Anda di halaman 1dari 236

Perpustakaan Unika

LAPORAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JEMBATAN KONSTRUKSI BAJA


KALI WELO
KABUPATEN PEKALONGAN DESA DORO

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Katolik Soegijapranata

Disusun oleh :

TITAN INDRATAMA 96.12.1665

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007
Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Lembar Asistensi
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Notasi
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum………………………………………...……. 1
1.2 Latar Belakang……..……………………………… 2
1.3 Tujuan Pembuatan Tugas Akhir………………….. . 3
1.4 Lokasi Perencanaan...……………………………… 4
1.5 Studi Kelayakan…………………………………… .4
1.6 Pembatasan Masalah………………………………...5
1.7 Sistematikan Penulisan Tugas Akhir………………...5
BAB II PERENCANAAN
2.1 Tinjauan Umum………………………………………7
2.2 Dasar Perencanaan ..………………………………… 7
2.3 Tahap Perencanaan………………………………….. 8
2.4 Data Perencanaan Jembatan……………………….....9
2.5 Pradesain Konstruksi Jembatan Welo……………..…14
2.6 Metodologi Perencanaan Jembatan……………….….18
2.7 Dasar Pembebanan Jembatan………………………...19
BAB III PERHITUNGAN KONSTRUKSI JEMBATAN RANGKA BAJA
3.1 Perhitungan Struktur Atas……………………………28
3.2 Perhitungan Struktur Bawah…………………………84
Perpustakaan Unika

BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT (RKS)


4.1 Syarat – syarat Umum………………………………..126
4.2 Syarat – syarat Khusus………………………………..172
4.3 Syarat – syarat Administrasi………………………….176
4.4 Syarat Teknis……………………………………........185
4.5 Pengendalian Bahan…………………………………..214
BAB V ANALISA HARGA DAN LAIN – LAIN
5.1 Analisa BOW………………………..……………….224
5.2 Daftar Analisa Pekerjaan……………..…....................225
5.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya…..……...........230
5.4 Rencana Anggaran Biaya…………………..………...234
5.5 Rekapitulasi Harga…………………………..……….235

Daftar Pustaka
Lampiran
1

Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum

Sektor konstruksi memiliki peran yang sangat signifikan dalam mendorong

peningkatan perekonomian dan kesejahteraan suatu bangsa. Hal tersebut tidak lah

berlebihan karena banyak contoh kasus yang menunjukkan bagaimana peran

dunia konstruksi menjadi landasan perkembangan peradaban suatu bangsa ke

tahap yang lebih maju. Restorasi Meiji di Jepang dan Marshall Plan di Amerika

Sarikat merupakan contoh bagaiman peran dunia kontruksi sebagai landasan

untuk tumbuh dan berkembangnya kawasan yang pada akhirnya mendorong

perekonomian nasional masing-masing negara.

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan dunia

konstruksi sangat terkait dengan kesejahteraan manusia. Kondisi ini ditunjukkan

dengan peran kontruksi yang sangat besar di dalam penyediaan fasilitas dan

infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya pembangunan jembatan.

Disamping itu juga, pembangunan jembatan sangat penting sekali sebagai

penghubung antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Terputusnya suatu

daerah dari pemerintahan pusat atau daerah lainnya, dikarenakan tidak tersedianya

jembatan, dapat menghambat kemajuan serta mengisolasi daerah tersebut.

Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan

lain (jalan alus atau jalan lalu lintas biasa). Adanya jembatan, transportasi darat

yang terputus oleh sungai (floodway) dapat diatasi. Dikarenakan fungsinya yang
2

Perpustakaan Unika

penting maka jembatan harus dibuat kuat, yaitu mampu menerima beban di

atasnya serta dapat digunakan dalam waktu yang lama.

1.2 Latar Belakang

Redesain Jembatan Kali Welo dikarenakan kondisi arus penumpang di daerah

Pantura Pulau Jawa semakin hari mengalami peningkatan yang cukup signifikan

sehingga pemerintah, melalui Bina Marga, perlu menambahkan jembatan yang

memadai agar supaya kepadatan tersebut dapat diminimalis. Tingginya arus lalu

lintas, misalnya pada saat lebaran, akan berdampak pada peningkatan kecelakaan

dan jalur alternatif merupakan salah satu solusi atas permasalahan tersebut.

Disamping itu juga, redesain Jembatan Kali Welo dikarenakan pada musim

penghujan arus sungai mengalir deras sehingga membahayakan konstruksi

jembatan Kali Welo yang terletak antara Wono Tunggal-Kebonagung di desa

Doro. Gambaran umum mengenai jembatan Kali Welo dapat dilihat pada gambar

1.1 dan 1.2 dibawah ini.

+75 +70

9,6

ARAH ALIRAN

50

Gambar 1.1 Tampak Atas


3

Perpustakaan Unika

Gambar 1.2 Tampak Samping

1.3. Tujuan Pembuatan Tugas Akhir

Seperti yang telah disebutkan pada bagian atas bahwa pembangunan jembatan

memiliki tujuan ekonomi dan sosial. Adapun tujuan pembangunan Jembatan Kali

Welo adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sarana pendukung kelancaran arus lalu lintas Pantura. Hal tersebut

dikarenakan tingkat kepadatan arus lintas Pantura mengalami peningkatan

yang signifikan dan ini akan berdampak pada kemacetan serta tingginya

tingkat kecelakaan pada daerah tersebut

2. Salah satu sarana penghubung antar daerah untuk kepentingan sosialisasi

masyarakat. Dengan memiliki jembatan yang representatif maka masyarakat

dapat melakukan interaksi dengan masyarakat daerah lain sehingga kemajuan

peradaban dari suatu daerah dapat diadopsi oleh daerah lain.

3. Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi antar suatu daerah dengan daerah

lain melalui jembatan Welo ini. Dengan memiliki jembatan yang representatif

maka arus barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah lain akan semakin

lancer sehingga akan berdampak pada peningkatan perekonomian dan

kesejahteraan daerah.
4

Perpustakaan Unika

1.4 Lokasi Perencanaan

Jembatan Welo ini terletak antara Wonotunggal-Kebonagung yang melintasi

sungai Welo yang terletak di Kecamatan Doro, Desa Doro.

1.5 Studi Kelayakan

Studi kelayakan diperlukan untuk menentukan layak atau tidak suatu proyek

dibangun. Dengan adanya studi kelayakan ini dapat ditentukan aspek-aspek yang

berkaitan dengan perencanaan struktur bangunan.

Aspek-aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan perencanaan jembatan meliputi:

1. Aspek kondisi fisik, yang terdiri dari (a) kondisi geometri dan topografi, (b)

penyelidikan tanah dan (c) kondisi hidrologi

2. Aspek financial, yang terdiri dari (a) total pendanaan dan (b) sumber

pendanaan

3. Aspek teknis, yang terdiri dari (a) penentuan lokasi dan (b) penentuan tipe

konstruksi dan (c) kondisi lalu lintas

4. Aspek non-teknis, yang terdiri dari (a) aspek ekonomi dan (b) aspek social.

5. AMDAL

1.6 Pembatasan Masalah

Banyaknya permasalahan yang timbul dalam perencanaan Jembatan Welo ini

sehingga dalam penulisan tugas akhir ini materi yang akan dibahas meliputi (1)

struktur oprit dan (2) struktur jembatan. Untuk menunjang penyusunan tugas

akhir ini maka diperlukan data-data yang didapat dari instansi-instansi yang

bersangkutan. Data-data tersebut meliputi (1) data tanah, (2) data lalu lintas, (3)

gambar situasi proyek Jembatan Welo dan (4) data banjir.


5

Perpustakaan Unika

1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Secara garis besar penulisan tugas akhir ini disusun dalam 6 bab, yang terdiri:

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai tinjauan umum, latar belakang, tujuan, lokasi

pekerjaan, studi kelayakan, dan sistematika penulisan.

Bab II Perencanaan

Bab ini berisi tentang tinjauan umum, pemilihan tipe konstruksi, metodologi

perencanaan, dasar perencanaan dan metode perhitungan.

Bab III Perhitungan Konstruksi

Bab ini membahas mengenai perhitungan struktur yang meliputi:

1. Perhitungan Stuktur Atas

a. Perhitungan Pelat Lantai Kendaraan

b. Perhitungan Gelegar Jembatan

c. Perhitungan Pertambatan Angin

d. Perhitungan Rangka Batang Jembatan

2. Perhitungan Struktur Bawah

a. Perhitungan Abutment

b. Perhitungan Pondasi

3. Perhitungan Struktur Oprit

a. Perencanaan alinemen vertical

b. Perencanaan tebal perkerasan

c. Perencanaan dinding penahan tanah


6

Perpustakaan Unika

Bab IV Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

Bab ini berisi mengenai rencana kerja dan syarat-syarat, yang meliputi syarat-

syarat umum, syarat khusus, syarat administrasi, syarat teknis dan pengendalian

mutu.

Bab V Analisa Harga

Bab ini berisi analisa SNI, Rencana Anggaran Biaya, Time Schedule, Kurva S dan

Network Planning

Bab VI Penutup
7

Perpustakaan Unika

BAB II
PERENCANAAN

2.1 Tinjauan Umum

Proses pembangunan suatu jembatan melalui beberapa tahap dimana pada

setiap tahapnya memiliki aspek penting. Tahap-tahap yang dimiliki pada

pembangunan jembatan meliputi: rencana awal, pradesain, desain akhir (analisis,

kontrak dan administrasi), pembuatan dan pekerjaan konstruksi, tahap yang paling

akhir adalah penggunaan dan perbaikan.

Pada Tugas Akhir ini, tahap yang akan dibahas hanya rencana awal sampai

desain akhir saja. Perencanaan tersebut harus memenuhi syarat-syarat keamanan,

kenyamanan, kekuatan dan keindahan serta mempertimbangkan kondisi yang

akan datang.

2.2 Dasar Perencanaan

Dasar perencanaan yang digunakan untuk perencanaan jembatan dan jalan

antara lain:

1. Peraturan Muatan Jembatan Jalan Raya SKBI 1.328 1987 Direktorat Jendral

Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.

2. Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jembatan Nomor 04/ST/BM/1974,

Direktorat Jendral Bina Marga.

3. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan untuk Jalan Raya Dirjen Bina

Marga Departemen Pekerjaan Umum.


8

Perpustakaan Unika

2.3 Tahap Perencanaan

Tahap-tahap perencanaan Jembatan welo, antara lain:

1. Perencanaan gambar desain awal

2. Perhitungan struktur atas

a. Perhitungan tiang sandaran

b. Perhitungan pelat lantai kendaraan, gelagar memanjang dan gelagar

melintang

c. Perhitungan rangka jembatan dan ikatan angin (atas dan bawah)

3. Perhitungan Struktur Bawah

a. Perhitungan abutment, terdiri dari (1) penentuan dimensi dan (2)

pembebanan

b. Perhitungan rubber bearing

c. Penulangan abutment

d. Penulangan wingwall

e. Penulangan plat injak

f. Penulangan pondasi tiang pancang

g. Penulangan poor abutment

4. Perencanaan Oprit (Approach Bridge)

a. Perencanaan alinemen vertikal

b. Perencanaan tebal perkerasan

c. Perencanaan dinding penahan tanah


9

Perpustakaan Unika

2.4 Data Perencanaan Jembatan

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang didapat dengan melakukan pengamatan di lapangan secara

langsung. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang didapat dari instansi-

instansi terkait.

2.4.1 Data Topografi dan Geometri

Data geometri dan topografi sangat berkaitan untuk menentukan lokasi dan

jalan pendukung. Dengan mengetahui kondisi geometri dan topografi sehingga

dapat diketahui keadaan tanah dasar yang akan mempengaruhi bentuk geometri

dan topografi jalan tersebut.

Pada perencanaan Jembatan Kali Welo ini data geometri dan topografi yang

digunakan adalah (Gambar Proyek Perencanaan dan Pengawasan Teknis

Peningkatan Jalan Propinsi Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah):

Elevasi jembatan : ± 75.00 meter dari muka air laut.

Elevasi muka sungai: ± 70.00 meter dari muka air laut.

2.4.2 Data Hidrologi

Data hidrologi digunakan untuk menghitung debit banjir rencana. Data

hidrologi yang digunakan untuk merencanakan harus dapat melewatkan banjir

rencana yang diambil dari banjir tertinggi yang dapat dilewatkan arus sungai di

bawah jembatan selama kurun waktu dan kala ulang tertentu. Dengan mengetahui

elevasi muka air banjir di daerah tersebut maka dapat direncanakan tinggi

jembatan dengan menambahkan tinggi jagaan. Analisa hidrologi pada

perencanaan jembatan berfungsi untuk:


10

Perpustakaan Unika

1. Menentukan muka banjir di bawah jembatan yang akan digunakan pada

penentuan elevasi jembatan

2. Menentukan tinggi jagaan di bawah jembatan.

3. Penentuan tinggi muka air rencana

Analisis hidrologi pada perencanaan jembatan meliputi:

1. Analisa curah hujan pada daerah aliran sungai (DAS)

Curah hujan yang diperlukan untuk perencanaan adalah curah hujan rata-rata

diseluruh daerah yang bersangkutan. Data curah hujan diambil dari Dinas

PSDA Propinsi Jawa Tengah.

Tabel 2.1
Curah Hujan Maksimum
Tahun Bulan Curah Hujan Harian
Maksimum dalam 1 tahun (mm)
2002 Febuari 209
2003 Desember 96
Sumber : Stasiun Doro

Dari data diatas diambil curah hujan maksimum yaitu 209 yang terjadi pada

bulan Febuari dengan curah hujan harian maksimum dalam satu tahun adalah

209 mm.

2. Penentuan debit rencana

Penetapan debit rencana sebaiknya tidak terlalu kecil agar tidak terjadi bahaya

banjir yang dapat merusak struktur jembatan, dan juga tidak terlalu besar

karena perhitungan jembatan menjadi tidak ekonomis. Karena itu debit

rencana ditetapkan dengan masa ulang tertentu. Debit rencana yang digunakan

pada perencanaan jembatan ini menggunakan kala ulang 50 tahun.


11

Perpustakaan Unika

Tinggi muka air rencana di bawah jembatan berhubungan langsung dengan

debit aliran. Tinggi muka air berubah sesuai dengan debit aliran. Tinggi muka air

rencana ini digunakan untuk acuan penentu elevasi jembatan. Rumus yang

digunakan dalam perhitungan antara lain:

1 2 1
Q50 = xAxR 3 xA 2
n

Keterangan:

n = Angka manning

A = Luas penampang basah sungai (m2)

R = Jari-jari hidrolis (mm)

i = Kemiringan memanjang dasar sungai (0,024)

Qso = Debit banjir kala ulang 50 tahun(m3/dt)

A = (b + 2h) xh

P = b + 2h 5

R = A/p

Q = VxA

Keterangan:

V = Kecepatan aliran (m/dt)

A = Luas penampang basah (m2)

Q = Debit banjir (m3/dt)


12

Perpustakaan Unika

Q = 0,278 x C x i x A

Keterangan:

Q = Debit banjir (m3/dt)

A = Luas DAS (m2 )

C = Koefisien pengaliran (0,8)

i = intensitas hujan rata-rata (mm/jam), dihitung dengan rumus Mononobe

2
R ⎛ 24 ⎞ 3
i = 24 x⎜⎜ ⎟⎟
24 ⎝ tc ⎠

Keterangan:

R24 = Curah hujan harian maksimum (mm/jam)

0 ,385
⎡ L3 ⎤
tc = ⎢0,87 x ⎥
⎣ ΔH ⎦

Keterangan:

tc = Waktu Konsentrasi

L = Panjang alur Sungai (km)

AH = Beda Tinggi antara titik terjauh dengan titik yang ditinjau (m)

Besarnya debit banjir untuk kala ulang 52 tahun adalah

Q50 = GF x Q

Keterangan:

GF = Tabel hidrologi pada kala ulang 50 tahun


13

Perpustakaan Unika

2.4.3 Data Lalu Lintas

Data lalu lintas digunakan untuk merencanakan tebal perkerasan serta beban

lalu lintas yang mampu dilewatkan oleh jembatan tersebut. Data lalu lintas ini

didapat dari hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga

dengan klasifikasi jalan lokal.

Data lalu lintas pada perencanaan jalan dan jembatan yang digunakan adalah

data jumlah dan komposisi kendaraan yang lewat pada suatu ruas tertentu. Data

ini digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan kelas jalan dan

jembatan dalam kaitannya dengan penentuaan perkiraan lebar perkerasan,

kecepatan rencana, kelandaian rencana dan lain-lain (lihat tabel 2.2).

Tabel 2.2
Data Perhitungan Lalu lintas
Tahun Arah Bus Truk 2 Sumbu Truk 3 Sumbu
(unit) (unit) (unit)
2004 Kebonagung- 321 531 0
Wonotunggal
Keterangan: Sebelum tahun 2003 data lalu lintas tidak tersedia
Sumber :DPU Bina Marga Propinsi, 2004

2.4.4 Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah dasar pada perencanaan bangunan digunakan untuk

memperoleh data tentang keadaan atau material yang meliputi kemampuan

stabilitas tanah dalam menahan struktur di atasnya dan untuk menentukan pondasi

sehingga dapat menghindari kegagalan struktur yang diakibatkan oleh faktor

mekanika tanah. Penyelidikan tanah yang dilakukan berupa sondir dan SPT

(terlampir).
14

Perpustakaan Unika

2.5 Pradesain Konstruksi Jembatan Welo

Pradesain Jembatan Konstruksi Rangka Baja Welo secara garis besar seperti

gambar berikut:

Gambar 2.1 Pradesain

(ATP51) (ADG30.1)
(ADG30.1)
5182

5232

1010 1010
6400

3500 3500
40 40
CC CC
500

400
718 500

500

718
200
50

CC CC
9600

Gambar 2.2 Penampang Melintang


15

Perpustakaan Unika

Gambar 2.3 Desain Ikatan Angin Bawah

Gambar 2.4 Desain Ikatan Angin Atas

Gambar 2.5 Desain Rangka Jambatan


16

Perpustakaan Unika

Secara umum perencanaan desain awal pradesain Jembatan Welo memiliki

spesifikasi sebagai berikut:

1. Jembatan : Jembatan Konstruksi baja

2. Bentang Jembatan : 50 m

3. Lebar lantai Jembatan : 2 x 3,5 m

4. Lebar lantai trotoir : 2 x 1 m

5. Konstruksi atas :

a. Pipa Sandaran : Pipa baja diameter 60 mm dengan ƒy = 290 Mpa

b. Lantai Trotoir : Beton bertulang dengan tebal 12 cm mutu Beton ƒ’c =10

c. Pelat lantai : Beton bertulang tebal 20 cm, mutu Beton ƒ’c = 25 MPa, Baja

ƒy = 390 MPa dengan memakai D16, Deck baja gelombang mutu baja ƒy

= 300 MPa dengan tebal 2 cm

d. Landasan : Elastomerik TBR Type A20 x 20 x 1,5 ± 0,1

e. Shear Connector :Type Stud Connector

f. Rangka baja : Menggunakan ƒy = 350 Mpa

g. Gelagar memanjang : Baja WF 400 x 200 x 8 x 13

h. Gelagar melintang :Baja WF 800 x 300 x 16 x 30

i. Gelagar indeks :Baja WF 410 x 410 x 13 x 21

j. Ikatan angin bawah : Baja siku 90.90.9

k. Ikatan angin atas :Baja siku 90.90.9

6. Konstruksi Bawah:

a. Abutment : Beton bertulang dengan mutu ƒ’c = 20 MPa baja ƒy = 390

MPa menggunakan tulangan D25 dan D22


17

Perpustakaan Unika

b. Pondasi : Menggunakan tiang pancang pipa baja dengan φ 50 cm,

kedalaman pancang ± 13,5m dibawah muka jalan (Data analisis)

7. Perkerasan Jalan

a. Lapisan tanah dasar : Lapisan dengan menggunakan nilai CBR asumsi

dasar 6%.

b. Lapisan pondasi bawah : agregat kelas A dengan nilai CBR rencana 80%.

c. Lapisan pondasi atas : agregat kelas A dengan nilai CBR rencana 100%,

MS 590, MS 744

d. Aspal : AC Base dengan angka penetrasi 60/70 AC Wearing Couse-1

(ACWC-1/lapis avs 1) AC Wearing Couse-2 (ACWC-2/lapis avs 2)

8. Bangunan Pelengkap :

a. Dinding penahan tanah : Pasangan batu belah

b. Oprit jembatan : Tanah urugan pilihan (sirtu)

2.6 Metodologi Perencanaan Jembatan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai Metodologi Perencanaan Jembatan

Welo yang berguna sebagai guidance dalam penulisan tugas akhir. Adapun

Metodologi Perencanaan Jembatan Welo dapat dilihat pada gambar 2.6 dibawah

ini.
18

Perpustakaan Unika

DATA

GAMBAR PRADESAIN
JEMBATAN RANGKA BAJA

PEMBEBANAN
PELAT LANTAI

PERHITUNGAN :
1. PELAT LANTAI
2. GELEGAR MEMANJANG
3. GELEGAR MELINTANG

PEMBEBANAN
STRUKTUR
RANGKA DATA TANAH

PENDIMENSIAN PERENCANAAN PERENCANAAN


STRUKTUR BAJA ABUTMENT PONDASI

PENULANGAN PERENCANAAN
SAMBUNGAN GAMBAR OPRIT & PLAT
DETAIL INJAK
RANGKA

RKS

RENCANA
ANGGARAN
BIAYA

Gambar 2.6

Alur Perencanaan Jembatan Welo


19

Perpustakaan Unika

2.7 Dasar Pembebanan Jembatan

Pembebanan direncanakan berdasarkan atas Pedoman Perencanaan

Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR 1987). Muatan-muatan yang harus

diperhitungkan meliputi:

A. Muatan Primer

Muatan primer merupakan muatan utama yang digunakan dalam perhitungan

tegangan pada setiap perencanaan jembatan, muatan primer dibagi menjadi tiga

yaitu:

1. Muatan Mati/Muatan tetap

Muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang

ditinjau.

2. Muatan Hidup

Muatan yang berasal dari berat kendaraan yang bergerak dan beban lain yang

dianggap bergerak dan bekerja pada jembatan. Muatan hidup terdiri dari:

a. Beban "T"

Muatan yang digunakan untuk menghitung kekuatan lantai jembatan atau

system lantai jembatan. Muatan ini disebabkan oleh beban kendaraan

truk dengan tekanan gandar 20 ton.


20

Perpustakaan Unika

50 175 50

4.00 5.00
0,25 Ms Ms Ms

b1 b2
a1 a2 3,5 m

0,5 Ms 0,5 Ms 1,25 Ms


3,5 m
0,5 Ms 0,5 Ms 1,25 Ms

5.00 4.00

Sumber : PPPJJR 1987

Gambar 2.7 Beban “ T “


b. Beban "D"

Muatan yang digunakan untuk perhitungan kekuatan gelagar-gelagar

harus digunakan beban “D“. Beban “D“ atau beban jalan adalah susunan

beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata

sebesar “q“ ton per meter panjang perjalur, dan lebar garis “p“ ton

perjalur lalu lintas tersebut.

Besarnya “q“ adalah :

q = 2,2 t/m → untuk L < 30 m

q = 2,2 t/m – 1,1/60 (l - 30) t/m → untuk 30 < l ≤ 60 m

q = 1,1 ( 1 + 30/l ) t/m → untuk L > 60 m

L = panjang dalam meter

t/m = ton per meter panjang, perjalur.

Ketentuan penggunaan beban “D“ dalam arah melintang jembatan bila

lebih besar dari 5,5 meter, beban “D“ sepenuhnya ( 100% ) dibebankan

pada lebar jalur 5,5 meter sedang selebihnya dibebani hanya separuh
21

Perpustakaan Unika

beban “D“ ( 50% ), seperti Gambar 2.8:

Sumber : PPPJJR 1987

Gambar 2.8 Beban “D“

c. Muatan hidup untuk trotoir, kerb dan sandaran adalah 500 kg/m2.

Pengaruh muatan trotoir pada gelegar diperhitungkan 0,6 kali muatan

trotoir tersebut (PPPJJR, 1987)

d. Beban Kejut

Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran dan pengaruh-

pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis “p“

harus dikalikan dengan koefisien kejut yang akan memberikan hasil

maksimum, sedangkan beban merata “q“ dan beban “ T“ tidak dikalikan

dengan koefisien kejut.

Koefisien kejut menurut PPPJJR, 1987 ditentukan dengan rumus :

20
K=1x
50xl
22

Perpustakaan Unika

Dengan : K : koefisien kejut

L : panjang benteng dalam meter

B. Muatan Sekunder

Muatan sekunder merupakan muatan yang bekerja sementara pada jembatan

yang selalu diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan

jembatan (PPPRJJR 1987: 1). Muatan sekunder meliputi:

1. Muatan Angin

Muatan yang disebabkan oleh tekanan angin pada sisi jembatan yang

langsung berhadapan dengan datangnya angin. Beban angin berpengaruh

sebesar 150 kg/m2 pada jembatan ditinjau dari besamya beban angin

horizontal terbagi rata yang bekerja pada bidang vertical jembatan dalam arah

tegak lurus sumbu memanjang jembatan.

Jumlah luas bidang verikal bangunan atas jembatan yang dianggap terkena

oleh angin ditetapkan sebesar satu prosentase tertentu terhadap luas bagian-

bagian sisi jembatan dan luas bidang vertikal beban hidup.

Luas bagian-bagian sisi jembatan yang terkena angin dapat digunakan

ketentuan menurut PPPJJR 1987 sebagai berikut :

a. Keadaan tanpa beban hidup

a1. Untuk jembatan gelegar penuh diambil sebesar 100% luas bidang sisi

jembatan yang langsung terkena angin ditambah 50% luas bidang sisi

lainnya.
23

Perpustakaan Unika

a2. Untuk jembatan rangka diambil sebesar 30% luas bagian sisi jembatan

yang langsung terkena angin, ditambah 15 %luas bidang sisi –sisi

lainnya.

b. Keadaan dengan beban hidup

b1. Untuk jembatan diambil sebesar 50% terhadap luas bidang

b2. Untuk beban hidup diambil sebesar 100% luas bidang sisi yang langsung

terkena angin.

2. Gaya Rem dan Traksi

Muatan yang disebabkan karena beban yang diakibatkan dari pengereman

kendaraan. Pengganti ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem

5% dari beban “ D “ tanpa koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu

lintas yang ada. Gaya rem tersebut dianggap bekerja dalam arah sumbu

jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 meter diatas permukaan lantai

kendaraan.

C. Muatan Khusus

Muatan yang khusus untuk menghitung tegangan pada perencanaan

jembatan, meliputi:

1. Gaya Akibat Gempa Bumi

Muatan yang disebabkan karena pengaruh gempa didaerah tersebut.

Jembatan-jembatan yang akan dibangun pada daerah-daerah dimana

diperkirakan terjadi pengaruh-pengaruh gempa bumi , direncanakan dengan

menghitung pengaruh-pengaruh gempa bumi tersebut sesuai dengan “ Buku

Desain Struktur Rangka Beton Bertulang didaerah rawan gempa berdasarkan


24

Perpustakaan Unika

SKSM T-15-1991-03“.

2. Gaya Akibat Gesekan Pada Tumpuan Bergerak.

Gaya akibat gesekan pada tumpuan bergerak terjadi dikarenakan adanya

pemuainan dan penyusutan pada tumpuan yang bergerak.Besarnya koefisien

gesek yang terjadi pada tumpuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tumpuan rol baja: dengan satu atau dua rol (0,01), dengan 3 atau lebih rol

(0,05).

b. Tumpuan Gesek: antara baja dengan campuran tembaga keras dan baja

(0,15), antara baja dengan baja atau besi tuang (0,25), antara karet dengan

baja / beton (0,15-0,18).

3. Gaya dan Muatan Selama Pelaksanaan

Gaya-gaya yang mungkin timbul dalam pelaksanaan jembatan harus pula

ditinjau yang besarnya dapat diperhitungkan sesuai dengan cara-cara

pelaksanaan pekerjaan yang dipergunakan.

Pengecekan Pemenuhan Syarat Pradesain (Desain Awal), terdiri dari:

A. Gelagar Memanjang

Gelagar memanjang merupakan gelagar yang berada dibawah lantai kendaraan

searah dengan sumbu jalan untuk menahan beban diatasnya yang merupakan

beban dari lantai kendaraan dan muatan hidup (beban lalu lintas) yang berada

diatasnya.

B. Gelagar Melintang

Gelagar melintang merupakan gelagar yang berada dibawh lantai kendaraan

melintang dengan sumbu jalan untuk menahan beban diatasnya yang


25

Perpustakaan Unika

merupakan beban dari lantai kendaran, beban gelagar memanjang dan muatan

hidup (beban lalu lintas) yang berada diatasnya.

C. Ikatan Angin

Berfungsi untuk mengakukan konstruksi, mengurangi getaran dan menjaga

agar terus tetap tegak, mencegah runtuhnya jembatan, misalnya akibat adanya

gaya lateral yang ditimbulkan angin dari tepi

D. Rangka Jembatan

Rangka jembatan merupakan rangka utama dimana untuk menahan beban-

beban yang terjadi. Rangka jembatan tersebut menahan beban-beban yang

terjadi diatasnya dan termasuk dari berat sendiri rangka jembatan tersebut.

Menyalurkan segala muatan kepala jembatan atau pilar-pilar.

Penulangan Pelat Lantai Kendaraan

Pelat lantai kendaraan merupakan suatu pelat dimana untuk menhan beban

lalu lintas yang berjalan diatasnya dan perhitungan penulangan pelat lantai

kendaraan tersebut mengacu pada Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang

SKSNI T-15-1991 dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971.

Perhitungan Sambungan-sambungan Baja

Sambungan pada jembatan baja menggunakan baut mutu tinggi (high

strenght) dengan tipe baut A-325.

Perencanaan Abumen dan Perletakan

Abumen merupakan konstruksi struktur bawah yang berfungsi sebagai

penompang dari konstruksi struktur atas (rangka jembatan) dengan menyalurkan

gaya-gaya dari konstruksi diatasnya kedalam tanah yang mendukungnya melalui


26

Perpustakaan Unika

pondasi-pondasi yang berada dibawah abutment.

Perletakan adalah bagian dari bagunan atas yang terletak pada ujung-ujung

gelagar utama yang berfungsi melimpahkan beban-beban dari bangunan atas ke

bangunan bawah jembatan (Dewan Standarisasi Nasional, 1992)

Perencanaan Oprit Jembatan

Oprit jembatan merupakan bangunan pendukung yang berisikan tanah urugan

dimana berfungsi untuk kenyamanan kendaraan pada saat memasuki jembatan

sehingga jalan menuju jembatan dapat memiliki kelandaian yang baik sehingga

kendaraan dapat terasa aman dan nyaman.

Gambar Desain Jembatan

Gambar desain jembatan merupakan gambar-gambar hasil perhitungan

dimana sebagi acuan dan pedoman untuk masuk ketahapan konstruksi agar

didapatkan suatu bangunan fisik yang sesuai dengan perencanaan.

Rencana Anggaran Biaya dan Network Planning

Rencana Anggaran Biaya dan Network Planning merupakan suatu estimasi

biaya dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bangunan

jembatan kebentuk fisik yang sesuai dari perencanaan

Metode Perhitungan

1. Perhitungan analisa struktur dengan menggunakan program SAP 2000 versi

7.42

2. Perhitungan struktur jembatan dibagi menjadi 2 :

a. Perhitungan struktur atas jembatan meliputi: perhitungan tiang sandaran

trotoir, pelat lantai kendaraan, rangka baja meliputi perhitungan gaya


27

Perpustakaan Unika

batang, desain penampang dan sambungan, gelagar pelat injak dan

landasan jembatan.

b. Perhitungan struktur bawah jembatan meliputi: perhitungan abutment

pondasi dan bangunan pelengkap (dinding penahan tanah).

3. Perhitungan tebal perkerasan dengan menggunakan metode analisa

komponen (Bina Marga).


29
Perpustakaan Unika
BAB III
PERHITUNGAN KONSTRUKSI JEMBATAN RANGKA BAJA

3.1 Perhitungan Struktur Atas


3.1.1 Perhitungan Pipa Sandaran
Sebagai sandaran pada jembatan ini, digunakan pipa baja dengan fy = 290
Mpa, yang dikaitkan pada batang diagonal dengan tinggi 90 cm di atas lantai
trotoir. Beban yang bekerja pada sandaran ini adalah muatan horisontal sebesar
100 Kg/m′.

Pipa Sandaran
6,4 m

0,9 m
2,15 m

a P a
L

Gambar 3.1 Posisi Pipa Sandaran

Panjang pipa sandaran, P = (5-2a) m


a 2,15 2,15
= × 2,5 = 0,839 m
2,5 6,4 6,4
P = ( 5 – 2×0,839 )
= 3,322 m
Momen maksimum sandaran yang terjadi di tengah pipa, sebesar :
M = 1/8 × q × l2 = 1/8 × 100 kg/m’ × 3,3222 = 137.94 kgm
= 13794 kgcm
M 13794
W perlu = = = 8,621 cm2
σ 1600
30
Perpustakaan Unika
Digunakan pipa :
a. diameter luar = 60,5 mm
b. tebal = 4,0 mm
c. luas = 7,1 cm2
d. W (momen tahanan) = 9,41 cm3 > 8,621 cm3 OK
3.1.2 Perhitungan Tebal Lantai Kendaraan
Desain data :
1. T-Load = 10 ton
2. Contack area = a1 = a2 = 30 cm = 0,3 m
b2 = 50 cm = 0,5 m
q = 500 kg/m2
3. Concrete fc′ = 25 MPa
4. Tulangan fy = 390 Mpa
5. Deck Baja fy = 300 MPa
A. Perhitungan Pembebanan
1. Berat Mati
berat sendiri = 0,20 × 2,4 = 0,48 t/m2
berat aspal = 0,05 × 2,2 = 0,110 t/m2
berat air = 0,05 × 1 = 0,05 t/m2
+
0,64 t/m2

l = 1,75 m

l = 1,75 m
Gambar 3.2 Pembebanan Plat Lantai Kendaraan

Mxm1 = 1/10 × 0,64 × 1,752 = 0,2 tm/m


Mym1 = 1/3 × Mxm1 = 1/3 × 0,2 = 0,066 tm/m
31
Perpustakaan Unika

2. Traffic Load
aa bb

0,05

0,2
45° 45°

aa' bb'

Gambar 3.3 Contact Area akibat Traffic Load


Contact Area
aa′ = aa + 2 × (0,05 + 0,2/2) = 0,3 + 0,3 = 0,6 m
bb′ = bb + 2 × (0,05 + 0,2/2) = 0,5 + 0,3 = 0,8 m
A = aa′ × bb′ = 0,6 × 0,8 = 0,48 m2
Traffic load = T load/A = 10/0,48 = 20,833 t/m2
lx = 1,75 m
ly = - (karena tidak menyangga plat)
Kondisi I (satu roda pada tengah pelat)
lx = 1,75

tx = 0,8
ty = 0,6

Gambar 3.4 Beban Satu Roda di Tengah Pelat


tx = 0,8 m
lx = 1,75 m
tx 0,8
= = 0,45m
lx 1,75
ty = 0,6 m
lx = 1,75 m
ty 0,6
= = 0,34 m
lx 1,75
32
Perpustakaan Unika
fxm = 0,1638 tabel bittner
fym = 0,0993 tabel bittner
Mxm2 = T × tx × ty × fxm
= 20,833 × 0,8 × 0,6 × 0,1638
= 1,6379 tm/m′
Mym2 = T × tx × ty × fym
= 20,833 × 0,8 × 0,6 × 0,0993
= 0,993 tm/m′
Kondisi II (dua roda dengan jarak 1 m di tengah pelat)

Lx = 1,75

0,8 0,2 0,8 tx = 1,8 tx = 0,2

ty = 0,6

1,0 Lx = 1,75 Lx = 1,75

Gambar 3.5 Beban Dua Roda di Tengah Pelat


Bagian I
tx = 1,8 m
ty = 0,6 m
tx 1,7
= = 1,028
l x 1,75
ty 0,6
= = 0,34
lx 1,75
fxm = 0,091 tabel bittner
fym = 0,0608 tabel bittner
Mxm = T × tx × ty × fxm
= 20,833 × 1,8 × 0,6 × 0,091
= 2,047 tm
Mym = T × tx × ty × fym
= 20,833 × 1,8 × 0,6 × 0,0608
= 1,368 tm
33
Perpustakaan Unika
Bagian II
tx = 0,2 m
ty = 0,6 m
tx 0,2
= = 0,114
l x 1,75
ty 0,6
= = 0,34
lx 1,75
fxm = 0,2363 tabel bittner
fym = 0,1193 tabel bittner
Mxm = T × tx × ty × fxm
= 20,833 × 0,2× 0,6 × 0,2363
= 0,59 tm
Mym = T × tx × ty × fym
= 20,833 × 0,2 × 0,6 × 0,1193
= 0,298tm
Mxm2 = bagian I – bagian II
= 2,047 – 0,59
= 1,457 tm
Mym2 = bagian I – bagian II
= 1,368 – 0,298
= 1,07 tm
Total Momen
Akibat beban mati = Mxm1 + Mym1
= 0,2 + 0,066
= 0,266 tm
Akibat bebab hidup = Mxm2 + Mym2
= 1,457 + 1,07
= 2,527 tm
B. Perhitungan Plat Deck Baja Gelombang
Momen = 1,2 MDL + 1,6 MLL
= 1,2 × 0,266 + 1,6 × 2,527
= 4,3624 tm
34
Perpustakaan Unika
tinggi pelat = 20 cm = 0,2 m = 200 mm
d = 200 – e = 200 – 25,88 = 174,12 mm
4,3624
Mn = = 5,453 tm = 54.530.000 Nmm
0,8
Mn = 0,85 × a × b × fc′ × (d – ½ a)
54.530.000 = 0,85 × a × 1000 × 25 × (174,12 – ½ a)
54.530.000 = 21.250a × (174,12 – ½ a)
54.530.000 = -8500 a2 + 2.960.040 a
a = 19,5157 mm
CC = TS = AS × fy
0,85 × fc′ × a × b = AS × fy
0,85 × 25 × 19,5157× 1000 = AS × 300
AS = 1.382,362 mm2
AS min = 0,25 % × b × d
= 0,25 % × 1000 × 174,12
= 435,3 mm2
Pakai AS = 1.382,362 mm2
Deck baja tebal 2cm, fy = 300 MPa Ap = 2.918,52 mm2 > 1.382,362 mm2
C. Perhitungan Tulangan
d = 200 – 25 – 0,5 × 16 = 167 mm
Mxm= Mxm1 + Mxm2 = 0,2 + 1,457 = 1,657 tm
Mym= Mym1 + Mym2 = 0,07 + 1,07 = 1,14 tm
Momen arah x > arah y pakai arah x
Mult = 1/3 × Mxm
= 1/3 × 1,657
= 0,5523 tm
0,5523
Mn = = 0,690416 tm = 6.904.166,667 Nmm
0,8
Mn = 0,85 × a × b × fc′ × (d – ½ a)
6.904.166,667 = 0,85 × a × 1000 × 25 × (167 – ½ a)

6.904.166,667 = 21.250a × (167 – ½ a)


35
Perpustakaan Unika
6.904.166,667 = -10.625 a2 + 3.548.750 a
a = 1,956 mm
CC = TS = AS × fy
0,85 × fc′ × a × b = AS × fy
0,85 × 25 × 1,956 × 1000 = AS × 390
AS = 106,57 mm2
Pakai ∅ 16 -150 arah x
AStul (16mm) = 200,96 mm2 > 106,57 mm2 (OK)
Tulangan Bagi pakai ∅ 16-200
Momen negatif arah x > Momen negatif arah y
Pakai ∅ 20-200
AStul (16mm) = 200,96 mm2 > 106,57 mm2 (OK)
Check AS min
AS min = 0,25 % × b × d
= 0,25 % × 1000 × 167= 417,5 mm2
Pakai AS ∅ 16-200 = 200,96 × 5 =1.004,8 mm2 > 417,5 mm2 (OK)
3.1.3 Perhitungan Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang direncanakan untuk memenuhi 2 jalur (7 meter) dengan
2 trotoir @ 1 meter, gelagar memanjang memiliki bentang 5 meter.

1,75 m
5m
Gelagar Melintang Gelagar Memanjang
Gambar 3.6 Pembebanan pada Gelagar Memanjang
A. Perhitungan Pembebanan
1. Beban tetap (beban mati)
a. berat pelat beton = 1,75 m × 0,2 m × 2,4 t/m3 = 0,84 t/m′
b. Berat Aspal = 1,75 m × 0,05 m × 2,2 t/m3 = 0,1925 t/m′
c. Berat Air = 1,75 m × 0,05 m × 1 t/m3 = 0,0875 t/m′
d. Berat Sendiri = 66 kg/m′ = 0,066 t/m′
+
(WF 400.200.8.13) 1,186 t/m′
36
Perpustakaan Unika

5m
Gelagar Memanjang
Mmax = 1/8 × 1,186 × 52 = 3,7 tm
2. Beban Hidup
Berdasarkan PPPJR _ SKBI – 1388 tahun 1987 beban ”D” atau beban jalur adalah
susunan beban setiap jalur lalu lintas yang yang terdiri dari beban terbagi rata
sebesar q t/m dan beban ”P” = 12 ton (belum termasuk koefisien kejut) per jalur
lalu lintas.
20
koefisien kejut (k) = 1 + = 1,363
50 + 5
Beban “D”
a. Beban merata
Q = 2,2 t/m′
Koefisien kejut (k) = 1,363
2,2
q= × 1,75 × 1,363 = 1,91 t/m'
2,75
Mmax = 1/8 × 1,91 × 52 = 5,97 tm′
b. Beban garis
Beban garis P = 12 ton/jalur
Koefisien kejut (k) = 1,363
12
P = × 1,75 × 1,363 = 10,4083 ton
2,75
M = ¼ × 10,4083 × 5 = 13,01038 ton meter
c. Beban hidup pada trotoir = 500 kg/m2 = 0,5 t/m2
Menurut peraturan dalam perhitungan kekuatan gelagar–gelagar pengaruh
muatan hidup pada trotoir diperhitungkan 60 %.
= 0,6 × 500 = 300 kg/m2
lebar trotoir = 1 meter
jadi = 1 × 300 = 300 kg/m′ = 0,3 t/m′
M = 1/8 × 0,3 × (5)2 = 0,9375 ton meter
37
Perpustakaan Unika
B. Perhitungan Momen Yang Bekerja
1. Beban Mati M = 3,70000 tm
2. Beban Hidup
a. Beban merata M = 5,97 tm
b. Beban garis M = 13,01038 tm
c. Beban trotoir M= 0,93750 tm
+
M = 23,61788 tm
Untuk 1 Gelagar Memanjang
Data profil WF 400 × 200 × 8 × 13
A = 84,12 cm2
Berat = 66 kg/m′
Ix = 23700 cm4
Iy = 4740 cm4
wx = 1190 cm3
wy = 174 cm3
M 2361788
σ= = = 1984,695 kg/ cm2 < 2400 kg/ cm2
wx 1190
Kontrol tambahan tegangan pada gelagar memanjang akibat tumbukan dan rem
1. Tambahan tegangan terhadap tumbukan
VOSB Gaya horisontal 4 ton
M = ¼ × P × L = ¼ × 4 × 5 = 5 tm = 5000 kgm
5000
P = = 2857 kg
1,75
P 2857
σ = = = 33,96 kg/cm 2
A 84,12
2. Tambahan Akibat gaya rem
Pengaruh gaya–gaya dalam arah memanjang jembatan akibat gaya rem
diperhitungkan sebesar 5 % dari titik “D” tanpa koefisien kejut. Gaya ini
bekerja dengan titik tangkap 1,2 meter diatas permukaan lantai jembatan.

1,2 m 1,2 m
1, 65 m = Zrt
0,25 m 0,45 m
0,4 m
38
Perpustakaan Unika
Dari perhitungan muatan “D” didapat :
P = 12 t/jalur
q = 1,65 tm/jalur
lebar jalur rencana
P1 = ×P
lebar jalur PPPJJR
4
= × 10,4083 = 15,139 ton
2,75
beban jalur rencana
P2 = × q' × L
beban jalur PPPJJR
4
= × 1,91 × 5 = 13,89 ton
2,75
Ptotal = P1 + P2 = 15,139 + 13,89 ton = 29,029 ton
Hzt = 5 %× P = 0,05 × 29,029 = 1,45 ton
Zrt = 1,2 + 0,45 = 1,65 meter
Mrt = Hzt × Zrt = 1,45 × 1,65 = 2,3925 tm = 239.250 kgcm
Hzt = 1,45 ton = 1.450 kg
M P 239.250 1.450
σ= ± = ±
w A 1.190 84,12
σ1 = 201,05 + 17,23 = 218,28 kg/ cm2
σ2 = 201,05 − 17,23 = 183,82 kg/ cm2
Jumlah total tegangan yang terjadi
σ total = 1.984,695 + 218,28 + 33,96 = 2.236,935 kg/cm2 < 2.400 kg/cm2 --- ok
Tinjauan Terhadap Lendutan
E baja = 2,1 × 106 kg/cm2

5 × m × L2
f =
384 × E × I x
5 × 2342707 × 500 2
f = = 0,153 cm
384 × 2,1 × 106 × 23700
f max = 1 × 500 = 1 cm
500
Syarat f < fmax = 0,153 < 1 cm − − − − − ok
39
Perpustakaan Unika
Tinjauan terhadap geser
F = 84,12 cm2
29029 kg
τ= = 345,09 kg/ cm2
84,12 cm2
τ = 0,58 × 2400 kg/cm2 = 1392 kg/cm2
Syarat τ < τ 345,09 kg/cm2 < 1392 kg/cm2 --------ok
3.1.4 Perhitungan Gelagar Melintang
Gelagar Melintang direncanakan memiliki bentang 9,6 meter.

9,6 m

9,6 m
Gambar 3.7 Pembebanan pada Gelagar Melintang
A. Pembebanan
1. Beban tetap (beban mati)
a. berat pelat beton = 5 m × 0,2 m × 2,4 t/m3 = 2,40 t/m′
b. Berat Aspal = 5 m × 0,05 m × 2,2 t/m3 = 0,55 t/m′
c. Berat Air = 5 m × 0,05 m × 1 t/m3 = 0,25 t/m′
d. Berat Sendiri = 241 kg/m′ = 0,241 t/m′
+
(WF 800.300.16.30) 3,441 t/m′

9,6 m

Mmax = 1/8 × 3,441 × 9,62 = 39,6403 tm′


2. Akibat beban dari gelagar memanjang (P)
Semua beban pelat beton dan beban lalu lintas setelah ditumpu oleh gelagar
memanjang kemudian dialirkan melalui gelagar melintang ini, sehingga
gelagar melintang menahan beban akibat reaksi dari gelagar memanjang.
40
Perpustakaan Unika

q = 0,066 t/m′

A 5m B
Gelagar Memanjang
RA = RB = 0,165 ton

P = 0,165 ton

A B C D E F G
9,6 m
Gelagar Melintang
RA = RG = ( 0,165 × 5 ) /2 = 0,4125 ton
Mmax = MD = (0,4125 × 4,8 ) – ( (0,165 ×3,5)+(0,165×1,75))
= 1,113 tm
3. Beban Hidup
Berdasarkan PPPJR SKBI – 1388 1987 hal 10 untuk jembatan dengan lebar lantai
kendaraan > 5,5 meter, beban “D” sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar
jalur 5,5 meter, sedangkan lebar selebihnya dibebani hanya separuh saja (50%).
Didalam jalur :
20
koefisien kejut (k) = 1 + = 1,33
50 + 9,6
a. Beban merata
Q = 2,2 t/m′
Koefisien kejut (k) = 1,33
2,2
q= × 5 × 1,33 = 5,32 t/m'
2,75
b. Beban garis
Beban garis P = 12 ton/jalur
Koefisien kejut (k) = 1,33
12
P = × 5 × 1,33 = 29,02 ton
2,75
Di luar jalur :
20
koefisien kejut (k) = 1 + = 1,33
50 + 9,6
41
Perpustakaan Unika
a. Beban merata
Q = 2,2 t/m′
Koefisien kejut (k) = 1,33
2,2 1,33
q= ×5× = 2,66 t/m
2,75 2
b. Beban garis
Beban garis P = 12 ton/jalur
Koefisien kejut (k) = 1,33
12 1,33
P = ×5× = 14,51 ton
2,75 2
Akibat beban merata:
q = 5.32 t/m′
q = 2,66 t/m′

2,05 m 5,5 m 2,05 m

RA = RB = Dmax = 20,083 t
Momen max ditengah bentang
Mmax = (20,083 × 4,8)-{(5,32 × 2,75 × 1,375)-(2,66×2,05×3,775)}
= 55,697 tm
Akibat beban terpusat P
29,02 ton
14,51 ton 14,51 ton
A B

RA = RB = Dmax = 29,02 ton


Mmax di tengah bentang = ( 29,02 × 4,8) - (14,51 × 3,775) = 84,52075 tm
c. Beban hidup pada trotoir = 500 kg/m2 = 0,5 t/m2
Menurut peraturan dalam perhitungan kekuatan gelagar–gelagar pengaruh
muatan hidup pada trotoir diperhitungkan 60 %.
= 0,6 × 500 = 300 kg/m2 , lebar trotoir = 1 meter
jadi = 1 × 300 = 300 kg/m′ = 0,3 t/m′
M = 1/8 × 0,3 × (5)2 = 0,9375 ton meter
42
Perpustakaan Unika
Perhitungan Momen Yang Bekerja
1. Beban Mati M = 39,6403 tm
2. Beban Akibat Gelagar Memanjang M= 1,113 tm
3. Beban Hidup
a. Beban merata M = 55,697 tm
b. Beban garis M = 84,52075 tm
c. Beban trotoir M= 0,9375 tm
+
M = 181,90855 tm

Untuk 1 Gelagar Melintang

Data profil WF 800 × 300 × 16 × 30

A = 808 cm2
Berat = 241 kg/m′
Ix = 339000 cm4
Iy = 138000 cm4
wx = 8400 cm3
wy = 915 cm3

M 18190855
σ= = kg/cm = 2165,57 kg/ cm 2 < 2400 kg/ cm2 − − − − ok
wx 8400

Tinjauan Terhadap Lendutan


E baja = 2,1 × 106 kg/cm2

5 × m × L2
f =
384 × E × I x
5 × 18190855 × 1000 2
f = = 0,0306 cm
384 × 2,1 × 10 6 × 339000
f max = 1 × 900 = 1,92 cm
500
Syarat f < fmax = 0,0306 < 1,92 cm − − − − − ok
43
Perpustakaan Unika
3.1.5 Hubungan Gelagar Memanjang dengan Gelagar Melintang
A. Gelagar Memanjang dengan siku penghubung

50 mm
50 mm
50 mm
50 mm
WF 400.200.8.13
Gelagar Memanjang
WF 800.300.16.30

Gelagar Melintang
Gambar 3.8 Hubungan Gelagar Memanjang dengan Gelagar Melintang
Dmaks gelagar memanjang
1. Berat sendiri profil
a. Berat pelat beton = 1,75 × 0,2 × 2,4 = 0,84 t/m′
b. Berat aspal = 1,75 × 0,05 ×2,2 = 0,1925 t/m′
c. Berat air hujan = 1,75 × 0,05 × 1 = 0,0875 t/m′
d. Berat sendiri profil = 66 kg/m’ = 0,066 t/m′
+
1,186 t/m′
Reaksi = RA = RB = ½ × 1,186 × 5 = 2,965 ton
2. Akibat beban hidup
a. Akibat beban garis = ½ × 10,4083 = 5,20415 ton
b. Akibat beban merata = ½ × 1,91 × 5 = 4,775 ton
c. Akibat beban trotoir = ½ × 0,3 × 5 = 0,75 ton
+
10,72915 ton
Total beban keseluruhan = 13,694415 ton = 13694,415 kg
Dipakai profil penyambung doble angle 100.100.13
Momen yang terjadi dititik 13694,415 × 5 = 68472,075 kgcm

No X Y X2 Y2
1 0 5 0 25
2 0 -5 0 25
44
Perpustakaan Unika
M×y
kx =
(
Σ× x2 + y2 )
68472,075 × 5
kx = = 6847,2075kg
2 × 25
M×x
ky =
(
Σ x2 + y2 )
68472,075 x0
ky = =0
0
6847,2075
kn = = 2282,4025kg
3

K = 6847,20752 + 2282,4025 2 = 7217,59 kg

Dipakai baut A325 ukuran 1¼ ″ dengan kekuatan baut

Ks = ¼ × π × 3,18² ×1050 kg/cm2 = 8339,373 kg

K < Ks 7217,59 kg < 8339,373 kg

B. Gelagar melintang dengan siku penghubung

M a3
N3 =
2∑ a1
68472,075 × 5
= = 489,08625kg
2 × (5 2 + 10 2 + 15 2 )

489,08625
σ1 = = 61,611 kg/cm 2 < 500 kg/cm 2
1 × π × 3,18 2
4
P 13694,415
karena = = 4564,805 kg
n 3
4564,805
τ= = 575,04 kg/cm 2 < 1050 kg/cm 2 − − − −− > 0k
1 × π × 3,18 2
4

σ idiel = 61,6112 × 575,04 2 = 301,7 kg/cm 2 < 1050 kg/cm 2 − − − − > ok


45
Perpustakaan Unika
3.1.6 Hubungan Gelagar Melintang dengan Gelagar Induk

Gambar 3.9 Hubungan Gelagar Melintang dengan Gelagar Induk


Profil melintang WF 800.300.16.30
Tinggi profil (h) = 800 mm
Tebal sayap = 30 mm
Tebal pelat = 16 mm
Dmaks gelagar melintang
1. Berat sendiri profil
a. Berat pelat beton = 5 × 0,2 × 2,4 t/m3 = 2,400 t/m′
b. Berat aspal = 5 × 0,05 ×2,2 t/m3 = 0,550 t/m′
c. Berat air hujan = 5 × 0,05 × 1 t/m3 = 0,250 t/m′
d. Berat sendiri profil = 241 kg/m′ = 0,241 t/m′
+
3,441t/m′
Reaksi = RA = RB = ½ × 3,441 × 9,6 = 16,5168 ton
2. Akibat beban hidup
e. Akibat beban garis = ½ × 29,02 = 14,51 ton
f. Akibat beban merata = ½ × 5,32 × 9,6 = 25,536 ton
g. Akibat beban gelagar = 0,4125 = 0,4125 ton
+
40,4585 ton
Total beban keseluruhan = 56,9753 ton = 56975,3 kg
Sambungan las
τ = 0,58 × 1666 = 966,28 kg/cm2
46
Perpustakaan Unika
Penentuan tebal las
a ≤ ½ (s + 2)
a ≤ ½ (16 +2) = 9 mm
a ≤ 9 mm
Karena a > 7 mm, maka digunakan dua lapis las untuk memperoleh tebal las a
yang efektif
Panjang las L = 2 × 740 = 1480 mm
Tegangan las yang terjadi

D maks 50.299
τ= = = 424,822 kg/cm 2 ≤ 966,28 kg/cm 2
a.L 0,8 × 148

3.1.7 Shear Connector (LRFD)

Panjang = 500 cm fc′ = 25 MPa


fy = 350 MPa hr = 50 mm
As = 8412 mm2 tb = 200 mm
tf = 13 mm wr = 170 mm
tw = 8 mm L = 5000 mm
bf = 200 mm s = 1750 mm
r = 16 mm W = 2400 kg/m3
D = 400 mm

1,5 1,5
Ec = 0,041 w f c ' =0,041 × 2400 × 25 = 24102,97 Mpa

1. Check kriteria penampang


D − 2tf − 2r
kc =
tw
400 − 2(13) − 2 × 10
= = 42,75
8
1680 1680
Kc ≤ = = 89,8
fy 350
kc ≤ 89,8 (Penampang berbadan kompak)
Sehingga, kapasitas momen harus dianalisa dengan distribusi tegangan plastis
47
Perpustakaan Unika
2. Menentukan lebar efektif pelat beton
2l 2 × 5000
be1 = = = 1250 mm
8 8
2S 2 × 1750
be 2 = = = 1750
2 2
Jadi be = be1 = 1250
3. Menentukan C
Ac = be × tb
Ac = 1250 × 200 = 250000
C1 = As × fy = 350 × 8412 = 2944200 Newton
C2 = 0,85 × fc′ × Ac = 0,85 × 25 × 250000 = 5312500 Newton
Jadi C = C2 2944200 (sumbu netral, berada di pelat beton )
4. Menentukan jarak–jarak dari centroid
2944200
a= = 129,411
0,85 × 25 × 1250
110,84
d 1 = 50 mm + 200 − = 194,58 mm
2
D 400
d3 = = = 200
2 2
5. Perhitungan momen positif nomina
Py = fy × As
Py = 350 × 8412 = 2944200 Newton
Mn = C × (d1+d2) + Py × (d3-d2)
= 1375000 × (185,29) + 2944200 × (200)
= 843613750 Nmm
Mu = φ Mn = 929377948,8 Nmm
6. Menentukan jumlah stud yang dipakai
d = 19 mm
Asc = 285 mm2
Fu = 400 MPa
Qn = 0,5 × Asc × (fc′ × Ec)0,5
= 0,5 × 285 × (10 × 24102,97)0,5 = 110616,56 N
Asc Fu = 285 × 400 = 114000 > 110616,56 newton ok
48
Perpustakaan Unika
Check koefisien reduksi rs karena pengaruh geometri gelombang pelat
compdeck yang dipasang tegak lurus balok
hr = hs = 50 mm
Hr = 50 + 40 = 90 mm
ws = 170 mm
Nr = 1 ( dipasang 1 stud disetiap gelombang )
0,85 ws ⎛ Hr ⎞ 0,85 170 ⎛ 90 ⎞
rs = ⎜ − 1⎟ = ⎜ − 1⎟ = 2,312
Ns hr ⎝ hs ⎠ 1 50 ⎝ 50 ⎠
rs ≥ 1 − − − − − jadi rs = 1
Qn = Qn × rs Qn = 110616,56 N × 1 = 110616,56 N
Vh = c
vh 2944200
N= = = 26,6
Qn 110616,56
Jadi jumlah penghubung gesert stud yang dibutuhkan disepanjang bentang
balok, yaitu 2 × N= 2 × 26,6 = 53,2 buah ≈ 54 buah
3.1.8 Perhitungan Pertambatan Angin
Beban angin = 150 Kg/m2 (PPPJR hal 13)
Untuk jembatan rangka, luas bidang sisi jembatan yang terkena angin diambil
30% dari luas sisi jembatan.

