Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH AGAMA ISLAM

“FITRAH BERAGAMA BAGI MANUSIA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

DisusunOleh :

Marsya Nona Agita (F1F120021)

NidaShentiaPuspita (F1F120009)

FakhriAlfadily (F1F120035)

DiellaSyakirah (F1F120061)

ChintyaDwiyuniaPutri (F1F120059)

RichlaAtika (F1F120039)

DosenPengampu:

Eva Iryani, S.pd.I, M.pd.I

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis menghaturkan shalawat beriring
salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga kita mendapat
syafaat beliau di hari akhir kelak.

Penulisan makalah “Fitrah Beragama Bagi Manusia” bertujuan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Agama Islam. Pada makalah diuraikan penjelasan mengenai
fitrah beragama bagi manusia. Selain itu, dibahas juga pentingnya fitrah beragama
bagi manusia.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Besar harapan penulis agar pemabaca berkenan memberikan kritik dan saran.
Semoga makalah ini bias memberikan manfaat bagi berbagai manfaat untuk
semua pihak.

Jambi, 22 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................. ...................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3 Tujuan................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manusia terlahir dalam keadaan Fitrah ................................................................... 4

2.1.1 Hakikat Manusia ............................................................................................ 4

2.1.2 Hakikat Fitrah dalam Al-qur’an ..................................................................... 7

2.1.3 Fitrah dan Kaitannya dengan Manusia .......................................................... 9

2.2 Beragama Merupakan Fitrah Manusia .................................................................... 16

2.2.1 Makna dan Peran Agama ............................................................................... 16

2.2.2 Agama Merupakan Fitrah Manusia................................................................ 19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................22

3.1 Saran ............................................................................................................. ..23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita sebagai manusia perlu memiliki pedoman dalam menjalani hidup, jika
kita tidak memiliki pedoman yang jelas, manusia diibaratkan seperti orang
yang buta karena tidak memiliki arah yang pasti untuk menjalani
kehidupannya. Oleh karena itu, agama hadir sebagai pemberi arah bagi
manusia agar memiliki tujuan yang jelas dan hal yang ingin dicapai dalam
hidupnya. Agama dan manusia adalah hal yang tidak terpisahkan, manusia
membutuhkan agama sebagai tempat mencari ketenangan dan keridhaan
Tuhan selain itu agama juga hadir untuk member petunjuk bagi umat
manusia.

Agama juga dapat dijadikan tuntunan untuk membedakan prinsip yang


salah dan yang benar, yang akan mencegah manusia untuk terjerumus kedalam
hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri. Selain itu, agama juga berfungsi
untuk memberikan pandangan dunia kepada manusia, berpengaruh pada
kebudayaan manusia, serta mampu menjawab berbagai macam pertanyaan
yang mungkin tidak mampu dijawab oleh sesama manusia lain. Jadi bias
dikatakan kalau manusia sangat bergantung dengan agama, untuk itu fitrah
beragama bagi manusia memiliki dampak yang besar untuk manusia itu
sendiri.

Agama merupakan sebuah kebutuhan fitrah manusia, fitrah keagamaan


yang ada dalam diri manusia. Naluri beragama merupakan fitrah sejak lahir di
samping naluri-naluri lainnya, seperti: untuk mempertahankan diri dan
mengembangkan keturunan, maka agama merupakan naluri (fitrah) manusia
yang dibawa sejak lahir.

Agama dalam bahasa Arab adalah din yang menurut seorang ulama Islam
berarti “aturan-aturan yang berasal dari Tuhan yang harus ditaati dan
dikerjakan oleh manusia demi kebahagiaan manusia itu sendiri baik di dunia
maupun di akhirat nanti”. Jadi mesti merupakan aturan Tuhan. Agama berisi
aturan dan norma yang mengatur kehidupan dan kematian manusia sebagai
makhluk individu dan social agar berperilaku baik dan bertujuan untuk
mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna


dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia
merupakan makhluk Tuhan yang memiliki tuntutan untuk menyembah dan
bersyukur atas segala sesuatu yang telah diciptakan sehingga manusia dapat
bertahan hidup dan melestarikan populasinya. Manusia memiliki kepercayaan
yang berbeda-beda. Walaupun kepercayaan manusia banyak yang berbeda
tetapi dari seluruh kepercayaan tersebut memiliki satu tujuan yang jelas.
Kepercayaan dan agama memberikan segala sesuatu penjelasan bahwa
manusia adalah makhluk yang harus bersyukur kepada Dia dan memiliki
potensi untuk besikap baik atau bersikap buruk, bersikap jujur atau dusta dan
dalam diri manusia selalu terdapat aspek hawa nafsu, seks dan rasa ingin
berkuasa. Semua sikap yang telah disebutkan dapat dikendalikan oleh manusia
tersebut apabila manusia tersebut mempelajari agama sejak usia dini. Sangat
bagus apabila sejak dunia dini manusia telah diperkenalkan agama dalam
kehidupan mereka karena pada masa kecil lah otak manusia sangat mudah
menyerap ilmu pengetahuan dan mempelajari kehidupan sehingga
pengetahuan masa kecil lah yang akan mempengaruhi kehidupan mereka
kedepan.

