Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam
DisusunOleh :
NidaShentiaPuspita (F1F120009)
FakhriAlfadily (F1F120035)
DiellaSyakirah (F1F120061)
ChintyaDwiyuniaPutri (F1F120059)
RichlaAtika (F1F120039)
DosenPengampu:
UNIVERSITAS JAMBI
2020
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR.WB
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis menghaturkan shalawat beriring
salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga kita mendapat
syafaat beliau di hari akhir kelak.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Besar harapan penulis agar pemabaca berkenan memberikan kritik dan saran.
Semoga makalah ini bias memberikan manfaat bagi berbagai manfaat untuk
semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Agama dalam bahasa Arab adalah din yang menurut seorang ulama Islam
berarti “aturan-aturan yang berasal dari Tuhan yang harus ditaati dan
dikerjakan oleh manusia demi kebahagiaan manusia itu sendiri baik di dunia
maupun di akhirat nanti”. Jadi mesti merupakan aturan Tuhan. Agama berisi
aturan dan norma yang mengatur kehidupan dan kematian manusia sebagai
makhluk individu dan social agar berperilaku baik dan bertujuan untuk
mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.
Fitrah manusia di dunia ini adalah sebagai „abd. Dari itu,manusia harus
memiliki suatu pegangan hidup yang dengannyamanusia dapat mencapai
tujuan hidupnya. Sehingga apabila ada sesuatu yang membuat
manusiaberpaling bahkan membelok dari tujuannya, makasesuatu yang
dijadikan pegangan akan terus mengarahkan dan membimbing untuk
meraihnya. Sebagai seorang muslim, tujuan hidup ini tidak hanya semata
mencari kebahagiaan di dunia, akan tetapi juga mengharapkan kebahagiaan di
akhirat kelak. Dua kebahagiaan tadi tidak akan terwujud jika tidak adanya rasa
percaya kepada Sang Khaliq. Karena dengan kehendak-Nyalah, Allah
memberikan petunjuk yang akan menuntun manusia untuk mewujudkansegala
yang diharapkan.Rasa percaya tadidapat tumbuh dalam diri seseorang dengan
cara bermakrifat kepada Allah. Cara bermakrifat kepadaAllah dapat ditempuh
dengan dua cara, yakni berpikirdan menganalisa makhluk Allah dan
bermakrifat terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah.Makrifatkepada Allah
merupakan makrifat yang paling agung dan sebagai asas yang dijadikan
standar dalam kehidupan rohani seseorang.
2
pendidikan Islam dan menjadi prioritas yang pertama dalam upaya
pembentukan kepribadian muslim.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1.3.1 Untuk mengetahui apa hakikat manusia itu
1.3.2 Untuk mengetahui hakikat fitrah yang ada dalam al-qur’an
1.3.3 Untuk mengetahui bahwa manusia terlahir dalam keadaan fitrah
1.3.4 Untuk mengetahui agama itu sangat penting bagi kehidupan manusia
1.3.5 Untuk mengetahui agama merupakan fitrah manusia
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk dan peran seseorang, secara garis besar dapat dlihat dari
kedudukan yang ditempatinya. Sedangkan untuk dapat mengetahui hal itu,
kita perlu mengetahui penamaan yang disandangnya. Begitu pula tentang
sebuah peran manusia dapat dibentuk antara lain melalui berbagai sebutan
yang diberikan pada manusia.
4
luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa, Allah telah
menyediakan semua bentuk makanan dan munuman bagi manusia,
namun manusia diberikan Allah juga batasan akan makanan dan
minuman tersebut yang halal namun tidak baik, makanan halal dan
baik serta makanan yang haram.
Dalam hal makanan dan minuman Allah menjelaskan dalam
Al-Qur’an surat Abasa ayat 24 yang berbunyi “Hendaklah Manusia
memperhatikan makanannya”. Dalam al-qur’an ditemukan perintah
makan sebanyak 27 kali dalam berbagai kontek dan arti, yang
selalu menekankan salah satu dari dua sifat yakni halal (boleh) dan
Tayyib (baik). Selain manusia butuh akan makan dan minum yang
bertujuan untuk hidup.