A
RHA

HW2
HW1 2m 6,4 m

0,2 m

0,9 m
RHB
B

Gambar 3.10 Gaya Akibat Beban Angin


49
Perpustakaan Unika
Gaya angin pada sisi rangka jembatan
HW1 = 30% × ½ × (50+45) × 6,4 × 150 = 13680 kg
Gaya angin pada muatan hidup setinggi 2 m
HW2 = Tinggi muatan hidup × buhul ikatan bawah × beban angin
= 2 × 50 × 150
= 15000 kg
Gaya pada pertambatan angin atas
ΣMB = 0
HW1 × 3,0 - RHA × 6,0 = 0
13680 × 3,0 - RHA × 6,0 = 0 ⇔ RHA = 6840 kg
Digunakan profil L 90 × 90 × 9 untuk ikatan angin atas
Reaksi tumpuan = 1/2 × (6840 + 9 × 20,79 × 12,2) = 4561,37 kg
Pada 1 buhul = 1/6 × (6840 + 9 × 20,79 × 12,2) = 1013,63 kg
Pada buhul tepi = 1/2 × 1013,63 = 506,81 kg
Perpustakaan Unika
34

P P P P P P P P

½P ½P

84 85 86 87 88 89 90 91 92
AM AN AO AP AQ AR AS AT AU AV
75 76 77 78 79 80 81 82 83
4,8

71
66

67

68

69
65

70

72

73

74
AD 48 AE 50 AF 52 AG 54 AH 56 AI 58 AJ 60 AK 62 AL 64
47 49 51 53 55 57 59 61 63
T U V W X Y Z AA AB AC
9,6

29 31 33 35 37 39 41 43 45
30 32 34 36 38 40 42 44 46
4,8

21
20

22

23

24

26

27
25

28
19

K 10 L 11 M 12 N 13 O 14 P 15 Q 16 R 17 S 18

1 2 3 4 5 6 7 8 9
A C D E F G H I J B

2,5 2,52 2,48 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

45

Gambar 3.11 Pembebanan Ikatan Angin Atas


51
Perpustakaan Unika
Perhitungan Ikatan Angin Atas
Perhitungan
4,8
tan α =
4,8 5
α α = 43,83°
5

Buhul A

S19 ΣFV = 0 ΣFH = 0


RA + S19 = 0 S1 = 0
S1 S19 = -RA
RA S19 = -2.970,036 kg (tekan)

Buhul AM
½P
S84 ΣFV =0 ΣFH = 0
S65 S65 +½ P =0 S84 = 0
S65 = -495 kg (tekan)

Buhul N

ΣFH = 0
S47
S65 S47 cos α + S29 cos α = 0
α
α S47 = -S29
S19
S29 ΣFV = 0
-S19 + S65 + S47 sin α - S29 sin α = 0
2.970,036 - 495 + S47 sin α - S29 sin α = 0
2.475,036 + 2 S47 sin α = 0
2 S47 sin α = -2.475,036
S47 sin α = -1.237,518
S47 = -1.750,11 kg (tekan)
S29 = 1.750,11 kg (tarik)
52
Perpustakaan Unika

Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya – gaya batang
akibat beban angin untuk ikatan angin atas, tabel – 3.1
Tabel 3.1 Gaya Batang Ikatan Angin Atas

Gaya Batang ( kg )
No batang
- (tekan) + (tarik)
S1 5,21
S2 2115,16
S3 3696,38
S4 4750,62
S5 5277,13
S6 5275,99
S7 4747,17
S8 3691,07
S9 2114,61
S10 2912,02
S11 2184,42
S12 1458,11
S13 730,5
S14 2,66
S15 725,54
S16 1453,94
S17 2175,35
S18 2926,65
S19 4555,74
S20 2012,55
S21 1509,93
S22 1008,82
S23 586,54
S24 4
S25 498,74
S26 1002,97
S27 1500,37
S28 2531,47
S29 2913,65
S30 15,62
S31 2186,68
S32 8,86
S33 1460,75
S34 3,69
S35 733,3
S36 1,05
53
Perpustakaan Unika
S37 5,42
S38 5,3
S39 723,01
S40 9,12
S41 1451,85
S42 12,15
S43 2178,13
S44 9,88
S45 2924,77
S46 7,86
S47 2190,07
S48 6,25
S49 1462,53
S50 0,97
S51 735,26
S52 3,76
S53 7,36
S54 8,02
S55 721,05
S56 11,78
S57 1450,11
S58 15,33
S59 2183,39
S60 23,65
S61 2902,54
S62 13,49
S63 509,86
S64 1000,66
S65 500,9
S66 1,72
S67 503,85
S68 -1006,38
S69 1509,33
S70 2011,64
S71 2518,93
S72 2514,8
S73 2914,69
S74 2188,43
S74 1460,55
S75 733,11
S77 5,25
S78 5,42
S79 5,3
54
Perpustakaan Unika
S80 722,94
S81 1451,54
S82 2186,27
S83 2899,04
S84 3,23
S85 2112,21
S86 3694,57
S87 4748,69
S88 5275,22
S89 5275,07
S90 4745,3
S91 3688,6
S92 2098,69

Gaya pada pertambatan angin bawah


ΣKH = 0
HW1 + HW2 – RHA – RHB = 0
13680 + 15000 – 6840 - RHB = 0
RHB = 14.887,5 kg
Reaksi tumpuan = ½× (RHB + (jumlah buhul × panjang ikatan dalam 1 buhul ×
berat profil)
= 1/2 × (21840 + 10 × 21,64 × 12,2) = 12240,04 kg
Pada 1 buhul = 1/7 × (21840 + 10 × 21,64×12,2) = 2448 kg
Pada buhul tepi = 1/2 × 2.399,57 = 1224 kg
Perpustakaan Unika
34

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

½P ½P

AG 83 AH 84 AI 85 AJ 86 AK 87 AL 88 AM 89 AN 90 AO 91 AP 92 AQ 93 AR 94 AS 95 AT 96 AU 97 AV 98 AW 99 AX 100 AY 101 AZ 102 BA


1
5,4

80

81

82
72

73

74

75

76

77

78

79
53

55

57

59

63

65

67

69
61

71

4,8
52

60

62

64
54

56

58

66

68

70

9,6
V W X Y Z AA AB AC AD AE AF
21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31
41

51
43

45

47

49
33

35

37

39
34

36

38

50
32

40

42

44

46

48

4,8
5,4
1

A 1 C 2 D 3 E 4 F 5 G 6 H 7 I 9 J 10 K 11 L 12 M 13 N 14 O 15 P 16 Q 17 R 18 S 19 T 20 U 21 B

2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

50

Gambar 3.12 Pembebanan Ikatan Angin Bawah


34
Perpustakaan Unika

3.1 8.2 Perhitungan Ikatan Angin Bawah

Perhitungan
tan α = 4,8
4,8 α 5
5 = 43,83˚

Buhul A

S15 ΣFH = 0 ΣFV =0


S1 S1 = 0 RA + S15 =0
S15 = -8.398,52 kg (tekan)
RA

Buhul Q

½P ΣFV = 0
1/2 P + S37 = 0
S59
S37 = -1.199,78 kg (tekan)

S37
ΣFH = 0 ; S59 = 0
Buhul I

S37 ΣFH = 0

S45 S45 cos α + S23 cos α = 0


S45 = -S23
α

S15 S23 ΣFV = 0


+S45 sin α - S23 sin α + S37 - S15 = 0
+S45 sin α - S23 sin α -1.199,78 -- 8.398,52 = 0
2 S45 sin α + 7.198,74 = 0
2 S45 sin α = - 7.198,74
35
Perpustakaan Unika

S45 sin α = - 3.599,37


S45 = - 4.024,34 kg (tekan)
Σ FH =0
S23 = 4.024,34 kg (tarik)

Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya – gaya batang
akibat beban angin untuk ikatan angin bawah, tabel - 3.2
Tabel 3.2 Gaya Batang Ikatan Angin Bawah

Gaya Batang ( kg )
No batang
+(tarik) - (tekan)
S1 11,65
S2 5741,91
S3 10190,15
S4 10193,15
S5 13385,75
S6 13887,73
S7 15289,25
S8 15290,26
S9 15935,26
S10 15290,26
S11 15935,26
S12 15290,26
S13 15289,25
S14 13387,73
S15 13385,75
S16 10193,15
S17 10190,15
S18 5744,58
S19 5741,91
S20 11,65
S21 -12201
S22 -0,7
S23 -23,9
S24 -30,58
S25 -33,72
S26 -35,19
S27 -33,72
S28 -30,58
S29 -23,9
S30 -0,7
36
Perpustakaan Unika

S31 -12201
S32 6173,48
S33 -6216,84
S34 4820,23
S35 -4801,03
S36 3470,71
S37 -3438,68
S38 2076,32
S39 -2039
S40 718,16
S41 -677,71
S42 -677,71
S43 718,16
S44 -2039
S45 2076,32
S46 -3438,68
S47 3470,71
S48 -4801,23
S49 4820,23
S50 -6216,84
S51 6173,48
S52 -6203,94
S53 6176,13
S54 -4863,43
S55 4803,91
S56 -3469,02
S57 3400,94
S58 -2113,38
S59 2038,99
S60 -718,5
S61 641,53
S62 641,53
S63 -718,5
S64 2038,99
S65 -2113,38
S66 3400,94
S67 -3496,02
S68 4803,91
S69 -4863,43
S70 6176,13
S71 -6203,94
37
Perpustakaan Unika

S72 -1225,36
S73 -2403,06
S74 -2390,82
S75 -2385,22
S76 -2381,44
S77 -2380,6
S78 -2381,44
S79 -2385,22
S80 -2390,82
S81 -2403,06
S82 -1225,36
S83 -0,38
S84 -5720,96
S85 -5724,43
S86 -10191,2
S87 -10194,1
S88 -13368,5
S89 -13370,5
S90 -15289,2
S91 -15290,2
S92 -15918,6
S93 -15918,6
S94 -15290,2
S95 -15289,2
S96 -13370,5
S97 -13368,5
S98 -10194,1
S99 -10191,2
S100 -5724,43
S101 -5720,96
S102 -0,38
38
Perpustakaan Unika

3.1.9 Perhitungan Gelagar Induk


Pembebanan
1. Beban Mati
a) Berat aspal : 0,05×8×50×2200 = 41.800 kg
b) Berat plat lantai : 0,2×9,6×50×2400 = 230.400 kg
c) Berat gelagar melintang : 11×9,6×241 = 22.449,6 kg
d) Brt. Ikt Angin Bawah : 10×21,64×12,2 = 2.640,08 kg
e) Berat Air Hujan : 0,01×9,6×50×1000 = 4.800 kg
f) Berat Gelagar Memanjang : 5×50×66 = 16.500 kg
+
q = 321.589,68 kg
g) Brt Ikt. Angin Atas : 6×20,79×12,2 = 2.282,74 kg
Berat gelagar induk
Ditaksir = ( 20 + 3.L ) . b
q = ( 20 + 3 × 50 ) × 10 = 1.632 kg/m
G=2×q×L
= 2 × 1.632 × 50= 163.200 kg
qtot = 321.589,68 + 163.200
= 484.534,54 kg
Jadi setiap rangka utama menerima beban sebesar = 484.534,54 : 2
= 242.267,27 kg
Tiap titik buhul C – H menerima beban sebesar P = 242.267,27 :10
P= 24.226,727 kg
Pada ujung buhul A dan B menerima ½ P = 24.226,727 : 2
= 12.113,63 kg
Pada titik buhul J – N menerima beban sebesar P* = 2.282,74 : (2 × 9)
= 126,82 kg
Pada ujung buhul I – O menerima beban sebesar ½ P* = 63,41 kg
Perpustakaan Unika
34

P 1 P 1 P 1 P 1 P 1 P 1 P 1 P 1

½P 1 ½P 1

L 31 M 32 N 33 O 34 P 35 Q 36 R 37 S 38 T 39 U

21
11

16

18
12

14

23

25

27

29
26

28

30
20

22

24
13

15

17

19
P 2 P 2 P 2 P 2 P 2 P 2 P 2 P 2 P 2

½P 2 ½P 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A C D E F G H I J K B

Gambar 3.13 Pembebanan Rasuk Induk


34
Perpustakaan Unika

Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya – gaya batang
akibat beban mati, tabel – 3.3
Tabel 3.3 Gaya Batang Akibat Beban Mati

Gaya Batang ( ton )


No batang
+ (tarik) - (tekan)
S1 42830,5
S2 118872,6
S3 175945,6
S4 213988,7
S5 233010,9
S6 233010,9
S7 213988,7
S8 175945,6
S9 118872,6
S10 42830,5
S11 117551,1
S12 117316,7
S13 91343,87
S14 91343,87
S15 91280,63
S16 65292,65
S17 65175,18
S18 39194,6
S19 39084,43
S20 13102,05
S21 12990,98
S22 13102,05
S23 39084,43
S24 39194,6
S25 65175,18
S26 65292,65
S27 91280,63
S28 91343,87
S29 117316,7
S30 117551,1
S31 85566,46
S32 152141,7
S33 199696,4
S34 228229,6
S35 237740,6
S36 228229,6
S37 199696,4
S38 152141,7
S39 85566,46
35
Perpustakaan Unika

2. Beban Hidup

2.05 5,5 2.05


a) Beban terpusat p’ = 12 ton Beban bergerak terpusat
b) Beban merata q’ = 2,2 ton Beban bergerak Terbagi Merata
Muatan p dan q dikalikan dengan koefisien kejut
20 20
K = 1+ = 1+ = 1,33
50 + L 50 + 9,6
Tiap gelagar utama menerima beban P
2,05 1
Pp = 12 + × ×12 = 16,47 ton
2,75 2
2,05 1
Pq = 2,2 + × × 2,2 = 3,02 ton
2,75 2
Beban Total
Pp = 16,47 × 1,33 = 22,07 t = 22,07 t
Pq = 3,02 × 1,33 = 4,07 × 5 = 20,234 t
Ptotal = 42,304 t
Jadi setiap rangka utama menerima beban sebesar : 42,304 : 2 = 21,152 t
Tiap titik buhul menerima beban sebesar : 21,152 : 10 = 2,1152 t
Pada buhul tepi : 2,1152 : 2 = 1,0576 t
Perpustakaan Unika
34

L 31 M 32 N 33 O 34 P 35 Q 36 R 37 S 38 T 39 U

21
11

14

16

18
12

23

29
25

27
20

26

28

30
22

24
13

15

17

19
P 1 P 1 P 1 P 1 P 1 P 1 P 1 P 1 P 1

½P 1 ½P 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A C D E F G H I J K B

Gambar 3.14 Pembebanan Rasuk Induk akibat Beban Hidup


84
Perpustakaan Unika

Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya – gaya batang
akibat beban hidup, tabel – 3.4
Tabel 3.4 Gaya Batang Akibat Beban Hidup
Gaya Batang ( kg )
No batang
+ (tarik) - (tekan)
S1 3720
S2 10324,54
S3 15281,56
S4 18585,75
S5 20237,9
S6 20237,9
S7 18585,75
S8 15281,56
S9 10324,54
S10 3720
S11 10209,76
S12 10195,32
S13 7927,66
S14 7933,99
S15 5665,01
S16 5666,63
S17 3398,29
S18 3400,55
S19 1132,05
S20 1134,23
S21 1134,23
S22 1132,05
S23 3400,55
S24 3398,29
S25 5666,63
S26 5665,01
S27 7933,99
S28 7927,66
S29 10195,32
S30 10209,76
S31 7433,93
S32 13216,25
S33 17346,56
S34 19824,77
S35 20650,84
S36 19824,77
S37 17346,56
S38 13216,25
S39 7433,93
85
Perpustakaan Unika

3. Beban Angin

A
RHA

HW2
HW1
6,4 m
2m

0,2 m
RHB 0,9 m
B

Gambar 3.15 Gaya Akibat Beban Angin

HW1 = 8.775 kg

HW2 = 10.500 kg

Gaya pada pertambatan angin

ΣMC = 0

HW1 × 3 + HW2 × 2,1 + RB × 10 = 0

8.775 × 3 + 10.500 × 2,1 + 10RB = 0

RB = 4.837,5 kg

Reaksi tumpuan = ½ × 4.837,5 = 2.418,75 kg


86
Perpustakaan Unika

Pada 1 buhul = 1/7 × 2.418,75 = 345,535 kg

Pada buhul tepi = ½ × 345,535 = 172,7678 kg

Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya – gaya batang

akibat beban angin, pada tabel – 3.5


87
Perpustakaan Unika

Tabel 3.5 Gaya Batang Akibat Beban Angin


Gaya Batang ( kg )
No batang
+ (tarik) - (tekan)
S1 661,94
S2 1837,16
S3 2719,21
S4 2307,16
S5 3601,14
S6 3601,14
S7 3307,16
S8 2719,21
S9 1837,16
S10 661,94
S11 1816,73
S12 1814,16
S13 1410,63
S14 141178
S15 1008,03
S16 1008,32
S17 604,69
S18 605,1
S19 201,44
S20 201,83
S21 201,83
S22 201,44
S23 605,1
S24 604,69
S25 1008,52
S26 1008,03
S27 1411,78
S28 1410,65
S29 1814,16
S30 1816,73
S31 1322,8
S32 2351,71
S33 3086,66
S34 3527,63
S35 3674,62
S36 3527,63
S37 3086,066
S39 2351,71
S39 1322,8
88
Perpustakaan Unika

Tabel 3.6 Kombinasi Pembebanan Rasuk Induk


Gaya Batang Akibat
Beban Beban Beban Kombinasi
Btg Mati (I) Hidup (II) Angin (III) I+II+III(kg)
+(tarik) -(tekan) +(tarik) -(tekan) +(tarik) -(tekan) +(tarik) - (tekan)
S1 42830,5 3720 664,94 47215,44
S2 118872,6 10324,54 1837,16 131034,3
S3 175945,6 15281,56 2719,21 193946,4
S4 213988,7 18585,75 2307,16 234881,6
S5 233010,9 20237,9 3601,14 256849,9
S6 233010,9 20237,9 3601,14 256849,9
S7 213988,7 18585,75 3307,16 235881,6
S8 175945,6 15281,56 2719,21 193946,4
S9 118872,6 10324,54 1837,16 131034,3
S10 42830,5 3720 661,94 47212,44
S11 117551,1 10209,76 1816,73 129577,6
S12 117316,7 10195,32 1814,16 129326,2
S13 91343,87 7927,66 1410,63 100682,2
S14 91343,87 7933,99 141178 240392,6
S15 91280,63 5665,01 1008,03 71965,69
S16 65292,65 5666,63 1008,32 71850,13
S17 65175,18 3398,29 604,69 43197,58
S18 39194,6 3400,55 605,1 43090,08
S19 39084,43 1132,05 201,44 14435,54
S20 13102,05 1134,23 201,83 14327,04
S21 12990,98 1134,23 201,83 14327,04
S22 13102,05 1132,05 201,44 14435,54
S23 39084,43 3400,55 605,1 43090,08
S24 39194,6 3398,29 604,69 43197,58
S25 65175,18 5666,63 1008,52 71850,33
S26 65292,65 5665,01 1008,03 71965,69
S27 91280,63 7933,99 1411,78 100626,4
S28 91343,87 7927,66 1410,65 100682,2
S29 117316,7 10195,32 1814,16 129326,2
S30 117551,1 10209,76 1816,73 129577,6
S31 85566,46 7433,93 1322,8 94323,19
S32 152141,7 13216,25 2351,71 167709,7
S33 199696,4 17346,56 3086,66 220129,6
S34 228229,6 19824,77 3527,63 251582
S35 237740,6 20650,84 3674,62 262066
S36 228229,6 19824,77 3527,63 251582
S37 199696,4 17346,56 3086,066 220129
S38 152141,7 13216,25 2351,71 167709,7
S39 85566,46 7433,93 1322,8 94323,19
89
Perpustakaan Unika

3.1.10 Desain Penampang


1. Batang horisontal bawah
(menggunakan metode LRFD)
Gaya maksimum = 256,849 ton ( tarik)
Digunakan profil IWF 400.400.13.21
F = 218,7 cm2 Ix = 6600 cm4
b = 400 mm ix = 17,5 cm
h = 400 mm Iy = 22400 cm4
q = 172 kg/m iy = 10,1 cm
a. Kondisi leleh Nu < φ × fy × Ag

256,849
Ag min = = 0,008153 m 2 = 81,5393 cm 2
0,9(35000)
Kondisi Faktur
Nu ≤ φ × fu × Ae = φ × fu × An × U
256,849
An ≥
0,75 (35000) (0,9)
An ≥ 0,01087 m 2 = 108,7 cm 2

Lubang baut : d = 2,5 cm


Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4 × 0,25 × 3,14 × (2,5)² = 19,625 cm²
maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 108,7 + 19,625 = 128,325 cm²
Dari kedua kondisi diatas, diambil harga terbesar :
Ag min = 128,325 cm²
Menghitung imin untuk syarat kelangsingan
imin = Lk/350 = 500/350 = 1,4285 cm
Cek : 400/400 = 1 > 2/3 ok
A = 218,7 cm2 > 128,325 cm 2 ok
Iy = 10,1 cm > 1,4285 cm
90
Perpustakaan Unika

2. Batang horisontal atas


Gaya batang maksimum = 262,066 ton (tekan)
Lk = 5 meter
Fy = 350 MPa
Lk Lk 500
= 49,5 atau i min = = = 10,1 cm
i min 49,5 49,5
1 Lk Fy 1 350
λc = × × = × 49,5 × = 0,2085
π i min E π 2.10 6
1,43
ω=
1,6 − 0,67λc
1,43
= = 0,979
1,6 − 0,67 × 0,2085
Nu ≤ φu Nu
≤ φu Ag fcr
Nu
Ag ≥
φufcr
262,066.10 4
Ag ≥
⎛ 350 ⎞
0,85 × ⎜ ⎟
⎝ 0,979 ⎠
Ag ≥ 8623,953 mm 2
Ag ≥ 86,23953 cm 2
Dari tabel profil pilih IWF 400.400.13.21 dengan besaran penampang
Ag = 218,7 cm2
iy = 10,1 cm
ix = 17,5 cm
Cek kelangsingan pelat penampang
b 400 250 250
λf = = = 11,764 λs = = = 13,363
t 34 fy 350

λ f < λs → ok
Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi
Cek kelasingan terhadap tekuk global
91
Perpustakaan Unika

Lk 500
= = 49,5
i min 10,1
Kelangsingan sudah sama berdasarkan pemilihan penampang
Besaran λc dan λs tidak perlu dihitung lagi
Cek kapasitas penampang
Nu = Ag fcr
218,7 × 10 2 × (350 × 10 −3 )
= 7.818,6925 KN
0,979
Nu≤ φ×π×Nn ≤ 0,85 × 7.818,6925
Nu = 2620,66 KN ≤ 6.645,888 KN ok
Penampang yang dipilih ternyata memenuhi persyaratan dan cukup efisien
3. Batang Diagonal (tarik)
Gaya batang maksimum = 129,326 ton (tarik)
a. Kondisi leleh Nu < φ × fy × Ag
129,326
Agmin   4,105x10- 3 m 2  41,05 cm 2
0,9(35000)
b. Kondisi Faktur
Nu ≤ φ × fu × Ae = φ × fu × An × U
129,326
An ≥
0,75 (35000) (0,9)
An ≥ 5,474.10 −3 m 2 = 54,74 cm 2
Ambil profil IWF 400.400.13.21
Lubang baut : d = 2,5 cm
Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4 × 0,25 × 3,14 × (2,5)² = 19,625 cm²
maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 54,74 + 19,625 = 74,365 cm²
Dari kedua kondisi diatas, diambil harga terbesar :
Ag min = 74,365m²
Menghitung imin untuk syarat kelangsingan
92
Perpustakaan Unika

imin = L/350 = 687/350 = 1,963 cm


Cek : 400/400 = 1 > 2/3 ok
A = 218,7 cm2 > 74,365 cm 2 ok
Iy = 10,1 cm > 1,963 cm
4. Batang diagonal (tekan)
Gaya batang maksimum = 129,577 ton (tekan) = 1295,77 KN
Lk = 6,87 meter
Fy = 350 MPa
Lk Lk 687
= 68,01 atau i min = = = 10,1 cm
i min 68,01 68,01
1 Lk fy 1 350
λc = × × = × 68,01 × = 0,286
π i min E π 2.10 6

1,43
ω=
1,6 − 0,67λc
1,43
= = 1,01
1,6 − 0,67 × 0,286
Nu ≤ φu Nu
≤ φu Ag fcr
Nu
Ag ≥
φufcr
129,577.10 4
Ag ≥
⎛ 350 ⎞
0,85 × ⎜ ⎟
⎝ 1,00 ⎠
Ag ≥ 4399,084 mm 2
Ag ≥ 43,9908 cm 2
Dari tabel profil pilih IWF 400.400.13.21 dengan besaran penampang
Ag = 218,7 cm2
iy = 10,1 cm
ix = 17,5 cm
Cek kelangsingan pelat penampang
b 400 250 250
λf = = = 11,764 λs = = = 13,363
t 34 fy 350
93
Perpustakaan Unika

λ f < λs ok
Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi
Cek kelasingan terhadap tekuk global