Fitrah manusia di dunia ini adalah sebagai „abd. Dari itu,manusia harus
memiliki suatu pegangan hidup yang dengannyamanusia dapat mencapai
tujuan hidupnya. Sehingga apabila ada sesuatu yang membuat
manusiaberpaling bahkan membelok dari tujuannya, makasesuatu yang
dijadikan pegangan akan terus mengarahkan dan membimbing untuk
meraihnya. Sebagai seorang muslim, tujuan hidup ini tidak hanya semata
mencari kebahagiaan di dunia, akan tetapi juga mengharapkan kebahagiaan di
akhirat kelak. Dua kebahagiaan tadi tidak akan terwujud jika tidak adanya rasa
percaya kepada Sang Khaliq. Karena dengan kehendak-Nyalah, Allah
memberikan petunjuk yang akan menuntun manusia untuk mewujudkansegala
yang diharapkan.Rasa percaya tadidapat tumbuh dalam diri seseorang dengan
cara bermakrifat kepada Allah. Cara bermakrifat kepadaAllah dapat ditempuh
dengan dua cara, yakni berpikirdan menganalisa makhluk Allah dan
bermakrifat terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah.Makrifatkepada Allah
merupakan makrifat yang paling agung dan sebagai asas yang dijadikan
standar dalam kehidupan rohani seseorang.

Dalam pendidikan Islam, untuk menentukan dasar pendidikan selain


berdasarkan pertimbangan filosofis, juga tidak lepas dari pertimbangan
teologis seorang muslim. Islam sebagai pandangan hidup yang berdasarkan
nilai-nilai Ilahiyah, baik yang termuat dalam al-Qur’an maupun Sunnah Rasul
diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transendental, universal,
dan eternal (kekal), sehingga secara akidah diyakini oleh pemeluknya akan
selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia
kapan dan dimana saja.4Berarti ajaran akidah (dalam hal ini tauhid)
menempati posisi yang paling tinggi dan fundamental sebagai dasar

2
pendidikan Islam dan menjadi prioritas yang pertama dalam upaya
pembentukan kepribadian muslim.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang terdapat dalam makalah ini ialah:
1.2.1 Apa maksud hakikat manusia itu sendiri?
1.2.2 Bagaimana hakikat fitrah yang ada dalam al-qur’an?
1.2.3 Mengapa manusia terlahir dalam keadaan fitrah?
1.2.4 Mengapa agama sangat penting bagi kehidupan manusia?
1.2.5 Apakah beragama merupakan fitrah manusia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1.3.1 Untuk mengetahui apa hakikat manusia itu
1.3.2 Untuk mengetahui hakikat fitrah yang ada dalam al-qur’an
1.3.3 Untuk mengetahui bahwa manusia terlahir dalam keadaan fitrah
1.3.4 Untuk mengetahui agama itu sangat penting bagi kehidupan manusia
1.3.5 Untuk mengetahui agama merupakan fitrah manusia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MANUSIA TERLAHIR DALAM KEAADAN FITRAH

2.1.1 HAKIKAT MANUSIA

Bentuk dan peran seseorang, secara garis besar dapat dlihat dari
kedudukan yang ditempatinya. Sedangkan untuk dapat mengetahui hal itu,
kita perlu mengetahui penamaan yang disandangnya. Begitu pula tentang
sebuah peran manusia dapat dibentuk antara lain melalui berbagai sebutan
yang diberikan pada manusia.

Dalam Alqur’an manusia disebut dengan berbagai


namadiantaranya: al- Basyr, al- Insan, an- Nas, dan konsep Bani Adam
yang dalam hal ini sebagai penolakan terhadap teori Darwin tentang
evolusi bahwa manusia adalah keturunan dari kera. Adapun pemahaman
tentang peran manusia sangat erat kaitannya dengan sebutan yang
disandangnya.

a. Konsep Al- Basyr (‫)البشر‬


Manusia dalam konsep al- Basyr, dipandang dari
pendekatannya biologis. Sebagai mahluk biologis adalah manusia
terdiri atas unsur materi, sehingga menampilkan sosok kedalam
bentuk fisik material, yaitu berupa tubuh kasar (ragawi).
Berdasarkan konsep Al-Basyr, manusia tidak jauh berbeda
dengan makhluk biologis yang lainnya. Dengan demikian
kehidupan manusia sangat terikat kepada kaidah-kaidah prinsip
kehidupan biologis yang lain seperti berkembang biak, mengalami
fase pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai tingkat
kematangan serta kedewasaan. Manusia memerlukan makan,
minum dengan kreteria yang halal serta bergizi.
Seperti pada QS An-Nahl, ayat; 69 Yang Artinya: “kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke

4
luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa, Allah telah
menyediakan semua bentuk makanan dan munuman bagi manusia,
namun manusia diberikan Allah juga batasan akan makanan dan
minuman tersebut yang halal namun tidak baik, makanan halal dan
baik serta makanan yang haram.
Dalam hal makanan dan minuman Allah menjelaskan dalam
Al-Qur’an surat Abasa ayat 24 yang berbunyi “Hendaklah Manusia
memperhatikan makanannya”. Dalam al-qur’an ditemukan perintah
makan sebanyak 27 kali dalam berbagai kontek dan arti, yang
selalu menekankan salah satu dari dua sifat yakni halal (boleh) dan
Tayyib (baik). Selain manusia butuh akan makan dan minum yang
bertujuan untuk hidup.
Manusia juga butuh akan pasangan hidup melalui jalur
pernikahan untuk menjaga dan melanjutkan proses Artinya: “dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaikbaiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu
orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun
bagi orang-orang yang bertaubat.” (Q.S Al-Isra’ ayat: 23-25).

5
b. Konsep Al- Insan ( ‫)ن االنسا‬
Al-Insan terbentuk dari akar kata Nasiya ( ‫) نسي‬, Nisyu (‫)نسي‬
yang berati lupa, dari kata Insu ( ‫ ) انسى‬artinya senang, jinak,
harmonis, dan ada juga dari akar kata Naus ( ‫ ) نئس‬yang
mengandung arti “pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada asal
kata alInsan dapat kita pahami bahwa setiap manusia pada dasarnya
memiliki potensi yang positif dalam tumbuh serta berkembang
secara fisik maupun mental spiritual. Di samping itu, manusia juga
diberikan dengan jumlah potensi lain, yang berpeluang untuk
mendorong dirinya ke arah tindakan, sikap, serta prilaku yang
negatif dan merugikan.

c. Konsep An- Nas ( ‫)الناس‬


Kosa kata An- Nas dalam Al- Qur’an umumnya dihubungkan
dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan
sebagai makhluk yang bermasyarakat, yang berawal dari pasangan
laki-laki dan wanita kemudian berkembang menjadi suku dan
bangsa untuk saling kenal mengenal “berinterksi”. Hal ini
dijelaskan dalam al-qur’an yaitu: “Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” Hal ini sejalan dengan teori
“strukturalisme” Giddens yang mengatakan bahwa manusia
merupakan individu yang mempunyai karakter dan prinsip berbeda
antara yang lainnya tetapi manusia juga merupakan agen social
yang bisa mempengaruhi atau di bentuk oleh masyarakat dan
kebudayaan di mana dirinya berada dalam konteks sosial.

6
d. Konsep Bani Adam ( ‫)آدم بنى‬
Manusia sebagai Bani Adam, termaktub di tujuh tempat dalam
Al-Qur’an Menurut al-Gharib al-Ishfahany, Bani berarti keturunan
dari darah daging yang dilahirkan. Allah menggunkan kata-kata
dalam al-qur’an dengan berbeda-beda dalam kontek penciptaan
manusia. Al-qur’an mengajak manusia untuk banyak berpikir
tentang proses kejadian manusia yang unik Dan banyak ayat-ayat
al-Qur’an, data dan kejadian yang menunjang pemikiran ini.
Seperti misalnya: Pada saat manusia akan diciptakan oleh Allah
SWT untuk menjadi kalifah dibumi, bagaimana mungkin para
Malaikat mengetahui bahwa manusia hanya akan membuat
kerusakan diatas bumi. Sedangkan Malaikat hanya dapat
mengetahui apa-apa yang diberitahukan Allah SWT kepada
mereka. Tentunya karena mereka pernah mengetahui adanya
“manusia” dibumi sebelum Adam AS diciptakan Allah SWT.
karena itu Allah SWT selalu menyatakan bahwa: “Manusia (anak-
cucu Adam AS ) diciptakan dalam kesempurnaan-nya”

2.1.2 HAKIKAT FITRAH DALAM AL-QUR’AN

Fitrah dalam pandangan Alquran memiliki beberapa dimensi.


Dimensi-dimensi fitrah yang dimaksud dalam hal ini adalah aspek-
aspek yang terdapat pada fitrah manusia yang memiliki banyak ragam.
Keragaman ini disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda. Ada tiga
dimensi manusia yang merupakan esensi dari penciptaanya atau
totalitasnya yaitu dimensi pisik, psikis dan psikopisik atau dalam Islam
yang dikenal dengan fitrah jasmaniyyah (al-jism), fitrah ruhaniyyah (al-
ruh) dan fitrah nafsiyyah (al-nafs).

1. Fitrah Jasmaniyyah (al-Jism)


Fitrah jasmaniyyah merupakan fitrah penciptaan manusia dari
segi jasdnya (pisiknya). Seperti dalam Alquran mengatakan dalam
surah Al-Mu’minun ayat 12-14 yang artinya:

7
“Dan Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu. Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. “
Ayat tersebut membicarakan tentang penciptaan manusia.
Dalam ayat tersebut ditegaskan, bahwa penciptaan manusia yang
pertama ialah dari tanah. Hal tersebut dapat dipahami khusus pada
penciptaan manusia pertama, yakni adam. Selanjutnya, keturunan-
keturunan adam diciptakan dari nutfah. Dari nutfah ini, kemudian
Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhluk dalam bentuk
sebaik-baiknya.

2. Fitrah Ruhaniyyah (al-Ruh)


Ibnu Sina berpendapat, bahwa ruh manusia merupakan
kesempurnaan awal jasmani manusia yang tinggi, yang memilki
kehidupan dengan daya. Sedangkan al-Farabi mengatakan bahwa
ruh berasal dari alam perintah camar yang sifatnya berbeda dengan
jasad. Bagi al-Ghazali ruh merupakan sesuatu yang halus (latifah).
Banyaknya pembahasan mengenai al-ruh, tidaklah dapat
mencapai kesimpulan yang memuaskan, sebab Allah SWT sendiri
menegaskan dalam Alquran dalam surah al-Isra ayat 85, yang
artinya:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Ruh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit.”

3. Fitrah Nafsaniyyah

8
Fitrah nafsaniyyah (al-nafs) merupakan citra pecinta
psikopisik manusia. Artinya, fitrah al-nafs merupakan gabungan
dari fitrah al-jism dan al-ruh. Apabila ia berorientasi pada natur
jasad, maka tingkah lakunya menjadi buruk dan celaka, tetapi
apabila ia berorentasikan pada natur ruh, maka tingkah lakunya
menjadi baik selamanya.