Manusia juga butuh akan pasangan hidup melalui jalur
pernikahan untuk menjaga dan melanjutkan proses Artinya: “dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaikbaiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu
orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun
bagi orang-orang yang bertaubat.” (Q.S Al-Isra’ ayat: 23-25).
5
b. Konsep Al- Insan ( )ن االنسا
Al-Insan terbentuk dari akar kata Nasiya ( ) نسي, Nisyu ()نسي
yang berati lupa, dari kata Insu ( ) انسىartinya senang, jinak,
harmonis, dan ada juga dari akar kata Naus ( ) نئسyang
mengandung arti “pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada asal
kata alInsan dapat kita pahami bahwa setiap manusia pada dasarnya
memiliki potensi yang positif dalam tumbuh serta berkembang
secara fisik maupun mental spiritual. Di samping itu, manusia juga
diberikan dengan jumlah potensi lain, yang berpeluang untuk
mendorong dirinya ke arah tindakan, sikap, serta prilaku yang
negatif dan merugikan.
6
d. Konsep Bani Adam ( )آدم بنى
Manusia sebagai Bani Adam, termaktub di tujuh tempat dalam
Al-Qur’an Menurut al-Gharib al-Ishfahany, Bani berarti keturunan
dari darah daging yang dilahirkan. Allah menggunkan kata-kata
dalam al-qur’an dengan berbeda-beda dalam kontek penciptaan
manusia. Al-qur’an mengajak manusia untuk banyak berpikir
tentang proses kejadian manusia yang unik Dan banyak ayat-ayat
al-Qur’an, data dan kejadian yang menunjang pemikiran ini.
Seperti misalnya: Pada saat manusia akan diciptakan oleh Allah
SWT untuk menjadi kalifah dibumi, bagaimana mungkin para
Malaikat mengetahui bahwa manusia hanya akan membuat
kerusakan diatas bumi. Sedangkan Malaikat hanya dapat
mengetahui apa-apa yang diberitahukan Allah SWT kepada
mereka. Tentunya karena mereka pernah mengetahui adanya
“manusia” dibumi sebelum Adam AS diciptakan Allah SWT.
karena itu Allah SWT selalu menyatakan bahwa: “Manusia (anak-
cucu Adam AS ) diciptakan dalam kesempurnaan-nya”
7
“Dan Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu. Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. “
Ayat tersebut membicarakan tentang penciptaan manusia.
Dalam ayat tersebut ditegaskan, bahwa penciptaan manusia yang
pertama ialah dari tanah. Hal tersebut dapat dipahami khusus pada
penciptaan manusia pertama, yakni adam. Selanjutnya, keturunan-
keturunan adam diciptakan dari nutfah. Dari nutfah ini, kemudian
Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhluk dalam bentuk
sebaik-baiknya.
3. Fitrah Nafsaniyyah
8
Fitrah nafsaniyyah (al-nafs) merupakan citra pecinta
psikopisik manusia. Artinya, fitrah al-nafs merupakan gabungan
dari fitrah al-jism dan al-ruh. Apabila ia berorientasi pada natur
jasad, maka tingkah lakunya menjadi buruk dan celaka, tetapi
apabila ia berorentasikan pada natur ruh, maka tingkah lakunya
menjadi baik selamanya.
9
Dalam Alquran kata fitrah dengan bentuk penggunaan
fatharuhu, diartikan Dia yang menciptakannya, Dia menyebabkan
sesuatu ada secara baru, atau wujudnya sesuatu untuk yang pertama
(prototip). Oleh karena itu, kata Fathirus samawati berarti penciptaan
langit. Artinya Allah menciptakan langit dalam sebuah bentuk yang
tidak meniru kepada bentuk lain, karena bentuk ciptaan itu adalah
bentuk penciptaan pertama kali.
