Anda di halaman 1dari 22

A.

Pengertian Larutan Elektrolit

Gambar di atas merupakan hasil pengujian daya hantar listrik terhadap:

(a) Larutan non elektrolit


(b) Larutan elektrolit lemah
(c) Larutan elektrolit kuat

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik,


memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya
gelembung gas dalam larutan. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, sebabnya karena larutan tidak
dapat menghasilkan ion-ion.

B. Contoh Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Kalau dilihat dari hasil pengujian larutan pada tabel di atas, kita bisa simpulkan
bahwa larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, yaitu larutan amonia, larutan
HCl, larutan cuka, air aki, air laut, air kapur, dan larutan H2S. Adapun larutan yang
tidak menghantarkan arus listrik, yaitu larutan urea, larutan alkohol dan larutan
glukosa.

Sekarang, coba deh perhatikan lagi data larutan yang bersifat elektrolit. Ternyata,
ada larutan elektrolit yang memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat
uji dan ada pula yang tidak. Tetapi, semuanya menimbulkan gejala hantaran listrik
berupa adanya gelembung gas. Larutan elektrolit yang memberikan gejala
berupa lampu menyala dan membentuk gelembung gas disebut elektrolit
kuat. Contohnya yaitu HCl, air aki, air laut, dan air kapur.

Adapun elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala tetapi


menimbulkan gelembung gas termasuk elektrolit lemah. Contohnya yaitu larutan
amonia, larutan cuka,dan larutan H2S. Lalu, kalian tahu nggak mengapa larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit tidak?

Jadi, Larutan elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat


dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna
membentuk ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Arus listrik merupakan arus
elektron. Pada saat dilewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, elektron tersebut
dapat dihantarkan melalui ion-ion dalam larutan, seperti dihantarkan oleh kabel.
Akibatnya, lampu pada alat uji elektrolit akan menyala.

Okay, supaya lebih jelas, berikut ini contoh larutan elektrolit dan non elektrolit,
secara umum:
Pengertian Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik, sedangkan larutan
non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik. Larutan elektrolit
dapat dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat mempunyai
daya hantar yang relatif tinggi walaupun konsentrasinya relatif kecil, sedangkan elektrolit
lemah mempunya daya hantar yang relatif rendah walaupun konsentrasinya relatif
besar.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Larutan Penyangga
Laju Reaksi
Aki (akumulator) sebagai sumber arus listrik yang dapat diisi ulang adalah komponen
yang penting dalam kendaraan bermotor. Sebagai sel elektrokimia, aki terdiri dari
komponen elektroda dan larutan elektrolit. Larutan elektrolit yang terdapat dalam aki
adalah larutan asam sulfat yang biasanya dikenal sebagai air aki accuzuur.

Hasil uji hantaran listrik dari larutan elektrolit kuat (kiri), elektrolit lemah (tengah), dan
larutan non elektrolit (kanan)
(Sumber: Kotz, John C., Treichel, Paul M., & Townsend, John R. 2012. Chemistry &
Chemical Reactivity (8th edition). California: Brooks/Cole)

Mekanisme Hantaran Listrik Melalui Larutan


Menurut teori ionisasi Arrhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena
terdapat ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan. Ion-ion tersebut yang berperan
dalam menghantarkan arus listrik melalui larutan. Sebagai contoh, larutan NaCl
merupakan larutan elektrolit. Zat terlarut NaCl di dalam pelarut air akan terdisosiasi
(terurai) menjadi ion Na+ dan ion Cl−. Dalam eksperimen hantaran listrik larutan elektrolit
dengan menggunakan sumber arus listrik searah, lampu, dan dua elektroda, ion-ion
bermuatan positif akan bergerak ke arah elektroda yang terhubung ke kutub negatif
(katoda) sedangkan ion-ion bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektroda yang
terhubung ke kutub positif (anoda).
Pada larutan non elektrolit, zat non elektrolit yang terlarut tidak dapat terurai menjadi
ion-ion, sehingga tidak terdapat ion-ion bebas yang dapat menghantarkan arus listrik.
Sebagai contoh, larutan gula sukrosa (C 12H22O11) merupakan larutan non elektrolit. Zat
terlarut sukrosa di dalam pelarut air tidak dapat terurai menjadi ion, sehingga tidak
terdapat ion bebas yang dapat menghantarkan listrik.
Daya Hantar Listrik dan Ikatan Kimia
Kemampuan menghantarkan listrik dari suatu larutan bergantung pada zat terlarut. Jenis
ikatan kimia pada zat terlarut merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya
hantarnya. Ditinjau dari ikatan kimia, senyawa kimia dapat dibedakan menjadi senyawa
ionik dan senyawa kovalen.

