Anda di halaman 1dari 3

Dampak pandemi corona di ekonomi global

Pergeseran besar terjadi pada pasar saham, terkait dengan aksi jual dan beli saham peruahaan. Hal ini
bukan tidak mungkin bisa mempengaruhi investasi hingga rekening individu.

FTSE, Dow Jones Industrial Average serta Nikkei seperti dilansir BBC, ke semuanya saham terlihat
mengalami kejatuhan dalam sejak dimulainya wabah corona, 31 Desember lalu. Dow dan FTSE bahkan
mencatat pelemahan terbesar dalam satu hari sejak 1987.

Investor mengkhawatirkan penyebaran virus corona yang terus bergerak secara masif akan
menghancurkan pertumbuhan ekonomi dan tindakan pemerintah mungkin tidak cukup untuk
menghentikan penurunan.

Industri Travel

Terpantau sektor yang paling terdampak adalah industri pariwista serta travel, ketika banyak maspakai
menutup rute dan wisatawan membatalkan perjalanan bisnis atau untuk liburan. Pemerintah di seluruh
dunia telah memperkenalkan pembatasan berpergian untuk mencoba meredam penyebaran virus.

Panic Buying

Supermarket dan jasa pengiriman online telah melaporkan pertumbuhan besar dalam permintaan ketika
konsumen mulai menimbun barang. Produk seperti kertas toilet, beras dan jus jeruk mengalami
peningkatan di tengah pandemi corona.

Efek Lockdown

Sebagai upaya menghentikan penyebaran wabah Covid-19, banyak negara di seluruh dunia telah mulai
menerapkan tindakan yang sangat sulit. Negara dan modal dunia telah dilockdown hingga berpengaruh
terhadap total rantai produksi industri utama.

European Space Agency telah mengumumkan penurunan yang mengesankan terkait polusi di langit
Eropa. Kondisi ini jelas menunjukkan bagaimana penurunan emisi terjadi pada kota-kota besar di Eropa
khususnya Paris, Milan dan Madrid.

Bahkan Investasi 'Aman' Terpengaruh

Ketika krisis mulai menghantam, investor sering memilih investasi yang kurang berisiko. Emas secara
tradisional dianggap sebagai "Safe Haven" untuk investasi pada saat penuh ketidakpastian.

Tapi bahkan harga emas sempat jatuh sebentar pada bulan Maret, karena investor takut tentang
kemungkinan resesi global. Demikian juga, harga minyak telah merosot ke harga yang belum tidak
terlihat sejak Juni 2001.
Investor takut bahwa penyebaran virus secara global akan menghantam ekonomi global dan permintaan
minyak. Harga minyak juga sudah dipengaruhi oleh konflik antara OPEC, kelompok produsen minyak,
dan Rusia. Ditambah virus Corona semakin mendorong harga turun lebih lanjut.

Pertumbuhan Diprediksi Stagnan

Jika perekonomian tumbuh, yang secara umum bisa diartikan lebih banyak orang kaya dan membuka
pekerjaan baru. Hal ini diukur dengan melihat perubahan persentase dalam produk domestik bruto,
atau nilai barang dan jasa yang dihasilkan, biasanya selama tiga bulan atau satu tahun.

Perekonomian dunia bisa tumbuh pada tingkat yang paling lambat sejak 2009 tahun ini karena wabah
corona, menurut organisasi kerja sama ekonomi dan pembangunan (OECD). Think tank memiliki
perkiraan pertumbuhan hanya 2,4% di 2020, turun dari 2,9% pada bulan November.

Mereka juga mengatakan bahwa bila wabah ini bertahan "lebih lama dan intensif " maka pertumbuhan
bisa hanya 1,5% di 2020. Pasalnya banyak pabrik menangguhkan aktivitas mereka dan pekerja tinggal di
rumah untuk mencoba membendung virus.

https://ekbis.sindonews.com/read/1572778/33/peta-dampak-pandemi-corona-terhadap-ekonomi-
global-sejauh-ini-1585558963

Di indonesia

Diketahui, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional
yang mengalami perlambatan dan penurunan penerimaan negara, peningkatan belanja negara, nilai
tukar rupiah, dan industri jasa keuangan sehingga diperlukan berbagai upaya oleh Pemerintah untuk
mencegah keparahan dan krisis kesehatan-kemanusiaan, krisis sosial, krisis ekonomi dan krisis
keuangan.

dalam merespons kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia, pemerintah telah mengambil langkah-
langkah antara lain.

Pertama, re-focusing penganggaran untuk sektor kesehatan dan bantuan sosial.

Kedua, stimulus fiskal tahap I melalui belanja untuk memperkuat perekonomian domestik melalui
Percepatan Belanja dan Kebijakan Mendorong Padat Karya serta stimulus belanja.

Ketiga, stimulus fiskal tahap II untuk menjaga daya beli masyarakat dan kemudahan ekspor-impor.
Keempat, stimulus moneter yang terus dioptimalkan untuk memberi daya dukung pada perekonomian
nasional dan menjaga stabilitas baik yang dilakukan oleh BI dengan melakukan triple intervention, OJK
melalui stimulus sektor perbankan dan industri perusahaan pembiayaan.

Kelima, pelebaran defisit dapat di atas 3% PDB untuk mempercepat penanganan COVID-19 dan
penyelamatan perekonomian dari ancaman krisis.
Keenam, program pemulihan ekonomi nasional melalui Penyertaan Modal Pemerintah, Penempatan
Dana Pemerintah, Investasi Pemerintah, dan Penjaminan.

Terakhir mengeluarkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan.

Terkait perkembangan nilai tukar rupiah yang mendapatkan tekanan dari global dan masih dalam
kondisi ketidakpastian yang masih relatif tinggi, pemerintah meminta Bank Indonesia (BI) untuk terus
berupaya melakukan stabilisasi nilai tukar sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar melalui
kebijakan yang telah dilakukan oleh BI melalui triple intervention, baik secara spot, DNDF, dan
pembelian SBN di pasar sekunder.

https://ekbis.sindonews.com/read/1581736/33/cegah-krisis-sri-mulyani-didukung-komisi-xi-dpr-
selamatkan-ekonomi-nasional-1586252495

Skenario terburuk pelemahan ekonomi Indonesia akibat wabah Covid-19 diungkapkan Menteri
Keuangan, Sri Mulyani. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 2,3
persen. Bahkan skenario terburuknya bisa menyentuh negatif 0,4 persen. Kondisi ini akan menyebabkan
penurunan kepada kegiatan ekonomi, berpotensi menekan lembaga keuangan

Sri mengungkapkan, hal itu terjadi pada berbagai sektor lembaga keuangan di Indonesia seperti
perbankan hingga konsumsi rumah tangga yang menurun. Konsumsi rumah tangga turun, bisa mencapai
2,60 persen, bahkan investasi juga turun.

Di sektor konsumsi rumah tangga terjadi ancaman kehilangan pendapatan masyarakat karena tidak
dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terutama rumah tangga miskin dan rentan serta
sektor informal. Penurunan lainnya juga terjadi pada UMKM. Pelaku usaha ini tidak dapat melakukan
kegiatan usahanya sehingga terganggu kemampuan memenuhi kewajiban kredit

Sri mengatakan proyeksi tersebut dilakukan bersama dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan
serta Lembaga Penjaminan Sosial setelah melihat secara menyeluruh bahwa krisis kesehatan dan
kemanusiaan akibat Covid-19 semakin menjalar terhadap sektor ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai