Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Gambar rangkaian sistem pengapian Xenia Avanza K3-VE dan cara kerjanya.
1. Saat kunci kontak "ON", arus dari kunci kontak akan melalui sekring dan mengaktifkan main relay dan relay
ignition, baterai mensuplai arus ke ECM dan coil pack, sehingga terdapat arus stand by di coil sekunder.
2. Saat engine start dan berputar, crankshaft dan camshaft ikut berputar sehingga sensor ckp dan cmp juga ikut
bekerja mengirimkan signal PWM ke ECM, signal ini bervariasi tergantung kecepatan mesin.
3. Ckp akan mengirimkan data RPM mesin, sedangkan CMP mengirimkan data posisi top silinder satu, sinyal
kemudian dikirim ke ECM untuk dikelola bersama data-data dari sensor lain untuk menentukan timing
pengapian sesuai kondisi mesin, hasil output dari ECM berupa sinyal tegangan yang dikirim ke ICM.
4. Pada pengapian konvensional platina akan memutuskan arus primer saat posisi top, tapi pada DLI ECM yang
akan memutuskan arus primer saat posisi top.
5. Di ICM terdapat rangkaian transistor yang berfungsi sebagai gate untuk mengkonversi sinyal ECM untuk bisa
memutuskan arus primer di setiap coil, sehingga dapat terbentuk tegangan tinggi pada coil sekunder.
6. Tegangan coil sekunder di salurkan ke spark plug untuk pemercikan api di masing-masing silinder, sesuai dengan
firing order yang telah ditentukan.
2. Gambar rangkaian sistem starter Xenia Avanza K3-VE dan cara kerjanya
1. Saat kunci kontak berada di posisi “ON” relay utama atau main relay akan terhubung, menyebabkan arus dari
baterai melalui sekring mengalir ke semua sistem kelistrikan mobil.
2. Saat kunci kontak diputar pada posisi “ST”, relay starter switch akan terhubung sehingga arus akan mengalir dari
baterai ke terminal 50 pada starter clutch.
3. Karena terminal 50 dialiri arus listrik, menyebabkan kemagnetan pada pull in coil sehingga pull in coil bergerak
ke arah hold in coil. Dalam hal ini, gerakan pull in coil akan mendorong drive lever sehingga pinion gear terkait
dengan flywheel, dorongan pull in coil bukan hanya menggerakan pinion, tetapi juga menggerakan pull in coil itu
sendiri ke arah hold in coil. Akibat dorongan tersebut, hold in coil juga terdorong ke arah solenoid switch
contact, sehingga arus listrik di terminal 30 motor starter, akan langsung mengalir kedalam motor starter.
4. Didalam motor starter arus tersebut dialirkan ke field coil untuk membangkitkan medan magnet dan mengalir ke
armature coil melalui brush, karena ada aliran listrik didalam medan magnet, hasilnya armature akan berputar
untuk menggerakan flywheel.
5. Saat mesin menyala, starter akan berhenti dengan menghentikan arus dari terminal 50, sehingga pull in coil
terlepas dan kembali ke posisi semula, dengan kembalinya pull in coil, pinion gear juga akan lepas kaitannya
dengan flywheel dan putaran motor juga terhenti karena arus listrik pada solenoid switch contact terputus.
6. Namun pinion gear sebenarnya didesain agar mundur secara otomatis saat putaran flywheel lebih besar dari
putaran starter, fungsi ini ditunjukan untuk memudahkan proses keterkaitan dan pelepasan pinion gear dengan
roda gigi flywheel.
3. Gambar rangkaian sistem pengisian Xenia Avanza K3-VE dan cara kerjanya
1. Saat kunci kontak “ON”, arus mengalir dari positif batere melewati sekering, melewati penel instrument dan ke
alternator, mesin belum berputar pada stator coil belum ada tegangan induksi, sehingga terjadi aliran arus,
kemagnetan pada rotor coil kecil sekali, kumparan charge relay tidak menjadi magnet, lampu pengisian di
dasbboard menyala.
2. Saat mesin hidup pada stator coil terjadi tegangan induksi, rotor coil menjadi magnet, kumparan charge relay
menjadi magnet, sehingga lampu pengisian di dasbboard mati karena tidak ada beda potensial.
3. Arus pengisian masuk ke batere, dan sebagian ke standby koil membantu pengapian.
4. Gambar rangkaian sistem AC Xenia Avanza K3-VE dan cara kerjanya
1. Ketika mesin hidup, pulley pada kompressor akan berputar namun kompressor tidak bekerja karena kopling
magnet tidak terhubung.
2. Saat saklar AC dinyalakan, arus akan mengalir melalui sekring ke kopling magnet akan terhubung dengan pulley
kompressor sehingga kompressor akan bekerja.
3. Kompressor akan memompa refrigerant akibatnya terjadi kenaikan suhu dan tekanan pada refrigerant.
4. Refrigerant bertekanan tinggi tersebut mengalir melalui high pressure hose menuju condenser.
5. Di condenser suhu refrigerant cair akan diturunkan oleh hembusan angin yang dihasilkan dari extra fan.
6. Umumnya pada condenser terpasang sebuah dryer. Sehingga proses pengeringan akan berlangsung ketika
refrigerant melewati condenser.
7. Refrigerant bertekanan tinggi tersebut mengalir menuju expansion valve.
8. Di expansion valve cairan refrigerant akan diubah ke bentuk gas. Konsep ini sama dengan konsep spray paint,
dengan menyemprotkan cairan bertekanan dari tabung ke ruang dengan volume lebih besar.
9. Gas refrigerant bergerak ke evaporator. Pada proses ini akan terjadi konveksi.
10. Blower akan menghembuskan udara melewati evaporator. Gas refrigerant didalam evaporator akan menyerap
suhu udara yang dihembuskan sehingga suhu udara turun. Udara dingin ini bergerak ke kabin melalui air vent
tube.
11. Dari evaporator refrigerant harus diubah kembali menjadi wujud cair. Gas ini bergerak menuju compressor
melalui low pressure hose.
12. Di compressor tekanan gas refrigerant dinaikan kembali. Sehingga berubah wujud menjadi cair. Proses ini terus
berlangsung sehingga proses pendinginan dapat terjadi secara berkesinambungan.
Pada saat yang sama arus juga mengaliri berbagai elektronik control yang ada pada sistem, elektronic control
merupaka serangkaian komponen elektronika yang berhubungan dengan pengaturan suhu pendingin, control extra
fan dan control blower. Rangkaian ini melibatkan sensor, ECU dan aktuator.
Sensor ini akan mendeteksi suhu didalam high pressure hose, sinyal dari sensor ini akan digunakan ECU untuk
melepaskan kopling magnet ketika tekanan melebihi batas.
Sensor ini akan mendeteksi suhu luar desekitar mobil itu berada, sensor ini menjadi acuan ECU untuk
mengontrol kerja extra fan sehingga proses pendinginan berlangsung akurat.
3. Evaporator air temperatur sensor
Sensor ini akan memberikan informasi tentang suhu udara yang telah dicapai setelah melewati evaporator.
Sensor ini akan menjaga suhu kabin sesuai selector range yang dipilih pengguna.
Ini adalah rangkaian pengaturan kecepatan blower, tingkat suhu, arah hembusan yang diatur oleh pengguna.
Tombol pengaturan ini akan mengirimkan sinyal mengenai kecepatan blower dan suhu yang dikehendaki
pengguna.
5. ECU
Komponen ini akan megolah semua data dari sensor dan akan mengirimkan sinyal eksekusi ke aktuator, ECU
akan mengontrol kecepatan blower dan extra fan. Selain itu ECU akan mengontol kopling magnet sesuai input
sensor.
Ketika pengguna menginginkan suhu paling dingin pada kabin, ECU akan menghubungkan kopling magnet dalam
waktu lama sehingga tekanan bisa sangat tinggi, ketika pengguna mengatur suhu pada suhu standar, ECU akan
menghubungkan kopling magnet dengan waktu lebih sigkat sehingga tekanan belum terlalu tinggi, tujuannya
untuk menjaga suhu gas refrigerant didalam evaporator sehingga pendinginan berlangsung akurat, selain itu
saat magnetic clutch terhubung dengan pulley compressor, ECU juga mengontrol ISC (idle speed control) untuk
menaikan RPM saat idle, fungsinya agar mesin dapat bekerja normal saat mendapatkan beban compressor.
6. Blower control
Pada sistem AC sederhana, blower terletak terpisah dengan HVAC control, sehingga kontrol blower langsung
dipengaruhi blower selector melalui beberapa resistor sehingga terjadi tingkat hembusan yang bervariasi.
Pada sistem automatic HVAC, kontrol blower terletak menyatu dengan HVAC control sehingga kontrol blower
akan dipengaruhi oleh modul HVAC, jenis ini memiliki tingkat akurasi lebih baik dan memiliki umur pemakaian
yang panjang.
7. Fan control
Ketika refrigerant dikompressi oleh compressor, suhu refrigerant akan naik, extra fan akan mendinginkan
refrigerant saat melewati condenser, biasanya pada extra fan memiliki tiga relay dengan kecepatan berbeda,
namun beberapa mobil sudah memiliki fan controler sehingga kecepatan motor diataur berdasarkan presentase.
Kopling magnet memanfaatkan medan magnet sebagai energi untuk menahan kolping magnet agar tetap
terhubung. Ketika arus dihentikan, medan magnet akan hilang dan kopling magnet akan terlepas dari pulley
sehingga compressor berhenti berputar.