1. Senyawa ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang terdiri dari ion-ion positif dan negatif yang
bergabung oleh karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis. Contoh senyawa ionik
antara lain NaCl, KBr, CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, NaOH, BaSO4, dan AgCl. Dalam
bentuk padat (kristal), ion-ion tersebut berada dalam posisi tetap pada kisi kristalnya
sehingga tidak dapat bergerak bebas. Oleh karena itu, padatan senyawa ionik tidak
dapat menghantarkan listrik. Jika padatan tersebut dilelehkan atau dilarutkan dalam air,
maka ion-ion tersebut dapat terurai dari kisinya dan bergerak bebas sehingga dapat
menghantarkan arus listrik. Ketika senyawa ionik dilarutkan dalam air, ion-ion positif dan
ion-ion negatif akan dikelilingi oleh molekul-molekul air sehingga terjadi stabilisasi
muatan oleh proses pelarutan (solvasi) oleh air. Berikut beberapa contoh persamaan
reaksi yang dapat dituliskan dari proses pelarutan beberapa senyawa ionik oleh air.

Ilustrasi pelarutan padatan senyawa ionik (kiri) dalam air: ion positif dan ion negatif dari
senyawa ionik tersebut dikelilingi oleh molekul-molekul air (kanan)
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)

Pada umumnya semua senyawa ionik yang mudah larut dalam air, seperti NaCl, KBr,
CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, dan NaOH adalah elektrolit kuat. Namun, untuk senyawa ionik
yang cenderung sukar larut dalam air seperti CaC2O4, SrCO3, BaSO4 dan AgCl, daya
hantarannya akan cenderung lebih lemah.
2. Senyawa kovalen
Senyawa kovalen adalah senyawa yang terdiri dari satuan-satuan diskrit yang disebut
molekul-molekul, yang terdiri dari beberapa atom nonlogam yang berikatan kovalen.
Senyawa kovalen ada yang bersifat polar dan adapula yang nonpolar. Senyawa kovalen
polar ada yang dapat mengalami ionisasi bila dilarutkan dalam air, sehingga membentuk
ion-ion bebas yang dapat menghantarkan listrik misalnya HCl, H 2SO4, H2C2O4,
CH3COOH, dan NH3. Senyawa-senyawa tersebut merupakan zat elektrolit. Berikut
beberapa contoh persamaan reaksi yang dapat dituliskan dari proses pelarutan
beberapa senyawa kovalen polar terionisasi oleh air.

Namun, adapula senyawa kovalen polar yang tidak dapat terionisasi, misalnya aseton,
sehingga tidak dapat menghantarkan listrik. Semua senyawa kovalen nonpolar, seperti
Br2 dan CH4, juga tidak dapat terionisasi. Jadi, senyawa kovalen polar yang tidak
terionisasi dan senyawa kovalen nonpolar merupakan zat non elektrolit.
Larutan Elektrolit Kuat dan Larutan Elektrolit Lemah
Perbedaan utama larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah adalah daya hantarnya
ketika konsentrasi kedua jenis elektrolit sama. Pada elektrolit kuat, elektrolit dapat
terurai sempurna atau hampir sempurna menjadi ion-ion dalam pelarutnya. Contoh
larutan elektrolit kuat yaitu senyawa-senyawa garam mudah larut dalam air, basa kuat,
dan asam kuat, seperti NaCl, KBr, CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, NaOH, Ba(OH)2, HCl, dan
H2SO4. Sedangkan, pada elektrolit lemah, elektrolit hanya dapat terurai sebagian kecil
menjadi ion-ion dalam pelarutnya. Contoh larutan elektrolit lemah yaitu senyawa-
senyawa asam lemah dan basa lemah, seperti H2C2O4, CH3COOH, N2H4, dan NH3.
Secara kuantitatif, kuat lemahnya elektrolit dapat dinyatakan sebagai derajat ionisasi /
derajat disosiasi, α.