2.1.3 FITRAH DAN KAITANNYA DENGAN MANUSIA

Makna Fitrah sangat beragam dikarenakan sudut pandang


pemaknaannya berbeda-beda. Secara etimologi kata fitrah berasal
dari bahasa Arab fathara (‫)فطر‬, dari masdar fathrun yang berarti
belah atau pecah. Dalam Alquran sendiri dapat ditemukan
penggunakan kata fitrah dengan makna al-insyiqaq atau al-syaqq
yang berarti pula pecah atau belah. Arti ini diambil dari lima ayat
yang menyebutkan kata fitrah yang objeknya ditujukan pada langit
saja. Dalam ayat yang lain juga terdapat penggunaan kata fitrah,
namun mempunyai makna al-khalqah al-Ijad atau al-Ibda’, artinya
penciptaan. Arti ini terdapat dalam 14 ayat yang menyebutkan kata
fitrah, enam ayat diantaranya berkaitan penciptaan manusia,
sedangkan sisanya berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi.

Bila dicermati, kedua makna tersebut saling melengkapi.


Makna alinsyiqaq kendati digunakan untuk pemaknaan alam (al-
Kaun), namun sebenarnya dapat digunakan untuk manusia (al-
khalqah al ijad atau al-Ibda’,). Oleh karena itu proses penciptaan
manusia melalui tahapan al-Insyiqaq dalam arti pembelahan dan
secara biologis manusia diciptakan menurut fitrahnya. Dari makna
ini kemudian lahir makna-makna lain, seperti perangai, tabiat,
kejadian asal, agama dan penciptaan. Artinya, fitrah ini bisa
dimaknai dengan mengambarkan konsep dasar atau hakikat struktur
kepribadian atau mengambarkan aktivitas, natur, watak, kondisi dan
mekanisme kepribadian.

9
Dalam Alquran kata fitrah dengan bentuk penggunaan
fatharuhu, diartikan Dia yang menciptakannya, Dia menyebabkan
sesuatu ada secara baru, atau wujudnya sesuatu untuk yang pertama
(prototip). Oleh karena itu, kata Fathirus samawati berarti penciptaan
langit. Artinya Allah menciptakan langit dalam sebuah bentuk yang
tidak meniru kepada bentuk lain, karena bentuk ciptaan itu adalah
bentuk penciptaan pertama kali.

Jika pengertian ini dikaitkan dengan manusia, fitrah


merupakan bentuk penciptaan sesuatu untuk pertama kali. Struktur
atau ciri ilmiah yang melekat dalam setiap manusia yang lahir dari
rahim ibunya adalah dia selalu memiliki fitrah, karena fitrah
merupakan suatu yang selalu diletakkkan kepada manusia dalam
penciptaannya. Dengan demikian tidak dapat dielakkan, bahwa
setiap manusia yang lahir akan selalu disertai fitrah.

Agama dan manusia adalah dua sisi mata uang yang tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Manusia hidup
memerlukan agama sebagai tempat mencari ketenangan dan
keridhaan Tuhan dan agama hadir untuk menjadi petunjuk bagi umat
manusia. Menurut Islam, agama berarti suatu peraturan atau
penetapan Tuhan yang membimbing manusia kepada aqidah yang
benar, ibadah yang baik dan mu’amalah yang baik pula. Sedangkan
manusia adalah hayawan al-nathiq (makhluk yang berpikir), yang
pada hakikatnya adalah makhluk pencari kebenaran. Di sini bertemu
antara agama sebagai satu hakikat yang benar dan manusia (dengan
akal dan hatinya) sebagai makhluk pencari kebenaran.

Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan sesuai


dengan fitrahnya, sesuai dengan hadits Rasulullah SAW :

َ ُ‫َما مِ ن َمولُود ا َِّل يُولَد‬


) ‫علَى الفِط َرةِ (رواه مسلم‬

”Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrahnya” (HR.


Muslim)

10
Dalam bukunya Membumikan Al-Quran, Quraisy Shihab
mengartikan fitrah itu sebagai ”Agama Yang Benar”, ”Kesucian”
atau ”Asal Kejadian”. Asy-Syarif Ali bin Ahmad al-Jurjani seorang
ahli bahasa Arab dari Persia mendefinisikan fitrah sebagai watak
yang senang menerima agama. Sedangkan para fuqaha (ahli fiqih)
mengartikannya sebagai tabi’at yang suci dan asli yang dibawa
manusia sejak lahir, belum pernah disentuh oleh cacat atau aib
apapun.

Di antara fitrah manusia itu adalah: beragama,


mempertahankan hidup, melanjutkan jenis, mempertinggi taraf
hidup, rasa keadilan, ingin senang, ingin selamat, ingin bahagia,
ingin hidup bersama, ingin berkuasa, ingin kaya, ingin baik, ingin
dihargai dan lain sebagainya. Namun, di antara sekian banyak fitrah
manusia itu, fitrah beragama adalah fitrah yang paling utama dan
paling murni sebagaimana yang di jelaskan oleh Prof. Dr. Hamka
yang mengatakan bahwasannya ber-Tuhan adalah perasaan yang
semurni-murninya dalam jiwa manusia. Sedangkan Sayid Sabiq
mengatakan fitrah keagaamaan adalah satu-satunya fitrah yang
membedakan antara manusia dengan hewan, yakni instink
keagamaan (Religious instinct).

William James menegaskan bahwa, ”Selama manusia masih


memiliki naluri cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama
(berhubungan dengan Tuhan).” Itulah sebabnya mengapa perasaan
takut merupakan salah satu dorongan yang terbesar untuk beragama.
Karena itulah, manusia membutuhkan agama, paling tidak, karena
alasan berikut; (1) karena keterbatasan akal dan kemampuan
manusia, (2) sebagai obat kegelisahan dan kegersangan hati, dan (3)
sebagai tempat mencari keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Dan fitrah manusia juga adalah ingin mendapatkan
keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tujuan
beragama itu antara lain dijelaskan oleh Allah SWT yang artinya:

11
‫صدُورٌ َو ُهدًى َو َرحْ َم ٌة‬ ٌ ‫ظةٌ من َّرب ُك ٌْم َوشفَآءٌ ل َما ف‬
ُّ ‫ى ٱل‬ ٌُ َّ‫يَٓأَيُّ َها ٱلن‬
َ ‫اس قَ ٌْد َجا ٓ َء ْت ُكم َّم ْوع‬
ٌَ‫ل ْل ُمؤْ منين‬

”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. (QS. Yunus/10: 57)

Dalam pandangan ilmuan Islam, agama yang diwahyukan


Tuhan, benihnya muncul dari pengenalan dan pengalaman manusia
pertama di pentas bumi ini. Di sini ia menemukan tiga hal, yaitu,
keindahan, kebenaran dan kebaikan. Gabungan ketiganya dinamai
suci atau kesucian. Manusia ingin mengetahui siapa atau apa yang
maha suci, dan ketika itulah ia menemukan Tuhan, dan sejak itu pula
ia berusaha berhubungan dengan Tuhannya bahkan berusaha untuk
meneladani sifat-sifat-Nya. Usaha itulah yang dinamai beragama,
atau dengan kata lain, keberagamaan adalah terpatrinya rasa
kesucian dalam jiwa seseorang. Karena itu seseorang yang beragama
akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar,
yang baik, dan yang indah. Mencari yang benar menghasilkan ilmu,
mencari yang baik menghasilkan akhlak, mencari yang indah
menghasilkan seni. Dengan demikian agama bukan saja merupakan
kebutuhan manusia tetapi juga selalu relevan dengan kehidupannya.
Karena itu, manusia yang tidak beragama (beriman) di mata Allah
SWT dipandang sama dengan hewan, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Quran:

ٌَ ‫ٱّلل ٱلَّذينٌَ َكف َُرواٌ فَ ُه ٌْم‬


ٌَ‫ل يُؤْ منُون‬ ٌَّ ‫َر ٱلد ََّوآبٌ عن ٌَد‬ ٌَّ ‫إ‬
ٌَّ ‫ن ش‬

”Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah


ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman”. (QS.
Al-Anfal/8: 55)

Raghib al-Isfahani, ahli bahasa Arab dari kalangan Sunni,


mengatakan bahwa fitrah yang Allah SWT berikan kepada manusia
ialah menciptakan manusia dalam keadaan siap atau terlatih untuk

12
melakukan pekerjaannya di dunia, atau kekuatan dan kemampuan
yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk mengenal iman.
Dengan kekuatan dan kemampuannya itu, ia dapat mengetahui
agama yang benar dan Tuhan yang menciptakannya. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Quran:

َ‫ٱّللُ ۖ فَأَنَى يُؤفَ ُكون‬


َ ‫سأَلتَ ُهم َمن َخلَقَ ُهم لَ َيقُولُ َن‬
َ ‫َولَ ِئن‬
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?”
(QS. Azh-zhukhruf/43: 87)

Dalam kitab Tafsir al-Azhar, Hamka menjelaskan bahwa


fitrah dalam arti keinginan yang kuat untuk beragama Tauhid sudah
diciptakan Allah SWT pada diri manusia sejak manusia itu berada di
alam wujud ”ilmi” (alam roh) seperti yang dijelaskan Allah SWT:

ُ‫علی اَنفُس ِِہم ۚ اَلَست‬ ُ ‫ک ِمن بَنِی ادَ َم ِمن‬


َ ‫ظ ُہو ِرہِم ذُ ِريَتَ ُہم َو اَش َہدَہ ُم‬ َ ُّ‫َو اِذ اَ َخذَ َرب‬
َ‫عن ہذَا غ ِف ِلين‬َ ‫کم قَالُوا بَلی ۚۛ ش َِہدنَا ۚۛ اَن تَقُولُوا يَو َم ال ِقي َم ِۃ اِنَا ُکنَا‬ ُ ِ‫بِ َرب‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS.
Al-A’raaf/8: 172)

Agama Islam yang diturunkan kepada Rasulullah


Muhammad SAW sebagai agama terakhir dan penyempurna dari
agama-agama sebelumnya (Yahudi dan Nasrani) adalah satu-satunya
agama yang selaras dan sesuai dengan fitrahmanusia, karena Islam
hingga kini merupakan agama yang masih murni mentauhidkan
Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Quran surah ar-Ruum ayat 30 :

13
ٌَّ ٌ‫ل لخ َْلق‬
ٌۚ‫ٱّلل‬ ٌَ ٌۚ‫علٌَْي َهٌا‬
ٌَ ‫ل تَبْدي‬ َ َ‫ى ف‬
ٌَ َّ‫ط ٌَر ٱلن‬
َ ‫اس‬ ٌ ‫ٱّلل ٱلَّت‬
ٌَّ ٌَ‫ط َرت‬ْ ‫فَأَق ٌْم َوجْ َهكٌَ للدينٌ َحنيفًاٌۚ ف‬
ٌَّ ‫ذَلكٌَ ٱلدينٌُ ْٱلقَي ٌُم َولَك‬
ٌَ ٌ‫ن أَ ْكثَ ٌَر ٱلنَّاس‬
ٌَ‫ل َي ْعلَ ُمون‬
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-
Ruum/30: 30)