Lk 687
= = 68,01
i min 10,1
Kelangsingan sudah sama berdasarkan pemilihan penampang
Besaran λc dan λs tidak perlu dihitung lagi
Cek kapasitas penampang
Nu = Ag fcr
218,7102 × (350.10 −3 )
= 7578,712 KN
1,01
Nu≤ φ × π × Nn ≤ 0,85 × 7578,712
Nu = 1295,77 KN ≤ 6441,905 KN ok
Penampang yang dipilih ternyata memenuhi pesyaratan dan cukup efisien.
5. Pendemensian Ikatan Angin Bawah
Gaya Tekan Maksimal = 15918,6 kg
Panjang batang tekan (Lk) = (541 : 2) = 271 cm
Dipakai profil siku = 90.90.9
Data – data 90.90.9
Iξ = 184 cm4
iξ = 3,45 cm

ξ Iη = 47,8 cm4

iη = 1,76 cm

F = 15,5 × 2 = 31 cm2
η = 3,59 cm
V
Ix = 2 × 116 = 232 cm4

Iy = 2{(47,8 + 15,5)×(3,59 + ½ .1,6² )}=616 cm4

e = 2,54 cm

1,1 Ix = 1,1 × 232 = 255,2 < Iy = 616


jadi i min = ix = iξ = 3,45 cm
94
Perpustakaan Unika

lk 271
λ= = = 78,5 < 200
imin 3,45
Chek kekuatan profil
lk fy 2710 350
λc = × + = 1,04
i ×π E 34,5 × π 2 × 105
1,43
0,25 ≤ λc ≤ 1,2 → ω =
1,6 − 0,67λc
1,43
0,25 ≤ 1,04 ≤→ ω = = 1,59
1,6 − 0,67λc
15918,6
σ = 1,59 × = 816,47kg / cm2 ≤ 2400kg / cm2
31
Perhitungan pelat kopel :
Jarak = 30 imin = 30 × 3,45 = 103,5 cm
Lk = 271 cm
271
n= + 1 = 3,608 ≈ 4 pelat kopel
103,5
Jadi dipakai 4 pelat kopel dengan jarak = 271/4 = 67,75 cm
6. Pendimensian Ikatan Angin Atas
Gaya Tekan Maksimal = 4555,74 kg
Panjang batang tekan (Lk) = (693 : 2) = 346,5 cm
Dipakai profil siku = 90.90.9.
Iξ = 184 cm4
Iη = 47,8 cm4
ξ iξ = 3,45 cm

iη = 1,76 cm

F = 15,5 × 2 = 31 cm2
η V = 3,59 cm

Ix = 2 × 116 = 232 cm4

Iy = 2(47,8 + 15,5) × (3,59 + ½ 1,6²) = 616 cm4

e = 2,54 cm
95
Perpustakaan Unika

1,1 Ix = 1,1 × 232 = 255,2 < Iy = 616


jadi i min = ix = iξ = 3,45 cm
lk 346,5
λ= = = 100,43 < 200
i min 3,45
Check kekuatan profil

lk fy 3465 350
λc = × = = 1,33
i ×π E 34,5π 2 × 105
λc≥1,2 → ω = 1,25 λc2
1,33≥1,2 → ω = 1,25 × (1,33) 2= 2,23

4555,74
σ = 2,23 × = 327,71 ≤ 2.400 kg/cm 2
31

Perhitungan pelat kopel :


Jarak = 30 imin = 30 × 3,45 = 103,5 cm
Lk = 346,5 cm
346,5
n= + 1 = 4,34 ≈ 5 pelat kopel
103,5
Jadi dipakai 4 pelat kopel dengan jarak = 346,5/5 = 69,3 cm
3.1.11 Sambungan
1. Sambungan Ikatan Angin Bawah dengan Gelagar Melintang
Ikatan angin dengan pelat buhul
P = 6216,84 kg
Diameter baut = d = 20 mm
Tebal Pelat buhul = 7 mm
a. Tinjauan Kapasitas pelat
Tebal pelat = 7 mm = 0,7 cm
Lebar = 90 mm = 9 cm
Panjang Bidang yang tergesek :
Misal cari panjang terkecil dengan 2 baut
96
Perpustakaan Unika

Detail

P Gambar 3.16 Sambungan Ikatan Angin Bawah dengan


Gelagar Melintang

Detail

90 mm

160 mm

85 % A bruto = 0,85 × 90 ×160 = 12240 mm2 = 122,4 cm2


Sehingga σ = 0,75 × 122,4 × 2400 kg/cm2 = 220320 kg
Jadi N = 220,32 ton
Gaya terbesar pada gelagar 6,216 ton < 220,32 ton ------ ok
b. Tinjau dari kekuatan baut terhadap geser
Rumus :
faktor slip
× jumlah baut × proof load
faktor beban
Coba, asumsi kekuatan 1 baut A 325; db= 20mm
0,7
N= × 1 × 16631,33 = 8315,66 kg
1,4
Pelat buhul dengan gelagar induk
P = 6216,84 kg
Sambungan las sudut dengan tebal pelat 7 mm, maka a ≤ (7 + 1)/2
a ≤ 4 mm
digunakan tebal las 4 mm
97
Perpustakaan Unika

Panjang pengelasan, L = 50 cm
P 6216,84
τ= = = 310,84 kg/cm 2
aL 0,4 × 50

310,84 kg/cm2 < 0,58 × 2400 kg/cm2 = 1392 kg/cm2 ok


Tabel 3.7 Perhitungan Baut Ikatan Angin Bawah

No batang P (Kg) Tarik/Tekan P baut (Kg) n perlu n pasang

32 6173,48 Tarik 8315.66 0,74 2


33 6216,84 Tekan 8315,66 0,74 2
34 4820,23 Tarik 8315,66 0,57 2
35 4801,03 Tekan 8315,66 0,57 2
36 3470,71 Tarik 8315,66 0,41 2
37 3438,68 Tekan 8315,66 0,41 2
38 2076,32 Tarik 8315,66 0,24 2
39 2039 Tekan 8315,66 0,24 2
40 718,16 Tarik 8315,66 0,08 2
41 677,71 Tekan 8315,66 0,08 2
42 677,71 Tekan 8315,66 0,08 2
43 718,16 Tarik 8315,66 0,08 2
44 2039 Tekan 8315,66 0,24 2
45 2076,32 Tarik 8315,66 0,24 2
46 3438,68 Tekan 8315,66 0,41 2
47 3470,71 Tarik 8315,66 0,41 2
48 4801,23 Tekan 8315,66 0,57 2
49 4820,23 Tarik 8315,66 0,57 2
50 6216,84 Tekan 8315,66 0,74 2
51 6173,48 Tarik 8315,66 0,74 2
52 6203,94 Tekan 8315,66 0,74 2
53 6176,13 Tarik 8315,66 0,74 2
54 4863,43 Tekan 8315,66 0,58 2
55 4803,91 Tarik 8315,66 0,57 2
56 3469,02 Tekan 8315,66 0,41 2
57 3400,94 Tarik 8315,66 0,4 2
58 2113,38 Tekan 8315,66 0,25 2
59 2038,99 Tarik 8315,66 0,24 2
60 718,5 Tekan 8315,66 0,08 2
61 641,53 Tarik 8315,66 0,07 2
62 641,53 Tarik 8315,66 0,07 2
63 718,5 Tekan 8315,66 0,08 2
64 2038,99 Tarik 8315,66 0,24 2
65 2113,38 Tekan 8315,66 0,25 2
66 3400,94 Tarik 8315,66 0,4 2
67 3496,02 Tekan 8315,66 0,41 2
98
Perpustakaan Unika

68 4803,91 Tarik 8315,66 0,57 2


69 4863,43 Tekan 8315,66 0,58 2
70 6176,13 Tarik 8315,66 0,74 2
71 6203,94 Tekan 8315,66 0,74 2

2. Sambungan Ikatan Angin Atas dengan Gelagar Melintang


Ikatan angin dengan pelat buhul
P = 2926,65 kg
Diameter baut = d = 20 mm
Tebal Pelat buhul = 7 mm
a. Tinjauan Kapasitas pelat
Tebal pelat = 7 mm = 0,7 cm
Lebar = 90 mm = 9 cm
Panjang Bidang yang tergesek :
Misal cari panjang terkecil dengan 2 baut

Detail

Gambar 3.17 Sambungan Ikatan Angin Atas dengan


Gelagar Melintang

Detail

90 mm

160 mm
85 % A bruto = 0,85 × 90 ×160 = 12240 mm2 = 122,4 cm2
99
Perpustakaan Unika

Sehingga σ = 0,75 × 122,4 × 2400 kg/cm2 = 220320 kg


Jadi N = 220,32 ton
Gaya terbesar pada gelagar 2,926 ton < 220,32 ton ------ ok
b. Tinjau dari kekuatan baut terhadap geser
Rumus :

faktor slip
× jumlah baut × proof load
faktor beban
Coba, asumsi kekuatan 1 baut A 325; db= 20mm

0,7
N= × 1 × 16631,3 = 8315,66 kg
1,4
Pelat buhul dengan gelagar induk
P = 2926,65 kg
Sambungan las sudut dengan tebal pelat 5 mm, maka a ≤ (5 + 1)/2
a ≤ 3 mm
dugunakan tebal las 3 mm
Panjang pengelasan ; L = 40 cm
P 2926,65
τ= = = 243,8875 kg/cm 2
aL 0,3 × 40

243,8875 kg/cm2 < 0,58 × 2400kg/cm2 = 1392 kg/cm2 ok


Tabel 3.8 Sambungan Baut Ikatan Angin Atas

No batang P (Kg) Tarik/Tekan P Baut (Kg) n perlu n pasang

10 2912,02 Tarik 8315,66 0,35 2


11 2184,42 Tarik 8315,66 0,26 2
12 1458,11 Tarik 8315,66 0,17 2
13 730,5 Tarik 8315,66 0,08 2
14 2,66 Tarik 8315,66 0,003 2
15 725,54 Tekan 8315,66 0,08 2
16 1453,94 Tekan 8315,66 0,17 2
17 2175,35 Tekan 8315,66 0,26 2
18 2926,65 Tekan 8315,66 0,35 2
29 2913,65 Tekan 8315,66 0,35 2
30 15,62 Tekan 8315,66 0,0018 2
31 2186,68 Tekan 8315,66 0,26 2
32 8,86 Tarik 8315,66 0,001 2
33 1460,75 Tekan 8315,66 0,17 2
100
Perpustakaan Unika

34 3,69 Tarik 8315,66 0,0004 2


35 733,3 Tekan 8315,66 0,08 2
36 1,05 Tekan 8315,66 0,0001 2
37 5,42 Tekan 8315,66 0,0006 2
38 5,3 Tekan 8315,66 0,0006 2
39 723,01 Tarik 8315,66 0,08 2
40 9,12 Tekan 8315,66 0,001 2
41 1451,85 Tarik 8315,66 0,17 2
42 12,15 Tekan 8315,66 0,001 2
43 2178,13 Tarik 8315,66 0,26 2
44 9,88 Tekan 8315,66 0,001 2
45 2924,77 Tarik 8315,66 0,35 2
46 7,86 Tekan 8315,66 0,0009 2
47 2190,07 Tarik 8315,66 0,26 2
48 6,25 Tekan 8315,66 0,0007 2
49 1462,53 Tarik 8315,66 0,17 2
50 0,97 Tekan 8315,66 0,0001 2
51 735,26 Tarik 8315,66 0,08 2
52 3,76 Tarik 8315,66 0,004 2
53 7,36 Tarik 8315,66 0,0008 2
54 8,02 Tarik 8315,66 0,0008 2
55 721,05 Tekan 8315,66 0,08 2
56 11,78 Tarik 8315,66 0,001 2
57 1450,11 Tekan 8315,66 0,17 2
58 15,33 Tarik 8315,66 0,001 2
59 2183,39 Tekan 8315,66 0,26 2
60 23,65 Tarik 8315,66 0,002 2
61 2902,54 Tekan 8315,66 0,34 2
62 13,49 Tarik 8315,66 0,001 2
63 509,86 Tarik 8315,66 0,06 2
64 1000,66 Tekan 8315,66 0,12 2
75 1460,55 Tarik 8315,66 0,17 2
76 733,11 Tarik 8315,66 0,08 2
77 5,25 Tarik 8315,66 0,0006 2
78 5,42 Tekan 8315,66 0,0006 2
79 5,3 Tekan 8315,66 0,0006 2
80 722,94 Tekan 8315,66 0,08 2
81 1451,54 Tekan 8315,66 0,17 2
82 2186,27 Tekan 8315,66 0,26 2
83 2899,04 Tekan 8315,66 0,34 2
101
Perpustakaan Unika

3.1.12 Sambungan Baut Pada Gelagar Induk


a. Tinjauan Kapasitas pelat
Tebal pelat = 20 mm = 2 cm
Lebar = 400 mm = 40 cm
Panjang Bidang yang tergesek :
Misal cari panjang terkecil dengan 4 baut
P
P
800

426,9 282
80
100
100
100
850 850
100
735 100
100 100 80
58,9 100 100
100 58,9
100
100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

P 7,5
7,5
75
75
P
400 10 100
7,5 75
7,5 75
0,8 100 100 100 100 100 100 100 100 0,8 0,8 100 100 100 100 100 100 100 100 0,8

2500

Gambar 3.18 Sambungan Baut Pada Gelagar Induk

400 mm

160 mm

85 % A bruto = 0,85 × 400 ×160 = 55400 mm2 = 554 cm2


Sehingga σ = 0,75 × 554 × 2400 kg/cm2 = 967200 kg
Jadi N = 997200 ton
Gaya terbesar pada gelagar 262,066 ton < 997,2 ton ------ ok
b. Tinjau dari kekuatan baut terhadap geser
Rumus :
102
Perpustakaan Unika

faktor slip
× jumlah baut × proof load
faktor beban
Coba, asumsi kekuatan 1 baut A 325; db=20mm
0,7
N= × 1 × 16631,33 = 8315,66 kg
1,4
Maka kekuatan untuk satu bautnya 8315,66 kg, maka kebutuhan baut untuk
gelagar induk sebagai berikut :
Tabel 3.9 Perhitungan Baut Gelagar Induk

No batang Gaya batang Gaya batang P baut n perlu n pasang


( kg) (1 sayap) (kg)

1 47215,44 23607,72 8315,66 2,8 4


2 131034,3 65517,15 8315,66 7,87 8
3 193946,4 96973,2 8315,66 11,66 12
4 234881,6 117440,8 8315,66 14,1 16
5 256849,9 128424,95 8315,66 15,4 16
6 256849,9 128424,95 8315,66 15,4 16
7 235881,6 117940,8 8315,66 14,1 16
8 193946,4 96973,2 8315,66 11,66 12
9 131034,3 65517,15 8315,66 7,87 8
10 47212,44 23606,22 8315,66 2,8 4
11 129577,6 64788,8 8315,66 7,79 8
12 129326,2 64663,1 8315,66 7,77 8
13 100682,2 50341,1 8315,66 6,05 8
14 240392,6 120196,3 8315,66 14,45 16
15 71965,69 35982,84 8315,66 4,32 6
16 71850,13 35925,06 8315,66 4,32 6
17 43197,58 21598,79 8315,66 2,59 4
18 43090,08 21545,04 8315,66 2,59 4
19 14435,54 7217,77 8315,66 0,86 2
20 14327,04 7163,52 8315,66 0,86 2
21 14327,04 7163,52 8315,66 0,86 2
22 14435,54 7217,77 8315,66 0,86 2
23 43090,08 21545,04 8315,66 2,59 4
24 43197,58 21598,79 8315,66 2,59 4
25 71850,33 35925,06 8315,66 4,32 6
26 71965,69 35982,84 8315,66 4,32 6
27 100626,4 50313,2 8315,66 6,05 8
28 100682,2 50341,1 8315,66 6,05 8
29 129326,2 64663,1 8315,66 7,77 8
30 129577,6 64788,8 8315,66 7,74 8
31 94323,19 47161,59 8315,66 5,67 6
32 167709,7 83854,85 8315,66 10,08 12
103
Perpustakaan Unika

33 220129,6 110064,8 8315,66 13,22 14


34 251582 125791 8315,66 15,12 16
35 262066 131033 8315,66 15,75 16
36 251582 125791 8315,66 15,1 16
37 220129 110064,5 8315,66 13,2 14
38 167709,7 83854,85 8315,66 10,08 12
39 94323,19 47,161,595 8315,66 5,67 6
104
Perpustakaan Unika

3.2 Perhitungan Struktur Bawah


3.2.1 Abutment
3.2.1.1 Berat dan Titik Berat Abutment

3,0 m 1,5 m 0,15 1,5 m

1,5 m
0,25 m I 0,8 m

C 1,36 m
2,59 m II
VI B A
D 1,36 m
E
0,68 m III
1,75 m IV 1,75 m
0,5 m 0,5 m
V F G
1,25 m
H 1,25 m

O
6m

Gambar 3.19 Gaya Akibat Berat Sendiri Abutment

Lebar abutmen (L) = 9,6meter


Berat jenis abutment, γbeton = 2400 kg/cm3

Tabel 3.10 Perhitungan berat sendiri abutmen

No Luas (m2) xa (m) ya (m) Luas. xa (m3) Luas . ya (m3) Volume (m3) Berat (kg)
A 7,905 0,00 4,385 0,00 34,663 75,888 182131,2
B 1,946 1,125 5,4775 2,189 10,659 18,681 44834,4
C 2,04 1,5 5,54 3,06 11,301 19,584 47001,6
D 1,02 1,25 4,4 1,275 4,488 9,792 23500,8
E 0,255 1,00 4,167 0,255 1,062 2,448 5875,2
F 0,5625 1,5 1,41 0,842 0,793 5,4 12960
G 0,5625 1,5 1,41 0,843 0,793 5,4 12960
H 7,5 0,00 0,625 0,00 4,687 72 172800
I 0,75 0,00 1,5 0,00 1,125 7,2 17280
21,731 8,465 66,019 519343,2
105
Perpustakaan Unika

Jarak titik berat dari eksentrisitas berat sendiri abutment terhadap pusat luasan pile
group :
8,465 66,019
xo = = 0,389 m yo = = 3,03 m
21,731 21,731
Berat sendiri abutmen, Q bs = 519343,2 kg
Momen akibat beban sendiri abutmen terhadap eksentrisitas pancang :
Mbs = 519343,2 × 0,389 = 202024,5 kgm = 202,024 tonm
3.2.1.2 Beban Mati Akibat Konstruksi Atas
Beban mati untuk abutmen = beban mati total rasuk induk = 484534,54 kg
= 484,534 ton

0,8 m
GD

1,36 m

1,36 m

1,75 m

0,5 m
1,25 m

6m

Gambar 3.20 Beban Mati Konstruksi Atas


Beban pada setiap abutment = 0,5 × 484,534 = 242,267 ton
Lengan gaya terhadap titik berat = 1,5 meter
Momen beban mati konstruksi atas terhadap centrisitas pancang
MD = 242,267 × 1,5 = 363,4005 tonm
3.2.1.3 Beban Hidup Akibat Konstruksi Atas
Beban hidup untuk abutmen = beban hidup total rasuk induk = 42,304 t
Beban pada setiap abutment = 0,5 × 42,304 = 21,152 t
Lengan gaya terhadap titik berat = 1,5 meter
106
Perpustakaan Unika

6m

Gambar 3.21 Beban Hidup Konstruksi Atas

Momen beton hidup konstruksi atas terhadap eksentrisitas pancang


ML = 21,152 × 1,5 = 31,728 tonm
3.2.1.4 Beban Akibat Timbunan Tanah
Lebar abutmen = 9,6 meter
Berat jenis tanah, γtanah = 1785 kg/m3

C
II
VI B A
D
E
III
IV
V F G
H
O
6m

Gambar 3.22 Beban Akibat Berat Tanah Vertikal


107
Perpustakaan Unika

Tabel 3.11 Perhitungan beban timbunan tanah abutmen


Luas xa ya Luas. xa Luas . ya Volume
No Berat (kg)
(m2) (m) (m) (m3) (m3) (m3)
I 0,5625 1,875 6,9 1,054 3,881 5,4 9639
II 4,905 2,25 5,135 11,053 25,187 47,088 84052,08
III 0,255 1,25 3,726 0,318 0,95 2,448 4369,68
IV 3,9375 1,.875 2,625 7,382 10,335 37,8 67473
V 0,5625 2,25 1,583 1,265 0,89 5,4 9639
VI 21,06 4,5 3,5125 94,77 73,973 202,176 360884,16

31,282 115,842 115,216 536056,92

Jarak titk berat dari eksentrisitas akibat terhadap pusat pile group :
115,842 115,216
xo = = 3,703 m yo = = 3,68 m
31,282 31,282
Berat tanah QL = 536056,92 kg
Momen akibat berat tanah terhadap titik A
ML = 536056,92 × 3,703 = 1985018,775 kgm = 1985,018 tonm
3.2.1.5 Gaya Rem dan Traksi
Gaya rem dan traksi HRT bekerja sebesar 5 % dari muatan D tanpa koefisien kejut
yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dan dalam satu jurusan
HRT

6m

Gambar 3.23 Gaya Rem dan Traksi


108
Perpustakaan Unika

Beban hidup untuk 1 abutmen QL = 21,152 ton


Gaya rem dan traksi
HRT = 5 % × 21,152 = 1,057 ton
Lengan rem dan traksi terhadap titk centris = h + 1,2 = 7,02 + 1,2 = 8,22 meter
Momen gaya rem dan traksi terhadap titik eksentrisitas pancang.
MRT = 1,057 × 8,22 = 8,688 tonm
3.2.1.6 Beban Gempa

7,02 m

3,68 m

3,03 m

Gambar 3.24 Gaya Akibat Gempa

Mencari koefisien gempa


Koefisien gempa = C × I × K
a. Waktu getar
tx = ty = 0,06 × (1,54)2 = 0,083 detik
b. Koefisien gempa dasar (C)
Koefisien gempa dasarnya adalah 0,15
c. Nilai I dan K
Diambil I = 1 dan K = 1
Koefisen gempa untuk rencana = C × I × K = 0,15 × 1 × 1 = 0,15
109
Perpustakaan Unika

Gaya horisontal
Abutmen = 0,15 × 519,343 = 77,901 ton
Embankmen = 0,15 × 536,056 = 80,408 ton
Struktur atas = 0,15 × 242,267 = 36,34 ton +
194,649 ton

Momen
Abutmen = 3,03 × 77,901 = 236,04 tonm
Embankmen = 3,68 × 80,408 = 295,901 tonm
Struktur atas = 7,02 × 36,34 = 255,106 tonm +
787,047 tonm = 81,984 ton/meter

3.2.1.7 Gaya Akibat Tekanan Tanah Aktif

q = 1 t/m2

H1
7,02 m

H2
P2 P1

Gambar 3.25 Gaya Akibat Tekanan Tanah Aktif


Parameter tanah = φ = 30,5°
γ = 1,785 ton/m3
ka = tan2 (45-φ/2) = tan2 (45 – 30,5/2) = tan2 30 = 0,32
110
Perpustakaan Unika

Untuk total abutment


P1 = q × ka = 1 × 0,32 = 0,32 ton/m2
P2 = γ × h × ka = 1,785 × 7,02 × 0,32 = 4 ton/m2
H1 = 0,32 × 7,02 × 9,6 = 21,565 ton
H2 = (4 × 7,02 m)/2 × 9,6 = 134,784 ton +
156,349 ton
Momen = 21,565 × (7,02/2) + 134,784 × (7,02/3) = 75,693 + 315,394 = 391,087
tonm
3.2.1.8 Gaya Akibat Gesekan (PMI 70)
H = 0,01 × beban mati
= 0,01 × 242,267 ton = 2,422 ton
M = 2,422 × 7,02 = 17,002 tonm
1. Kombinasi Pembebanan
Kontruksi jembatan ditinjau terhadap kombinasi pembebanan dan gaya yang
mungkin bekerja, sesuai dengan sifat–sifat serta kemungkinan–kemungkinan pada
setiap beban, tegangan yang digunakan dalam pemeriksaan kekuatan konstruksi
yang bersangkutan dinaikkan terhadap tegangan yang diijinkan sesuai dengan
keadaan elatis.
Tabel 3.12 kombinasi pembebanan
Tegangan yang
digunakan dalam
No Kombinasi pembebanan dan pada tegangan
ijin keadaan elastis
(%)
I Abutmen + struktur atas + tekanan tanah 100
II Abutment + tekanan tanah + tanah urugan 125
III Struktur atas + abument + tekanan tanah + tanah 140
urugan + rem + traksi
IV Beban mati+abutmen+tanah urugan+gempa 150
Sumber : PPPPJJR
111
Perpustakaan Unika

1. KOMBINASI I
(Abutmen + struktur atas + tekanan tanah ) = 100%

Tabel 3.13 Kombinasi I

Unit V (ton) H (ton) M (tonm)


Beban mati + beban hidup 263,418 395,128
Abutmen 519,343 202,024
Tekanan tanah 156,349 391,087
Tanah urugan 536,056 1985,018
TOTAL 1318,817 156,349 2973,257

2. KOMBINASI II
(Abutment + tekanan tanah + tanah urugan) = 125 %

Tabel 3.14 Kombinasi II

Unit V (ton) H (ton) M (tonm)


Beban mati 242,267 363,4
Abutmen 519,343 202,024
Tekanan tanah 156,349 391,087
Tanah urugan 536,656 1985,018
TOTAL 1297,666 156,349 2941,529
125 % 1622,082 195,436 3676,911

3. KOMBINASI III
(Struktur atas+abument+tekanan tanah+tanah urugan+rem+traksi ) = 140 %

Tabel 3.15 Kombinasi III

Unit V (ton) H (ton) M (tonm)


Beban mati + beban hidup 263,418 395,128
Abutmen 519,343 202,024
Tekanan tanah 156,349 391,087
Tanah urugan 536,056 1985,018
Rem 1,057 8,688
Friction 2,422 17,002
TOTAL 1318,817 159,828 2998,947
140 % 1846,343 223,759 4198,525
112
Perpustakaan Unika

4. KOMBINASI IV
(Beban mati + abutmen + tanah urugan + gempa) = 150 %

Tabel 3.16 Kombinasi IV

Unit V (ton) H (ton) M (tonm)


Beban mati 242,267 363,4
Abutmen 519,343 202,024
Gempa 194,649 787,047
Tanah urugan 536,056 1985,018
TOTAL 1297,666 194,649 3337,489
150 % 1946,499 291,973 5006,233

3.2.2 Kontrol Terhadap Kestabilan Konstruksi


A. Daya Dukung Pada Kombinasi Pembebanan
Kondisi Pembebanan I :
ΣV = 1318,817 t
ΣH = 156,349 t
ΣMV = 2582,17 t
ΣMH = 391,087 t
B ΣM v − ΣM H 6 2582,17 − 391,087
e= − = −
2 ΣV 2 1318,817
e = 1,33m
ΣV ⎛ 6 × e ⎞ 1318,817 ⎛ 6 × 1,33 ⎞
q= × ⎜1 ± ⎟= × ⎜1 ± ⎟
Labutmen × B ⎝ B ⎠ 9,6 × 6 ⎝ 6 ⎠
q max = 53,347t / m 2
q min = −7,555t / m 2

Kondisi Pembebanan II:


ΣV = 1622,082 t
ΣH = 195,436 t
ΣMV = 3188,052 t
ΣMH = 488,858 t
113
Perpustakaan Unika
B ΣM v − ΣM H 6 3188,052 − 488,858
e= − = −
2 ΣV 2 1622,082
e = 1,33m
ΣV ⎛ 6 × e ⎞ 1622,082 ⎛ 6 × 1,33 ⎞
q= × ⎜1 ± ⎟= × ⎜1 ± ⎟
Labutmen × B ⎝ B ⎠ 9,6 × 6 ⎝ 6 ⎠
q max = 65,615t / m 2
q min = −9,293 / m 2

Kondisi Pembebanan III:


ΣV = 1846,343 t
ΣH = 223,759 t
ΣMV = 3615,038 t
ΣMH = 583,487 t

B ΣM v − ΣM H 6 3615,038 − 583,487
e= − = −
2 ΣV 2 1846,343
e = 1,35m
ΣV ⎛ 6 × e ⎞ 1846,343 ⎛ 6 × 1,35 ⎞
q= × ⎜1 ± ⎟= × ⎜1 ± ⎟
Labutmen × B ⎝ B ⎠ 9,6 × 6 ⎝ 6 ⎠
q max = 75,328t / m 2
q min = −11,219t / m 2

Kondisi Pembebanan IV:


ΣV = 1946,499 t
ΣH = 291,973 t
ΣMV = 3825,663 t
ΣMH = 1180,57 t

B ΣM v − ΣM H 6 3825,663 − 1180,57
e= − = −
2 ΣV 2 1946,6
e = 1,64m
ΣV ⎛ 6 × e ⎞ 1946,6 ⎛ 6 × 1,64 ⎞
q= × ⎜1 ± ⎟= × ⎜1 ± ⎟
Labutmen × B ⎝ B ⎠ 9,6 × 6 ⎝ 6 ⎠
q max = 89,219t / m 2
q min = −21,628t / m 2
114
Perpustakaan Unika

Dari hasil perhitungan diatas maka yang paling menentukan adalah


kombinasi IV:
ΣV = 1946,499 t
ΣH = 291,973 t
ΣMV = 3825,663 t
ΣMH = 1180,57 t
ΣM = ΣMV + ΣMH
= 3825,663 t + 1180,57 t
= 5006,233 t
qmax = 89,219 t/m²
σ = ΣV/A = 1946,499 / 21,731
= 89,567 t/m²
qmax < σ ÎAman

B. Kontrol Terhadap Guling


Angka keamanan n = 1,5
ΣM v
α= > 1,5
ΣM H
3825,663
α= > 1,5
1180,57

= 3,24 > 1,5 Î aman

C. Kontrol Terhadap Geser

ΣV × tan ϕ
α= > 1,5
ΣH
1946,499 × tan 30,5 °
α= > 1,5
291,973

= 3,926 > 1,5 aman


115
Perpustakaan Unika

3.2.3 Perhitungan Sendi / Rol (Elastomeric)


Beban pada sendi/rol = RA = 121,133 ton + 10,576 ton = 131,906 ton
Untuk tinjauan dipakai beton K-200 --------------σb = 67,5 kg/cm2
Jadi luas yang diperlukan = F
Rv 131906 kg
jadi = F = = = 1951,24 cm 2
σb 67,5
Dipakai ukuran bujur sangkar = ( a × a)
Jadi a = F = 1951,24 = 44,1 cm ≈ diambil 50 cm

1. Perhitungan Elastomer
Beban dari struktur atas (mati +hidup )
= 121,133 ton + 10,576 ton = 131,906 ton
Ambil elastomeric TBR A = 3 × 72 > 131,906 ton (ok).
2. Beban horisontal
A. Gaya rem dan traksi (Beban hidup)
HRT = 5 % × Beban hidup
= 0,05 × 10,576 ton = 0,52 ton
B. Gaya gempa
HG = E × beban mati
= 0,15 × 121,133 ton
= 18,16 ton
Beban horisontal total = H = 0,52 + 18,16 = 18,68 ton
Digunakan jenis TBR A = 3 × 8,4 > 18,68 ton (ok).
Tabel 3.17 Tabel Jenis – jenis Elastomer
Pembebanan Maximal Gerakan
Jenis Ukuran (mm) Vertikal Horisontal Dasar
(Ton) (Ton) (mm)
A 20, 20, 1,5 ± 0,1 40 5,6 12
B 20, 30, 1,5 ± 0,1 72 8,4 12
116
Perpustakaan Unika

3.2.4 Penulangan abutmen


Tabel 3.18 Gaya dan momen per m′
Unit V (t/m) H (t/m) M (tm/m)
Kombinasi I 137,376 16,286 309,714
Kombinasi II 168,966 20,357 383,011
Kombinasi III 192,327 23,308 437,346
Kombinasi IV 202,76 30,413 521,482

Digunakan Kombinasi IV
V = Pu = 202,76 ton/m = 2027,6 KN/m
H = 30,413 t/m
M = Mu = 521,482 ton/m = 5214,82 KN/m
Penulangan untuk abutmen dipasang pada momen terbesar yaitu pada kombinasi
IV sebesar 521,482 tonm/meter dan V = 202,76 ton/meter
M 521,482
e= = = 2,57 m
V 202,76
Asumsikan tampang 1000 mm × 1000 mm (permeter panjang )
ds = d' = 5 cm = 50 mm
Atotal = 2,5 % tulangan; kolom dianggap simetris sehingga
As 1
ρ = ρ'= = × 0,025 = 0,0125
b×d 2
As = As’ = 0,0125 × 1000 × (1000 – 50 )
= 11.875 mm2
Dicoba 24 D32 ( As= 19301,94 mm2)
19301,94
ρ= = 0,0203
1000 × (1000 − 50)
600 × d 600 × 950
xb = = = 575,75mm
600 + fy 600 + 390
ab= β1 × xb = 0,85 × 575,75 = 489,3875 mm
117
Perpustakaan Unika

⎛ 575,75 + 50 ⎞
fs = 2 × 10 5 × 0,003 × ⎜ ⎟ = 547,89 MPa
⎝ 575,75 ⎠
547,89 > fy = 390 MPa
Gunakan fs = fy = 390 MPa
Pnb = 0,85 × fc′ × b × ab + As′ × f′s – As × fy
=0
= 0,85 × 20 × 1000 × 489,3875 = 8.319.587,5 N
⎛ 1000 489,38 ⎞ ⎛ 1000 ⎞
Mnb = 0,85 × 20 × 1000 × 489,38 × ⎜ − ⎟ + 19301,94 × 390 × ⎜ − 50 ⎟
⎝ 2 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
⎛ 1000 ⎞
+ 19301,94 × 390 × ⎜ 950 − ⎟
⎝ 2 ⎠
= 8899,02 x 106 Nmm
Mnb 8899,02 × 106
eb= = = 1069mm < 2570 mm keruntuhan tarik
Pnb 8,319 × 106

fy 390
m= = = 22,941
0,85 × f c 0,85 × 20
⎛ h − 2e ⎞ ⎛ 1000 − 2 × 2570 ⎞
⎜ ⎟=⎜ ⎟ = −2,178
⎝ 2d ⎠ ⎝ 2 × 950 ⎠
⎛ d' ⎞ ⎛ 50 ⎞
⎜⎜1 − ⎟⎟ = ⎜1 − ⎟ = 0,947
⎝ d ⎠ ⎝ 950 ⎠
⎧⎪⎛ h − 2e ⎞ ⎛ h − 2e ⎞
2
⎛ d ⎞ ⎫⎪
Pn = 0,85 × f c' × b × d × ⎨⎜ ⎟ + ⎜ ⎟ + 2 × m × p × ⎜ 1 − ' ⎟⎬
⎪⎩⎝ 2d ⎠ ⎝ 2d ⎠ ⎝ d ⎠ ⎪⎭

{
Pn = 0,85 × 20 × 1000 × 950 × − 2,178 + (− 2,178)2 + 2 × 22,941 × 0,0203 × 0,947 }
Pn = 3130,855 KN
Dicek apakah benar tegangan pada tulangan desak fs’>fy
pn 3130855
a= = = 184,167mm
0,85 × fc × b 0,85 × 20 × 1000
a 184,167
μ= = = 216,667mm
0,85 0,85
118
Perpustakaan Unika

⎛ 216,667 − 50 ⎞
fs’= 600 × ⎜ ⎟ = 461,538Mpa Mpa > 390 Mpa= fy →ok
⎝ 216,667 ⎠

Pr (P rencana) = Ø × Pn = 0,7 × 3130,855 kN = 2191,598 KN


Pr > Pu 2191,598 KN > 2027,6 KN
Perhitungan tulangan bagi
25 % As = 25 % × 11.875 = 2968,75 mm2
Dicoba 10 D22 – 100 = 3.799,4 mm2 > 2.968,75 mm2 ok

3.2.5 Penulangan wing Wall


Beban tanah
φ = 30,5°
γ = 1,785 t/m3
kn = tg²(45º- 30,5º/2) = 0,32

2,25 m

5,77 m
P1
P2

1m
Gambar 3.26 Diagram Gaya yang Bekerja pada Wing Wall

P1 = q × kn x h = 1,91 × 0,32 × 5,775 = 3,526 t/m


P2 = 0,5 × γ × h² × kn = 0,5 × 1,785 × (5,775)² × 0,32 = 9,508 t/m
119
Perpustakaan Unika

MP1 = (P1 × b) × (5,775/2) = 3,526 × 2,25 × 2,885 = 22,888 tm


MP2 = (P2 × b) × (5,775/3) = 9,508 × 2,25 × 1,923 = 41,138 tm
ΣM = MP1 + MP2 = 22,888 + 41,138 = 64,026tm = 6,402 × 10 8 Nmm

M ult = 1,2 ΣM = 1,2 × 6,402 x 108 = 7,682 x 108 Nmm

768200000
Mn = = 960300000 Nmm
0,8

Penulangan wing wall


d = ht – 5 = 40 – 5 = 35 cm = 350 mm
b = 1000 mm
⎛ a⎞
M = 0,85 × f' c × a × b × ⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
⎛ a⎞
9,603 × 108 = 0,85 × 20 × a × 1000⎜ 350 − ⎟
⎝ 2⎠
9,603 × 108 = 5950000 a − 8500 a 2
a = 447,588 mm ( tm )
a = 252,411 mm

As × fy = 0,85 × f' c × a × b
0,85 × 20 × 252,411 × 1000
As = = 12259,962 mm 2
350
Coba D 25 ( As = 490,873 mm2)
490,873 × 1000
S= = 40,038 mm
12259,962
Pasang D20-40
Amin = 0,0125 × 1000 × 350 = 4375 mm2 < 12259,962 mm2 ok
Tulangan bagi = 0,25 × 12259,962 = 3064,990 mm2
Gunakan D20 (314,159 mm2)
314,159 × 1000
S= = 102,499 mm
3064,99
Pasang D20 – 100
120
Perpustakaan Unika

3.2.6 Penulangan Pelat Injak

P
q

2,5 m

Gambar 3.27 Pembebanan pada Plat Injak

A. Beban Mati
Berat sendiri = 0,2 × 2,4 × 1 = 0,48 t/m = 4800 N/m
Berat aspal beton = 0,12 × 2,2 ×1 = 0,264 t/m = 1100 N/m
Berat lapis pondasi = 0,2 × 2,0 × 1 = 0,4 t/m = 4000 N/m
B Beban Hidup
Berat merata (q) = 1,91 t/m = 19100 N/m
Beban garis (P) = 12 ton = 120000 N
Perhitungan momen
MDL = 1/8 × (4800+2640+4000) × 2,52 = 8937,5 Nm = 8937500 Nmm
MLL = 1/8 × 19100 × 2,52 + ¼ × 120.000 × 2,5
= 14921,87 + 75000 = 89921,87 Nm = 89921875 Nmm
Mult = 1,2 MDL + 1,6 MLL
= 1,2 × 8937500 + 1,6 × 89921875 = 154600000 Nmm
Mn = 154600000/0,8 = 193250000 Nmm
Mn = 0,85 × a × b × fc′ × (d – a/2 )
D = H– 25 = 200 – 25 = 175 mm
⎛ a⎞
M = 0,85 × f c '×a × b × ⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
⎛ a⎞
193250000 = 0,85 × 20 × a × 1000⎜175 − ⎟
⎝ 2⎠
193250000 = 2.975.000 a − 8.500 a 2
a = 263,824 mm
a = 86,175 mm
121
Perpustakaan Unika

As × fy = 0,85 × f' c × a × b
0,85 × 20 × 86,175 × 1000
As = = 4185,642 mm 2
350
Coba D 25 ( As = 490,873 mm2)
490,873 × 1000
S= = 117,275 mm
4185,642
Pasang D25-100
Amin = 0,0125 × 1000 × 175= 2187,5 mm2 < 2482 mm2 ok
Tulangan bagi = 0,25 × 2482 = 620,5 mm2
Gunakan D16 (201,06 mm2)
201,06 × 1000
S= = 324,02 mm
620,5
Pasang D16 – 250

3.2.7 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang

6m
±30

Tiang Pancang Beton Pracetak Ø 50

6m

9,6 m

Gambar 3.28 Tiang Pancang pada Abutment


122
Perpustakaan Unika

A. Tiang Pancang Beton Pracetak


A.1 Menentukan Daya Dukung Tiang Pancang
Digunakan pondasi tiang pancang dengan ukuran Ø 50 cm yang ditanam pada
kedalaman –30 m dari permukaan tanah dengan panjang tiang pancang 30 m.
Ab × q c As × Ts
P= +
3 5
Keterangan :
P = daya dukung tiang maksimum
qc = conus resistence pada kedalaman dasar pondasi = 357 kg/cm²
Ab= luas penampang tiang = ¼ × π × 50² = 1.962,5 cm²
As= keliling tiang pancang = π × 50 = 157 cm
Tf= total friction = 850 kg/cm

Ab × q c As × Ts 1.962,5 × 357 157 × 850


P= + = + = 260.227 kg
3 5 3 5
A.2 Menentukan Jarak antar Tiang Pancang
Jarak antar tiang diambil berdasarkan perhitungan daya dukung tiang pancang
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum yaitu :
S ≥ 2,5 d = 2,5 × 50 = 125 cm
S ≤ 3 d = 3 × 50 = 150 cm
Direncanakan jarak antar tiang = 125 cm
A.3 Menentukan Efisiensi Kelompok Tiang Pancang (η)
Menurut rumus dari Uniform Building Code dari AASTHO adalah sebagai
berikut :
φ ⎧ (n − 1)× m + (m − 1)× n ⎫
η = 1− ×⎨ ⎬
90 ⎩ m×n ⎭
Keterangan :
m = banyaknya kolom = 5
n = banyaknya baris = 5
θ = arc tan (d/S) = arc tan (50/150) = 18,434
d = ukuran tiang pancang = 50 cm
S = jarak antar tiang pancang = 125 cm
123
Perpustakaan Unika

Efisiensi untuk jumlah tiang pancang 25 buah

18,434 ⎧ (5 − 1) × 3 + (3 − 1) × 5 ⎫
η = 1− ×⎨ ⎬ = 0,69
90 ⎩ 3× 5 ⎭

230 cm

125 cm

125 cm
X

125 cm

125 cm

230 cm

50 Cm 125 125 125 125 50 Cm

Gambar 3.29 Denah Tiang Pancang Beton pada Abutment


A.4 Cek Kekuatan Tiang Pancang dalam Kelompok Tiang
ΣV M x × Ymax
Pmax = +
n n x × Σy 2
Keterangan :
P = beban yang diterima 1 tiang pancang (kN)
ΣV = beban normal (kN)
n = banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang (buah)
Mx = momen arah x (kNm)
nx = banyaknya tiang pancang dalam 1 baris arah x (buah)
Ymax = ordinat terjauh tiang pancang ke titik berat kelompok tiang (m)
Σy² = jumlah kuadrat ordinat – ordinat tiang pancang (m)
Kelompok Tiang Pancang dengan 25 Tiang Pancang
ΣV = 19464,99 KN
n = 25 η = 0,612
Mx = 50062,33KNm nx = 5 Ymax = 2,5 m
Σy² = 4 × (5 × 1,25²) = 31,25 m2
124
Perpustakaan Unika

19464,99 50062,33 × 2,5


Pmax = + = 1576,596 KN
25 5 × 31,25
Syarat : Pmax < Pmax untuk 1 tiang pancang
1576,596 KN < η × daya dukung 1 tiang pancang
1576,596 KN < 0,612 × 2.602,27 KN
1576,596 KN < 1.592,589 KN
A.5 Perhitungan Gaya Horisontal Tiang Pancang
la = 1,25 meter
lp = 30 meter
Panjang jepitan ld = ⅓ × lp = ⅓ × 30 = 10 meter
lh = la + ld = 1,25 + 10 = 11,25 meter
λp = tan² ( 45 + 30,5°/2) = 3,06
B = 2,3 + 1,25 × 4 + 2,3 = 9,6 meter
OK = (λp × γ × lh) × B = (3,06 × 1,785 × 11,25 ) × 9,6 = 589,906 t/m2

A
P1
C G
250 cm 250 cm 250 cm 250 cm

P2
L
D H
P3
P tot
ld = 10 m

M
E I
P4
Z = 5,64 m

N
F J
lp = 30 m

P5
O K

R
S

Gambar 3.30 Pembebanan Horisontal Tiang Pancang Beton

Perhitungan diagram tekanan pasif :


125
Perpustakaan Unika

OK = 589,906 t/m
CG = ( 3,06 × 1,785 × 1,25 ) × 9,6 = 65,545 t/m
DH = ( 3,06 × 1,785 × 3,75 ) × 9,6 = 196,635 t/m
EI = ( 3,06 × 1,785 × 6,25) × 9,6 = 327,726 t/m
FJ = ( 3,06 × 1,785 × 8,75 ) × 9,6 = 458,816 t/m
Tekanan tanah pasif efektif yang bekerja
CG = 65,545 t/m
DL = ¾ × 196,635 = 147,476 t/m
EM =1/2 × 327,726 = 163,863 t/m
FN =1/4 × 458,816 = 114,704 t/m
Dititik O = 0 t/m
P1 = ½ × 1,25 ×65,545 = 40,96 ton
P2 = ½ × 2,5 × (65,545 + 147,476) = 266,276 ton
P3 = ½ × 2,5 × (147,476 + 163,863) = 389,173 ton
P4 = ½ × 2,5 × (163,863 + 114,704) = 348,208 ton
P5 = ½ × 2,5 × 114,704 = 143,38 ton
P1 + P2 + P3 + P4 + P5 = 1187,997 ton
y1 = (2,5 × 4) + (⅓ × 1,25) = 10,416

⎧ 2,5 × (2 × 65,545 + 147,476 )⎫


y 2 = (2,5 × 3) + ⎨ ⎬ = 8,58
⎩ 3 × (65,545 + 147,476 ) ⎭

⎧ 2,5 × (2 × 147,476 + 163,863)⎫


y3 = (2,5 × 2) + ⎨ ⎬ = 6,22
⎩ 3 × (147,476 + 163,863) ⎭

⎧ 2,5 × (2 × 163,863 + 114,704) ⎫


y 4 = (2,5 × 1) + ⎨ ⎬ = 3,82
⎩ 3 × (163,863 + 114,704) ⎭
y5 = ⅔ × 2,5 = 1,667 m
Z = {(40,96 × 10,416) + (266,276 × 8,58) + (389,173 × 6,22) + (348,208 × 3,82) +
(143,38 × 1,667 )} / 1187,997 = 5,64 meter
126
Perpustakaan Unika

gaya horisontal yang diijinkan :


H (0,75 + ld + l) = 1187,997 × 2 × 5,64
1187,997 × 2 × 5,64 13400,606
H= = = 793,404 ton > 291,973 ton Îok
1,25 + 10 + 5,64 16,89
A.6 Penulangan Poer Abutment
Tabel 3.19 Gaya dan momen per m′
Unit V (t/m) H (t/m) M (tm/m)
Kombinasi I 137,376 16,286 309,714
Kombinasi II 168,966 20,357 383,011
Kombinasi III 192,327 23,308 437,346
Kombinasi IV 202,76 30,413 521,482

w1
0,5 m
w2 1,25 m

A
1,25 m 1,25 m 1,25 m 1,25 m

Ptiang

Gambar 3.31 Pembebanan pada Poer Abutment


Jarak antar tiang pancang = 150 cm = 1,5 m
Ditinjau lebar tampang b = 100 cm = 1 m
Beban yang bekerja
w1 = ½ × 0,5 × 2,25 × 2400 = 1350 kg = 1,35 ton
w2 = 1,25 × 2,25 × 2400 = 6750 kg = 6,75 ton
Pmax = 202,76 ton
127
Perpustakaan Unika

Momen terhadap potongan A-A


MA = 202,76 × (2,25-1,75) + 202,76 × (2,25-0,5) – (1,35 × (1/3 × 2,25)) – (6,75 ×
(1/2 × 2,25))
= 101,38 + 354,83 – 1,012 – 7,593 = 447,605 tm
Mu = 2 × 0,8 × 447,605 = 716,168 tm
Gaya lintang pot A – A
DA = 2 × 202,76 – 1,35 – 6,75 = 397,42 t
Vu = 1,6 × 397,42 = 635,872 t
h = 120 cm = 1200 mm
b = 100 cm = 1000 mm
d = 1200 – 100 – ½ × 20 = 1084 mm
fc′ = 20 MPa
fy = 390 MPa
716,168
Mn =
0,8
= 895,21 tm
= 895,21 .107 Nmm
Mn = 0,85 × fc′ × a × b × (d-a/2)
895,21.107 = 0,85 × 20 × a × 1000 × (1084-a/2)
895,21 .107 = 18428000a – 8500 a2
a = 734,904 mm2
As × fy = 0,85 × fc′ × a × b
0,85 × 20 × 734,904 × 1000
As =
390
= 32034,276 mm2
Coba ∅32 (As = 804,247 mm2)
804,247 × 1000
S= = 25,105 mm
32034,276
Pasang ∅32-25
Asmin = 0,0125 x 1000 x 1084 = 13550 mm2 < 32034,276 mm2
128
Perpustakaan Unika

Tulangan bagi 0,25 As = 0,25 × 32034,276


= 8008,569 mm2
∅25 (As = 490,873 mm2)
490,873× 1000
S=
8008,569
= 61,293 mm
Pasang ∅25-50
Kontrol Geser Pons
d = 1300 – 100 – (0,5 × 25) = 1187,5 mm
Vu = 1,2 × 397,42 t = 476,904 t = 4769040 N
P1 = Vu/A = 4769040 / (8,4 × 5,2) = 109181,31 N/m2
Vu2 = P1 × luas efektif = 109181,31 × {(8,4 × 5,2) – (1,2 + 1,087) × 8,4}
= 2488,154 KN

fc 20
Vc = × bo × d = × 2487 × 1187 = 4400684,639 N = 4400,684 KN
3 3
φ × Vc = 0,6 × 4400,684 = 2640,41 KN > Vu (= 2488,154 KN) OK
Aman terhadap geser, digunakan tulangan geser praktis ∅20-20
3.2.8 Perencanaan Dinding Penahan Tanah Oprit Jembatan
Perencanaan dinding penahan tanah oprit jembatan memiliki data tanah
urugan sebagai berikut :

φ = 30°
γ = 1,7 ton/m3
4,5 m γsat = 1,785 ton/m3
δ = 2/3 30° = 20°
α = 0°
β = 0°

Data diasumsi dari buku Josepth E. Bowles, Analisa dan desain pondasi II
hal 64 bagian 12 – 32, 1986 pada banyak kasus praktis biasanya digunakan SPT;
nilai φ dan γ diperkirakan untuk tanah berbentuk butiran φ pada orde sebesar
28° – 32° dan γ mempunyai nilai dari 16,5 – 17 KN/m3 (nilai tanah urugan)
σ tarik pasangan batu = 32 t/m²
τ geser pasangan batu = 15 t/m²
129
Perpustakaan Unika

γ pasangan batu = 2,2 t/m³


Menentukan koefisien tekanan tanah lateral aktif (ka)
φ1 30°
ka = tan (45 − ) = tan 2 (45 − ) = tan 2 30° = 0,33
2

2 2

Menentukan koefisien tekanan tanah lateral pasif (kp)


φ 30°
kp = tan 2 (45 + 2 ) = tan 2 (45 + )=3
2 2

Menentukan tekanan tanah pasif (Pp)


Pp = ½ × γsat × h12 × kp × cos β
= ½ × 1,785 × 12 × 3 × cos 0
= 2,6775 t/m′

1 ,2 t/m '

1 m e te r
4m

1 ,5 m 0 ,5 m
0,5 m

3 ,5 m

Gambar 3.32 Dinding Penahan Tanah


Menentukan tekanan tanah aktif (Pa)
Pa = ½ × γsat × h22 × ka
= ½ × 1,785 × 4,5 2 × 0,33
= 5,964 t/m′
Menentukan tekanan tanah aktif horisontal (Pah)
Akibat beban merata
Pah1 = (q × Ka × h2 ) × cos δ
= (1,2 × 0,33 × 4,5 ) × cos 20° = 1,689 t/m′
130
Perpustakaan Unika

Akibat tekanan tanah


Pah2 = ( ½ × γsat × Ka × h22) × cos δ
= ( ½ × 1,785 × 0,333 × (4,5)2 ) × cos 20°
= 5,655 t/m′

Σ Pah = 7,344 t/m′


Menghitung tekanan tanah aktif vertikal (Va)
Va1 = (q × ka × h2) × sin δ
= (1,2 × 0,33 × 4,5 ) × sin 20°
= 0,615 t/m′
Va2 = ( ½ × γsat × ka × h22) × sin δ
= ( ½ × 1,785× 0,33 × (4,5)2 ) × sin20°
= 2,058 t/m′
ΣVa = 0,615 + 2,058 = 2,673 t/m′

1,2 t/m '

W7
W5

W3
4m

Ptot
Pah2 W6

Z Pah1
1,5 m W2 0,5 m
0,5 m

W4 Pp
W1

3,5 m

Gambar 3.33 Gaya-gaya yang bekerja pada Dinding Penahan Tanah


131
Perpustakaan Unika

1. Check stabilitas terhadap penggeseran / sliding


Menghitung Vf
Berat kontruksi DPT:
- Footing W1 = 0,5 × 3,5 × 2,2 = 3,85 t/m′
- Stem W2 =1/2 × 0,5 × 4 × 2,2 = 2,2 t/m′
W3 =1 × 4 × 2,2 = 8,8 t/m′
Berat tanah diatas hell W5 = 1/2 × 4 × 0,5 × 1,78 = 1,78 t/m′
W6 = 1,5 × 4 × 1,78 = 10,68 t/m′
Berat q di atas heel W7 = 1,2 × 4,5 = 9 t/m′
Berat tanah di atas toe W4 = 1 × 0,5 × 1,78 = 0,89 t/m′
ΣVa = 0,615 + 2,058 = 2,673 t/m′

ΣPf = 39,873 t/m′


φf = /3 × ∅
2

= 2/3 × 30° = 20 °

Vf/b = Pf tan 20°


= 39,873 tan 20° = 14,512 t/m′

Vf + Pp 14,512 + 2,677
FS = = = 2,342 ≥ 2 ok
ΣPah 7,344

Dinding penahan tanah stabil terhadap sliding / pergeseran

2. Chek kestabilan terhadap guling (0,1 – 0,3 B)


Titik pusat guling sejauh (c.o) = 0,15 B = 0,525 m dari toe (diambil Fs terkecil
dari grafik hubungan Fs dengan panjang DPT 0,1 – 0,3 B)
Untuk ∅ = 30° Nc = 37,2 ; Nq = 22,5 ; Nγ = 20
qult = (C× Nc) + {γ × D′× (Nq – 1)} + (0,5× γ× (c.o) ×Nγ)
= (0,29× 37,2) + {1,7 × 1,5 × (22,5 – 1)} + (0,5× 1,7× 0,525 ×20)
= 74,538 t/m2
Pf ult = qult × (c.o) = 74,538 × 0,525 = 39,132 t/m′
132
Perpustakaan Unika

2c 2 × 0,29
Zo − hc = = = 0,6
γ Ka 1,7 0,33
Pah1 − (1 / 2 × 4,5) + Pah2 × 1 / 3 × (4,5 − Zo )
a=
Pah1 + Pah2

1,689 − (1 / 2 × 4,5) + 5,655 × 1 / 3 × (4,5 − 0,6)


a=
1,689 + 5,655

a = 0,924 m

Tabel 3.20 Perhitungan gaya momen pada Dinding Penahan

Berat Lengan MD MR
Gaya
(ton) (m) (ton/m) (ton/m)
ΣPa 7,344 0,924 6,785
ΣVa 2,673 2,975 7,952
W1 3,85 1,225 4,716
W2 2,2 1,142 2,512
W3 8,8 0,475 4,18
W4 0,89 0,275 0,244
W5 1,785 1,308 2,335
W6 10,76 2,25 24,21
Pf ult 39,132 0,2625 10,272
Σ 7,029 56,172

