Anda di halaman 1dari 9

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : LATSAR CPNS KAB. LAMANDAU TAHUN 2021

Angkatan/ Kelompok : Angkatan V / Kelompok 1

Nama Agenda : Nasionalisme

Nama Peserta : Nendah Adawiyah, AM.Keb

Widyaiswara : Dra. Ida Suharti Ningsih, M.Si

No. Daftar Hadir : 6 (Enam)

Lembaga Penyelenggara Pelatihan : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi


Kalimantan Tengah

A. Pokok Pikiran
Nasionalisme berasal dari kata “Nasional” yang artinya bangsa, negara dan “Isme”
yang artinya paham atau ajaran. Sehingga, secara harfiah Nasionalisme adalah paham
atau ajaran bagaimana kita mencintai bangsa dan negara kita sendiri. Pandangan tentang
rasa cinta tanah air dan sikap mencintai yang wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus
menghormati bangsa lain. Sikap nasionalisme tidak boleh terlalu berlebihan sampai
menganggap bangsa atau negara lain itu lebih rendah. Sebelum memiliki jiwa
nasionalisme seseorang harus terlebih dahulu memiliki rasa kebangsaan yakni rasa yang
lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan,
sejarah dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi
tantangan sejarah dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam
menghadapi tantangan sejarah masa kini. Sikap nasionalisme juga sikap yang
menghargai persamaan suku-suku bangsa dan memiliki rasa senasib sepenanggungan
diantara sesama bangsa.
Rasa nasionalisme memberikan dorongan untuk mempertahankan negara dari
kemungkinan adanya ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan (ATHG)
sehingga bansa kita harus berkarakter kuat. Secara khusus bagi kita Warga Negara
Indonesia kita harus memiliki sikap Nasionalisme dengan cara mematuhi hukum dan
perundang-undangan yang berlaku serta melestarikan budaya yang sangat beragam.
Dinamasasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangs aberkembang menjadi
wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasioanl dimana sutau bangsa
memiliki cita-cita kehiduoan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham
kebngsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.
Nasionalisme pancasila merupakan implementasi rasa cinta kita sebagai rakyat
Indonesia terhadap tanah air dengan yang didasari pada nilai-nilai pancasila. Kecintaan
terhadap tanah air, dengan mengingat dan menghargai jasa para pahlawan yang telah
memperjuangkan kemerdekaam Indonesia dengan tumpah darahnya maka tugas kita
melanjutkan perjuangan dan mempertahankan kedaulatan perjuangan dan
mempertahankan kedaulatan kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan.
Sebagai ASN kita harus memiliki rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang
kuat kemudian diaktualisasikan ke dalam fungsi dan tugas kita yang didasari Pancasila
dan UUD 1945. Selanjutnya diharapakan Nasionalisme dapat menjadikan kita sebagai
ASN yang berorientasi pada kepentingan publik, bangsa, negara dan menghindari
pemikiran yang mementingkan pribadi atau golongan. Nilai dasar nasionalisme sebagai
ASN yang menerapkan Pancasila sebagai dasar dalam menjalankan tugasnya dibagi
menjadi lima sesuai dengan jumlah sila Pancasila, yaitu :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Memiliki nilai religious, toleran, transparan, etos kerja, tanggungjawab, amanah
dan percaya diri.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Memiliki nilai humanis, tenggang rasa, persamaan derajat, saling menghormati
dan tidak diskriminatif.
3. Sila Persatuan Indonesia
Memiliki rasa cinta tanah air, rela berkorban menjaga ketertiban,
mengutamakan kepentingan publik dan gotong royong.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Memiliki nilai musyawarah, mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat dan
bijaksana.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Memiliki nilai sikap adil, tidak serakah, tolong menolong, kerja keras dan
sederhana.
ASN yang memiliki Nasionalisme kuat akan memahami dan memiliki kesadaran
untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Sebagai ASN, nasionalisme diaktualisasikan sesuai dengan fungsi dan tugas antara lain
pada ranah berikut :
1. Pelaksanaan Kebijakan Publik
Merupakan salah satu funsi ASN (pasal 10 UU No 5 Tahun 2010) tentang
Aparatur Sipil Negara. ASN sebagai eksekutor yang melaksanakan segala
peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik di
berbagai bidang dan sektor pemerintahan. Sebagai pelaksana kebijakan publik
ASN harus memiliki karakter dan orientasi kepublikan yang kuat yaitu nilai
kepublikan yang berorientasi pada kepentingan publik, menempatkan kepentingan
publik bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya, kepentingan nasional diatas
kepentingan sektoral atau golongan dan berintegritas tinggi (konsisten/istiqomah
dalam tindakan nilai dan prinsip menjadi pribadi yang jujur dan memiliki karakter
kuat) dna mampu mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah
pelaksanaan kebijakan publik.
2. Pelayanan Publik
Unsur-unsur dalam pelayanan publik adalah adanya organisasi penyelenggara
penerima layanan dan kepuasan pelanggan. ASN harus memiliki integritas tinggi
dalam melayani publik yang diseusaikan dengan kode etik dan kode perilaku
ASN. Sebagai pelayan publik kita harus bersikap adil dan tidak diskriminatif,
profesional dan berintergritas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu, ASN harus menjungjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak
korupsi, transparan, akuntabel dan memiliki kinerja yang memuaskan publik
dengan motto “melayani dengan amanah memberikan yang terbaik”. Untuk
menjadi ASN profesional tentunya memerlukan keahlian khusus. ASN menjadi
perhatian dan sorotan masyarakat maka harus diketahui diera keterbukaan
informasi ini adanya tuntutan masyarakat agar bebas KKN, adanya kritik
masyarakat untuk bekerja secara profesional dan memahami situasi krisis dengan
memperhatikan aspirasi masyarakat.
3. Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa
Sebagai pemersatu ASN akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah (UU No % Tahun 2014 pasal 66
ayat 1-2). Adanya potensi perusak persatuan harus diwaspadai ditanggulangi
seperti adanya kelompok yang tidak setuju dengan ideologi nagara Pancasila,
penyalahgunaan kemajuan teknolohi informasi dan komunikasi, konflik
pemekaran wilayah, konflik pilkada, pilpres, daerah perbatasan dll. Sebagai ASN
kita harus memiliki jiwa nasioanlisme dan wawasan kebangsaan yang kuat,
memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kedaulatan negara menjadi perekat
dan pemersatu bangsa serta mengupayakan situasi yang damai di seluruh wilayah
Indonesia dan terus menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia (NKRI). Peran
ASN dalam menciptakan kondisi damai adalah dengan bersikap netral dan adil
mengayomi kepentingan kelompok minoritas dengan tidak membuat kebijakan
diskriminatif dan menajdi figur teladan di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya,
rasa nasionalisme yang kuat ini menjadikan ASN yang mampu
mengaktualisasikan wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme dalam
menjalankan profesinya sebagai pelayanan publik yang berintegritas.
B. Profil Tokoh
Haji Agus Salim, lahir dengan nama Masyhudul Haq, lahir di Koto Gadang, Agam,
Sumatra Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 dan meninggal di Jakarta, Indonesia, 4
November 1954 pada umur 70 tahun. Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.
Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada
tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961. Pada tahun 1915,
Haji Agus Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua di
SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto. Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan
RI antara lain: Anggota Volksraad (1921-1924), Anggota panitia 9 BPUPKI yang
mempersiapkan UUD 1945, Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan
Kabinet III 1947, Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara
Arab, terutama Mesir pada tahun 1947, Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin
1947, Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949. Di antara tahun 1946-1950 ia
laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali
digelari “Orang Tua Besar” (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar
Negeri RI pada kabinet Presidentil dan pada tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya
sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.
C. Penerapan
Penerapan Nasionalisme dalam pelayanan kesehatan. Sebagai pelayan masyarakat
dalam melayani kesehatan, nilai-nilai nasionalisme secara utuh dapat diterapkan mulai
dari sikap nasionalisme yang didasari penerapan sila pertama sampai sila kelima. Adapun
pelaksanaan pelayanan kesehatan untuk mengimplementasikan nilai nasionalisme
dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut :
1. Pengamalan nilai Pancasila sila pertama yaitu hormat menghormati antara tenaga
kesehatan dan masyarakat sehingga terbina kerukunan hidup antar Agama.
Kemudian, tidak membeda-bedakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
walaupun terdapat perbedaan agama.
2. Penanaman nilai-nilai Pancasila lainnya adalah sebagai tenaga kesehatan wajib
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, memberikan pelayanan yang terbaik untuk
masyarakat tanpa membedakan suku atau ras. Kemudian memberikan solusi terbaik
untuk semua permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat bisa dengan cara
bermusyawarah dengan masyarakat sebagai contoh dilaksanakannya Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD).
3. Dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehaan, memberikan pelayanan yang
terbaik untuk masyarakat merupakan sebuah kewajiban. Bukan semata-mata hanya
karena uang. Ketulusan melayani tanpa membeda-bedakan satu sama lain merupakan
salah satu implementasi dari sila yang terkandung dalam pancasila.

Referensi Tokoh :
https://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim#:~:text=H.%20Agus%20Salim%20(lahir%
20dengan,adalah%20seorang%20pejuang%20kemerdekaan%20Indonesia.
LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : LATSAR CPNS KAB. LAMANDAU TAHUN 2021

Angkatan/ Kelompok : Angkatan V / Kelompok 1

Nama Agenda : Etika Publik

Nama Peserta : Nendah Adawiyah, AM.Keb

Widyaiswara : Dra. Ida Suharti Ningsih, M.Si

No. Daftar Hadir : 6 (Enam)

Lembaga Penyelenggara Pelatihan : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi


Kalimantan Tengah

A. Pokok Pikiran
1. Pengertian Etika Publik
Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama
dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil. Dengan demikian etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan yang baik atau benar.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Kode Etik Aparatur Sipil Negara berdasarkan
Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
2. Nilai-Nilai Dasar Etika Publik
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
ASN, yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
3. Dimensi Etika Publik
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik, yaitu :
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prindip moral,
sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik.
2. Dimensi Modalitas
Unsur-unsur modalitas dalam etika publik yakni akuntabilitas, transparansi dan
nertalitas.
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan nilai, tujuan dan
kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin dalam
kesederhanaa hidup.
B. Profil Tokoh
Muhammad Natsir adalah tipe pejabat yang tak bergelimang harta. Natsir, yang
mendapat gelar sebagai pahlawan nasional pada 10 November 2008 dikenal sebagai
sosok yang penuh sopan-santun dan rendah hati. Natsir juga negarawan yang sangat
bersahaja dalam kehidupan sehari-harinya. Indonesianis terkemuka dari Cornell
University, Amerika Serikat (AS), George McTurnan Kahin, menuturkan kesan
sederhana yang ia tangkap dari Natsir. Ketika itu, tahun 1948, Kahin tengah
berkunjung ke Yogyakarta yang menjadi pusat pemerintahan RI dan bertemu Natsir.
Penulis buku "Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia" (1952) ini melihat
penampilan Natsir yang hampir-hampir tak menunjukkan seorang menteri
penerangan. Natsir mengenakan jas yang penuh dengan tambalan di sana-sini. Kahin
belakangan tahu kalau para staf Kementerian Penerangan mengumpulkan uang untuk
membeli baju buat Natsir. Ketika menjadi perdana menteri pada Agustus 1950,
penampilan Natsir juga tidak banyak berubah. Natsir menempati rumah bekas
Soekarno di Jl Pegangsaan Timur (kini Jl Proklamasi), Jakarta Pusat. Sebelum pindah
ke rumah tersebut, Natsir dan keluarganya tinggal menumpang di sebuah gang di Jl
Jawa dan lalu di kawasan Tanah Abang. Setelah melepas jabatan sebagai perdana
menteri, Natsir menanggalkan mobil dinasnya di Istana Kepresidenan. Ia memilih
untuk membonceng sopirnya pulang ke rumah Jl Proklamasi.
C. Penerapan
Nilai-nilai yang harus dimiliki bidan dalam Etika Publik, yaitu :
1. Aesthetics (keindahan), yaitu Bidan memberikan kepuasan kepada pasien
termasuk dalam pelayanan atau konseling.
2. Altruism (mengutamakan orang lain), yaitu kesediaan bidan memperhatikan
kesejahteraan pasien termasuk masalah kebidanan, komitmen, arahan,
kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
3. Equality (kesetaraan), yaitu pasien memiliki hak atau status yang sama termasuk
dalam pelayanan dan penerimaan dengan sikap ramah, jujur dan toleransi.
4. Freedom (kebebasan), yaitu misal dalam pemilihan KB kita jelaskan semua alat-
alat kontrasepsi baru pasien bisa memilih sesuai keinginannya jangan kita yang
mengambil keputusan.
5. Justice (keadilan), yaitu Bidan harus menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip
legal termasuk objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta
kewajaran terhadap pasien.
6. Truth (kebenaran), yaitu Bidan dalam menjelaskan hasil pemeriksaan harus benar
sesuai dengan keadaan pasien.
7. Keep Secret (menjaga kerahasiaan) yaitu Bidan harus bisa menjaga rahasia
masing-masing pasien.

Referensi Tokoh : https://news.detik.com/berita/d-1988190/contoh-mereka-tokoh-


indonesia-yang-dikenal-berintegritas/5

Anda mungkin juga menyukai