Septiana D.A - LP DM Ruang Serunii B.
Septiana D.A - LP DM Ruang Serunii B.
Oleh:
Nama : Septiana Dwi Anggraini
NIM : P17220192023
A. MASALAH KEPERAWATAN
Pasien dengan gangguan Diabetes melitus (DM)
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darar terganggu ,
insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah
tinggi. peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan
tubuh berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan
didalam air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan
kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini
terjadi maka terjadilah diabetes mellitus. (Tjokroprawiro, 2006 ). Insulin berfungsi
untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin kecukupan gula yang
disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga proses-proses
kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat oleh adanya
hormon – hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin, yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin,
dan somatostatin.(Bogdan Mc Wright, MD. 2008).(Morika & Nur, 2020)
3. KLASIFIKASI
Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pancreas
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut.
Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.
Insulin dalam jumlah yang cukup 7 tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin
juga dapat terjadi secara relatif pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 dan sangat
mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
Penyebab Diabetes Melitus tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan
oleh efek genetik fungsi sel beta, efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.
Diabetes melitus Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat hamil.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil yang
menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2018).
4, PATOFISIOLOGI
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak
terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan
namun tidak terjadi kerusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes
melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya
bersifat relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada
sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi
insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan
terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara
progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita
memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
2) Lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka tubuh
kekurangan kalori.
3) Berat badan menurun, oleh karena gula yang ada pada darah tidak dapat
dioksidasi,
maka terpaksa menghasilkan tenaga, sehingga tubuh kehilangan lemak yang
mengakibatkan penderita menjadi kurus.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar glucose darah sewaktu (mg/dl) menurut Nuarif dan Kusuma (2015)
3) Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan
terapi dan mendeteksi komplikasi.
4) Tes saring
GDP,GDS
5) Tes diagnostic
Tes diagnostic pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2 jam post
prandial) glukosa jam ke 2 TTGO
Mikroalbuminuria urine
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan
pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi
kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila
terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan
diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada
pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi
dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi
masalah bagi penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk
menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik
insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin. 16
Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian
dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi
penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin
kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena
tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran
tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya
insulin digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin
diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial
untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi insulin yang diberikan
dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin
mendekati kebutuhan fisiologis.
1. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua
yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non
ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang
demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia 40 lebih rendah. Dosis
dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya
tidak aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan
gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau metabolit
tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien diabetes geriatri.
Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan insulin dari
fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
4. Thiazolidinediones
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
2) Data Objektif
Perubahan tonus otot ( dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai
kaku) Respons autinomik (misalnya, diaforesis, perubahan tekanan
darah, pernapasan atau nadi, dilatasi pupil)
Gangguan pola tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu dan menyeringai)
b. Diagnose keperawatan
1) Actual :
2) Resiko :
a) Tujuan
b) Kriteria hasil
c) Rencana intervensi
d) Rasional
Edukasi : Edukasi :
- Identifikasi Edukasi
pengobatan yang program
direkomendasi pengobatan
Terapeutik : Observasi:
Edukasi: Terapeutik:
-untuk mengetahui
bagaiamana
penjelasan manfaat
dan efek samping
pengobatan
-menganjurkan
mengonsumsi obat
sesuai indikasi
Terapeutik
-Catat waktu-waktu
dan haluaran berkemih
Edukasi
-Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
-ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
DAFTAR PUSTAKA
Morika, H. D., & Nur, S. A. (2020). Pengaruh Pemberian Gambir (Uncaria Gambir)
Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Kesehatan
Saintika Meditory, 2(2), 27-39.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Zulaikha, F., Sureskiarti, E., & Herlina, N. (2020). Pelatihan Cara Pembuatan Makanan
Ringan Rendah Gula bagi Penderita Diabetes Mellitus. Panrita Abdi-Jurnal Pengabdian
pada Masyarakat, 4(1), 77-82.