Oleh :
WAHYUNI, S.Kep
2016901415
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi adalah unik karena keperawatan ditujukan ke
berbagai respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya.
perawat memiliki berbagai peran seperti pemberi perawatan, sebagai perawat primer
pengambil keputusan klinik, advokat, peneliti dan pendidik, dan perawat seringkali
harus melakukan peran lebih dari satu dalam suatu waktu yang bersamaan (Potter dan
Perry, 2006).
meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan.
meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial. pemberi asuhan
memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan
mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal
Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu sebagai
pegetahuan dan keterampilan guna menunjang dan memberikan pelayanan yang baik.
Perkembangan saat ini, juga mempengaruhi gaya hidup atau pada kebiasaan sehari-
yang diduga sebagai salah satu peyebab apendisitis (Sander, 2011 dikutip dalam
Wijaya, 2013).
Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang dikenal di
masyarakat awam yang sebenarnya adalah sekum. Organ yang tidak diketahui
Data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2015 menyebutkan
kematian di dunia dan di perkiran pada tahun 2020 akan menjadi penyebab kematian
kelima di seluruh dunia dan WHO tahun 2017 memperkirakan insidens apendiksitis
kejadian apendiksitis dikatakan 7% dari seluruh populasi dengan insiden 1,1 kasus per
1000 penduduk pertahun. Data yang dirilis oleh departemen kesehatan RI pada
tahun 2017 jumlah penderita apendiksitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan
sebagai penyakit usus buntu. Apendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang
paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja , selain itu apendisitis adalah suatu
kondisi dimana infeksi terjadi diumbai cacing apendiks, Dalam kasus ringan dapat
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi sebagai penyakit yang paling sering
memerlukan tindakan bedah kedaruratan, dan melekat pada sekum (Kowalak, 2012).
tanpa pus yang telah ditenangkan. Sebelumnya pasien diberi antibiotik kombinasi yang
aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang yaitu sekitar 6-8
bebagai macam masalah keperawatan,salah satu diantaranya nyeri. Nyeri pasca bedah
mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi. Pada setiap keluhan nyeri terdapat suatu
nosisepsi disuatu tempat pada tubuh yang disebabkan oleh noksa, baru kemudian
mengalami nyeri. Akhirnya timbul sensasi reaksi nyeri dalam bentuk sikap dan
(Sjamsuhidajat, 2010). Berdasarkan lama waktu nyeri, nyeri dibagi menjadi dua
yaitu nyeri akut dan nyeri kronik (Judha, 2012). Nyeri akut terjadi setelah cidera
penyakit akut atau intervensi bedah memilki awitan yang cepat, dengan intensitas
bervariasi, dan berangsung dalam waktu singkat. Sedangkan nyeri konis berlansung
dalam waktu lama dengan intensitas bervariasi, dan berangsung dalam waktu lama
sistem sirkulasi, infeksi dan parasit. Hasil survei penyakit di 5 rumah sakit provinsi
1. Tujuan Umum
kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep dan teori yang didapat selama
2. Tujuan Khusus
untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada pasien dengan post
apendiktomi.
post apendiktomi.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
dalam institusi dan Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa
pelayanan yang baik khususnya pada pasien dengan post operasi apendiktomi.
untuk mengetahui cara mengatasi terjadinya apendisitis dan cara mengatasi gerakan
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Apendiksitis
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa
kuadran kanan bawah abdomen dan penyebab yang paling umum dari
pembedahan abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja
lebih banyak dari orang dewasa; insiden tertinggi adalah mereka yang berusia 10
apendiks, dimana patogenis utamanya diduga karena obstruksi pada lumen yang
disebabkan oleh fekalit (feses keras yang terutama disebabkan oleh serat (Brunner
suatu peradangan pada bagian usus (Caecum) yang disebabkan karena ada
2. Etiologi
Penyabab apendisitis adalah : diet kurang serat batu, tumor, cacing/parasit,
infeksi virus dan benda asing (Inayah, 2011). Sedangka menurut Lippinco (2011)
sebagai faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan
yaitu disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena gaya hidup
3. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena fibrosis akibat
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium. Apabila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan
akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas
bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut. Apabila kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gengren. Stadium disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang rapuh
itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul
suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan
yang paling tepat adalah apendiktomi, jika tidak dilakukan tindakan segera
mungkin maka peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang
(Mansjoer, 2012).
4. Klasifikasi
Apendisitis yang terjadi dengan diawali oleh nyeri periumbilikal yang diikuti
dengan rasa mual dan muntah sehingga bisa menyebabkan anoreksia, dan
peningkatan nyeri lokal pada perut bagian kanan bawah. Lamanya rasa nyeri ini
disebabkan oleh bakteria. Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen
apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks
dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar dan
Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan
lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
b. Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis terjadi apabila ada rasa nyeri di perut bagian kanan
bawah yang tidak berat, tetapi bisa menyebabkan aktivitas terganggu dan lebih
dari dua minggu. Nyeri yang dirasakan berlangsung secara terus- menerus dan
dapat menjadi akut lagi dan disebut apendisitis kronik dengan eksaserbasi akut
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dikuadran kanan bawah disertai dengan demam ringan, dan terkadang
muntah kehilangan nafsu makan kerap dijumpai konstipasi dapat terjadi.
b. Pada tiik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilicus dan spina anterior
ileum), terasa nyeri tekan local dan kekakuan otot bagian bawah rektus kanan.
c. Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan nyeri tekan,
spasme otot dan adanya diare atau konstipasi. Dan jika apendiks pecah, nyeri
lebih menyebar abdomen menjadi lebih terdistensi akibat ileus paralitik dan
kondisi memburuk.
Menurut Lippincott (2012) tanda dan gejala dari apendiksitis adalah sebagai
berikut :
a. Tanda awal : nyeri peri umbilikial atau epigastrik kolik yang tergeneralisasi
maupun setempatm anoreksia, mual dari muntah, nyeri setempat di kuadran
kanan bawah, igiditasi abdominal yang mirip papan, respirasi retraktif, rasa perih
yang semakin menjadi, spasma abdolminal yang semakin parah, rasa nyeri yang
tebalik (rasa perih yang terbalik disisi yang berlawanan dari abdomen
b. Gejala Selanjutnya : Konstipasi (tetapi diare juga bisa), suhu pasien 37,2° sampai
39°C, takikadi, perforasi atau ifarksi apendiks yang diidikasikan oleh berhentinya
Apendisitis dapat didiagnosis menggunakan skor alvarado yang dapat dilihat pada
6. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi keterlambatan penanganan. Faktor
keterlambatan dapat terjadi dari pasien ataupun tenaga medis. Faktor penderita dapat
berasal dari pengetahuan dan biaya. Faktor tenaga medis dapat berupa kesalahan
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan tes protein reaktif
(CPR). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leokosit anta
10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil datas 75% , sedangkan CPR
ditemukan jumah serum yang meningkat.
b. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ulrasonografi dan CT-Scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi imflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-Scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikali serta perluasan dari
apendiks yang mengalami implamasi serta adanya pelebaran sekum.
8. Penatalaksaan
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi
abdomen bawah atau dengan laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang
sangat efektif. Konsep asuhan keperawatan sebelum operasi dilakukan klien perlu
dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan
pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberiakan
latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan
dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas
atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
1. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis
telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko
perforasi, memberikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan
pemebedahan dilakukan, agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakan.
2) Operasi (apendiktomi), Apendiktomi adalah peradangan dari apendiks
dan ulserasi mukosa. Pada saat tersebut, terjadi apendisitis akut fokal yang
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Teknik laparoskopi sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih
sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih
rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan
terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita. (Rahayuningsih
yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhan klien
optimal.
jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila
4) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-tanda
(Brunner&Suddarth, 2013).
