunakan untuk memenuhisebagian


kebutuhan nutrisi harian pasien kerena pasien masih dapat menggunakansaluran pencernaan.
Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa ataucairan asam amino

b) Nutrisi parenteral total

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yakni kebutuhan nutrisisepenuhnya melalui


cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien tidakdapat digunakan. Cairan yang dapat
digunakan adalah cairan yang mengandungasam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang
mengandung lemak sepertiintralipid.

c) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka waktulama dan melalui
vena perifer

9. Komplikasi

Perencanaan keperawatan yang bertujuan untuk menghindari beberapa komplikasi:

1. Komplikasi mekanis

Agar sonde tidak tersumbat perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan
menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde
harus dibersihkan setiap 30 menit dg menyemprotkan air atau teh. Agar sonde tidak mengalami dislokasi
sonde harus dilekatkan dg sempurna di sayap hidung dg plester yg baik tanpa menimbulkan rasa sakit
posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)

2. Komplikasi pulmonal: aspirasi

Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi, Letak sonde mulai hidung sampai ke
lambung harus sempurna. Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop
guna auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.

3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde

Sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap
pasien)panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum.
Sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung. Sonde harus dilekatkan dg sempurna di
sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit. Perawat dan pasien harus setiap
kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap tidak berubah (tergeser).

4. Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain

a. Komplikasi yang terjadi di usus

a) Diare

b) Perut terasa penuh

c) Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral

b. Komplikasi metabolik hiperglikemia

a) Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus

b) Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.

Tahap pembangunan, Dengan mempergunakan mesin pompa

Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari

Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari

Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari

Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari

Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari =2400 kcal/hari

Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat harus
ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).

Selanjutnya ada dua kemungkinan:

 Kemungkinan I :

 Nutrisi enteral konsep 24 jam:

 Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari.

 Kemungkinan II
Hari 6 : kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)

Hari 7 : kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)

Hari 8 : kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)

Hari 9 : kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)

Hari 10 : kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)

 Nutrisi enteral konsep 12 jam

 Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari

 Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat olehpemberian nutrisi enteral selama
12 jam sehari.

 Misalnya, hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur.

 Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya
kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.

9. Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas

a) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang : nama
perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan
topik yang akan dibicarakan.

b) Usia dan nomor Rekam Medik.

c) Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk

a) Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :

Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :


a. Data Subjektif

1. Rasio berat badan

2. Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.

3. BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal.

4. Tinggi aktivitas

 Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak lesu dan tidak
bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

5. Masukan atau intake nutrisi

 Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang dianjurkan.

 Melaporkan / terlihat kurang makan.

 Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

6. Pengetahuan tentang nutrisi

Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.

a. Data Objektif

 Data umum

a. Perubahan rambut

Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas
bila ditarik).

b. Warna kulit lebih muda

Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda
daripada warna kulit anak sehat.

c. Tinja encer

Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.


d. Adanya ruam “bercak bersepih”

Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat
muda / bahkan ulkus di bawahnya.

e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan

Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori dan
protein.

f. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.

g. Adanya anemia yang berat

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai
vitamin.

h. Mulut dan gigi

Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.

i. Kaji adanya anoreksia, mual.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).

 Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.

 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.

 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh.

 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik


dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.

 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi.

 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat
(nafsu makan berkurang).

 Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat

 Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral.

Intervensi :

a) Dapatkan riwayat diet

a) Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan

b) Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan

c) Gunakan alat makan yang dikenalnya

d) Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak
untuk makan mereka

e) Sajikan makansedikit tapi sering

f) Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)

 Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi

 Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.

Intervensi :

a) Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi

b) Monitor jumlah dan tipe masukan cairan

c) Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes, 2000).

 Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit


 Kriteria hasil : kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal

Intervesi :

a) Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi

b) Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi

c) Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang

d) Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

 Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

 Kriteria hasil : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

b) Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril

c) Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi

d) Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)

 Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah

 Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan


tanda dan gejala.

Intervensi :

a) Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien

a) Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi

b) Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat

c) Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien


6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan
ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito, 2001:157).

 Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.

 Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas
motorik sesuai dengan usianya.

Intervensi :

a) Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.

b) Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II

c) Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan

d) Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi.

 Tujuan : Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.

 Kriteria hasil : Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.

Intervensi :

a) Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia

b) Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).

 Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.

 Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema,


memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.

Intervensi :

a) Pantau kulit terhadap tanda luka tekan

b) Ubah posisi sedikitnya 2 jam


c) Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.

D. EVALUASI KEPERAWATAN

Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu
meningkatkan masukan oral.

Anda mungkin juga menyukai