FS =
∑ MR = 56,172 = 7,93 > 2 → ok
∑ MD 7,029
Dinding penahan tanah stabil terhadap guling
3. Cek e ( eksentrisitas = jarak dari pusat kaki ke resultan gaya)
- Cek lokasi resultan gaya yang bekerja pada kaki dinding penahan tanah :
ΣM = 0 = ΣPf × X + ΣMD – ( ΣMR – Mfult)
0 = 39,908 × X +7,029– (56,172– 10,272)
0 = 39,908 × X – 38,871
X = 0,974 m jarak dari pusat guling ke resultante
- Cek e :
e = B/2 – (c.o) – X
e = 3,5/2 – 0,525 – 0,974
133
Perpustakaan Unika

e = 0,251 meter
syarat : e ≤ B/6
0,251 ≤ 0,583 ok
4. Cek terhadap daya dukung tanah (bearing capacity)
B’ = B-2×e
B’ = 3,5 – 2 × (0,251) = 2,948 m

∑ Pf 39,908
q' = = = 13,311 t/m 2
B' 2,998
qult = (C× Nc) + {γ × D′× (Nq – 1)} + (0,5 × γ × B’ ×Nγ)
= (0,29× 37,2) + {1,7 × 1,5 × (22,5 – 1)} + (0,5× 1,7 × 2,998 ×20)
= 116,579t/m²
qa’ = qult /FS = 116,579/7,93 = 14,756 t/m2
q’ < qa’
13,311 t/m2< 14,756 t/m2 ok
5. Bearing preasure at toe and heel

Pf ⎛ 6e ⎞
q' = ⎜1 ± ⎟
B'.L ⎝ B' ⎠
39,908 ⎛ 6 × (0,251) ⎞
= ⎜1 ± ⎟
2,998 × 1 ⎝ 2,998 ⎠
q' hell = 19,998 t/m 2
q' toe = 6,624 t/m 2
6. Kontrol terhadap patahnya konstruksi
ΣMtotal 37,948 − 7,029
Χ= = = 1,098
ΣV 28,15
e = X – ( b/2 – 0,525)
= 1,098 – 1,225 = - 0,127 ≤ b/6 = 0,583
V ⎛ 6 xe ⎞ 28,15 ⎛ 6 x0,127 ⎞
σ max = ⎜1 + ⎟= ⎜1 + ⎟ = 9,793 t/m2 < 20 t/m2
bx1 ⎝ b ⎠ 3,5 x1 ⎝ 3,5 ⎠

V ⎛ 6 xe ⎞ V ⎛ 6 x0,127 ⎞
σ min = = ⎜1 − ⎟= = ⎜1 − ⎟ = 6,29 t/m2 > 0
bx1 ⎝ b ⎠ 3,5 x1 ⎝ 3,5 ⎠
134
Perpustakaan Unika

1,2 t/m'

4m
ht

1,5 m 0,5 m
C C'
0,5 m
hp
C'' C'''
3,5 m

Tmax
T1 T2 Tmin

h4
h3
h2
h1

Gambar 3.34 Gaya-gaya yang bekerja pada tampang C-C’’ dan C’-C’’’
Tegangan yang terjadi :
Ditinjau potongan C’– C’’
Ea = ½ × h2 × γ × ka = ½ × (4)2 × 1,7 × 0,33 = 4,488 t
Ma = Ea × 1
3 × h = 4,488 × 1
3 × 4 = 5,984 tm
Dicari besarnya gaya dan momen pasif
No. Gaya Lengan terhadap Momen terhadap
(KN) titik C (m) titik C (mKN)
1. 1 × 4 × 2,2 = 8,8 t 0,5 4,4
2. 0,5
2 × 4 × 2,2 = 2,2 t ⅓ × 0,5 + 1 = 1,167 2,5674

ΣV = 11,0 t 6,9674 tm
ΣM 6,9674 − 5,984
X= = = 0,0894m
V 11
135
Perpustakaan Unika

b 1,5 b 1,5
e= X − = 0,089 − = - 0,66 > = = 0,25 ÎSebagian tampang
2 2 6 6
mendukung tarik
1 1
ω= × 1 × b2 = × 1 × 1,52 = 0,375 m2
6 6
V ΣM 11 0,9834
σ desak = + = + = 9,955 t/m2 < 32 t/m2
b ×1 ω 1,5 0,375
Terhadap geser
D = (Ea) C–C’’ = 4,488
D 4,488
τ= 3
2 × = 3
2 × = 4,488 t/m2 < 15 t/m2
b×h 1,5 × 1
Ditinjau potongan C’– C’’’
Dicari besarnya gaya dan momen aktif
Ea = ½ × h2 × γ × ka = ½ × (4,5)2 × 1,7 × 0,33 = 5,68 t
Ma = Ea × ⅓ × h = 5,68 × ⅓ × 4,5 = 8,4348 tm
Dicari besarnya gaya dan momen pasif
No. Gaya Lengan terhadap Momen terhadap
(kN) titik C‘’(m) titik C’’’ (mkN)
1. 1 × 4 × 2,2 = 8,8 0,5 4,4
2. 0,5
2 × 4 × 2,2 = 2,2 ⅓ × 0,5 + 1 = 1,167 2,564

3. 0,5 × 1,5 × 2,2 = 1,65 ½ × 1,5 = 0,75 1,237


ΣV=12,65 t 8,204 tm
ΣM 8,204 − 8,434
X= = = −0,018m
V 12,65
b 1,5 b 1,5
E= X − = −0,01 − = −0,76 > = = 0,25 Î Sebagian tampang
2 2 6 6
mendukung tarik
1 1
ω= × 1 × b2 = × 1 × 1,52 = 0,375 m2
6 6
V ΣM 12,65 − 0,01
σ desak = + = + = 8,406 t/m2 < 32 t/m2
b ×1 ω 1,5 0,375
136
Perpustakaan Unika

Terhadap geser
D = (Ea) C’–C’’’ = 5,68 t
D 5,68
τ= 3
2 × = 3
2 × = 5,68 t/m2 < 15 t/m2
b×h 1,5 × 1
3.2.9 Perhitungan Tebal Perkerasan Jalan Penghubung
LHR tahun 2004
Bus = 321
Truk 2 sumbu = 531
Truk 3 sumbu/lebih = -
LHR2004 = 852 Kend/hari/2 lajur
= 426 Kend/hari/ lajur
Perkembangan lalu lintas (I) Bus = 1 %
Truk 2 Sumbu = 1,2 %
Truk 3 Sumbu = 0 %
Dengan LHR tahun 2004 (awal umur perencanaan) (1+I)n
LHR tahun ke-10
Bus = 321 × (1+0,01)10 = 355
Truk 2 sumbu = 531 × (1+0,012)10 = 599
Menghitung angka ekivelen (E) masing-masing kendaraan
Bus = 0,0183 + 0,141 = 0,1593
Truk 2 sumbu = 0,141 + 0,9238 = 1,0648
Menghitung LEP
Bus = 0,5 × 321 × 0,1593 = 26
Truk 2 sumbu = 0,5 × 531 × 1,0648 = 283

+
LEP = 309
Menghitung LEA 10 tahun
Bus = 0,5 × 355 × 0,1593 = 29
Truk 2 sumbu = 0,5 × 599 × 1,0648 = 319

+
LEA = 348
137
Perpustakaan Unika

Menghitung LET10 = ½ × (LEP + LEA10)


= ½ × (309 + 348 )
= 329
Menghitung LER10 = LET10 × UR/10
= 329 × 10/10
= 329
Mencari ITP
CBR tanah dasar = 6%
DDT = 4,3 × log (6) + 1,7
= 5,05
IPt = 2,0
FR = 1,0 ( datar, kendaraan berat > 30% dan curah hujan < 900 mm/th)
ITP = 8 (Ipo = 3,9-3,5)
Menetapkan tebal perkerasan
UR = 10 tahun
ITP = a1 × D1 + a2 × D2 + a3 × D3 × m3 + a4 × D4 × m4
Koefisien Kekuatan Relatif
AC-WC (MS-744) : a1 = 0,4
AC-Base (MS-590 : a2 = 0,28
Batu Pecah (kelas A) : a3 = 0,14
Sirtu (kelas A) : a4 = 0,13
ITP = a1 × D1 + a2 × D2 + a3 × D3 × m3 + a4 × D4 × m4
8 = 0,4 × 4 + 0,28 × 7 + 0,14 × 20 × 0,7 + 0,13 × D4 × 0,6
8 = 5,52 + 0,078 D4
D4 = 31,79 cm pakai 35 cm

AC-WC 4 cm
AC-Base 7 cm
Batu Pecah (kelas A) 20 cm

Sirtu (kelas A) 35 cm

Tanah Dasar (CBR ≥ 6%)

Gambar 3.35 Lapisan Tebal Perkerasan Jalan Raya


118
Perpustakaan Unika

BAB IV
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

4.1 Syarat-syarat Umum


Definisi dan Pengertian :

PASAL 1
ISTILAH

Yang dimaksud dalam syarat-syarat umum ini :


(a) “Pemilik” adalah Pemerintah Republik Indonesia diwakili oleh Departemen
Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jendral Pengairan.

(b) “Pemimpin Proyek” atau “Pemimpin Bagian Proyek” adalah Pejabat yang
mewakili Pemilik untuk bertindak selaku pemberi dan pengatur jalannya
Pekerjaan yang diatur dalam kontrak.

(c) “Pekerjaan” adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan, diselesaikan dan


dipelihara sesuai dengan kontrak, meliputi Pekerjaan Permanen dan
Pekerjaan Sementara.

(d) “Pekerjaan Permanen” adalah pekerjaan permanen yang harus dilaksanakan,


diselesaikan dan dipelihara sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen
Kontrak.

(e) “Pekerjaan Sementara” adalah segala macam pekerjaan penunjang yang


diperlukan untuk atau sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan
pemeliharaan Pekerjan, beserta barang-barang dan jasa yang harus
disediakan oleh Kontraktor untuk atau atas nama Pemilik dan Direksi.
119
Perpustakaan Unika

(f) “Direksi” adalah Pejabat Proyek, Instansi atau badan hukum yang ditunjuk
atau diberi kekuasaan penuh oleh Pemimpin Proyek ( Pemimpin Bagian
Proyek ) untuk mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan Pekerjaan agar
dapat tercapai hasil kerja sebaik-baiknya menurut persyaratan yang ada
dalam kontrak.

(g) “Pengawas” adalah Pejabat Proyek, Instansi atau badan hukum yang
ditunjuk dan diberi kekuasaan penuh oleh Pemimpin Proyek ( Pemimpin
Bagian Proyek ) untuk membantu Direksi dalam pengawasan pekerjaan.

(h) “Peserta Lelang” adalah rekanan yang bergerak dalam bidang jasa
kontraktor yang diundang dalam pelelangan.

(i) “Penawar” adalah peserta lelang (Badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha jasa kontraktor) yang mengajukan Surat Penawaran berdasarkan
ketentuan Pelelangan yang berlaku.

(j) “Kontraktor” adalah Penawar yang telah ditunjuk oleh Pemilik atau
Pemimpin Proyek dan telah menandatangani kontrak untuk melaksanakan,
menyelesaikan dan memelihara Pekerjaan.

(k) “Kontrak” adalah Surat Perjanjian sesuai ketentuan hukum yang berlaku
antara Pemilik dan Kontraktor untuk melaksanakan, menyelesaikan dan
memelihara Pekerjaan termasuk bagian-bagiannya.

(l) “Peralatan Konstruksi dan Bahan Konstruksi adalah peralatan dan bahan
bantu konstruksi yang dipakai dalam pelaksanaan, penyelesaian dan
pemeliharaan Pekerjaan Permanen dan tidak merupakan bagian pekerjaan.

(m) “Bahan” adalah semua bahan bangunan yang dipakai untuk pelaksanaan,
penyelesaian dan pemeliharaan Pekerjaan.
120
Perpustakaan Unika

(n) “Lapangan” adalah lahan yang disediakan oleh Pemilik untuk keperluan
pelaksanaan Pekerjaan.

(o) “Penjamin” adalah Bank Pemerintah, Bank lain atau Lembaga Keuangan
lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang menerbitkan surat
jaminan.

(p) “Bulan” dan “Hari” adalah bulan kalender dan hari kalender Gregorian.

(q) “Pemeriksaan” (opname) adalah kegiatan mengukur, menilai dan menguji


keadaan dan hasil/kemajuan pekerjaan dan atau keadaan serta mutu bahan
pekerjaan di lapangan.

(r) “Pengujian” adalah kegiatan meneliti dan mengetes keadaan dan/atau


bangunan dan bahan.

(s) “Pematokan” adalah penjabaran gambar-gambar berupa tanda-tanda, dengan


patok yang menggambarkan arah, jarak dan ketinggian.

(t) “Pengukuran” adalah kegiatan mengukur panjang, lebar, luas isi dengan
tinggi hasil pekerjaan dan bahan.

(u) “Persetujuan”, “Disetujui”, “Perintah” dan “Diperintah” adalah persetujuan,


disetujui, perintah dan diperintah secara tertulis.
121
Perpustakaan Unika

RUANG LINGKUP KONTRAK

PASAL 2
KONTRAK DAN DOKUMEN KONTRAK

(1) Kontrak meliputi pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan Pekerjaan


dan, kecuali apabila ditentukan lain dalam Kontraktor, meliputi juga
pengerahan segala tenaga kerja, Bahan, Peralatan dan Bahan Konstruksi,
Pekerjaan Sementara dan segala keperluan baik yang bersifat permanen
maupun yang bersifat sementara.
Hal-hal tersebut harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
Dokumen Kontrak maupun persyaratan yang secara wajar perlu yang
disimpulkan dari ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak.

(2) Dokumen Kontrak yang terdiri atas Penawaran. Kontrak, Syarat-syarat


Umum/Khusus termasuk Addendum, Spesifikasi Umum/Teknis temasuk
Addendum, Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan adalah
merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan.
Jika terdapat perbedaan diantara dokumen yang satu dengan dokumen yang
lain maka harus tunduk kepada ketentuan urutan sebagai berikut :
a. Amandemen Kontrak, bila ada
b. Kontrak
c. Syarat-syarat Khusus/Umum
d. Spesifikasi Teknik/Umum
e. Gambar-gambar :
- ukuran tertulis
- ukuran skala
f. penawaran
122
Perpustakaan Unika

PASAL 3
GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN

(1) Gambar-gambar yang dipergunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan adalah :


(a) Gambar yang termasuk dalam Dokumen Pelelangan
(b) Gambar perubahan yang disetujui Direksi
(c) Gambar lain yang disediakan dan disetujui oleh Direksi

(2) Gambar-gambar pelaksanaan (construction drawing atau shop drawing) dan


gambar detailnya harus dibuat oleh Kontraktor dan mendapat persetujuan
Direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan.

(3) Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di


lapangan.

(4) “Gambar sebenarnya terbangun/terpasang” (as built drawings) yang dibuat


oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi harus disertakan pada Penyerahan
Akhir Pekerjaan.
Gambar-gambar tersebut harus dibuat oleh Kontraktor selama masa
berlangsungnya Pekerjaan dan harus menunjukkan semua perubahan-
perubahan yang terjadi selama pelaksanaannya.

(5) Semua ukuran dinyatakan dalam sistem cgs metrik.


123
Perpustakaan Unika

PEMILIHAN TUGAS

PASAL 4
PENGALIHAN DAN PENG-SUB-KONTRAKAN

(1) Kontraktor tidak boleh mengalihkan (assign) seluruh atau sebagian kontrak
kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pimpinan
Proyek.

(2) Setiap penyerahan bagian Pekerjaan kepada Sub-kontraktor harus


mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pemimpin Proyek.
Pekerjaan utama yang tidak boleh diserahkan pada Sub-kontraktor serta
pembatasan bagian pekerjaan yang boleh diserahkan kepada Sub-kontraktor
ditentukan dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus.

(3) Kontraktor bukan ekonomi lemah wajib bekerja sama dengan


kontraktor/supplier golongan ekonomi lemah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

(4) Kontraktor tetap bertanggung jawab atas Pekerjaan dan segala hal yang
dihasilkan oleh Sub-kontraktor.

PEMIMPIN PROYEK

PASAL 5
TUGAS DAN WEWENANG PEMIMPIN PROYEK

(1) Tugas dan wewenang Pemimpin Proyek diatur sesuai dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia yang berlaku dan apabila masih diperlukan
ketentuan lebih lanjut akan ditentukan dalam Bagian II Syarat-syarat
Khusus.
124
Perpustakaan Unika

DIREKSI

PASAL 6
TUGAS UMUM DAN WEWENANG DIREKSI SERTA PENGAWAS

(1) Tugas dan wewenang Direksi adalah mengawasi dan mengarahkan


Pekerjaan yang meliputi membuat dan menandatangani Berita Acara
Pemeriksaan Prestasi Pekerjaan, menyetujui dan

(2) Direksi tidak mempunyai wewenang untuk membebaskan Kontraktor dari


tugas-tugas yang akan mengakibatkan kelambatan Pekerjaan atau perubahan
pembayaran oleh Pemilik, kecuali diperintahkan secara tertulis oleh
Pemimpin Proyek.

(3) Dalam keadaan darurat yang membahayakan keselamatan jiwa manusia,


Pekerjaan dan harta benda, Direksi berwenang mengambil tindakan dengan
memerintahkan Kontraktor melaksanakan pekerjaan yang menurut Direksi
perlu untuk meniadakan atau mengurangi resiko. Dalam hal ini Direksi
harus segera melapor secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.

(4) Direksi hanya dapat mengubah syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang


tercantum dalam Dokumen Kontrak secara tertulis, dengan persetujuan
tertulis oleh Pemimpin Proyek.

(5) Tugas dan wewenang Pengawas adalah membantu Direksi dalam hal
mengambil dan mengawasi pelaksanaan serta menguji Bahan, tenaga kerja
dan alat yang akan dipergunakan serta hasil pekerjaan.
125
Perpustakaan Unika

TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

PASAL 7
KEWAJIBAN UMUM KONTRAKTOR

Sesuai ketentuan Dokumen Kontrak, Kontraktor harus melaksanakan,


menyelesaikan, dan memelihara Pekerjaan dengan sungguh-sungguh, penuh
perhatian, dan teliti. Disamping itu Kontraktor harus mengerahkan semua
keperluan tenaga kerja termasuk tenaga pengawas pelaksanaan, Bahan,
Peralatan Konstruksi dan lain-lain keperluan yang bersifat permanen
maupun sementara. Hal-hal tersebut harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam Dokumen Kontrak, maupun persyaratan yang secara wajar
perlu, yang disimpulkan dari ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak.

PASAL 8
PEMBUATAN KONTRAK

(1) Sebagai tindak lanjut dari pembukaan dan penilaian penawaran, Pemimpin
Proyek akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Penunjukan Pemenang
Pelelangan kepada Penawar yang menang ke alamat yang terdaftar secara
langsung, untuk mengadakan ikatan kontrak guna melaksanakan Pekerjaan
sesuai dengan Dokumen Pelelangan berikut perubahan-perubahannya.

(2) Segera setelah dikeluarkan Surat Penunjukan Pemenang Pelelangan,


Penawar yang ditunjuk diwajibkan menandatangani Kontrak. Pemimpin
Proyek dan Penawar yang ditunjuk tidak boleh mengubah, mengganti,
menambah ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam
Dokumen Pelelangan.
Kontrak harus sudah ditandatangani dalam jangka waktu yang ditetapkan
dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus terhitung sejak dikeluarkannya Surat
Penunjukkan Pemenang Pelelangan.
126
Perpustakaan Unika

(3) Tanpa mengurangi arti ketentuan-ketentuan dalam Pasal 9 (Jaminan


Pelaksanaan), apabila Penawar yang ditunjuk lalai melaksanakan
penandatangan Kontrak dalam jangka waktu sebagai mana disebutkan dalam
5.2 Syarat-syarat Khusus dan tetap lalai menandatangani Kontrak setelah
diberi peringatan tertulis oleh Pemimpin Proyek sebanyak tiga kali berturut-
turut dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari maka Surat Penunjukan
Pelelangan dibatalkan oleh Pemimpin Proyek serta Jaminan Penawaran
menjadi milik Negara.

(4) Kontraktor diwajibkan menggandakan Dokumen Kontrak sesuai kebutuhan


atas biaya Kontraktor.

Pasal 9
JAMINAN PELAKSANAAN /PEMELIHARAAN

(1) Kontraktor wajib menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan dalam waktu


yang ditetapkan dalam Bagian II Syarat–syarat Khusus setelah menerima
Surat Penunjukkan Pemenang Pelelangan dan sebelum Kontrak
ditandatangani untuk menjamin pelaksanaan Pekerjaan.

(2) Besarnya Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar yang ditetapkan dalam 5.2
Syarat-syarat Khusus dan harus dikeluarkan oleh Penjamin.

(3) Jaminan Pelaksanaan/Pemeliharaan berlaku sejak kontrak ditandatangani


sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan. Jaminan Pelaksanaan
dikembalikan kepada Kontraktor setelah diterbitkannya Berita Acara
Penyerahan Kedua Pekerjaan.

(4) Dalam hal terjadinya perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan,


Kontraktor wajib memperpanjang masa berlakunya Jaminan Pelaksanaan.
127
Perpustakaan Unika

(5) Jaminan Pelaksanaan dapat dicairkan oleh Pemilik secara langsung tanpa
proses pembuktian mutlak apabila terjadi cidera janji yang dilakukan oleh
Kontraktor.

PASAL 10
PEMENUHAN PERSYARATAN PEKERJAAN

Kontraktor harus melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara pekerjaan sesuai


dengan Persyaratan dalam Dokumen Kontrak, sehingga disetujui Direksi dan
harus melaksanakan perintah–perintah tertulis Direksi tentang segala sesuatu yang
langsung berhubungan dengan Pekerjaan.

PASAL 11
PENYIAPAN RENCANA KERJA

(1) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sesudah Kontrak ditandatangani
Kontraktor harus menyampaikan sesuatu rencana kerja terperinci yang
menunjukkan urutan pelaksanaan bagian-bagian Pekerjaan untuk mendapat
persetujuan Direksi.

(2) Bilamana dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus memberitahukan


secara lengkap dan tertulis antara lain :
a. Penjelasan umum tentang pengaturan pelaksanaan Pekerjaan.
b. Pengadaan dan penggunaan Peralatan Konstruksi.
c. Pemakaian dan pemeliharaan Pekerjaan sementara.

(3) Baik penyampaian rencana kerja maupun pemberitahuan tersebut kepada


Direksi begitu pula suatu persetujuan atas rencana dan data tersebut oleh
Direksi tidak mengurangi kewajiban dan tanggung jawab Kontraktor yang
ada dalam Dokumen Kontrak.
128
Perpustakaan Unika

PASAL 12
PELAKSANA KONTRAKTOR

(1) Kontraktor harus menunjuk seorang Pelaksana selaku Wakil Kontraktor di


lapangan yang menjadi penanggung jawab lapangan selama Jangka Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan selesainya Jangka Waktu
Pemeliharaan guna memenuhi kewajiban yang disebutkan dalam Dokumen
Kontrak.

(2) Pelaksana tersebut Ayat (1) harus mempunyai kekuasaan penuh untuk
bertindak selaku Kontraktor adalah memenuhi kewajiban menurut
Dokumen Kontrak dan harus berada terus menerus di tempat Pekerjaan serta
harus memberikan seluruh waktunya untuk melaksanakan pekerjaan.
Penunjukan Pelaksana tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari
Pemimpin Proyek setelah mendapat masukan–masukan dari Direksi.

(3) Persetujuan tertulis tersebut setiap waktu dapat dibatalkan oleh Pemimpin
Proyek. Jika surat persetujuan termaksud Ayat (2) pasal ini dibatalkan oleh
Pemimpin Proyek, maka Kontraktor tidak boleh mempekerjakannya
kembali pada pekerjaan tersebut serta harus segera mengganti dengan
Pelaksana lain yang disetujui oleh Direksi. Kontraktor tidak boleh
mengganti Pelaksana tanpa persetujuan Pemimpin Proyek.

(4) Pelaksana yang diberi kuasa harus bertindak untuk dan atas nama
Kontraktor untuk menerima petunjuk–petunjuk dan perintah–perintah dari
Direksi dan atau dari Pemimpin Proyek.

(5) Kontraktor dalam rangka pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan


Pekerjaan, harus mempekerjakan tenaga–tenaga teknik pelaksana, operator,
mandor, kepala tukang yang terampil dan berpengalaman dalam bidang
129
Perpustakaan Unika

tugasnya masing–masing maupun untuk pelaksanaan Pekerjaan yang


dipercayakan kepadanya.

(6) Pemimpin Proyek berwenang untuk menolak calon tenaga lapangan atau
memerintahkan untuk mengganti tenaga lapangan yang dianggap tidak
mampu dalam melaksanakan tugas. Tenaga lapangan yang dikeluarkan dari
Pekerjaan harus segera diganti oleh Kontraktor dengan tenaga lapangan baru
yang disetujui oleh Pemimpin Proyek setelah menerima masukan–masukan
dari Direksi.

PASAL 13
PEMATOKAN DAN KETINGGIAN PERMUKAAN

(1) Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran Pematokan di Lapangan


yang disetujui secara tertulis oleh Direksi.

(2) Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan sermua peralatan


perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan sehubungan dengan
Pematokan tersebut.

(3) Jika pada suatu waktu selama berlangsungnya pelaksanaan Pekerjaan timbul
kesalahan–kesalahan pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu
bagian Pekerjaan maka Kontraktor dengan biaya sendiri harus memperbaiki
kesalahan sesuai Dokumen Kontrak. Kecuali apabila kesalahan tersebut
disebabkan oleh data yang salah yang diberikan secara tertulis oleh Direksi,
maka pembiayaan untuk memperbaiki kesalahan tersebut menjadi tanggung
jawab Pemimpin Proyek.

(4) Pemeriksaan Pematokan di Lapangan oleh Pengawas, bagaimanapun juga


tidak melepaskan Kontraktor dari tanggung jawab atas ketepatan dari
Pematokan tersebut dan Kontraktor harus melindungi dan menjaga dengan
130
Perpustakaan Unika

hati–hati semua patok tetap, bouplank, patok sementara dan benda–benda


lain yang digunakan dalam pematokan.

PASAL 14
PENJAGAAN DAN PENERANGAN

Dalan hubungan dengan pekerjaan, Kontraktor dengan biaya sendiri harus


menyediakan lampu penerangan, lampu tanda, gardu penjagaan dan pagar,
serta penjagaan dan pagar, serta penjagaan dan pemeliharannya, pada saat
dan tempat yang menurut pendapat Direksi diperlukan untuk melindungi
Pekerjaan atau untuk keselamatan umum.

PASAL 15
PENGAMANAN PEKERJAAN

Selama Jangka Waktu Pelaksanaan dan Jangka Waktu Pemeliharaan


Pekerjaan, Kontraktor bertanggung jawab atas pengamanan Pekerjaan
Permanen dan Pekerjaan Sementara dan dalam hal terjadi kerusakan atau
kerugian atas Pekerjaan Permanen dan Pekerjaan Sementara maka
Kontraktor harus memperbaiki dan memulihkan kembali seperti semula
sesuai dengan syarat-syarat dalam Dokumen Kontrak dan perintah Direksi
kecuali akibat keadaan memaksa (Force Majeure).

PASAL 16
PEMBERSIHAN, PERAPIHAN LAPANGAN DAN PELESTARIAN
LINGKUNGAN

(1) Kontraktor harus selalu menjaga kebersihan Lapangan dan Pekerjaan


selama Jangka Waktu Pelaksanaan dan Pemeliharaan. Pada saat
penyelesaian Pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan dan
menyingkirkan dari Lapangan semua Peralatan Konstruksi, sisa Bahan,
131
Perpustakaan Unika

sampah dan segala macam Pekerjaan Sementara. Kontraktor harus


meninggalkan seluruh lapangan dan Pekerjaan dalam keadaan bersih dan
rapih sehinggga dapat diterima oleh Direksi.