Dalam proses keperawatan, ada lima tahap dimana tahap terebut tidak dapat
membentuk pola pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang mengulangi kontak
1. Pengkajian
dasar, yang pertama mengumpulkan data secara sistematis; kedua memilah dan
mengatur data yag dikumpulkan dan ketiga mendokumentasikan data dalam bentuk
2. Diagnosa Keperawatan
kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi actual,
di validasi perawat karena ada batasan mayor. Contoh: Jalan nafas tidak efektif
pembedahan.
individu yang memerlukan data tambahan sebagai sebagai faktor pendukung yang
lebih akurat.
jelas yang berkaitan dengan masalah yang didapat pada pasien baik itu secara aktual,
3. Intervensi Keperawataan
b. Menentukan tujuan
jangka waktu.
c. Menentukan kriteria hasil
fisiologi/patologis.
mendemonstrasikan.
d. Merumuskan intervensi
masalah, tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori kebutuhan dasar
manusia/hirarki Maslow.
4. Implementasi Keperawatan
b. Tindakan kolaborasi
Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan bersama, seperti
dokter dan petugas kesehatan lain.
dilakukan terhadap klien sesuai dengan intervensi yang telah dibuat baik itu secara
5. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
hasil pencapaian yang telah dilakukan dengan berdasarkan kriteria hasil dan
tujuan.
ataupun masalah utama yang dialami oleh klien. Dalam melakukan pengkajian,
diperlukan teknik khusus dari seorang perawat, terutama dalam menggali data, yaitu
dengan menggunakan komunikasi yang efektif dan teknik terapeutik. (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng Sign)
yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut. Normal: Tidak
3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat
Normal: Jika dilakukan pemeriksaan ini, klien tidak akan merasa nyeri.
Normal: Jika dilakukan pemeriksaan ini, klien tidak akan merasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang
Normal: Suhu ketiak lebih tinggi dibandng dengan suhu dubur ata vagina.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Di lihat dari kenaikan leukosit 10.000-18.000/mm3, bila lebih maka sudah
terjadi perforasi.
Normal: Tidak terjadinya peningkatan leukosit melebihi batas normal.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan USG
Normal: Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc. Burney.
2) Foto polos
Normal: Tidak tampak ada kelainan pada organ.
2. Diagnosa Keperawatan
pembedahan.
anoreksia.
dirasakan.
tindakan/penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
30
yang mengurangi
tekanan pada luka
12. Hindari kerutan pada
tempat tidur Mandikan
pasien
dengan air hangat.
e.Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan yang dirasakan pasca
post operasi.
Tabel 2.6 Diganosa Defisit perawatan diri
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
5. Defisit perawatan NOC NIC
diri berhubungan a. Activity a. Self Care Assistence:
dengan kelemahan tolerenrancy Bathing/Hygiene
yang dirasakan pada b. mobility: physical 1. Pertimbangkan
post op. impaired budaya ketika
c. Self care deficit mempromosikan
Batasan hygiene perawatan diri
Karakterisik: d. Sensory 2. Tempat handuk,
a. Ketidakmampuan perception: deodorant dan
dalam mengakses auditory disturbed. kebutuhan mandi
kamar mandi Kriteria hasil ditaruh disamping
b. Ketidakmampuan a. Perawatan diri tempat tidur atau
mengeringkan ostomi: tindakan kamar mandi.
tubuh pribadi dalam 3. Pertimbangkan
c. Ketidakmampuan mempertahan usia pasien ketika
dalam merasakan ostomi untuk memromisan
bagian tubuh eliminasi perawatan diri
d. Ketidakmampuan b. Perawatan diri: 4. Menyediakan
dalam merasakan aktivitas perawatan lngkungan yang
hubungan spasial fisik dan pribadi terapeutik dengan
e. Ketidakmampuan secara mandiri memastikan
dalam c. Peawatan diri hangat, santai,
menjangkau mandi: mampu dan personal
sumber air untuk 5. Memfasilitasi alat
f. Ketidakampuan membersihkan diri untuk menyikat
dalam mengatur sendiri secara gigi klien
air mandi mandiri 6. Memfasilitasi alat
g. Ketidkmampuan d. Perawatan diri yang dibutuhkan
dalam membasuh hygiene untuk mandi
tubuh e. Perawatan diri oral 7. Memfasilitasi
31
hygiene pemeliharaan rutin yang
f. kebersihan. biasa pasien
tidur, isyarat
sebelum tidur
8. Memberikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya dapat
mengansumsikan
perawatan diri.
32
tahun percentil pemenuhan kebutuhan
sesuai dengan usia ADLs
j. Kerusakan persepsi secaramandiri sesuai
kemampuan
sensori
8. Dampingi dan Bantu
k. Tidak nyaman,
pasien saat
nyeri
mobilisasi dan bantu
l. Kerusakan penuhi kebutuhan ADLs
musculoskeletal ps.
dan 9. Berikan alat Bantu
neuromuskuler jika klien
m. Intoleransi memerlukan.
aktivitas/penuruna 10. Ajarkan pasien
n bagaimana merubah
n. kekuatan dan posisi dan berikan
stamina bantuan jika
o. Depresi mood atau diperlukan
cemas
p. Kerusakan kognitif
q. Penurunan
kekuatan otot,
kontrol dan atau
masa
r. Keengganan untuk
memulai gerak
s. Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
t. Malnutrisi selektif
atau umum
g. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan pasien terhadap
tindakan/penyakit.
Tabel 2.8 Diagnosa Ansietas
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
8 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan dengan b. Kontrol Anxiety Reduction
ketidaktahuan pasien kecemasan (penurunan
terhadap a. Koping kecemasan)
Setelah dilakukan a. Gunakan
tindakan/penyakit.
asuhan selama klien pendekatan
kecemasan teratasi yang
DO/DS:
33
a. Insomnia dgn kriteria hasil: menenangkan
b. Kontak mata 1. Klien b. Nyatakan dengan
kurang mampu jelas harapan
c. Kurang mengidentifikasi dan terhadap pelaku
mengungkapkan gejala pasien
istirahat cemas c. Jelaskan semua
d. Berfokus pada 2. Mengidentifikasi,
prosedur dan
diri sendiri mengungkapkan dan apa yang dirasakan
e. Iritabilitas menunjukkan tehnik selama prosedur
f. Takut untuk mengontol d. Temani pasien
g. Nyeri perut cemas untuk memberikan
h. Penurunan TD dan 3. Vital sign dalam keamanan dan
denyut nadi batas normal mengurangi takut
e. Berikan
i. Diare, mual, 4. Postur tubuh,
ekspresi wajah, informasi faktual
kelelahan mengenai diagnosis,
bahasa tubuh
j. Gangguan dan tingkat aktivitas tindakan prognosis
tidur menunjukkan f. Libatkan
k. Gemetar berkurangnya keluarga untuk
kecemasan mendampingi
l. Anoreksia,
klien
mulut kering
g. Instruksikan pada
m. Peningkatan TD, pasien untuk
denyut nadi, RR menggunakan
n. Kesulitan tehnik relaksasi
bernafas h. Dengarkan dengan
o. Bingung penuh perhatian
p. Bloking dalam i. Identifikasi
pembicaraan tingkat
q. Sulit kecemasan
berkonsentrasi j. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien
untuk
mengungkapka n
perasaan, ketakutan,
persepsi
l. Kelola
pemberian
obat anti
cemas
h. Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
Tabel 2.9 Diagnosa Risiko kekurangan cairan
35
6. Kolaborasi
cairan IV
7. Monitor status
nutrisi
8. Berikan cairan
IV pada suhu
ruangan
9. Dorong
masukan oral
10. Berikan
penggantian
nasogastrik
sesuai output
b. Hypovolemia
Management
1. Monitor status
cairan
termasuk
intake dan
output cairan
2. Pelihara IV
line
3. Monitor
tingkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda
vital
5. Monitor
respon pasien
terhadap
penambahan
cairan
6. Monitor berat
badan
4. Implementasi Keperawatan
36
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki
maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini perawat
5. Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
1) S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
hasil analisa.
perawat primer pengambil keputusan klinik, advokat, peneliti dan pendidik, dan
perawat seringkali harus melakukan peran lebih dari satu dalam suatu waktu yang
37
bersamaan (Potter dan Perry, 2006).
meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan.
asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan
dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal
berdasarkan penelitian oleh Penulis Neila Sulung, Sarah Dian Rani (2017), denga
judul : “Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya
perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen. Tujuan penelitian ini bertujuan
untuk meneliti pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri pada
pasien post appendiktomi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
sebanyak 15 orang dengan jumlah sampek diambil 10 orang yang diambil secara
38
Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah : Pasien berusia antara 15 tahun
yang sama. Pasien dengan skala nyeri ringan, sedang dan berat, dapat diajak
berkomunikasi
numeric skala rasa nyeri yaitu skala 1- 3: nyeri ringan, skala 4-6 : nyeri
sedang,.dan skala 7-10: nyeri berat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
tindakan appendiktomi
rawat bedah.
penelitian.
39
f) Peneliti meminta persetujuan kepada pasien untuk kesediaannya menjadi
peneliti.
pertanyaan memilih skala nyeri yang dirasakan dan memilih skala nyeri
nyeri yang dirasakan serta hasil tersebut dicatat dalam lembaran hasil
pengukuran.
menggenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut, genggam hingga nadi
d) Genggam ibu jari selama kurang lebih 3-5 menit dengan napas secara
yang lain.
40
g) Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi genggam jari
i) Tes akhir dilakukan sama dengan melakukan tes awal dengan memberikan
nyeri yang dirasakan serta hasil tersebut dicatat dalam lembaran hasil
pengukuran.
l) Lakukan pengolahan data pada data yang telah terkumpul untuk dijadikan
laporan penelitian.
Hasil Rata – Rata intensitas nyeri pada pasien post appendiktomi di ruangan
bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017 sebelum diberikan
Intervensi Teknik Relaksasi Genggam Jari adalah 4,80 dengan standar deviasi
0,689. Nilai minimal 4 dan nilai maksimal 6.Rata – Rata intensitas nyeri pada pasien
post appendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2017 sesudah diberikan Intervensi Teknik Relaksasi Genggam Jari adalah 3,87
dengan standar deviasi 0,652. Nilai minimal 3 dan nilai maksimal 5. Ada pengaruh
teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri pada pasien - pasien post
appendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017
membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat
41
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Menggenggam jari sambil menarik nafas
dalam dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena
genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energy pada
meridian yang terletak pada meridian yang terletak pada jari tangan kita. Sehinggan
intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modlasi akibat stimulasi relaksasi
genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai otak. Genggam
jari dapat dilakukan sendiri dan sangat membantu dapat dilakukan sendiri dan
sangat membantu dalam kehidupan sehari- hari untuk merilekskan ketegangan fisik.
Jadi, ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri terhadap
pada pasien post appendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar
42
37
lah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). (Nurarif dan Kusuma, 2015). Sekresi mukus berlebihan
APENDISITIS Peradangan pada jaringan
pada Lumen
Penatalaksanaan Apendisitis
Pre Operasi Intra operasi Post
Operasi
Nyeri Akut
Dx : Ansietas Perdarahan
NOC : Gastrointestinal Jaringan kulit terbuka
fungsion NIC : Bowel
Mangement Ketidak seimbangan
Volume Cairan Dx: Nyeri Akut NOC: Pain level
Kerusakan Integritas Jaringan Pain Control Comfort level
NIC: Paint Mangement
Dx : Ketidakseimbangan
Volume cairan
NOC : Fluid balance Dx: Kerusakan Integritas Jaringan NOC: Tissue Integrity :
NIC : Fluid Skin and muccous membranes NIC: Pressure Management
Mangement
52