Fitrah Allah dalam ayat di atas maksudnya adalah ciptaan


Allah SWT. Manusia diciptakan oleh Allah SWT mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid.Kalau ada manusia tidak beragama
tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid
itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Sebaliknya, jika ada
yang beragama selain beragama tauhid, berarti agamanya tidak
sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia seperti ditegaskan dalam
Al-Quran :

ِ‫ومَ آنِ يَ بآ تَ ِغِ غَ آيِ آاْلِ آس ََل ِمِ دِ ينًاِ فَ لَ آنِ يُ آق بَلِ ِم نآ هُِ و ُه وِ ِفِ آاْل ِخ رة‬
َ َ َ َ َ َ
ِ ِ
َ ِ‫” م َنِ ا آْلَاس ر‬Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
ِ‫ين‬
Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran/3:
85)

Definisi fitrah secara terminologi, terdapat berbagai


pengertian dari beberapa tokoh. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Yasin Muhammad mendefinifisikan fitrah adalah tabiat alami


manusia

2. Muhammad Arifin menjelaskan fitrah berarti kemampuan dasar


atau potensi dasar manusia yang dibawa sejak lahir. Fitrah
merupakan potensi dasarmanusia yang mengandung komponen
psikologis yang satu sama lain saling terkait. Komponen-komponen
itu meliputi: (1) kemampuan dasar untuk beragama dan beribadah
(2) kemampuan dasar berupa dorongan ingin tahu terhadap

14
kebenaran (3) kemampuan dasar berupa daya-daya yang
memungkinkan dirinya menjadi manusia yang mulia.

3. Menurut Ibnu Asyur yang dikutip oleh Quraisy Syihab, Fitrah


adalah bentukdan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap
makhluk. Fitrah pada manusia adalah sesuatu yang diciptakan Allah
yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya).

Uraian pengertian fitrah dengan menyebutnya sebagai tabiat


alami manusia sama juga ketika disebutkan bahwa sifat tersebut
merupakan kemampuan dasar yang dimiliki dan dibawa sejak lahir.
Penjelasan tersebut juga seragam dengan pemahaman yang di
sampaikan oleh Muhammad Quraisy Syihab yang menyebut bahwa
fitrah merupakan bentuk dan system yang diletakkan kepada semua
manusia sebagai sifat dasar baik dalam jasmani, akal maupun
ruhnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditemukan adanya tiga pokok


elemen fitrah, yaitu:

1. Fitrah merupakan suatu organisasi dinamis yang ada pada


manusia. Organisasi artinya dalam diri manusia terdiri atas
sistem-sistem psikopisik yang dapat menimbulkan tingkah
laku lahir maupun batin. Sementara dinamis merupakan
konstitusi fitrah yang potensial dapat berkembang untuk
mencapai kesempurnaan hidupnya. Pada unsur ini fitrah
dipahami sebagai suatu subtansi manusia.

2. Fitrah memiliki suatu citra yang diciptakan oleh Allah SWT


sejak awal penciptaannya. Citra esensi fitrah manusia
bersifat unik yang melebihi dari fitrah makhluk-makhluk
yang lain, seperti fitrah bersosial budaya, mengenal Tuhan
dan lain sebagainya.

15
3. Fitrah memiliki natur, watak, dan citra kerja yang khas.
Semua masih bersifat potensial yang perlu diaktualisasikan
menurut kondisi aslinya. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa fitrah adalah wujud suatu sistem yang terdapat pada
manusia dan memiliki citra unik yang telah ada sejak
penciptaanya manusia. Artinya dalam diri manusia secara
alami memiliki tabiat dan watak yang berpotensi untuk
mengarah dan menuju kepada penciptaannya, sehingga
aktualisasi dari fitrah tercermin dalam tingkah laku yang
sesuai dengan kehendak Sang Pencipta.

2.2 BERAGAMA MERUPAKAN FITRAH MANUSIA

2.2.1 MAKNA DAN PERAN AGAMA

Pada umumnya, agama dipandang sebagai salah satu sistem


nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalan ke
arah keselamatan hidup. Sebagai suatu sistem nilai, agama memiliki
tiga inti pokok ajaran, yakni :

1. Nilai keyakinan atau credo, yaitu bagian paling mendasar dari


agama, berupa keyakinan terhadap adanya sesuatu kekuatan di luar
kekuatan manusia, Zat yang Maha Agung di luar kehidupan manusia.
2. Tata peribadatan atau ritual,yaitu perbuatan-perbuatan manusia
sebagai bentuk kepatuhan dalam berhubungan dengan Zat yang
diyakini, sebagai konsekwensi dari kayakinan akan keberadaan Zat
tersebut.
3. Tata Aturan, etika, moral, kaidah-kaidah atau norma-norma yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan antara
sesama manusia dengan makhluk atau alam lainnya sesuai dengan
keyakinan dan peribadatan tersebut.

Oleh karena itu, dalam pemahaman yang lebih luas, agama itu
mengandung empat macam unsur, yakni :

16
1. Merupakan jalan hidup (way of life), yang memiliki aturan-aturan
tertentu sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
2. Mengajarkan dan memiliki nilai keyakinan akan adanya Tuhan.
3. Memiliki kitab suci, yang merupakan kumpulan wahyu yang
diterima oleh Nabi, yang berisi nilai dasar dan petunjuk-petunjuk
yang wajib diikuti dan dilaksanakan oleh pemeluknya.
4. Dipimpin atau dibawa oleh seorang Nabi.

Dilihat dari sifat dan sumbernya, agama dapat diklasifikasikan


kepada tiga kategori, yaitu: (1) Agama wahyu (samawi) dan agama
bukan wahyu (ardhi), (2) agama misionari dan agama bukan
misionari, dan (3) agama ras geografis dan agama universal.

Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada


Tuhan Sang Pemberi Wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan
kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan
kepada seluruh umat manusia. Sedangkan agama bukan wahyu tidak
memandang penyerahan kepada Tuhan dan mematuhi aturan-aturan-
Nya sebagai suatu hal yang esensial. Lebih jauh mengenai perbedaan
antara agama samawi dan agama ardhi ini, dapat dilihat dari beberapa
sisi perbedaan sebagai berikut :

No. Agama Wahyu (Samawi) Agama Non Wahyu


(Ardhi)
1. Berpokok pada konsep keesaan Tidak demikian
Tuhan
2. Beriman kepada Nabi Tidak beriman pada nabi

3. Sumber utama tuntunan baik dan Kitab suci tidak penting


buruk adalah kitab suci yang
diwahyukan
4. Umumny lahir di Timur Tengah, Lahir di luar itu
lahir di daerah-daerah yang berada
di bawah pengaruh ras semitik

17
5. Lahir di daerah-daerah yang berada Tidak
di bawah pengaruh ras semitik
6. Misionari Bukan misionari
7. Memberikan arah yang jelas dan Menitik beratkan kepada
lengkap baik aspek spiritual maupun aspek spiritual saja
material
8. Jelas dan tegas Kabur dan elastis

Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan


manusia dapat dipahami dalam poin-poin berikut:

Pertama, agama menghidupkan nilai luhur moralitas.


Diturunkannya agama kepada manusia mempunyai agenda menghidupkan
moralitas dalam rangka mengatur kehidupan manusia. Agama amat
mendukung nilai luhur yang menyeru kepada prinsip kebaikan, seperti
keadilan, kejujuran, toleransi, dan tolong-menolong.

Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat


mendukung untuk tindakan kebaikan. Artinya, agama tidak hanya
memberikan nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun juga
menjadikannya sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyarakatkan
moralitas sebagai bagian iman secara keseluruhan. Tak ayal, moralitas
yang ditekankan agama bersifat mengikat kepada setiap penganutnya.

Kedua,agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan


hidup. Agama menghidupkan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu
menghadapi pelbagai penderitaan hidup dan berperan sebagai benteng
kokoh yang melindunginya dari serangan keputusasaan dan hilangnya
harapan. Berkat keimanan yang kuat dan keyakinan bahwa Allah pasti
memberi pertolongan, setiap masalah yang muncul dan setiap jalan buntu
yang ditemui dalam kehidupannya dapat dipecahkan dan diatasi. Jadi,
selain peran iman sebagai kekuatan pendorong/motivasi, tetapi juga

18
merupakan faktor yang memungkinkan manusia sanggup menghadapi dan
menanggung cobaan hidup.

Ketiga, agama menjadi pegangan dan pedoman hidup. Al-qur’an


merupakan pedoman hidup yang tidak pernah berubah setiap zaman. Pada
faktanya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya pegangan atau pedoman
yang menjadi acuan dalam hidup. Pada saat itu, kehidupan intelektualnya
tidak diisi dengan keyakinan yang masuk akal dan ajaran yang sehat.
Dalam keadaan demikian, agama dapat menjadi pegangan hidup dan
intelektual dengan ajaran yang sehat dan mampu menyelamatkan
seseorang dari dorongan kecenderungan ke arah kesia-siaan dalam
menjalani kehidupan.

Keempat, agama mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Selain


memberikan pedoman hidup yang bersifat spiritual, agama juga
mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Keyakinan agama mengajarkan
kepada manusia bahwa pengetahuan tak terbatas merupakan sumber dari
keteraturan alam yang berlaku di jagat raya ini.

2.2.2 AGAMA MERUPAKAN FITRAH MANUSIA

Secara bahasa, fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika


seorang manusia diciptakan oleh Allah (lihat Lisaanul Arab 5/56, Al
Qamus Al Muhith 1/881). Dan ketahuilah, yang dimaksud dengan agama
yang fitrah ialah Islam. Setiap manusia lahir dalam keadaan berislam,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

ِ ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِو دَانِ ِه أَو يُن‬، ِ‫علَى الفِط َرة‬


‫َص َرانِ ِه‬ َ ُ ‫كُ ُّل َمولُود يُولَد‬

“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang
tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-
Muslim)

19
Allah Ta’ala berfirman:

‫َّللاِ ذَلِكَ ال ِدي ُن القَيِ ُم َولَك َِن‬


َ ‫ق‬ ِ ‫علَي َها َّل ت َبدِي َل ِلخَل‬ َ َ‫َّللاِ الَتِي ف‬
َ َ‫ط َر الن‬
َ ‫اس‬ ِ ‫أَقِم َوج َهكَ لِل ِد‬
َ َ‫ين َحنِيفًا فِط َرت‬
‫اس َّل يَعلَ ُمو َن‬ ِ َ‫أَكث َ َر الن‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);


(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar Ruum: 30)

Seoang ulama pakar tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat


ini: “Maksudnya adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada
apa yang disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim
yang hanif, yang merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah
sempurnakan agama ini dengan puncak kesempurnaan. Dengan itu
berarti engkau masih berada pada fitrahmu yang salimah (lurus dan
benar). Sebagaimana ketika Allah ciptakan para makhluk dalam keadaan
itu. Yaitu Allah menciptakan para makhluk dalam keaadan mengenal-
Nya, mentauhidkan-Nya dan mengakui tidak ada yang berhak disembah
selain Allah” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/313)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Islam


adalah agama yang fitrah yang pasti akan diterima oleh semua orang
yang memiliki fitrah yang salimah”. Artinya orang yang memiliki jiwa
yang bersih sebagaimana ketika ia diciptakan pasti akan menerima
ajaran-ajaran Islam dengan lapang dada.

Maka kita paham bahwa sesungguhnya agama yang sesuai


dengan fitrah manusia itu adalah agama Islam dan manusia
sesungguhnya terlahir dalam keadaan Islam yang murni, maka kini kita
perlu ketahui apa itu Islam.

Agama Islam memiliki kebaikan yang sangat banyak sekali


hingga tidakterhitung. Bagaimana tidak, Islam adalah agama dari Allah

20
yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Ia adalah Dzat yang memiliki
puncak kebijaksanaan dan paling benar petunjuk-Nya. Ia adalah Al
Hakiim (Maha Bijaksana) dan Al Aliim (Maha Menegtahui) terhadap
semua yang Ia tentukan dan putuskan serta pada semua apa yang Ia
syariatkan kepada hamba-Nya. Maka, tidak ada kebaikan kecuali sudah
diserukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan tidak ada
keburukan kecuali sudah diperingatkan oleh beliau. Sebagaimana hadits
dalam Shahih Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr bin Al
Ash Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa
beliau bersabda:

‫ما بعث هللا من نبي إّل كان حقا عليه أن يدل أمته على خير ما يعلمه لهم وينذرهم شر ما يعلمه‬
‫لهم‬

“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali pasti Nabi tersebut akan
membimbing umatnya pada kebaikan dengan apa yang ia ajarkan
kepada umatnya, dan memperingatkan mereka terhadap keburukan
dengan apa yang ia ajarkan kepada umatnya”

Juga dalam Musnad Ahmad dengan sanad yang shahih, dari Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan (manusia dengan) akhlak yang baik”.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
Manusia dalam perspektif Islam akan tetap dilahirkan dalam keadaan
fithrah, yaitu suci, bersih, bebas dari segala dosa, dan memiliki kecenderungan
sikap menerima agama, iman, dan tauhid. Manusia menjadi baik atau buruknya
adalah akibat faktor pendidikan dan lingkungan, bukan kepada tabiat aslinya.
Menurut Abd al-Rahman al-Bani yang dikutip an-Nahlawi menyatakan tugas
pendidikan islam adalah menjaga dan memelihara fitrah peserta didik, kemudian
mengembangkan dan mempersiapkan ssemua potensi yang dimiliki, dengan
mengarahkan fitrah dan potensi yang ada dan menuju kebaikan dan
kesempurnaan, serta merealisasikan suatu program tersebut secara lebih bertahap.

Pengembangan fitrah manusia dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan


belajar. Yaitu melalui sebuah institusi. Pengembangan fitrah manusia dapat
dilakukan dengan kegiatan belajar. Yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang
dimaksud dengan tidak terfokus yakni melalui pendidikan disekolah saja, tetapi
juga dapat dilakukan diluar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun
lewat institusi sosial keagamaan yang ada.

Menurut konsep Islam setiap anak yang dilahirkan telah memiliki fitrah.
Fitrah tersebut dapat berupah fitrah Ilahijiah yang berujud pengakuan akan
keesaan dan kebesaran Allah, beragama Islam, berpembawaan baik dan benar, dan
fitiahJasadiyah yang berupa potensi-potensi/ kemarnpuan dasar yang lebih bersifat
fisik seperti alat peraba, pencium, pendengaran, penglihatan, akal, hati, bakat dan
ketrampilan yang semuanya telah dibawanya sejak lahir.

Dalam Operasionalnya, pendidikan Islam selalu berpangkat dan berpijak


kepada fitrah manusia, dan fitrah tersebut dikembangkan melalui tindakan-
tindakan pendidikan sehingga fitrah manusia tidak akan mati dan ridak
berkembang. Pendidikan Islam akan mengantarkan manusia menggapai tujuan
pendidikan Islam yaitu tercapainya insan kamil yang selalu mendekatkan diri

22
kepada Allaah dan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Sarana untuk
menggapai cita-cita tersebut adalah berkembang dan berfungsinya fitrah manusia
sesuai dengan kehendak penciptanya.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan ini terdapat
kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing
kami harapkan sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik
dari yang sebelumnya kami hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari
kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran pembimbing sangat jauh bagi kami
untuk mencapai kesempurnaan.

23
DAFTAR PUSAKA

https://muslim.or.id/12336-mengenal-agama-yang-fitrah.html

konsep fitrah dalam islam dan implikasinya dalam pendidikan oleh mujahid

Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, No. II 2017

Tim Dosen PAI UNJA, Pendidikan Agama Islam; Buku Daras Untuk Mahasiswa
Perguruan Tinggi, Jakarta, Gaung Persada Press dan MPK PAI Universitas
Jambi, 2009

Mujib, Abdul. 1999. Fitrah dan kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologi,
Jakarta, Darul Falah

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dAaam Keluarga dan Sekolah cet 2


(Jakarta:Ruhama, 1995), 19

Materi pembelajaran e-learning, topik 3, Fitrah Beragama bagi Manusia

24

Anda mungkin juga menyukai