(2) Bangunan Kantor Direksi di Lapangan, setelah Pekerjaan selesai harus


diserahkan pada Pemilik, terkecuali ditetapkan lain dalam Dokumen
Kontrak.

(3) Kontraktor harus memelihara kelestarian lingkungan sekitar tempat


pekerjaan sehingga lingkungan tempat pekerjaan tetap lestari, bebas dari
segala kotoran dan limbah yang diakibatkan aktifitas pemeliharaan
kelestarian alam yang berlaku.

PASAL 17
TUNTUTAN PIHAK KETIGA

Kontraktor harus membebaskan Pemilik, Pemimpin Proyek, Direksi dan


Pengawas terhadap tuntutan pihak ketiga, karena kecelakaan, kerusakan,
kerugian yang timbul akibat pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan
Pekerjaan.

PASAL 18
LALU LINTAS LUAR BIASA

Kontraktor harus mengusahakan dengan segala upaya untuk mencegah agar


lalu lintas kendaraan/alat – alat kerja Kontraktor tidak merusak jalan atau
jembatan yang menghubungkan dengan, atau yang terletak pada jalan yang
menuju ke lapangan atau merugikan lalu lintas umum.
Kontraktor harus memilih jalan, memilih dan menggunakan kendaraan dan
membatasi serta membagi beban atau muatan sedemikian rupa sehingga lalu
lintas luar biasa yang timbul sebagai akibat dari lalu lintas alat-alat, serta
132
Perpustakaan Unika

bahan-bahan dari atau ke lapangan dapat dibatasi sejauh mungkin sehingga


kerusakan-kerusakan atau kerugian-kerugian yang disebabkan olehnya
terhadap jalan-jalan dan jembatan-jembatan menjadi sekecil mungkin.

PASAL 19
GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN MILIK DI
SEKITARNYA

(1) Semua kegiatan untuk pelaksanaan Pekerjaan termasuk Pekerjaan


Sementara harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan gangguan yang berlaku bagi kepentingan umum, jalan masuk
yang menuju ke dalam batas daerah Pekerjaan dan tanah yang
berdampingan.

(2) Kontraktor harus membebaskan Pemilik / Pemimpin Proyek / Direksi /


Pengawas dalam memberikan ganti rugi sehubungan dengan semua biaya,
beban dan segala pengeluaran yang timbul sehubungan dengan Ayat (1)
pasal ini dan hal lain yang masih dalam tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 20
KESEMPATAN BEKERJA BAGI KONTRAKTOR LAIN

(1) Sesuai dengan permintaan Direksi, Kontraktor harus memberikan


kesempatan bekerja secukupnya kepada :
a. Kontraktor lain yang dipekerjakan oleh Pemimpin Proyek.
b. Pegawai-pegawai Pemimpin Proyek.
c. Pekerja-pekerja dari instansi lain yang dipekerjakan pada atau dekat
Lapangan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang tidak termasuk
dalam Kontrak.
133
Perpustakaan Unika

(2) Apabila atas permintaan terulis Direksi, Kontraktor harus :


a. Menyediakan atau mengijinkan pemakaian jalan yang
pemeliharaannya adalah menjadi tanggungan Kontraktor, atau
b. Meminjamkan pemakaian penyeberangan darurat milik Kontraktor,
atau
c. Dapat meminjamkan peralatannya yang berada dalam Lapangan
kepada kontraktor lain sepanjang tidak mengganggu kelancaran
Pekerjaan,
maka Pemimpin Proyek akan mengatur pembayaran kepada Kontraktor
biaya pemakaian jasa tersebut dengan harga yang layak menurut pendapat
Direksi, atas beban pihak ketiga yang bersangkutan.

PASAL 21
FOSIL DAN LAIN-LAIN

Semua fosil, mata uang, benda-benda berharga atau kuno, bangunan dan
peninggalan-peninggalan lain atau benda-benda yang menyangkut
kepentingan geologi dan kepurbakalaan yang diketemukan di Lapangan
harus dianggap milik Pemilik dan Kontraktor sebagai penemu mutlak wajib
menyerahkan kepada Pemilik.
Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah orang-
orangnya atau orang lain memindahkan atau merusak barang atau benda
tersebut dan segera setelah penemuan tersebut dan sebelum
memindahkannya, segera memberitahukan penemuan tersebut kepada
Direksi yang setelah berkonsultasi dengan Pemimpin Proyek akan
menentukan tindakan selanjutnya. Apabila hal ini mengakibatkan biaya
tambahan bagi Kontraktor maka biaya tambahan tersebut ditanggung oleh
Pemilik.
134
Perpustakaan Unika

PASAL 22
KEPATUHAN PADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERLAKU

(1) Kontraktor harus memperhatikan serta membayar biaya-biaya yang


diwajibkan oleh Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah
atau peraturan Instansi lain yang berwenang sehubungan dengan
pelaksanaan Pekerjaan Permanen atau pelaksanaan Pekerjaan Sementara.

(2) Kontraktor dalam segala hal harus mentaati Undang-undang, Peraturan


Pemerintah, Peraturan Daerah atau peraturan Instansi lain yang berwenang
dan berhubungan dengan Pekerjaan Permanen atau Pekerjaan Sementara.

(3) Disamping itu harus mentaati ketentuan hukum yang berkaitan dengan
terjadinya gangguan atas hak atau harta milik orang lain selama pelaksanaan
Pekerjaan Permanen atau Pekerjaan Sementara.

(4) Kontraktor wajib membebaskan Pemilik dari semua tuntutan dan denda
akibat pelanggaran Undang-undang, Peraturan dan Keputusan Pemerintah,
Peraturan Daerah atau Peraturan Instansi lain tersebut.

PASAL 23
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(1) Atas persetujuan Direksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku :
a. Kontraktor wajib mempersiapkan pengamanan yang diperlukan untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja di lapangan.
b. Kontraktor wajib menyediakan tempat tinggal sementara yang
memenuhi syarat kesehatan bagi para pekerja yang menginap di
lapangan dan menyediakan sarana pengobatan serta kelengkapan
135
Perpustakaan Unika

pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku


yang disebut dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus.
c. Jika sifat Pekerjaan dapat mengakibatkan bahaya, Kontraktor wajib
menyediakan pengaman yang diperlukan untuk melindungi pekerja
terhadap bahaya tersebut dan mempersiapkan pertolongan pertama
untuk penyelamatan.

(2) Kontraktor harus membebaskan Pemilik dari tanggung jawab atas kerugian
akibat suara ribut, kebisingan dan gangguan-gangguan lain yang timbul
selama jangka waktu Pelaksanaan Pekerjaan dan dari tuntutan ganti rugi
yang disebabkan atau yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut.

(3) Kontraktor harus mematuhi ketentuan-ketentuan Astek berdasarkan Surat


Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja No. : 30/KPTS/84 dan No. : 07/Men/84.

(4) Kontraktor harus mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan


kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : Kep
174/men/86 dan Nomor : 104/KPTS/1986.

(5) Apabila Kontraktor tidak memenuhi kewajiban seperti tersebut diatas pada
Ayat (1), (2), (3) dan (4) pasal ini maka Pemimpin Proyek dapat menunda
angsuran pembayaran prestasi Pekerjaan kepada Kontraktor sampai
kewajiban tersebut dipenuhi.

PASAL 24
KECELAKAAN DAN KERUGIAN YANG MENIMPA PEKERJA

Pemimpin Proyek/Direksi tidak bertanggung jawab atas kerugian atau ganti


rugi yang sah yang harus dibayar sebagai konsekuensi dari kecelakaan atau
136
Perpustakaan Unika

kerugian yang menimpa setiap pekerja atau orang lain yang dipekerjakan
oleh Kontraktor.
Kontraktor akan memberikan ganti rugi dan membebaskan Pemimpin
Proyek/Direksi dari segala tuntutan kecuali atas kecelakaan atau kerugian
yang diakibatkan oleh tindakan atau kelalaian dari Pemimpin
Proyek/Direksi, orang-orangnya atau petugas-petugasnya.

PASAL 25
TENAGA KERJA KONTRAKTOR

(1) Dalam pengadaan tenaga kerja Kontraktor harus mengutamakan tenaga


kerja setempat untuk tujuan pemerataan kesempatan kerja, meskipun tetap
harus memperhatikan syarat-syarat ketrampilan dan kemampuan sesuai
dengan petunjuk Direksi.

(2) Kontraktor harus mengusahakan sendiri pengerahan tenaga kerja sesuai


dengan peraturan Perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku, yang
mengatur antara lain transport, perumahan, pengupahan, jaminan
kesejahteraan kecuali apabila Kontrak menentukan lain.

(3) Kontraktor harus menyediakan air bersih yang cukup di lapangan untuk
keperluan Kontraktor sendiri dan pekerjanya.

(4) Kontraktor didalam semua perjanjian dengan para pekerjannya harus


menghormati semua perayaan yang resmi, hari libur, hari besar dan hari
perayaan lainnya sesuai dengan adat istiadat setempat.

(5) Dalam hal terjadi suatu penghentian Pekerjaan yang disebabkan oleh wabah
penyakit atau serangan penyakit menular maka Kontraktor harus mentaati
dan melaksanakan peraturan dan tindakan-tindakan lainnya yang
137
Perpustakaan Unika

diperintahkan oleh pejabat kesehatan atau pejabat kebersihan guna


mengatasi wabah penyakit atau serangan penyakit menular tersebut.

(6) Setiap saat Kontraktor harus mengambil tindakan penertiban yang dapat
dipertangungjawabkan secara hukum yang perlu untuk mencegah
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum yang diakibatkan oleh
pegawainya atau melindungi orang atau harta benda di sekitar lokasi
Pekerjaan.

PASAL 26
MUTU BAHAN, HASIL KERJA DAN PENGUJIAN

(1) Semua Bahan dan hasil kerja harus mengikuti uraian dan ketentuan didalam
Dokumen Kontrak dan sesuai dengan perintah Direksi setiap saat dapat diuji
di tempat pembuatan atau pabrik atau di lapangan atau di tempat manapun
juga atas permintaan Direksi. Kontraktor harus membantu dan menyediakan
peralatan, mesin-mesin dan tenaga kerja serta bahan-bahan yang lazimnya
diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan
beserta komposisinya, mutu, berat atau kuantitas dari bahan yang
digunakan. Kontraktor harus menyediakan contoh bahan uji yang dipilih
dan diminta oleh Direksi untuk diuji sebelum digunakan dalam Pekerjaan.

(2) Semua contoh bahan uji harus disediakan dan dibiayai oleh Kontraktor,
apabila penyediaan contoh bahan uji tersebut dengan jelas ditentukan di
dalam Dokumen Kontrak kecuali apabila diatur lain didalam Dokumen
Kontrak.
138
Perpustakaan Unika

PASAL 27
MEMASUKI LAPANGAN

Direksi atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat
memasuki lapangan, atau semua bengkel atau di tempat pekerjaan sedang
dipersiapkan atau di tempat bahan atau barang/mesin diperoleh/dibuat untuk
keperluan Pekerjaan dan Kontraktor harus memberi fasilitas dan membantu
untuk memasuki tempat-tempat tersebut.

PASAL 28
PEMERIKSAAN PEKERJAAN SEBELUM DITUTUP

(1) Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapat persetujuan Direksi, dan Kontraktor harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada Direksi untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan yang akan ditutup atau tidak terlihat.

(2) Bila pekerjaan ditutup tanpa persetujuan Direksi, maka apabila Direksi
meminta untuk dibuka kembali untuk diperiksa, biaya membuka dan
menutup kembali menjadi beban Kontraktor.

(3) Kontraktor akan memberitahukan kepada Direksi pada waktunya, setiap


pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Direksi
tanpa menunda waktu harus datang untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan tersebut kecuali apabila Direksi berpendapat tidak perlu datang
memeriksa, maka Direksi wajib memberikan petunjuk tertulis pada
Kontraktor mengenai apa yang harus dilakukan.

(4) Sewaktu-waktu Direksi dapat meminta Kontraktor untuk membuka bagian


manapun atau bagian-bagian dari Pekerjaan atau membuat lubang untuk
139
Perpustakaan Unika

maksud pemeriksaan dan setelah pemeriksaan selesai bagian Pekerjaan dan


lubang tersebut tertutup kembali seperti semula sesuai petunjuk Direksi.

(5) Apabila bagian manapun dari Pekerjaan yang telah dibuka sesuai dengan
permintaan Direksi ternyata sesuai dengan Dokumen Kontrak, maka biaya
untuk membuka dan menutup kembali menjadi beban Pemilik dan apabila
sebaliknya maka biaya tersebut menjadi beban Kontraktor.

PASAL 29
MENGELUARKAN BAHAN BONGKARAN PEKERJAAN
DAN BAHAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT

(1) Selama pekerjaan berlangsung, Direksi mempunyai wewenang untuk


memerintahkan Kontraktor secara tertulis :
a. Mengeluarkan dari lapangan semua bahan yang menurut pendapat
Direksi tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak, dalam jangka waktu
yang ditentukan dalam perintah tersebut.
b. Mengganti dengan bahan yang memenuhi persyaratan.
c. Mengeluarkan dan melaksanakan kembali pekerjaan tersebut
sebagaimana seharusnya dilakukan, meskipun telah diuji sebelumnya
atau telah dibayar, yang menurut pendapat Pemimpin Proyek bahan
atau cara pelaksanaan dan hasil pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan
Dokumen Kontrak.

(2) Dalam hal Kontraktor lalai melaksanakan perintah tersebut Ayat (1) pasal
ini Pemimpin Proyek berhak meminta pihak ketiga untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut dan semua biaya yang diperlukan dibebankan kepada
Kontraktor.
140
Perpustakaan Unika

PASAL 30
PENUNDAAN PEKERJAAN

Berdasarkan perintah tertulis dari Direksi, Kontraktor harus menunda


kelangsungan pelaksanaan Pekerjaan atau bagian Pekerjaan selama jangka
waktu tertentu yang dianggap perlu oleh Direksi.
Selama waktu penundaan, pekerjaan harus dilindungi dan dijaga sesuai
dengan perintah Direksi.
Biaya tambahan yang ditimbulkannya akan dibayarkan oleh Pemilik,
kecuali jika :
a. ditentukan secara lain dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus, atau
b. perlu karena cuaca, atau
c. perlu demi keselamatan Pekerjaan, atau
d. perlu karena kesalahan Kontraktor.

PASAL 31
PENGAMANAN KEKAYAAN MILIK NEGARA

( 1 ) Kontraktor wajib memelihara dan menjaga kondisi kekayaan milik Negara


yang dipinjamkan kepada Kontraktor oleh Pemilik terhadap kerusakan dan
perusakan selama pemakaian atau penggunaan atas beban Kontraktor.

( 2 ) Pada waktu sebelum selesainya Pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan


kembali kekayaan milik Negara yang dipinjamkan kepadanya dalam kondisi
seperti waktu diterimanya dikurangi keausan yang wajar.

( 3 ) Jika ketentuan ayat (1) dan (2) pasal ini tidak dilaksanakan dengan baik oleh
Kontraktor, maka kekayaan milik Negara yang dipinjamkan harus
dikembalikan seperti kondisi semula atas biaya Kontraktor dan bagian yang
hilang diganti dengan nilai yang sama. Selanjutnya Pemilik dapat
141
Perpustakaan Unika

membatalkan peminjaman tersebut apabila ketentuan ayat (1) dari pasal ini
tidak dipenuhi.

( 4 ) Tata cara peminjaman kekayaan milik Negara diatur sesuai dengan


ketentuan yang berlaku dan dicatumkan dalam Kontrak.

( 5 ) Ketentuan–ketentuan mengenai pengamanan kekayaan milik Negara yang


berupa bahan dan peralatan dicantumkan dalam 5.2 Syarat–syarat khusus.

PASAL 32
PENGUTAMAAN PENGGUNAAN JASA DAN PRODUKSI DALAM
NEGARA

Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, untuk pelaksanaan, penyelesaian


dan pemeliharaan Pekerjaan, Kontraktor harus mengutamakan penggunaan
jasa dan produksi dalam negeri, meskipun tetap harus memperhatikan
syarat–syarat mutu bahan dan jasa yang bersangkutan, sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan tertulis dari Direksi.

WAKTU DIMULAINYA PEKERJAAN DAN KETERLAMBATAN

PASAL 33
PENYERAHAN LAPANGAN

( 1 ) Setelah Kontrak ditandatangani dan berlaku sah, maka Pemimpin Proyek


menyerahkan sebagian atau seluruh Lapangan kepada Kontraktor selambat–
lambatnya dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak penandatanganan Kontrak
dengan mengeluarkan Surat Penyerahan Lapangan (SPL), agar Kontraktor
dapat memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang
disebutkan dalam Pasal 11.
142
Perpustakaan Unika

( 2 ) Setelah mengeluarkan Surat Penyerahan Lapangan maka Pemimpin Proyek


mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja yang ditujukan kepada Kontraktor
selambat–lambatnya dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak tanggal
penandatanganan Kontrak.

( 3 ) Tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja merupakan waktu


dimulainya pekerjaan.

( 4 ) Jika Kontraktor mengalami kelambatan akibat kegagalan pihak Pemimpin


Proyek untuk menyerahkan Lapangan maka atas permintaan Kontraktor,
Pemimpin Proyek dapat memperpanjang Jangka waktu Pelaksanaan
Pekerjaan yang menurutnya adil dan layak.

PASAL 34
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Dengan memperhatikan ketntuan–ketentuan dalam Pasal 36, (Penyerahan


Pertama Pekerjaan), maka seluruh Pekerjaan harus diselesaikan oleh
Kontraktor dalam Jangka Waktu Pelaksanaan yang ditetapkan dalam
Kontrak yang dihitung dari tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja atau diselesaikan dalam Jangka Waktu Pelaksanaan yang
diperpanjang atau yang mungkin diijinkan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Pasal 35 (Perpanjangan Waktu Pelaksanaan).

PASAL 35
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

( 1 ) Apabila karena jumlah pekerjaan tambah atau keadaan yang sifatnya khusus
terjadi antara lain karena keadaan memaksa, hujan diluar kebiasaan
sehingga dipandang wajar oleh Kontraktor untuk meminta perpanjangan
Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan maka Direksi harus
143
Perpustakaan Unika

mempertimbangkan untuk selanjutnya mengusulkan kepada Pemimpin


Proyek jumlah perpanjangan waktu tersebut.

( 2 ) Direksi tidak terikat untuk memperhitungkan sehubungan dengan pekerjaan


tambahan atau keadaan–keadaan yang sifatnya khusus, agar permohonan
tersebut dapat diselidiki dalam waktu yang singkat, kecuali apabila
Kontraktor dalam waktu 14 (empat belas) hari atau ditentukan lain dalam
Dokumen Kontrak sesudah pekerjaan tambahan tersebut dimulai atau
keadaan yang khusus itu timbul, telah menyampaikan kepada Direksi suatu
permohonan tertulis disertai keterangan–keterangan yang terperinci dan
lengkap.

PASAL 36
PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN

( 1 ) Menjelang penyelesaian seluruh Pekerjaan menurut Kontrak, Kontraktor


dapat mengajukan permintaan secara tertulis kepada Direksi untuk
melaksanakan Penyerahan Pertama Pekerjaan dengan menyebutkan Wakil
Kontraktor untuk keperluan tersebut.

( 2 ) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima surat tersebut ayat (1)
Direksi memberitahukan secara tertulis kepada Kontraktor mengenai jadwal
waktu rencana pemeriksaan pekerjaan oleh Panitia yang ditunjuk oleh
Pemimpin Proyek.

( 3 ) Selambat–lambatnya dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah


dikeluarkannya surat tersebut ayat (2) Panitia yang ditunjuk oleh Pemimpin
Proyek sudah harus mulai melakukan pemeriksaan pekerjaan di lapangan
dan melakukan pemeriksaan tersebut dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari. Hasil pemeriksaan tersebut dicantumkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan.
144
Perpustakaan Unika

( 4 ) Pada Berita Acara Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan dicantumkan pula


semua kekurangan dan / atau cacat serta hasil pengujian. Untuk maksud
memperbaiki kekurangan dan / atau cacat tersebut Direksi memberikan
waktu perbaikan yang wajar pada Kontraktor.

( 5 ) Bila berdasarkan pertimbangan Direksi kekurangan dan / atau cacat tidak


disebabkan kesalahan Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai
Dokumen Kontrak, maka biaya perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab
Pemilik sebagai biaya pekerjaan tambahan.

( 6 ) Dalam hal kekuarangan dan / atau cacat berdasarkan pertimbangan Direksi


disebabkan oleh kesalahan Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan, maka
biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

( 7 ) Setelah berakhirnya waktu perbaikan seperti yang dimaksud dalam ayat (4)
pasal ini atau dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterimanya
pemberitahuan dari Kontraktor bahwa perbaikan kekurangan dan / atau
cacat telah diselesaikan, maka Direksi melakukan pemeriksaan ulang.
Apabila menurut pendapat Direksi tidak ada kekurangan dan / atau cacat,
maka Direksi membuat Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang
disampaikan pada Pemimpin Proyek. Berdasarkan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan ini Pemimpin Proyek mengeluarkan Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan.

PASAL 37
BERITA ACARA PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN

Apabila Pemimpin Proyek berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan


Penyelesaian Pekerjaan berpendapat bahwa pekerjaan telah selesai dan telah
lulus pemeriksaan dan pengujian akhir dengan memuaskan, maka Pemimpin
145
Perpustakaan Unika

Proyek selambat–lambatnya dalam waktu 6 (enam) hari setelah pemeriksaan


berakhir mengeluarkan Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan dan
sejak tanggal dikeluarkannya Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan
tersebut maka jangka waktu pemeliharaan dinyatakan mulai berlaku.

PASAL 38
DENDA KETERLAMBATAN

( 1 ) Jika Kontraktor tidak dapat menyelesaikan Pekerjaan sesuai Jangka Waktu


Pelaksanaan yang ditentukan dalam Kontrak sesuai dengan ketentuan dalam
pasal 34 (Jangka Waktu Pelaksanaan), maka Kontraktor dikenakan denda
0,1 % (sepermil) dari nilai kontrak setiap hari keterlambatan dan setinggi–
tingginya 5 % dari Nilai Kontrak.

( 2 ) Pemimpin Proyek tanpa mengurangi hak Kontraktor untuk menagih


pembayaran, dapat memperhitungkan denda tersebut pada Ayat (1) pada
uang tagihan yang menjadi hak Kontraktor.

( 3 ) Pengenaan denda akibat keterlambatan tidak membebaskan Kontraktor dari


kewajiban untuk menyelesaikan seluruh Pekerjaan sesuai kontrak atau
kewajiban–kewajiban dan tanggung jawab menurut Kontrak.

PASAL 39
PEMELIHARAAN, KERUSAKAN DAN CACAT

( 1 ) Dalam hal ini yang dimaksud Jangka Waktu Pemeliharaan adalah jangka
waktu yang dicantumkan dalam Kontrak, dihitung sejak tanggal
dikeluarkannya Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan.

( 2 ) Dalam waktu 14 (empat belas) hari sesudah berakhirnya Penyerahan


Pertama Pekerjaan, Kontraktor harus telah selesai melakukan perbaikan,
146
Perpustakaan Unika

perubahan, pembangunan kembali, pembetulan kerusakan–kerusakan,


kekurang sempurnaan, penyusutan–penyusutan dan kesalahan yang telah
ditemukan dalam Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan sesuai yang
diminta secara tertulis oleh Pimpinan Proyek, berdasarkan hasil
pemeriksaan Panitia Penyerahan Pertama Pekerjaan sebelum berakhirnya
Jangka Waktu Pemeliharaan tersebut, kecuali keausan yang wajar.

( 3 ) Semua pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor dengan biaya


sendiri, bilamana menurut pendapat Direksi hal itu diperlukan, karena
penggunaan bahan–bahan atau cara pengerjaan yang tidak sesuai dengan
Dokumen Kontrak, atau berhubung dengan kelalaian Kontraktor dalam
memenuhi kewajiban menurut Kontrak.
Tetapi apabila menurut pendapat Direksi hal itu timbul karena sebab yang
lain, maka biaya pekerjaan tersebut dianggap sebagai pekerjaan tambahan.

( 4 ) Jika Kontraktor tidak berhasil mengerjakan pekerjaan tersebut sebagaimana


diminta oleh Direksi, maka Pemilik berhak melaksanakan pekerjaan itu
dengan tenaga kerjanya sendiri, atau dengan Kontraktor lain, bilaman
pekerjaan tersebut harusnya menjadi kewajiban Kontraktor, maka dalam hal
ini biaya pekerjaan tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.

( 5 ) Setelah berakhirnya Jangka Waktu Pemeliharaan dan setelah semua


kewajiban Kontraktor sesuai ayat (2) pasal ini dipenuhi, Panitia tersebut
dalam Pasal 36 Ayat (2) berdasarkan pemeriksaan Pekerjaan mengeluarkan
Berita Acara Pemeriksaan Akhir Pekerjaan.
Jangka waktu pemeliharaan ditentukan selama 90 (sembilan puluh) hari
kalender untuk jembatan jalan kabupaten dan jalan desa serta 180 (seratus
delapan puluh) hari kalender untuk jembatan jalan propinsi.
Masa pemeliharaan dihitung sejak penyerahan pertama pekerjaan sesuai
yang terdapat pada Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan
pemeliharaan Kontraktor wajib menyerahkan jaminan sebesar 5 % dari nilai
147
Perpustakaan Unika

kontrak selama masa pemeliharaan. Sehabis masa pemeliharaan jaminan


pemeliharaan dapat diambil kembali dari Pemimpin Proyek.

PASAL 40
BERITA ACARA PENYERAHAN AKHIR PEKERJAAN

( 1 ) Kewajiban Kontraktor tidak boleh dianggap selesai sebelum Berita Acara


Penyerahan Akhir Pekerjaan disetujui oleh Pemimpin Proyek dan diterima
oleh Pemilik yang menyatakan bahwa Pekerjaan telah selesai dan dipelihara
sesuai dengan Kontrak.

( 2 ) Apabila Pemimpin Proyek berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Akhir


Pekerjaan, yang dibuat oleh Panitia, berpendapat bahwa Kontraktor telah
memenuhi semua kewajiban Jangka Waktu Pemeliharaan, maka Pemimpin
Proyek selambat–lambatnya dalam waktu 6 (enam) hari setelah dipenuhinya
semua kewajiban Jangka Waktu Pemeliharaan, wajib mengeluarkan Berita
Acara Penyerahan Akhir Pekerjaan.

PASAL 41
JENIS KONTRAK

( 1 ) Apabila Kontrak didasarkan atas sistem Harga Total Tetap (lump – sum),
maka dalam hal demikian Kontraktor menerima pembayaran atas dasar
harga yang tercantum dalam kontrak.

( 2 ) Apabila Kontrak didasarkan atas sistem Harga Satuan (Unit Price) maka
volume pekerjaan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga harus
dianggap sebagai pedoman dalam mengajukan harga penawaran. Dalam hal
demikian Kontraktor menerima pembayaran atas dasar Harga Satuan
dikalikan dengan volume pekerjaan yang nyata–nyata dilaksanakan di
148
Perpustakaan Unika

lapangan atau didasarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan bersama


(mutual check).

PASAL 42
PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN

( 1 ) Pemimpin Proyek dapat melakukan beberapa perubahan rencana Pekerjaan


atau bagian Pekerjaan yang dianggap perlu atau dianggap lebih baik, dan
Pemimpin Proyek mempunyai wewenang menetapkan pada Kontraktor
untuk melaksanakannya dan Kontraktor harus melaksanakan hal – hal
sebagai berikut :
a. Menambah atau mengurangi Pekerjaan yang tercantum dalam
Dokumen Kontrak.
b. Menghapus sebagian Pekerjaan.
c. Mengubah mutu atau macam Pekerjaan.
d. Mengubah elevasi, kedudukan dan dimensi dari bagian – bagian
pekerjaan.
e. Melaksanakan Pekerjaan tambah yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh Pekerjaan dan pekerjaan tambah tersebut tidak
akan mempengaruhi berlakunya Kontrak.