Pada larutan elektrolit kuat yang terionisasi/terdisosiasi sempurna, nilai α = 1,


sedangkan yang terionisasi hampir sempurna, nilai α mendekati 1. Pada larutan non
elektrolit, nilai α = 0. Jadi, batas nilai α untuk larutan elektrolit lemah adalah 0 < α < 1.

Contoh Soal Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Contoh Soal 1
Berapakah derajat ionisasi dari asam lemah HX bila diketahui sebanyak 0,0005 mol
asam yang terionisasi dari 0,1 mol asam yang dilarutkan dalam air?

Jawab:

Derajat ionisasi:
   
ASAM

Siapa yang Menderita Diabetes Baca Segera sebelum Dihapus

Simpan Barang Ini di Rumah dan Uang akan Berlimpah!

Veneer Ini 300 Kali Lebih Baik dari Gigi Palsu!


Bagaimana cara mengembalikan penglihatan 100% tanpa operasi?

 Rasa asam
 Bereaksi dengan beberapa ion logam menghasilkan gas H 2
 Bereaksi dengan bikarbonat menghasilkan gas CO2
 Bersifat korosif
 pH kurang dari 7
 mengubah kertas lakmus biru/merah menjadi merah

BASA

 Rasa pahit dan licin


 pH lebih dari 7
 mengubah kertas lakmus merah/biru menjadi biru

Ada 3 teori asam-basa

1. ARHENIUS

 Asam = zat yang jika dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion H +

Contoh :        HCl  ->   H+ + Cl–

H2S  ->  2H+ + S2-

 Basa = zat yang jika dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion OH –

Contoh :      LiOH  ->  Li+ + OH–

Mg(OH)2  ->  Mg2+ + 2OH–

Kelemahan teori ARHENIUS = tidak semua senyawa asam memiliki atom


Hidrogen dan tidak semua basa memiliki atom Oksigen dan Hidrogen.
 

2. BRONSTED-LOWRY

 Asam = Donor / pemberi proton (H +)


 Basa = Akseptor / penerima proton (H +)

Reaksi harus terjadi secara bersamaan.

Contoh         :       HCl + NH3 ↔ Cl– + NH4+

HCl bersifat asam, karena mendonorkan H+ nya sehingga terbentuk Cl– (basa


konjugasi). Dan NH3 bersifat basa, karena menerima ion H + dari HCl,
sehingga terbentuk NH4+ (asam konjugasi).

Kelemahan teori BRONSTED-LOWRY = tidak semua senyawa asam


memiliki ion H+ .

3. ASAM BASA LEWIS

 Asam     akseptor / penerima pasangan elektron


 Basa    donor / pemberi pasangan elektron

Syarat   BASA

 Harus punya PEB / pasangan ê bebas (elektron tidak berpasangan)


 Dalam bentuk ion bermuatan negatif. Artinya senyawa tersebut
kelebihan elektron, jadi bisa diberikan kepada senyawa lain.

Contoh         :               NH3 + BF3

H                                 F                                  H            F

BACA JUGA   Hidrolisis Garam

H –  N  – H       +        F  – B –  F      ->         H  – N  —–  B –  F

asam                         basa                                H            F
 

DERAJAT  KEASAMAN

0 ————————- 7 ——————– 14

Makin ke kiri (7 -> 0) sifat asamnya makin kuat. Makin ke kanan (7 -> 14)
sifat basanya makin kuat.

Air : amfoter (dapat bersifat asam dan basa) akan bersifat asam jika air
bertemu basa kuat.

Baik asam / basa kuat, keduanya sama-sama mudah terionisasi / terionisasi


sempurna dalam air. Sedangkan asam / basa lemah sulit terionisasi /
terionisasi sebagian dalam air.

 Ionisasi sempurna

HCl  ->  H+ + Cl–

NaOH   ->  Na+ + OH–

α  = mol terurai / mol mula-mula = 1

 Ionisasi sebagian

HCN  <->  H+ + CN–

α  = mol terurai/mol mula-mula ;     0 < α < 1

Asam

Asam kuat = HCl, HBr, HI, H2SO4, HClO4, HClO3, HNO3

Asam lemah = semua asam kecuali yang disebut diatas.

[H+] = a . Ma

atau

= valensi asam . mol asam


α = akar (Ka/Ma)

[H+] = akar (Ka.Ma)

pH = – log [H+]

misal,    [H+] = 10-a         ->         pH = a

[H+] = b . 10-a     ->         pH = a – logb

Basa

Basa kuat = golongan IA dan IIA

Basa lemah = semua basa kecuali golongan IA dan IIA

[OH–] = b . Mb

atau

= valensi basa . mol basa

α = akar (Kb/Mb)

[OH-] = akar (Kb.Mb)

pOH = 14 – log [OH–]

misal,    [OH–] = 10-a       ->         pOH = 14 – a

[OH–] = b . 10-a   ->         pH = 14 – a + logb


1. Apa itu Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan suatu prosedur yang dilakukan saat kita ingin
menentukan kemolaran atau kadar suatu asam atau basa berdasarkan reaksi
netralisasi. Selain itu, dalam titrasi asam basa terdapat beberapa istilah yang harus
kamu ketahui, beberapa istilah di antaranya:

 Pentiter, merupakan zat yang mentitrasi suatu asam-basa yang ingin


ditentukan kemolarannya.
 Titik akhir titrasi, merupakan titik saat indikator asam-basa mengalami
perubahan warna
 Titik ekuivalen, merupakan titik saat asam-basa tepat habis bereaksi
 Daerah perubahan pH drastis, merupakan daerah di mana saat terjadinya
sedikit penambahan tetes pentiter, akan mengubah warna indikator asam-
basa

Baca juga: Mengenal Sifat dan Klasifikasi Asam Basa

Titrasi asam basa bisa kamu lakukan ketika menggunakan sebuah indikator asam-
basa serta zat pentiter. Nah, indikator asam-basa yang baik untuk titrasi itu ada
dua macam, yaitu:

 Yang mempunyai trayek perubahan pH yang berada di sekitar titik ekuivalen


atau pada titik ekuivalen tersebut
 Ketika perubahan warna terlihat jelas dan juga tajam.

 
Merupakan porses titrasi. Tidak selalunya basa sebagai pentitrasi, bisa juga
sebaliknya,

asam yang menjadi pentitrasi

Kemudian, untuk menggunakan indikator asam-basa, kamu harus menggunakan


beberapa prosedur titrasi, di antaranya adalah:

1. Asam yang akan dititrasi, mula-mula ditetesi indikator asam-basa secukupnya.

2. Kemudian masukkan pentiter yang berupa basa, setetes demi setetes sambil


menghitung.

3. Ketika warna indikator berubah, hentikan titrasi (titik akhir titrasi).

Squad, kamu harus tahu nih bahwa pada titrasi asam-basa terdapat rumus titrasi
yang berlaku, yaitu:

 Asam-basa monovalen dan asam-basa divalen

                 Ma. Va = Mb. Vb

 Asam divalen-basa monovalen

                2. Ma. Va = Mb. Vb

 Basa divalen-asam monovalen

               Ma. Va = 2. Mb. Vb

2. Mengenal Kurva Titrasi


Sekarang, kita lihat yuk seperti apa kurva titrasi pada penjelasan tabel di bawah ini.
Kurva Titrasi Asam Basa (sumber: materi78.files.wordpress.com)
Kemudian, titrasi asam lemah menggunakan basa lemah dan sebaliknya tidak
dilakukan karena:

1. Perubahan pH drastis terjadi sangat singkat.

2. Tidak ada indikator yang cukup teliti untuk mengamati perubahan.

3. Reaksi berlangsung lambat dan tidak tuntas.


1. Indikator alami

Kamu tahu apa itu indikator alami? Indikator alami itu adalah indikator yang dibuat menggunakan
ekstrak tumbuhan-tumbuhan seperti bunga, umbi, kulit buah, juga daun-daun
berwarna. Nah contoh spesifiknya itu kunyit, kubis merah, kubis ungu, bunga sepatu, bunga
mawar, bayam merah, geranium.

Dengan menggunakan indikator ini, kita bisa nih menentukan suatu larutan bersifat asam, basa, atau
netral. Cara mengetahuinya itu dengan meneteskan ekstrak tumbuhan tadi ke dalam sebuah larutan,
kemudian lihat perubahan warnanya. Dari perubahan warna itulah kita bisa tahu mana larutan yang
mengandung asam atau basa.

2. Indikator universal

Berbeda dengan indikator alami, indikator universal merupakan campuran dari berbagai macam
indikator yang dapat menunjukkan pH (power of hydrogen) suatu larutan dari perubahan warnanya.
Untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan, kamu bisa lihat pada rentang pH 1-14. Oke, sekarang
kita lihat warna-warna yang menandakan pH larutan yang telah ditambahkan indikator universal:
Kamu bisa lihat kan ada warna kuning, merah, hijau, juga biru. Untuk yang warna kuning sampai
merah itu menunjukkan larutan asam, kemudian warna biru sampai biru tua, begitu juga ungu itu
menunjukkan larutan basa, sedangkan warna hijau berarti menunjukkan bahwa larutan tersebut
netral.

Baca juga: Mengenal sifat dan klasifikasi asam basa

Sekarang kita lihat komponen indikator universalnya.


Indikator universal dapat berbentuk kertas maupun larutan, begini penjelasannya Squad:

 Kertas

Kertas lakmus (Sumber: indonesian.alibaba.com)

Kertas di sini berupa kertas serap berbentuk strip, dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini
dilengkapi dengan peta warna. Nah cara menggunakannya itu mudah banget. Kamu tinggal
mencelupkan sehelai kertas indicator ke dalam larutan yang akan kamu ukur pH-nya. Jika berubah
menjadi merah, berarti larutan tersebut asam, jika berwarna biru, maka larutan tersebut basa.

 Larutan
Larutan indikator (Sumber: www.carolina.com)

Salah satu contoh dari larutan indikator universal ini adalah larutan metil jingga (Metil Orange =
MO). Nah, jika pH-nya kurang dari 6, larutan ini akan berwarna jingga, sedangkan pada pH lebih dari
7, warnanya menjadi kuning. Kamu sudah tahu kan rentang pH beserta warna-warnanya? Yap,
seperti yang sudah dijelaskan pada tabel di atas.

3. pH meter

Berbeda dari indikator alami dan indikator universal, pH meter merupakan sebuah alat elektronik
atau bisa dikatakan alat yang lebih modern untuk mengukur pH (derajat keasaman atau kebasaan)
suatu cairan (ada elektroda khusus yang berfungsi untuk mengukur pH bahan-bahan semi-
padat). Nih, gambarnya seperti di bawah ini ya Squad,
Ilustrasi pH meter saat bekerja (Sumber: genchem.rutgers.edu)

Cara menggunakan alatnya dengan cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji. Nah kalau kamu
sudah mencelupkannya, pada pH meter akan muncul angka skala yang menunjukkan pH larutan.
Untuk prinsip kerja utama pada pH meter, yaitu terletak pada sensor probe yang berupa elektrode
kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam larutan.
Gambar pH meter (Sumber: www.indiamart.com)

Pada ujung elektrode kaca, terdapat lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk bulat (bulb). Bulb
ini dipasangkan dengan silinder kaca non-konduktor atau plastik memanjang, yang selanjutnya diisi
dengan larutan HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam sebuah kawat elektrode panjang
berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa setimbang AgCl. Konstannya jumlah
larutan HCl pada sistem ini membuat elektrode Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil.

Anda mungkin juga menyukai