Anda di halaman 1dari 4

B.

Aliran Empirismne

1. Pengertian Empirisme

Secara bahasa, kata ini berakar dari kata bahasa Yunani é umELpía (empeiria) dan dari kata experietia,
yang berarti "berpengalaman dalam","berkenalan dengan", "terampil untuk". Empirisme adalah suatu
aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga tokoh adalah David Hume, George Berkeley dan John
Locke.

Para pemikir di Inggris bergerak ke arah yang berbeda dengan tema yang telah dirintis oleh Descartes.
Mereka lebih mengikuti Jejak Francis Bacon, yaitu aliran empirisme. Empirisme adalah suatu doktrin
filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu
sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti
pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan tetapi tidak berarti
bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan bahwa rasionalisme dipergunakan dalam
kerangka empiris me, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai empirisme.

Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes
(1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang
doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap berdasar kepada empirisme
secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode
yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. la telah mempersatukan empirisme dengan
rasionalisme matematis. la mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat
materia li stis yang konsekuen pada zaman modern.

Jadi, selebihnya penjelasan dari empirisme adalah sebuah aliran filsafat modern yang sangat
berlawanan dengan rasionalisme, karena aliran ini banyak menekankan pada pengalaman yang terjadi
pada diri dari ahli yang mengalaminya itu. Karena sebagian dari teori yang ada pada aliran ini adalah
pengalaman yang benar benar dialami oleh para ahli yang kemudian membuat aliran filsafat empirisme
ini.

2. Pemikiran Aliran Empirisme

Aliran empirisme berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman yang
diperoleh dari indrawi. Pengenalan tersebut dimunculkan oleh pemikir yang bemama Francois Bacon
(1561-1626). Pengetahuan yang diperoleh berasal dari pengalaman melalui proses pengenalan indrawi.
Pengenalan ini diyakini sebagai yang paling jelas dan sempuma. Proses pengalaman yang diperoleh
tersebut tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat indrawi yang dipahami di dalam otak
sehingga terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat indrawi
tersebut.
Berdasarkan pengertian dan paham aliran empirisme diatas, jadi dapat kita simpulkan bahwa aliran
ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan. jika kita
kembali ke pembahasan sebelumnya tentang rasionalisme, maka dapat kita tangkap bahwa kedua aliran
ini sangat bertentangan. Rasionalisme mengeduakan penga laman indrawi, sedangkan empirisme lebih
mengutamakan pengalaman indrawi.

3. Tokoh Pendukung Aliran Empirisme

Setiap aliran sangat berpengaruh kepada pendukung pendukungnya, begitu juga dengan aliran
empirisme. Adapun tokoh-tokoh pendukung aliran ini diantaranya;

a. Thomas Hoobes (1588-1679)

la seorang ahli pikir Inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar
logika Skolastik dan fisika, yang temyata gagal, karena ia tidak berminta sebab gurunya beraliran
Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar,
termasuk juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia mengemukakan teori
Kontrak Sosial. Dalam tulisannya, ia telah menyusun suatu sistem pemikiran yang berpangkal pada
dasar-dasar empiris, di samping juga menerima metode dalam ilmu yang matematis.

Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes
(1588-1679). Hobbes memperdalami dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun suatu
sistem yang lengkap berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada
dasardasar empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat
matematis. Hobbes mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat
materialistis yang konsekuen pada zaman modern. Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes
memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika
melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang
mewujudkannya. Pengalaman dimaksudkan sebagai keseluruhan atau totalitas pengamatan yang
disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan di masa depan, sesuai dengan
apa yang telah diamati pada masa lalu. Pengamatan indrawi terjadi karena gerak benda-benda di luar
kita menyebabkan adanya suatu gerak didalam indra kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke
jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan
yang sebenamya terjadi pada awal gerak reaksi tadi.

b. John Locke (1632-1704)

la dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping sebagai seorang ahli hukum, ia juga
menyukai filsafat dan teologi, mendalamu ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai
kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuannya.

Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang dapat
berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu,
reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya
lebih baik daripada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan
reflection. Walaupun demikian, manusia harus mendahulukan sensation.

Berbeda dengan kaum rasionalis, kaum empirisme yang diwakili oleh John Locke mengatakan bahwa
pengetahuan itu bersumber pada pengalaman yang sangat luas berhubungan dengan panca indra
manusia. Indra manusia yang menjalin relasi dengan alam baik materi, ruang maupun waktu. Alam
memberikan sumbangan yang cukup penting dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang baru.
Bapak Empirisme yang juga merupakan filsuf Inggris ini mengatakan bahwa pada waktu manusia
dilahirkan, keadaan akalanya masih bersih ibarat kertas yang kosong yang belum bertuliskan apa pun.
Pengetahuan baru muncul ketika indra manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan
mengamati berbagai kejadian dalam kehidupan. Kertas tersebut mulai bertuliskan berbagai pengalaman
indrawi. Seluruh sisa pengetahuan bisa diketahui dengan jalanmenggunakan serta memperbandingkan
ide-ide yang diperoleh dari pengindraan serta refleksi yang pertama dan sederthana. Akal sebagai
tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan. Hal ini berarti bahwa semua
pengeta huan manusia betapa pun rumitnya dapat dilacak kembali sampai pada pengalaman-
pengalaman indrawi yang telah tersimpanan rapi di dalam akal. Jika terdapat pengalaman yang tidak
tergali oleh daya ingatan akal, itu merupakan kelemahan akal, sehingga hasil pengindraan yang menjadi
pengalaman manusia tidak lagi dapat diaktualisasikan. Dengan demikian, bukan lagi sebagai ilmu
pengetahuan yang faktual.

C. David Hume (1711-1776)

David Hume seorang filsuf yang sangat radikal yang sangat memprioritaskan penyelidikan untuk
memperoleh kesimpulan dalam menghimpun suatu pengetahuan. Berdasarkan salah satu pendapatnya
yakni, buanglah ke dalam api segala buku yang tidak memuat penyelidikan. Dengan demikian,
pengetahuan mendasari sebagai kesan indra yang secara langsung diperoleh melalui pengalaman baik
melalui percobaan ataupun indra (membau, merasa, melihat, menyentuh, mengisap). Kesan pancaindra
menupakan awal kepercayaan akan kebenaran pengetahuan. Misalnya rasa sakit karena tertusuk benda
tajam mem berikan pengetahuan seseorang tentang rasa sakit dari pada rasio memikirkan rasa sakit
tersebut. Pentingnya praktik sebagai salah satu jalan untuk menemukan pengetahuan bertujuan agar
manusia mampu mengetahui segala sesuatu melalui indra sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
yang akurat serta mampu menunjukkan pembuktiannya. Sebab, seseorang tidak mungkin mengetahui
bahwa garam berasa asin jika tidak mengeca pnya dengan lidahnya. Contoh lain, air mendidih jika
tingkat kepanasannnya sampai pada suhu 100°C akan diketa hui melalui sebuah percobaan yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2011. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Harun, H. 2014. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kisanius.

Rahmat, Aceng, dkk.2011. Filsafat lImu Lanjutan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Rizal, Muhammad dan Misnal, Muhammad. 2010. Filsafat lImu. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sofyan, Ayi. 2010. Kafita Selekta Filsafat. Bandung:Pustaka Setia.

Suhandra. 2012. Rasionalisme dan Empirisme. http://punyasuhanda.blogspot.co.id/2012/05L. Diakses


pada 3 September 2021

Haq, Muhammad Zainul. 2012. Modern (rasionalisme, empirisme, kritisme, dan idealisme). http://inul-
makalah.blogspot.com/2012/03L. diakses 2 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai