Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3 Manajemen Proyek
Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai
sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya. (Soeharto, 1999)
a. Perencanaan
5
berbagai cara yang memungkinkan. Kemudian menentukan salah satu cara
yang paling tepat dengan mempertimbangkan semua kendala.
Perkiraan dan jenis sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu proyek
konstruksi meruapakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan proyek
sesuai dengan tujuan. Kontribusi sumber daya dalam perencanaan
memungkinkan perumusan suatu atau beberapa rencana yang akan memberi
gambaran secara menyeluruh tentang metode konstruksi yang akan digunakan
dalam mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian
c. Pengisian Staf
6
d. Pengarahan
e. Pengkoordinasian
f. Pengawasan
7
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat
yang digunakan untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, dimana
setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya
yang ekonomis (Callahan, 1992).
8
kapasitas, kemampuan serta kondisi peralatan harus disesuaikan dengan
kegiatannya.
e. Gambar Kerja
Selain gambar rencana, pelaksanaan proyek konstruksi juga memerlukan
gambar kerja untuk bagian-bagian tertentu. Untuk itu, perlu dilakukan
pendataan bagian-bagian yang memerlukan gambar kerja.
f. Kontinuitas Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam penyusunan rencana kerja, faktor paling penting yang harus
dijamin oleh pengelola proyek adalah kelangsungan dari susunan rencana
kegiatan setiap item pekerjaan.
9
jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dan produk kerja setiap satuan
waktu. Kuantitas pekerjaan dapat diketahui dari lingkup atau dokumen
kontrak, sedangkan produk kerja tiap satuan waktu diperoleh dari data dan
pengalaman dengan memperhatikan ketersediaan semua sumber daya
(bahan, alat, tenaga kerja) dan kendala-kendala yang mungkin
mempengaruhi produktivitas.
c. Penyusunan rencana kerja proyek
Penyusunan rencana kerja proyek dimaksudkan untuk menentukan urutan
aktivitas kerja dalam melaksanakan proyek. Urutan aktivitas ini diperlukan
untuk menggambarkan hubungan antara berbagai aktivitas yang ada dalam
proses pelaksanaan proyek.
d. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek
Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek pada dasarnya adalah penentuan
kapan suatu aktivitas harus mulai dan berakhir. Rangkaian aktivitas-
aktivitas dengan durasinya masing-masing yang telah diurutkan akan
membentuk rangkaian penjadwalan aktivitas, yang akan menjadi jadwal
pelaksanaan proyek. Penentuan jadwal proyek ini pada umumnya perlu
memenuhi total waktu yang disediakan untuk menyelesaikan proyek.
e. Peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat
Peninjauan kembali jadwal bertujuan untuk menjamin bahwa jadwal
proyek masuk akal dan lengkap, sedangkan analisa jadwal bermaksud
menjamin bahwa jadwal tersebut merupakan rencana yang dapat
dikerjakan dengan telah mempertimbangkan sumber daya dan manajerial
yang ada.
f. Penerapan jadwal
Penerapan jadwal merupakan tahap akhir proses perencanaan dan
penjadwalan proyek, dimana jadwal sudah harus lengkap dan akurat untuk
dipakai melaksanakan dan memonitor pelaksanaan proyek.
10
pelaksanaan pekerjaan konstruksi berdasarkan kriteria resiko dan atau kriteria
penggunaan teknologi dan atau kriteria besaran biaya (nilai proyek atau nilai
pekerjaan).
11
Tabel 2.1 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi
Batas Nilai
Kualifikasi Golongan Bentuk Badan Usaha
proyek
Gred 1 Mikro Perseorangan ≤ 100 Juta
CV, Firma, Kopereasi
Gred 2 Kecil atau PT, tidak termasuk ≤ 300 Juta
badan usaha PT-PMA
CV, Firma, Kopereasi
Gred 3 Kecil atau PT, tidak termasuk ≤ 600 Juta
badan usaha PT-PMA
PT, Firma, Koperasi atau
Gred 4 Kecil CV, tidak termasuk ≤1M
badan usaha PT-PMA
Harus berbentuk PT,
Gred 5 Menengah tidak termasuk badan > 1 M s/d 10 M
usaha PT-PMA
Gred 6 Besar Perseroan Terbaras (PT) > 1 M s/d 25 M
Perseroan Terbaras (PT),
> 1 M s/d tak
Gred 7 Besar termasuk badan usaha
terbatas
PT-PMA
https://irikaw.wordpress.com/2012/05/23/kualifikasi-jasa-pelaksana-konstruksi-
kontraktor/
12
2.6.1 Dampak Keterlambatan Proyek
O’brien (1976) menyatakan bahwa dampak dari keterlambatan proyek
menimbulkan kerugian pada kontraktor, konsultan, dan owner. Kerugian tersebut
antara lain:
1. Pihak Kontraktor
Keterlambatan penyelesaian proyek berakibat naiknya overhead, karena
bertambah panjangnya waktu pelaksanaan. Biaya overhead meliputi biaya
untuk perusahaan secara keseluruhan, terlepas ada tidaknya kontrak yang
sedang ditangani.