Agama dan manusia adalah dua sisi mata uang yang tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Manusia hidup
memerlukan agama sebagai tempat mencari ketenangan dan
keridhaan Tuhan dan agama hadir untuk menjadi petunjuk bagi umat
manusia. Menurut Islam, agama berarti suatu peraturan atau
penetapan Tuhan yang membimbing manusia kepada aqidah yang
benar, ibadah yang baik dan mu’amalah yang baik pula. Sedangkan
manusia adalah hayawan al-nathiq (makhluk yang berpikir), yang
pada hakikatnya adalah makhluk pencari kebenaran. Di sini bertemu
antara agama sebagai satu hakikat yang benar dan manusia (dengan
akal dan hatinya) sebagai makhluk pencari kebenaran.
10
Dalam bukunya Membumikan Al-Quran, Quraisy Shihab
mengartikan fitrah itu sebagai ”Agama Yang Benar”, ”Kesucian”
atau ”Asal Kejadian”. Asy-Syarif Ali bin Ahmad al-Jurjani seorang
ahli bahasa Arab dari Persia mendefinisikan fitrah sebagai watak
yang senang menerima agama. Sedangkan para fuqaha (ahli fiqih)
mengartikannya sebagai tabi’at yang suci dan asli yang dibawa
manusia sejak lahir, belum pernah disentuh oleh cacat atau aib
apapun.
11
صدُورٌ َو ُهدًى َو َرحْ َم ٌة ٌ ظةٌ من َّرب ُك ٌْم َوشفَآءٌ ل َما ف
ُّ ى ٱل ٌُ َّيَٓأَيُّ َها ٱلن
َ اس قَ ٌْد َجا ٓ َء ْت ُكم َّم ْوع
ٌَل ْل ُمؤْ منين
12
melakukan pekerjaannya di dunia, atau kekuatan dan kemampuan
yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk mengenal iman.
Dengan kekuatan dan kemampuannya itu, ia dapat mengetahui
agama yang benar dan Tuhan yang menciptakannya. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Quran:
13
ٌَّ ٌل لخ َْلق
ٌۚٱّلل ٌَ ٌۚعلٌَْي َهٌا
ٌَ ل تَبْدي َ َى ف
ٌَ َّط ٌَر ٱلن
َ اس ٌ ٱّلل ٱلَّت
ٌَّ ٌَط َرتْ فَأَق ٌْم َوجْ َهكٌَ للدينٌ َحنيفًاٌۚ ف
ٌَّ ذَلكٌَ ٱلدينٌُ ْٱلقَي ٌُم َولَك
ٌَ ٌن أَ ْكثَ ٌَر ٱلنَّاس
ٌَل َي ْعلَ ُمون
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-
Ruum/30: 30)
ِومَ آنِ يَ بآ تَ ِغِ غَ آيِ آاْلِ آس ََل ِمِ دِ ينًاِ فَ لَ آنِ يُ آق بَلِ ِم نآ هُِ و ُه وِ ِفِ آاْل ِخ رة
َ َ َ َ َ َ
ِ ِ
َ ِ” م َنِ ا آْلَاس رBarangsiapa mencari agama selain agama Islam,
ِين
Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran/3:
85)
14
kebenaran (3) kemampuan dasar berupa daya-daya yang
memungkinkan dirinya menjadi manusia yang mulia.
15
3. Fitrah memiliki natur, watak, dan citra kerja yang khas.
Semua masih bersifat potensial yang perlu diaktualisasikan
menurut kondisi aslinya. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa fitrah adalah wujud suatu sistem yang terdapat pada
manusia dan memiliki citra unik yang telah ada sejak
penciptaanya manusia. Artinya dalam diri manusia secara
alami memiliki tabiat dan watak yang berpotensi untuk
mengarah dan menuju kepada penciptaannya, sehingga
aktualisasi dari fitrah tercermin dalam tingkah laku yang
sesuai dengan kehendak Sang Pencipta.
Oleh karena itu, dalam pemahaman yang lebih luas, agama itu
mengandung empat macam unsur, yakni :
16
1. Merupakan jalan hidup (way of life), yang memiliki aturan-aturan
tertentu sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
2. Mengajarkan dan memiliki nilai keyakinan akan adanya Tuhan.
3. Memiliki kitab suci, yang merupakan kumpulan wahyu yang
diterima oleh Nabi, yang berisi nilai dasar dan petunjuk-petunjuk
yang wajib diikuti dan dilaksanakan oleh pemeluknya.
4. Dipimpin atau dibawa oleh seorang Nabi.
17
5. Lahir di daerah-daerah yang berada Tidak
di bawah pengaruh ras semitik
6. Misionari Bukan misionari
7. Memberikan arah yang jelas dan Menitik beratkan kepada
lengkap baik aspek spiritual maupun aspek spiritual saja
material
8. Jelas dan tegas Kabur dan elastis
18
merupakan faktor yang memungkinkan manusia sanggup menghadapi dan
menanggung cobaan hidup.
“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang
tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-
Muslim)
19
Allah Ta’ala berfirman:
20
yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Ia adalah Dzat yang memiliki
puncak kebijaksanaan dan paling benar petunjuk-Nya. Ia adalah Al
Hakiim (Maha Bijaksana) dan Al Aliim (Maha Menegtahui) terhadap
semua yang Ia tentukan dan putuskan serta pada semua apa yang Ia
syariatkan kepada hamba-Nya. Maka, tidak ada kebaikan kecuali sudah
diserukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan tidak ada
keburukan kecuali sudah diperingatkan oleh beliau. Sebagaimana hadits
dalam Shahih Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr bin Al
Ash Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa
beliau bersabda:
ما بعث هللا من نبي إّل كان حقا عليه أن يدل أمته على خير ما يعلمه لهم وينذرهم شر ما يعلمه
لهم
“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali pasti Nabi tersebut akan
membimbing umatnya pada kebaikan dengan apa yang ia ajarkan
kepada umatnya, dan memperingatkan mereka terhadap keburukan
dengan apa yang ia ajarkan kepada umatnya”
Juga dalam Musnad Ahmad dengan sanad yang shahih, dari Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan (manusia dengan) akhlak yang baik”.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
Manusia dalam perspektif Islam akan tetap dilahirkan dalam keadaan
fithrah, yaitu suci, bersih, bebas dari segala dosa, dan memiliki kecenderungan
sikap menerima agama, iman, dan tauhid. Manusia menjadi baik atau buruknya
adalah akibat faktor pendidikan dan lingkungan, bukan kepada tabiat aslinya.
Menurut Abd al-Rahman al-Bani yang dikutip an-Nahlawi menyatakan tugas
pendidikan islam adalah menjaga dan memelihara fitrah peserta didik, kemudian
mengembangkan dan mempersiapkan ssemua potensi yang dimiliki, dengan
mengarahkan fitrah dan potensi yang ada dan menuju kebaikan dan
kesempurnaan, serta merealisasikan suatu program tersebut secara lebih bertahap.
Menurut konsep Islam setiap anak yang dilahirkan telah memiliki fitrah.
Fitrah tersebut dapat berupah fitrah Ilahijiah yang berujud pengakuan akan
keesaan dan kebesaran Allah, beragama Islam, berpembawaan baik dan benar, dan
fitiahJasadiyah yang berupa potensi-potensi/ kemarnpuan dasar yang lebih bersifat
fisik seperti alat peraba, pencium, pendengaran, penglihatan, akal, hati, bakat dan
ketrampilan yang semuanya telah dibawanya sejak lahir.
22
kepada Allaah dan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Sarana untuk
menggapai cita-cita tersebut adalah berkembang dan berfungsinya fitrah manusia
sesuai dengan kehendak penciptanya.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan ini terdapat
kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing
kami harapkan sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik
dari yang sebelumnya kami hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari
kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran pembimbing sangat jauh bagi kami
untuk mencapai kesempurnaan.
23
DAFTAR PUSAKA
https://muslim.or.id/12336-mengenal-agama-yang-fitrah.html
konsep fitrah dalam islam dan implikasinya dalam pendidikan oleh mujahid
Tim Dosen PAI UNJA, Pendidikan Agama Islam; Buku Daras Untuk Mahasiswa
Perguruan Tinggi, Jakarta, Gaung Persada Press dan MPK PAI Universitas
Jambi, 2009
Mujib, Abdul. 1999. Fitrah dan kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologi,
Jakarta, Darul Falah
24