PREEKLAMPSIA
Disusun Oleh:
Wahyuni Setianingtias
1820221110
Pembimbing:
dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER
LEMBAR PENGESAHAN
“LAPORAN KASUS PREEKLAMPSIA”
Disusun Oleh:
Nama : Wahyuni Setianingtias
FK : UPN “Veteran” Jakarta
NRP : 1820221110
dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Preeklampsia”. Laporan
kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik
Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit
Umum Daerah Ambarawa. Selesainya laporan kasus ini tidak terlepas dari peran
serta dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hary
Purwoko, Sp.OG, KFER selaku dokter pembimbing dan teman teman Co-Ass yang
telah membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini banyak
terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis
sangat memerlukan kritik dan saran agar dapat dijadikan pedoman dalam
pembuatan laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi
para pembaca.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu
lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi
menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan
kelainan jalan lahir (passage).2 30% ibu dengan persalinan berkepanjangan
mengalami disproporsi sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45%
ibu yang mengalami gangguan kemacetan persalinan.
Pengetahuan yang baik tentang CPD ini sepatutnya dimiliki oleh setiap dokter
muda sebagai bekal dalam praktek kedokteran umum agar dapat mengambil
keputusan dan penatalaksanaan yang tepat. Sebab, penatalaksanaan yang tepat
terhadap CPD dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada ibu maupun
janin
3
BAB II
STATUS PASIEN
II.2. ANAMNESIS
Auto anamnesis dilakukan pada tanggal 3 Januari 2020, pukul 21.30 WIB di Ruang
Bougenville RSUD Ambarawa.
Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah sejak 1 minggu SMRS
4
dan muntah disangkal. Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien. Ketuban rembes
sejak pukul 05.00 pagi hari.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus : 28 hari
HPHT : 29 Maret 2019
HPL : 3 Januari 2020
Riwayat Obstetri
Anak I: Tahun 2020, hamil ini
Perilaku Kesehatan
- Merokok : disangkal
- Minum minuman beralkohol : disangkal
5
- Jamu – jamuan : disangkal
Riwayat KB
Belum pernah KB
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali dengan suami sekarang sudah berjalan 1 tahun
Riwayat Pengobatan
Riwayat minum obat – obatan selama masa kehamilan disangkal oleh pasien.
Pasien tidak sedang dalam pengobatan rutin selain perawatan kehamilan.
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36.7o C
SpO2 : 99 %
Status Generalis
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Telinga : tidak tampak kelainan
6
Hidung : tidak tampak kelainan
Mulut : tidak tampak kelainan
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid
Jantung : BJ I – II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Thoraks : Suara napas dasar vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung, supel, striae gravidarum (+), nyeri tekan (-), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik, edema (-), gerak bebas
Status Obstetri
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi : cembung gravida, linea nigra (+), striae gravidarum (+)
Palpasi :
TFU : 36 cm
DJJ : 144x/menit, reguler
HIS : (+) jarang
Leopold :
- Leopold I : bokong
- Leopold II : punggung kanan
- Leopold III : kepala
- Leopold IV : divergen
b. Pemeriksaan dalam / Vaginal Toucher :
Vulva/uretra tidak ada kelainan, dinding vagina dalam batas normal, portio
tebal keras, pembukaan 2-3 cm, presentasi kepala, kulit ketuban utuh, kepala
Hodge I
7
Hematokrit 34.3 (L) 35 – 47 %
Trombosit 579 (H) 150 – 400 ribu
MCV 76.3 (L) 82 – 98 fL
MCH 26.0 (L) 27 – 32 pg
MCHC 34.1 32 – 37 g/dl
Limfosit % 10.8 25 – 40 %
Monosit % 4.8 2–8%
Eosinofil % 0.2 (L) 2–4%
Basofil % 0.3 0–1%
Neutrofil % 83.8 (H) 50 – 70 %
PTT 9.8 9.3 – 11.4 detik
APTT 28.6 24.5 – 32.8 detik
Golongan Darah O
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 98 74 – 106 mg/dL
SGOT 15 0 – 35 U/L
SGPT 12 0 – 35 IU/L
Ureum 13 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0.67 0.45 – 0.75 mg/dL
Serologi
HBsAg Non-reaktif Non-reaktif
Sekresi dan Ekskresi
Protein Urine 1 + 0.3 Negatif
II.5 DIAGNOSIS
G1P0A0 usia 26 tahun hamil 40 minggu dengan preeklampsia
II.6 TATALAKSANA
Sikap
Terminasi: Sectio Caesarea
II.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
8
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai proteinuria atau
edema atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan pada minggu ke-20 atau kadang
terjadi lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada villi
karena itu wanita yang saat dilahirkan ibunya eklampsia akan lebih mungkin
seperti epilepsi. Ada ahli yang berpendapat perlu stabilisasi tekanan darah dan
keadaan umum terlebih dahulu selama 4-6 jam baru terminasi, namun menurut Prof.
eklampsia yang terjadi pada wanita yang menderita hipertensi vaskular kronis atau
penyakit ginjal. Dimana hipertensi kronis adalah penyakit hipertensi yang menetap
dengan penyebab apapun dan sudah diderita sebelum kehamilan atau pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu 28 tanpa adanya mola hidatidosa atau hipertensi
10
Hipertensi gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang timbul pada paruh
kedua masa kehamilan atau dalam waktu 24 jam post partum, tanpa disertai tanda-
tanda lain preeklamsia atau hipertensi kronis yang mendasarinya dan sembuh dalam
III.2. Epidemiologi
Kondisi ini sangat umum dan terjadi pada 5 % dari seluruh kehamilan di
dan biasanya ditunjukkan dengan adanya kejang grand mal. Istilah tersebut
diambil dari kata yunani untuk kilat (halilintar). Bentuk yang lebih berat (parah)
hati, dan rendahnya trombosit (sindrom HELLP). Kondisi ini terjadi pada 1 dari
1000 kehamilan.
kehamilan ganda, dan riwayat obstetrik yang buruk. Para ahli nefrologi
peningkatan tekanan darah yang berat dan penyakit renal. Meskipun demikian,
hasil eksperimen atau klinis terbaru pada kondisi ini merupakan informasi yang
Tiap tahun sekitar 10 wanita dan sebanyak 1000 bayi meninggal karena
11
primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriteria dalam diagnosis dan
lain-lain.
III.3. Patofisiologi
terpapar villi khorialis dalam jumpa yang berlimpah, misalnya pada gemelli atau
menghasilkan suatu “perubahan fisiologis” pada arteri spiralis, karena suplai darah
yang dibutuhkan pada kehamilan meningkat, maka diameter arteri spiralis harus
utama untuk keberhasilan suatu kehamilan. Hasil akhir dari perubahan fisiologis
tadi adalah arteri spiralis yang sebelumnya tebal berubah menjadi kantung elastis
yang lebar, bertahanan rendah, sehingga memungkinkan suplai darah yang adekuat
12
Pada ibu yang mengalami defisiensi plasentasi akan menyebabkan tidak
hanya sebagian arteri spiralis segmen desidua yang berubah, sedang arteri apiralis
segmen miometrium masih diselubungi oleh sel-sel otot polos. Selain itu juga
ditemukan adanya hiperplasia tunika media dan trombosis, sehingga diameter arteri
penyumbatan yang dapat bersifat parsial ataupun total. Hal inilah yang
13
Hipotesis yang penting pada patogenesis dari preeklamsia adalah
sirkulasi ibu dan menyebabkan kerusakan endotel. Perubahan fungsi endotel yang
endotel itu adalah hasil metabolisme lipid terutama yaitu peroksidase lipid.
Peroksidase lipid ini diproduksi pada saat radikal bebas menyerang asam lemak
tidak jenuh dan kolesterol pada membran sel dan lipoprotein. Peroksidase lipid
merupakan zat toksik yang bisa menyebabkan kerusakan sel baik secara langsung
mendegradasi purin, xantin dan hipoxantin menjadi asam urat. Dalam proses
degradasi tersebut terbentuk juga superoksida yang merupakan suatu radikal bebas
yang poten. Terjadinya reaksi radikal bebas ini ditandai dengan meningkatnya lipid
normal.
14
Reaksi radikal bebas inilah yang akan menimbulkan disfungi endotel, yaitu
pembuluh darah uterus, karena radikal bebas ini bereaksi dengan membran sel
sehingga terbentuk lipid peroksidase dan aldehida yang toksik sehingga dapat
mematikan sel.
vasokonstriksi dan kontraksi vena mesenterika serta vena portal hati, yang
genetik timbulnya preeklamsia, hanya ada pada orang Eropa bukan orang
15
Indonesia. Pada preeklamsia homocystein meningkat karena tak bisa jadi methionin,
Memang ada teori yang mendukung bahwa beratnya preeklamsia sebanding dengan
progesteron dalam kehamilan. Namun perlu diingat bahwa 20% eklamsia timbul
pada kondisi tekanan darah yang tidak terlalu tinggi, karena ternyata ada etiologi
Hal inilah yang terjadi pada ibu dengan preeklamsia dimana terjadi
timbullah edema tungkai, dan edema pulmonum. Tidak semua endotel mengalami
mengalami disfungsi. Endotel sendiri berperan untuk mengatur tonus otot vaskuler,
16
adhesi leukosit dan inflamasi serta memelihara keseimbangan trombosis dan
fibrinolisis.
oleh vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat
pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang.
hemokonsentrasi, koagulopati.
17
c. Ginjal : glomerular filtration rate menurun, renal plasma flow menurun, uric
hematome.
60-120 mmHg pada kondisis normal menjadi 130-150 mmHg, akan terjadi
otak, eksudasi plasma, edema otak, kompresi pembuluh darah otak sehingga
aliran darah otak menurun. Pada CT scan otak didapatkan: edema cerebral,
III.5 Diagnosis
berdasarkan peningkatan tekanan darah mencapai lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg; atau adanya peningkatan darah sistolik > 30 mmHg atau diastolik >
15 mmHg. Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka
tekanan darah belum mencapai 160/110 mmHg, jika ditemukan gejalalain seperti
berikut ini : proteinuria 3 (+) pada test celup, oliguria ( < 400 cc/24 jam), sakit
kepala hebat dan gangguan penglihatan, nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan
atas abdomen atau ada ikterus, edema paru atau sianosis, trobositopenia, PJT.
18
Protein, proteinuria sebagai indikator prognosis. Sehingga diperlukan
yang sama Chesley juga mengemukakan bahwa 10 % dari kejang eklamsia timbul
sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin 24 jam atau 100 mg atau
lebih per dL pada sekurang-kurangnya dua sampel urin yang diambil dengan selang
Pertambahan berat badan dan edema. Banyak ahli yang sepakat bahwa
edema pada tangan dan muka, sangat sering ditemukan pada wanita hamil, sehingga
diagnosis preeklamsia tidak dapat dipastikan dengan adanya edema dan tidak dapat
disingkirkan dengan tidak adanya edema. Nyeri epigastrium atau nyeri abdomen
pada kwadran kanan atas dianggap terjadi akibat nekrosis dan edema sel-sel hati
yang meregangkan kapsula Glissoni. Nyeri yang khas sering disertai dengan
naiknya kadar enzim-enzim hati di dalam serum dan biasanya memerlukan segera
hepar.
19
pengetahuan tentang hal tersebut, maka untuk deteksi dini diperlukan pengamatan
yang cermat dengan masa interval pemeriksaan yang tepat selama ANC, terutama
penyakit vaskuler kronik, penyakit ginjal, mola hidatidosa dan hidrops fetalis.
Edema paru merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa pasien, yaitu
suatu keadaan di mana terjadi peningkatan jumlah cairan interstisial paru dan
alveoli paru yang melebihi kemampuan drainase sistem limfatik, yang disebabkan
karena:
sehingga timbul hipoksemia berat yang ditandai dengan turunnya PO2, sehingga
masif akibat dari meningkatnya tekanan osmotik dan kerapuhan dinding sel, yang
apus darah tepi didapatkan adanya morfologi sel darah merah berupa schistocytes
dan burr cells, ditemukannya helmet cells karena eritrosit yang rusak. Sedangkan
20
juga yang memperkirakan karena adanya proses imunologi. Ketidakseimbangan
oksidan dan antioksidan yang merusak struktur endotel pembuluh darah juga dapat
trombosit pada endotel yang rusak tersebut dan terjadinya nekrosis sel-sel hepar,
khususnya bagian periportal pada bagian perifer lobulus hepar. Sindroma HELLP
cardiopulmonary failure.
jam sampai 7 hari post partum, terbanyak berkembang dalam 48 jam post partum.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa turunnya trombosit dan hemoglobin saja
belum dapat dikategorikan sebagai sindroma HELLP, karena tidak ada istilah
sindroma HELLP parsial. Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa kalau kita
menunggu sampai semua manifestasi, artinya kita menunggu sampai keadaan berat.
3. Kelas III jika jumlah trombosit 600 IU/L dan AST > 70 IU/L
Karena diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat akan
mempengaruhi prognosis.
III.6 Penatalaksanaan
21
A. Preeklampsia Ringan
1. Rawat jalan
Ibu hamil dengan PER dapat dirawat jalan. Dianjurkan untuk banyak
dianggap cukup.
2. Rawat inap
Kriteria:
3. Perawatan Obstetrik
B. Preeklampsia Berat
22
ii. Maintenance dose diberikan infuse 6 gram
dalam larutan RL/ 6 jama atau 4-5 gram
secara IM.
2. Diuretik
Diuretik tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada
edema paru, gagal jantung kongestif ataupun edem
anasarka.
3. Pemberian antihipertensi.
i. Lini pertama diberikan nifedipin dengan
dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30
menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.
ii. Lini kedua diberikan sodium nitropusside
IV/kgBB/menit
i. Ibu
tekanan darah
ii. Janin
- Laboratorik
23
- Adanya sindrom HELLP
C. Penatalaksanaan Eklampsia
Pengobatan medisinal
secara IM.
3. Perawatan koma
- Drainase lendir
24
- Monitoring kesadaran
PT dan APTT serta fibrinogen dalam batas normal, dengan kadar D-Dimer
namun untuk pasien yang sedang mengalami fase poliuri, akan sia-sia,
karena albumin yang masuk akan terbuang percuma lewat urin, karena itu
25
sambil menunggu fase poliuri lewat dapat diberikan diet tinggi protein dan
III.6.1 Monitoring
harus tetap positif (merupakan tanda pertama, refleks akan menghilang pada kadar
8-10 mEq/L, dalam hal ini Mg harus distop sampai refleks positif lagi) , respirasi
rate minimal 14 x / menit (pada kadar > 12 mEq / L akan terjadi depresi pernafasan).
Jika timbul tanda-tanda toksisitas, maka kadar magnesium darah harus dievaluasi
sehingga bayi baru lahir dari ibu yang diterapi dengan magnesium sulfat bisa
mengalami depresi pernafasan dan hiporeflek, hal ini tidak atau jarang ditemukan
Nitrogliserin, karena nitrat mempunyai efek venodilator yang kuat dan juga
Dengan demikian nitrat dapat menurunkan tekanan kapiler paru secara bermakna,
sehingga dapat mengurangi ekstravasasi cairan dan telah terbukti dapat mengatasi
simptom edema paru. Nitrat akan membentuk radikal bebas NO yang reaktif dalam
sel otot polos, yaitu dengan mengaktivasi siklik GMP sehingga terjadi defosforisasi
26
myosin yang pada akhirnya mengakibatkan relaksasi otot polos pembuluh darah,
hal ini dapat ikut menurunkan tekanan darah. Cara pemberian nitrogliserin dimulai
dari 5 ug/’ boleh dititrasi hingga maksimal 200 ug, demikian juga dengan
tatalaksana edema paru yang lain, seperti pemberian diuretik dengan tujuan untuk
mengurangi preload.
mencegah back flow agar tidak terjadi edema paru. Tindakan segera mengakhiri
III.7 Komplikasi
Kompilkasi terberat pada preeklampsia adalah kematian ibu dan janin.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu berupa kemunduran fungsi sejmlah organ
dan sisitem yang kemungkinan sebagian besar terjadi akibat vasospasme, yaitu
terjadinya perubahan dalam perfusi darah uteroplasenta akut ataupun kronis yang
III.8 Prognosis
untuk serangan ulangan pada kehamilan berikutnya. Resiko meninkat 50% pada
wanita yang mengalami preeklampsia pada usia kehamilan muda (sebelum minggu
ke-27).
27
BAB IV
KESIMPULAN
28
Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien. Ketuban rembes sejak pukul 05.00 pagi
hari.
Tindakan yang dilakukan segera setelah data anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang didapatkan adalah dilakukan tindakan sectio caesaria.
Setelah tindakan operatif dilakukan selanjutnya terapi diberikan sesuai instruksi dr.
Sp.OG.
29