2. Pihak Konsultan
Jika pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan maka konsultan akan
mengalami kerugian waktu dan akan terlambat dalam mengerjakan proyek
yang lainnya.
3. Pihak Owner
Keterlambatan proyek pada pihak pemilik atau owner, berarti kehilangan
penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan atau
disewakan. Apabila pemilik adalah pemerintah, untuk fasilitas umun misalnya
rumah sakit tentunya keterlambatan akan merugikan pelayanan kesehatan
masyarakat, atau merugikan program pelayanan yang telah disusun. Kerugian
ini tidak dapat dinilai dengan uang dan tidak dapat dibayar kembali.
Sedangkan apabila pihak pemilik adalah non pemerintah, misalnya
pembangunan gedung, pertokoan, atau hotel, tentu jadwal pemakaian gedung
tersebut akan mundur dari waktu yang direncanakan, sehingga ada waktu
kosong tanpa mendapatkan uang.
13
d. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan
e. Keterlambatan pabrikasi khusus bahan bangunan
f. Ketidaktepatan waktu pemesanan
2. Faktor tenaga kerja terdiri dari 3 subfaktor :
a. Kekurangan tenaga kerja
b. Kemempuan tenaga kerja
c. Kesukaan atau nasionalisme atau kultur tenaga kerja
3. Faktor peralatan terdiri dari 6 subfaktor :
a. Kerusakan peralatan
b. Kekurangan peralatan
c. Kemempuan mandor atau operator yang kurang
d. Keterlambatan pengiriman peralatan
e. Produktivitas peralatan
f. Kesalahan manajemen peralatan
4. Faktor keuangan terdiri dari 4 subfaktor :
a. Ketersediaan keuangan selama pelaksanaan
b. Keterlambatan proses pembayaran pembayaran oleh owner
c. Tidak adanya uang insensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian
lebih cepat dari jadwal
d. Situasi perekonomian nasional (krisis moneter)
5. Faktor lingkungan terdiri dari 4 subfaktor :
a. Faktor sosial dan budaya
b. Pengaruh udara panas pada aktivitas konstruksi
c. Pengaruh hujan pada aktivitas konstruksi
d. Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek
6. Faktor perubahan terdiri dari 5 subfaktor :
a. Terjadi perubahan desain oleh perencana
b. Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana
c. Kesalahan dalam penyelidikan tanah
d. Kondisi permukaan air ba wah tanah di lapangan
e. Masalah geologi di lokasi
14
7. Faktor hubungan dengan pemerintah terdiri dari 3 subfaktor :
a. Perolehan ijin dari pemerintah
b. Perolehan ijin tenaga kerja
c. Birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi proyek
8. Faktor kontrak terdiri dari 6 subfaktor :
a. Konflik antara kontraktor dan konsultan
b. Tidak ada kerja sama antara kontraktor dengan owner
c. Keterlambatan owner dalam pembuatan keputusan
d. Negosiasi dan perijinan pada kontrak
e. Perselisihan pekerjaan antara bagian-bagian yang berbeda dalam proyek
f. Komunikasi yang kurang antara owner dengan perencana
9. Faktor waktu dan kontrol terdiri dari 8 subfaktor :
a. Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang
berjalan
b. Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek
c. Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek
d. Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksanaan
konstruksi
e. Masalah yang terjadi selama pelaksanaan
f. Tidak memenuhi perencanaan awal proyek
g. Persiapan dan ijin shop drawing
h. Menunggu ijin untuk kontrol material
15
8. Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur dan elektrikal
9. Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi
10. Ketidakjelasan perencanaan dan spesifikasi
11. Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi
12. Kesalahan dalam menginterprestasikan gambar atau spesifikasi
13. Perubahan metode kerja oleh kontraktor
14. Change order oleh owner
15. Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor
16. Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor
17. Perubahan scope pekerjaan konsultan
18. Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor
19. Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai
20. Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan
21. Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan
16
4. Faktor karakteristik tempat terdiri dari 6 subfaktor :
a. Keadaan permukaan dan di bawah permukaan tanah
b. Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar
c. Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek
d. Tempat penyimpanan bahan
e. Akses ke loaksi proyek
f. Kebutuhan ruang kerja
5. Faktor manajerial terdiri dari 8 subfaktor :
a. Pengawasan proyek
b. Kualitas pengontrolan pekerjaan
c. Pengalaman manajer lapangan
d. Perhitungan keperluan material
e. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor
f. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik
g. Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan
h. Persiapan atau penetapan rancangan tempat
6. Faktor keuangan terdiri dari 2 subfaktor :
a. Pembayaran oleh pemilik
b. Harga material
7. Faktor-faktor lainnya terdiri dari 3 subfaktor :
a. Intensitas curah hujan
b. Kondisi ekonomi
c. Kecelakaan kerja
Menurut Kraiem dan Dickman dalam Praboyo (1999), penyebab-penyebab
keterlambatan pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam tiga (3) kelompok,
yaitu:
1. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delay)
adalah keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan
pemilik proyek.
2. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay) adalah
keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan
kontraktor.
17
3. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay) adalah keterlambatan
yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik maupun
kontraktor.
Praboyo (1999) menghasilkan rangkuman sebanyak 22 jenis penyebab untuk
kategori Comensable Delay (CD), 18 jenis penyebab intuk kategori Non-
Excusable Delay (NED) dan 5 jenis penyebab untuk kategori Excusable Delay
(ED). Temuan 45 jenis penyebab katerlambatan yang telah dikelompokan
dalam 3 kategori, dengan demikian perlu diklasifikasikan keberadaannya
dalam aspek manajemen yang akan ditinjau. Pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Praboyo (1999), diambil 6 aspek kajian, yakni:
1. Aspek Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan, sebanyak 6 jenis
penyeban.
2. Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan, sebanyak 8 jenis penyebab.
3. Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi, sebanyak 9 jenis
penyebab.
4. Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya, sebanyak 8 jenis penyebab.
5. Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan, sebanyak 7 jenis
penyebab.
6. Aspek lain-lain (aspek diluar kemampuan pemilik dan kontraktor),
sebanyak 7 jenis penyebab.
Hubungan antara ke-45 jenis penyebab keterlambatan, 6 aspek manajemen
dan 3 kategori jenis penyebab dapat dilihat pada table 2.1
18
Tabel 2.2 Lanjutan (2/3)
Kategori Jenis
No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Keterlambatan
CD NED ED
5 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah •
Metode konstruksi atau pelaksanaan kerja yang
6 •
tidak tepat
Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan
B
(Kontrak)
Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau
1 •
tidak lengkap
Perubahan desain atau detail pekerjaan pada waktu
2 •
pelaksanaan
Perubahan dalam lingkup pekerjaan pada waktu
3 •
pelaksanaan
4 Proses pembuatan gambar kerja dari kontraktor •
Proses permintaan dan persetujuan gambar kerja
5 •
oleh owner
Ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar
6 •
kerja
7 Adanya banyak pekerjaan tambahan dari pemilik •
Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang
8 •
telah selesai oleh pemilik
Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan
C
Komunikasi
Keterbatasan wewenang pemilik dalam
1 •
pengambilan keputusan
Kualifikasi pemilik yang tidak professional
2 •
dibidangnya
Cara inspeksi dan kontrol pekerjaan yang
3 •
birokratis oleh pemilik
Kegagalan pemilik mengkoordinasikan pekerjaan
4 •
dari banyak kontraktor atau subkontraktor
Kegagalan pemilik mengkoordinasi penggunaan
5 •
lahan
Keterlambatan dalam penyediaan alat atau bahan
6 •
oleh pemilik
Kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari
7 personel-personel dalam organisasi kerja •
kontraktor
Koordinasi dan komunikasi yang buruk antara
8 •
bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor
9 Terjadinya kecelakaan dalam proses kerja •
D Aspek Kesiapan/ Penyiapan Sumber Daya
Keterlambatan dalam mobilisasi sumber daya
1 •
(bahan, alat, tenaga kerja)
19
Tabel 2.2 Lanjutan (3/3)
Kategori Jenis
No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Keterlambatan
CD NED ED
Keahlian, keterampilan, dan motivasi kerja para
2 •
pekerja lapangan yang kurang
3 Kurang memadainya jumlah tenaga kerja •
Tidak tersedianya bahan yang cukup atau layak
4 •
sesuai dengan kebutuhan
Tidak tersedianya alat atau peralatan kerja yang
5 •
cukup mendukung pelaksanaan pekerjaan
Keterlambatan atau kelalaian oleh subkontraktor
6 •
pekerjaan
Pendanaan kegiatan proyek yang kurang terencana
7 •
dengan baik
Tidak terbayarnya kontraktor secara layak sesuai
8 •
dengan pekerjaan yang telah dikerjakan
Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi
E
Pekerjaan
Pengajuan contoh bahan dari kontraktor yang tidak
1 •
terjadwal
Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan
2 •
dari pemilik yang cukup lama
Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari
3 •
pemilik yang tidak relevan
4 Proses persetujuan ijin kerja yang berbelit-belit •
5 Kegagalan kontraktor melakukan pekerjaan •
Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki atau
6 •
diulang karena hasil yang kurang baik
Proses evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama
7 •
melalui jadwal yang disepakati
Aspek Lain-lain (aspek di luar kemampuan
F
pemilik dan kontraktor)
Kondisi fisik bangunan kerja proyek tidak sesuai
1 •
dengan dugaan
2 Transportasi menuju lokasi proyek yang sulit •
Terjadi hal-hal yang tidak terduga seperti
3 kebakaran, banjir, badai, gempa bumi, tanah •
longsor
4 Adanya huru-hara atau perang •
5 Terjadinya pemogokan kerja •
Terjadinya kerusakan akibat pelalaian atau
6 •
perbuatan pihak ketiga
Perubahan situasi atau kebijaksanaan polotik dan
7 •
ekonomi dari peerintah
Sumber : Praboyo (1999)
20
Keterangan: CD = Compensable Delay
NED = Non-Excusable Delay
ED = Excusable Delay
2.7.2 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencangkup segala hal,
termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek
(Sugiyono, 2011)
2.7.3 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin meneliti
21
semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2011).
22
sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya,
maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel.
d. Purposive Sampling (sampling pertimbangan)
Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti
jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam
pengambilan sampel atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua
populasi digunakan sebagai sampel, sering juga dikenal dengan istilah
sensus. Sampling jenuh dilakukan apabila populasinya kurang dari 30
responden.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang semula
berjumlah kecil kemudian anggota sampel mengajak temannya untuk
dijadikan sampel dan seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
bertambah jumlahnya.
23
Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan
tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu
dari pilihan yang tersedia yaitu:
1. Sangat Berpengaruh
2. Berpengaruh
3. Ragu-Ragu
4. Tidak Berpengaruh
5. Sangat Tidak Berpengaruh
(2.1)
Dimana:
X = Skor yang diperoleh jawaban responden
Y = Skor total dari variabel untuk responden ke-n
∑X = Jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
24
∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Jumlah Responden
(2.2)
Dimana :
k = jumlah item
∑Si2 = jumlah varians sampel seluruh item
∑St2 = jumlah varians skor total
∑n = n1 + n2 + n3 + ….. + nn (2.3)
Keterangan:
∑n = Nilai total setiap faktor
n = Jumlah subfaktor setiap faktor
25
2.9.2 Perhitungan Skor Total
Setelah mendapatkan nilai total perlu dilakukan perhitungan skor total
karena setiap faktor memiliki jumlah subfaktor yang berbeda. Skor total dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
RI = x 100% (2.5)
Dimana :
RI = Relatif Indeks
5 =Jumlah kriteria penilaian yang terdiri dari 5
tingkat persetujuan yaitu:
26
untuk membuat ringkasan informasi yang dikandung dalam sejumlah besar
variabel kedalam suatu kelompok faktor yang lebih kecil. Secara statistik tujuan
pokok teknik ini ialah untuk menentukan kombinasi linier variabel-variabel yang
akan membantu dalam penyelidikan saling berkaitnya variabel-variabel tersebut.
Atau dalam kata lain digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel. Teknik
ini bermanfaat untuk mengurangi jumlah data dalam rangka untuk
mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat menerangkan varians yang
sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok variabel yang jumlahnya
lebih besar (Supranto, 2010). Analisis faktor menggunakan Statistical Program
for Sosial Science (SPSS) for Windows.
Secara umum tahapan dalam analisa faktor adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai KMO (Kaiser-Mayer-Olkin), nilainya dianggap layak
jika diatas 0,50.
2. Menentukan Measure of Sampling Adequence (MSA), yaitu kelayakan
untuk seluruh matrik korelasi dari setiap variabel yang diobservasi untuk
dilakukan analisa faktor. Nilai (MSA) yang layak dianalisis adalah 0,50.
3. Melakukan esktrasi faktor, kriteria esktrasi yang digunakan adalah latent
root criterion yaitu berdasarkan eigen value. Metode yang dapat
digunakan dalam ekstrasi faktor antara lain Principal Component Analysis.
4. Menginterpretasikan hasil analisis faktor. Hasil yang dilihat pada bobot
faktor dan nilai komunitas (persentase varians variabel yang kombinasikan
ke dalam korelasi dengan variabel lain).
27