( 1 ) Perubahan–perubahan pekerjaan tidak boleh dilaksanakan oleh Kontraktor


tanpa suatu perintah perubahan. Perintah perubahan tersebut harus diberikan
secara tertulis oleh Pemimpin Proyek, setelah mendapatkan usulan dari
Direksi.
Dalam keadaan mendesak Pemimpin Proyek dapat memeberikan perintah
perubahan secara lisan, setelah mendapat masukan dari Direksi dan untuk
selanjutnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak perintah lisan tersebut Direksi
wajib memintakan persetujuan / pengesahan tertulis dari Pemimpin Proyek.
Perintah tersebut harus dianggap sebagai perintah perubahan.
149
Perpustakaan Unika

( 2 ) Kontraktor wajib melaksanakan setiap perubahan bagian Pekerjaan seperti


telah dijelaskan dalam ayat (1) diatas tanpa harus memperhatikan besarnya
pekerjaan tambah kurang yang terjadi dibandingkan terhadap kontrak asli.
Kontraktor tidak berhak mengajukan perubahan harga satuan yang telah
tercantum dalam Dokumen Kontrak.

( 3 ) Bila harga satuan bagian Pekerjaan dimaksud dalam ayat (1) tidak
tercantum dalam Dokumen Kontrak, maka harga satuan baru dapat
ditetapkan atas persetujuan bersama.

PASAL 43
HAMBATAN YANG MENGAKIBATKAN TAMBAHAN BIAYA

( 1 ) Apabila dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor menjumpai kondisi


fisik di lapangan yang nyata–nyata menghambat Kontraktor melaksanakan
pekerjaannya, sedangkan kondisi fisik tersebut tidak dapat diramalkan
sebelumnya sekalipun oleh Kontraktor pada umunya yang sudah
berpengalaman, maka Kontraktor harus segera memberitahukan secara
tertulis keadaan tersebut kepada Direksi.

( 2 ) Segera setelah Direksi memeriksa dan menyetujui pemberitahuan tersebut


atas persetujuan Pemimpin Proyek, maka Direksi akan memerintahkan
tindakan–tindakan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan untuk
pekerjaan–pekerjaan ini biayanya ditanggung oleh Pemilik.

( 3 ) Direksi / Pemimpin Proyek akan membantu Kontraktor dalam hal mengatasi


hambatan / masalah beserta akibatnya yang terjadi demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
150
Perpustakaan Unika

PASAL 44
PERBAIKAN – PERBAIKAN MENDESAK

( 1 ) Bila terjadi kerusakan terhadap pekerjaan atau bagian pekerjaan oleh karena
kegagalan atau peristiwa lain, baik selama Jangka Waktu Pelaksanaan
maupun selama Jangka Waktu Pemeliharaan, Direksi segera
memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada Kontraktor dengan
tembusan kepada Pemimpin Proyek dan memerintahkan Kontraktor untuk
segera melaksanakan perbaikan.

( 2 ) Bila Kontraktor tidak bersedia untuk segera melaksanakan perbaikan


tersebut pada Ayat (1) pasal ini, maka Pemimpin Proyek dapat menugaskan
pihak ketiga untuk melakukan perbaikan tersebut atas beban dan tanggung
jawab Kontraktor.

( 3 ) Tetapi apabila menurut pendapat Direksi dan disetujui oleh Pemimpin


Proyek hal itu timbul karena yang lain bukan kesalahan Kontraktor, maka
biaya tersebut harus dibayar sebagai pekerjaan tambahan.

PASAL 45
PERALATAN KONSTRUKSI, PEKERJAAN SEMENTARA DAN BAHAN

( 1 ) Semua Peralatan Konstruksi, Pekerjaan Sementara dan Bahan yang


disediakan oleh Kontraktor, jika dibawa ke lapangan harus dianggap hanya
dimaksudkan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dan Kontraktor
tidak boleh memindahkan, menyerahkan dan menjual barang–barang
tersebut atau sebagian daripadanya tanpa ijin tertulis dari Pemimpin Proyek.
Ijin tersebut tak dapat dibatalkan tanpa alasan.
151
Perpustakaan Unika

( 2 ) Pemilik harus dibebaskan setiap waktu dari tanggung jawab atas kehilangan
atau kerusakan Peralatan Konstruksi, Pekerjaan Sementara atau Bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan Pekerjaan.

PASAL 46
KEMAJUAN PEKERJAAN

( 1 ) Seluruh Bahan, Peralatan Konstruksi dan tenaga kerja yang harus


disediakan oleh Kontraktor, serta cara, kecepatan pelaksanaan dan
pemeliharaan Pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga
dapat diterima oleh Direksi.

( 2 ) Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian Pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Direksi telah terlambat untuk mengejar penyelesaian
dalam Jangka Waktu Pelaksanaan yang telah ditentukan atau diperpanjang,
maka Direksi harus memberitahukan secara tertulis kepada Kontraktor
dengan tembusan kepada Pemimpin Proyek agar mengambil langkah –
langkah yang perlu diambil yang disetujui Direksi guna meningkatkan laju
Pekerjaan.

( 3 ) Jika Kontraktor gagal mengambil langkah–langkah yang perlu untuk


memperlancar kemajuan Pekerjaan, maka Pemimpin Proyek berhak untuk
melaksanakan sebagian atau beberapa bagian pekerjaan dengan menyuruh
seseorang atau dengan Kontraktor lain, guna menyelesaikan Pekerjaan pada
waktu yang telah ditetapkan atau yang telah diperpanjang, atas beban dan
tanggung jawab Kontraktor.

( 4 ) Dalam hal Pekerjaan harus dilaksanakan pada malam hari sebagai akibat
dari kekurangan lancaran laju Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan dan
memelihara fasilitas penerangan yang cukup agar memungkinkan pekerjaan
dapat berlangsung secara memuaskan tanpa adanya bahaya. Semua
152
Perpustakaan Unika

pengaturan penerangan ini harus memuaskan Direksi dan biayanya


dibebankan kepada Kontraktor.

( 5 ) Ketentuan peraturan perundang–undangan dibidang perburuhan yang


berlaku mengenai Pekerjaan selama waktu–waktu tersebut dalam Ayat (4)
pasal ini harus dipatuhi dipenuhi oleh Kontraktor.

PASAL 47
LAPORAN

( 1 ) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Laporan terperinci dalam


formulir pada waktu–waktu yang telah ditentukan oleh Direksi yang antara
lain mencantumkan susunan staf pelaksana, jumlah dari berbagai macam
tenaga kerja menurut waktu–waktu yang diperlukan oleh Kontraktor di
lapangan, keterangan–keterangan tentang Peralatan Konstruksi dan lain–
lain.

( 2 ) Kontraktor berkewajiban uantuk mempersiapkan dan menandatangani


laporan harian yang berisi :
a. Jumlah dan macam bahan atau barang yang ada di lapangan dan belum
dipakai.
b. Jumlah tanaga kerja untuk setiap macam tugas dan / atau ketrampilan.
c. Jumlah dan jenis peralatan yang masih dapat digunakan dan yang rusak.
d. Jenis bagian Pekerjaan dan Pekerjaan Permanen yang dilaksanakan.
e. Taksiran volume Pekerjaan Permanen yang dilaksanakan.
f. Keadaan cuaca termasuk hujan, angin, banjir dan peristiwa–peristiwa
alam lain yang mempengaruhi kelangsungan pekerjaan.
g. Catatan lain yang berkenan dengan pelaksanaan, perubahan desain dana
lain–lain. Laporan harian tersebut harus diserahkan kepada Direksi
untuk diperiksa dan disahkan. Laporan harian yang disahkan yang
153
Perpustakaan Unika

merupakan rekaman kejadian dan kenyataan disekitar pelaksanaan


pekerjaan dan harus disimpan dengan baik oleh Direksi dan Kontraktor.

( 3 ) Dalam hubungannya dengan pasal ini juga, Kontraktor berkewajiban untuk


mempersiapkan dan menyediakan :
a. Laporan mingguan yang mencatat perihal macam pekerjaan dan
kemajuan pekerjaan.
b. Laporan bulanan yang mencatat perihal hasil pelaksanaan pekerjaan.
c. Rencana kerja mingguan yang memuat rencana kerja Kontraktor
dalam 1 (satu) minggu mendatang, termasuk perkiraan volume
pekerjaan, personel dan jumlah peralatan untuk mendukung
pencapaian volume pekerjaan yang direncanakan tersebut.
d. Buku harian yang setiap saat harus tersedia di kantor lapangan dimana
sewaktu–waktu Direksi dapat memberikan perintah dan catatan–
catatan dan sebagainya dalam Buku Harian tersebut.

PASAL 48
PENILAIAN KEMAJUAN PEKERJAAN

( 1 ) Direksi memastikan dan menentukan prestasi Pekerjaan yang dikerjakan


sesuai dengan Dokumen Kontrak.

( 2 ) Apabila Direksi akan melakukan pemeriksaan, Kontraktor harus datang dan


membantu melakukan pemeriksaan terebut serta wajib memberikan
keterangan yang mungkin diperlukan. Hasil pemeriksaan prestasi Pekerjaan
dicantumkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Prestasi Pekerjaan yang
dibuat oleh Direksi.

( 3 ) Apabila Kontraktor tidak datang atau sengaja tidak datang maka


pemeriksaan yang dikerjakan oleh Direksi dan yang disetujui Pemimpin
154
Perpustakaan Unika

Proyek, wajib diakui sebagai pemeriksaan yang benar atas prestasi


Pekerjaan.

( 4 ) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan tersebut,


Kontraktor wajib menyatakan persetujuan / penolakan terhadap hasil
pemeriksaan tersebut.

PASAL 49
UANG MUKA

( 1 ) Kontraktor berhak mendapatkan dari Pemimpin Proyek uang muka sebesar


20 % dari nilai kontrak setelah kontraktor menyerahkan jaminan uang
muka.

( 2 ) Agar uang muka tersebut benar–benar digunakan untuk persiapan Pekerjaan


proyek yang bersangkutan, maka Kontraktor harus mengajukan permohonan
yang disertai Rencana penggunaan uang muka tersebut untuk diperiksa
Direksi.

( 3 ) Setelah persetujuan Direksi, Kontraktor menyampaikan jamianan uang


muka yang jumlahnya sama besar dengan nilai uang muka. Jaminan uang
muka diberikan oleh Penjamin dan mulai berlaku sejak uang muka
dibayarkan sampai lunasnya pembayaran kembali uang muka.

( 4 ) Pembayaran kembali uang muka dilakukan dengan cara memotong


pembayaran angsuran bulanan secara sebanding. Garansi Bank dapat diganti
sesuai dengan sisa uang muka yang belum dikembalikan.

( 5 ) Dalam hal Kontraktor melakukan penyimpangan dari penggunaan uang


muka maka Pimpinan Proyek dapat memberikan peringatan tertulis sebagai
kelalaian dalam pemenuhan ketentuan kontrak.
155
Perpustakaan Unika

TATA CARA PEMBAYARAN

PASAL 50
PEMBAYARAN ANGSURAN BULANAN

( 1 ) Semua pembayaran dalam Kontrak dilakukan dengan cara Angsuran,


berdasarkan Berita Acara Bulanan yang diajukan oleh Kontraktor dan yang
telah disetujui secara tertulis oleh Pemimpin Proyek sesuai dengan
kemajuan pekerjaan yang telah dicapai.

( 2 ) Selambat–lambatnya pada setiap akhir bulan, Kontraktor harus mengajukan


pembayaran sementara dengan mengirimkan Berita Acara Bulanan
bersama–sama dengan dokumen pendukungnya kepada Direksi untuk
memperoleh persetujuan, sesuai dengan ketentuan–ketentuan dalam ayat ini
dan dalam spesifikasi umum.
Berita Acara Bulanan merupakan ringkasan dari nilai kotor (gross–volume)
dari semua pekerjaan yang telah diselesaikan sejak pekerjaan dimulai, yang
dihitung dari kwantitas pekerjaan yang diukur dan Harga Satuan masing–
masing, bersama–sama dengan setiap pekerjaan tambahan yang telah
diselesaikan berdasarkan Change Order.
Dalam Berita Acara juga dihitung dalam jumlah bersih yang dapat
dibayarkan sementara kepada Kontraktor dengan pengurangan–pengurangan
sebagai berikut:
a. Jumlah kotor dari Sertifikat Bulanan sebelumnya.
b. 10 % (sepuluh per seratus) dari selisih yang dihitung berdasarkan
pengurangan yang ditetapkan pada (1) di atas, yang akan ditahan
sebagai jaminan.
c. Angsuran untuk pembayaran kembali Uang Muka sesuai dengan Pasal
49.
156
Perpustakaan Unika

d. Pengurangan lainnya, seperti pajak, biaya – biaya yang diperlukan


menurut Hukum atau Kontrak atau keperluan lainnya.
e. Semua denda menurut Pasal 38.
f. Semua pengurangan lainnya yang dimiliki Kontraktor sesuai dengan
bunyi Syarat syarat Umum Kontrak.

( 3 ) Selambat–lambatnya 7 (tujuh) hari setelah menerima permintaan


Pembayaran Bulanan sesuai dengan ayat (2) di atas, Direksi akan
menandatangani Berita Acara Bulanan atas sejumlah uang yang diminta
atau sejumlah uang yang seharusnya diberikan.

Bila Direksi mendapatkan kesalahan pada Berita Acara Bulanan maka


Direksi dapat memperbaiki nilai Berita Acara itu dan segera
memberitahukan secara tertulis kepada Kontraktor dengan memberikan
rincian dan alasan perbaikan atau, mengembalikan kepada kontraktor untuk
diperbaiki dan dikirim kembali.

Berita Acara Bulanan yang disiapkan dengan cara ini dan ditandatangani
oleh Kontraktor dan Direksi, akan disahkan oleh Pemimpin Proyek dan
dikirimkan kepada Pemilik sebelum hari kesepuluh pada bulan selanjtnya.
Pemilik akan melakukan pembayaran kepada Kontraktor selambat–
lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal Berita Acara Bulanan

( 4 ) Permintaan pembayaran sementara dikirimkan oleh Kontraktor sesuai


dengan Ayat (2) pada pasal ini dapat termasuk didalamnya pembayaran
sementara untuk bahan–bahan yang diperlukan dalam pekerjaan, yang sudah
dikirim ke lapangan dan disimpan sesuai dengan syarat–syarat yang
ditentukan. Pembayaran sementara yang demikian dapat dilakukan hingga
80 (delapan puluh) % dari nilai bahan yang bersangkutan seperti tercantum
dalam Perincian Analisis Harga Satuan Kontraktor untuk bahan di
lapangan.
157
Perpustakaan Unika

Pembayaran selanjutnya menurut ayat ini akan disesuaikan pada


pembayaran angsuran selanjutnya sebagai bahan yang termasuk ke dalam
Pekerjaan dan dibayar berdasarkan Harga Satuan Kontrak.

( 5 ) Uang yang ditahan sebesar 10 (sepuluh) per seratus yang dikurangkan dari
Berita Acara Bulanan seperti pada Ayat (2) di atas, akan dibuatkan Berita
Acara Pembayaran oleh Pemimpin Proyek dalam pembayaran angsuran
setelah diterbitkannya Berita Acara Serah Terima Sementara Pekerjaan
seperti yang disebutkan dalam Pasal 37.

PASAL 51
KEADAAN PAILIT, PENUNDAAN PEMBAYARAN HUTANG, DAN
PERWALIAN

( 1 ) Apabila Kontraktor dinyatakan dalam keadaan pailit, atau padanya diberi


penundaan pembayaran hutang atau dalam keadaan perwalian, maka dengan
persetujuan Pemimpin Proyek Pekerjaan dapat diteruskan oleh kurator atau
wali atau oleh ahli waris/para ahli waris Kontraktor.

( 2 ) Kurator, wali atau ahli waris/para ahli waris Kontraktor, dalam waktu 8
(delapan) hari setelah keadaan tersebut pada Ayat (1) terjadi, harus
memberitahukan kepada Pimpinan Proyek tentang kesediaan mereka untuk
meneruskan dan menyelesaikan Pekerjaan.

( 3 ) Apabila tawaran itu diterima, maka kurator, wali atau ahli waris/para ahli
waris memperoleh segala hak dan kewajiban Kontraktor.

( 4 ) Sambil menunggu keputusan tentang penerusan atau penyelesaian Pekerjaan


sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) pasal ini, Direksi berhak untuk
mengambil segala tindakan pencegahan kerusakan pada Pekerjaan yang
158
Perpustakaan Unika

telah dilaksanakan atau untuk mencegah kenaikan biaya yang masih harus
dikeluarkan disebabkan karena terhentinya Pekerjaan.

( 5 ) Apabila Pekerjaan diteruskan oleh kurator, wali atau ahli waris/para ahli
waris, maka biaya sehubungan dengan pekerjaan tersebut pada Ayat (4)
pasal ini akan diperhitungkan kemudian.

( 6 ) Apabila tawaran untuk meneruskan Pekerjaan tidak diterima dan tidak


tercapai persetujuan antara kedua belah pihak tentang harga pekerjaan yang
telah dikerjakan sesuai dengan Dokumen kontrak, maka oleh Pemilik dapat
ditunjuk Panitia Arbitrase sesuai Pasal 54. Panitia Arbitrase tersebut
meneliti secepat mungkin mengenai prestasi dan harga pekerjaan yang telah
dikerjakan sesuai dengan Dokumen Kontrak, termasuk bahan yang teruji
tetapi belum terpakai, dihitung sesuai dengan anggaran pekerjaan yang
tercantum dalam Dokumen Kontrak. Dalam hal ini Jaminan Pelaksanaan
menjadi milik Negara.

( 7 ) Direksi memberitahukan kurator, wali atau ahli waris/para ahli waris


Kontraktor dalam waktu secepat mungkin secara langsung atau disampaikan
pada domisili yang dipilih, mengenai tanggal pemeriksaan yang akan
dilakukan, jika diinginkan mereka dapat hadir pada tanggal pemeriksaan.
Segera setelah diadakan pemeriksaan, dilaksanakan pembayaran setelah
dipotong biaya bagi Panitia Arbitrase tersebut diatas. Dengan demikian
tanggung jawab kurator , wali dan ahli waris/para ahli waris Kontraktor
selesai.

( 8 ) Apabila tawaran untuk meneruskan pekerjaan tidak atau tidak tepat


dilaksanakan pada waktunya oleh kurator, wali atau ahli waris/para ahli
waris Kontraktor, maka Pemimpin Proyek berwenang memutuskan kontrak.
Dalam hal ini jaminan pelaksanaan menjadi milik Negara.
159
Perpustakaan Unika

( 9 ) Pemimpin Proyek tidak akan melakukan hal tersebut Ayat (8) pasal ini
sebelum memberitahukan secara tertulis kepada kurator, wali atau ahli
waris/para ahli waris Kontraktor dan dalam waktu tiga hari memberi
kesempatan kepada mereka untuk akhirnya mengambil tindakan menurut
Ayat (2) pasal ini.

( 10 ) Apabila Pekerjaan menurut ketetapan dalam Ayat–ayat (8) dan (9) pasal ini
tidak diteruskan oleh kurator, wali atau ahli/para ahli waris Kontraktor,
maka Pemimpin Proyek berwenang memutuskan kontrak.

PEMUTUSAN KONTRAK

PASAL 52
PEMUTUSAN KONTRAK

( 1 ) Apabila Kontraktor tidak bertindak sesuai dengan ketentuan–ketentuan


Kontrak atau perintah Direksi atau Kontraktor dalam waktu yang telah
ditetapkan tidak memulai pelaksanaan Pekerjaan, maka Direksi dapat
menentukan waktu yang wajar dalam mana Kontraktor masih diberi
kesempatan uantuk memenuhi kewajiban–kewajibannya.

( 2 ) Apabila Kontraktor tidak mentaati peringatan yang dimaksud dalam Ayat


(1) pasal ini, atau kalau dalam pelaksanaan selanjutnya ia masih saja
melakukan hal atau kelalaian yang sama, dan setelah diberi peringatan
tertulis tiga kali berturut–turut dengan tenggang waktu 15 (lima belas) hari,
maka dengan sendirinya ia dianggap dalam keadaan lalai, dan Pemimpin
Proyek berhak memutuskan Kontrak secara sepihak.

( 3 ) Apabila Kontraktor terlambat menyelesaikan Pekerjaan sedemikan rupa


sehingga denda-denda yang dikenakan akibat keterlambatan tersebut
diperkirakan akan mencapai maksimum maka Direksi dapat menentukan
160
Perpustakaan Unika

waktu yang wajar dalam mana Kontraktor masih diberi kesempatan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya. Apabila Kontraktor gagal
menyelesaikan Pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditentukan tersebut
pada ayat ini maka Pemimpin Proyek berwenang untuk memutuskan
Kontrak.

( 4 ) Dalam hal terjadi pemutusan Kontrak berdasarkan pasal ini, tanpa


mengurangi hak Kontraktor untuk memperoleh pembayaran bagi Pekerjaan
yang telah dikerjakan, maka Kontraktor wajib membayar denda–denda dan
hutang-hutang yang terhutang pada saat pemutusan kontrak. Selain itu
Pemilik akan mencairkan Jaminan Pelaksanaan dan menyetorkannya ke Kas
Negara.

( 5 ) Apabila Kontraktor mengundurkan diri setelah penandatanganan Kontrak


atau dalam waktu pelaksanaan Pekerjaan, maka Kontrak dinyatakan putus
dan berlaku ketentuan dalam ayat (4) pasal ini.

( 6 ) Untuk pelaksanaan pemutusan Kontrak tersebut pasal ini Kontraktor dan


Pemimpin Proyek / Pemilik sepakat untuk mengesampingkan ketentuan
pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

( 7 ) Untuk semua perintah, surat–surat yang disampaikan dengan perantara juru


sita, gugatan dan tuntutan di muka Pengadilan setelah diputuskan Kontrak,
Pemilik dan Kontraktor tetap berdomisili di tempat yang telah dipilihnya
dalam Kontrak.

PASAL 53
KERUGIAN AKIBAT KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

( 1 ) Kontraktor tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh


Keadaan Memaksa (Force Majeure) yaitu keadaan yang luar biasa yang
161
Perpustakaan Unika

terjadi di luar kemampuan dan kesalahan Kontraktor, seperti gempa bumi,


banjir besar, tanah longsor, kebakaran, huru-hara, dan sabotase, yang
terhadapnya Kontraktor tidak mampu untuk mencegah dan mengambil
tindakan–tindakan pengamanan sebelumnya. Semua peristiwa tersebut di
atas harus dikuatkan dengan surat pernyataan dari yang berwjib setempat
yang menyatakan benar telah terjadi peristiwa Force Majeure yang
mengakibatkan kerusakan tersebut.

( 2 ) Pemilik wajib membayar kepada Kontraktor prestasi pekerjaan serta bahan-


bahan / barang lain yang akan menjadi milik proyek, atau pekerjaan yang
belum diperhitungkan dalam angsuran pembayaran yang mengalami
kerusakan akibat Force Majeure.

( 3 ) Apabila terjadi salah satu dari keadaan memaksa yang dimaksud dalam
Ayat (1) pasal ini, maka Kontraktor harus segera memberitahu untuk minta
persetujuan tentang adanya keadaan memaksa, dan merundingkan dengan
Direksi tentang tindakan–tindakan pengamanannya. Apabila Direksi tidak
mungkin dihubungi maka Kontraktor harus segera mengambil tindakan
pengamanan.

( 4 ) Biaya–biaya bagi pelaksanaan tindakan–tindakan yang dimaksud dalam


Ayat (3) pasal ini dibayar kembali kepada Kontraktor, kecuali :
a. Kontraktor tidak melaksanakan tindakan pengamanan yang
seharusnya dapat dilaksanakan.
b. Kontraktor lalai untuk segera dalam jangka waktu selambat–
lambatnya 7 (tujuh) hari sejak kejadian memberitahukan secara
tertulis kepada Direksi tentang kejadian–kejadian yang dimaksud
dalam Ayat (3) pasal ini.
162
Perpustakaan Unika

PERSELISIHAN

PASAL 54
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

( 1 ) Setiap perselisihan atau sengketa yang timbul dari atau yang berhubungan
dengan Kontrak, diutamakan penyelesaiannya melalui musyawarah untuk
memperoleh mufakat.

( 2 ) Apabila perselisihan / sengketa masih belum dapat diselesaikan melalui


musyawarah maka perselisihan diselesaikan melalui Panitia Arbitrase.

( 3 ) Apabila digunakan Panitia Arbitrase maka Panitia Arbitrase tersebut terdiri


dari seorang Arbiter sebagai anggota yang ditunjuk oleh Pemilik, seorang
Arbiter lain sebagai anggota yang ditunjuk oleh Kontraktor, dan seorang
Arbiter lagi sebagai ketua merangkap anggota yang ditunjuk oleh kedua
anggota tersebut di atas.

( 4 ) Bila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak ditunjuknya Panitia belum
mendapat kesepakatan mengenai ketua Panitia Arbitrase tersebut, maka
kedua belah pihak menyerahkan penunjukkan ketua kepada Ketua
Pengadilan Negeri dari domisili yang tercantum dalam Kontrak.

( 5 ) Keputusan Panitia Arbitrase tersebut mengikat kedua belah pihak.

( 6 ) Semua penyelenggaraan Arbitrase dilaksanakan berdasarkan peraturan


Arbitrase yang berlaku.

( 7 ) Selama proses penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah,


Arbitrase atau pada Pengadilan Negeri, Kontraktor diharuskan meneruskan
Pekerjaan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan atau menurut
163
Perpustakaan Unika

perintah Pemilik, dengan memperhitungkan biaya yang akan ditetapkan


sebagai hasil musyawarah Arbitrase atau Keputusan Pengadilan Negeri.

LAIN – LAIN

PASAL 55
SURAT – MENYURAT

Surat – menyurat antara Pemilik, Pemimpin Proyek atau Direksi dan Kontraktor
harus dilakukan dengan pengiriman langsung disertai tanda terima yang dibubuhi
tanggal, tanda tangan dan nama jelas penerima. Untuk keperluan tersebut
Kontraktor wajib memberi alamat kantor Lapangan yang jelas. Dalam surat–
menyurat tersebut dipakai bahasa Indonesia yang baik, benar dan singkat tetapi
jelas maksud dan tujuannya.

PASAL 56
BEA DAN PAJAK

( 1 ) Semua bea, pajak, cukai dan pungutan lain oleh Pemerintah sehubungan
dengan Pekerjaan ini menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor. Untuk
pembayaran itu Kontraktor tidak menerima pembayaran tamabahan dari
Pemimpin Proyek.

( 2 ) Bea Materai Kontrak harus ditanggung oleh Kontraktor.

PASAL 57
PASAL DALAM SYARAT – SYARAT KHUSUS

Syarat–syarat Kontrak yang tercantum dalam 5.2 Syarat–syarat Khusus


merupakan pasal–pasal dan ayat–ayat tambahan pada pasal dari 5.1 Syarat–syarat
164
Perpustakaan Unika

Umum dan pengertian ataupun penafsirannya harus lebih diutamakan dari pasal–
pasal pada 5.1 Syarat–syarat Umum.

4.2 Syarat-syarat Khusus

1. JAMINAN PELAKSANAAN
Penawar yang ditunjuk sebagai pemenang untuk Pelelangan pekerjaan ini
harus menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dalam waktu 15 (lima belas) hari
setelah diterbitkannya Surat Keputusan Pemenang Pelelangan. Jaminan
Pelaksanaan berupa Surat Jaminan dari Bank Pemerintah atau Bank–Bank
lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan RI (seperti tercantum dalam
lampiran 6) sebesar 10 % dari Nilai Kontrak.
Jaminan Pelaksanaan mempunyai masa berlaku sampai dengan Penyerahan
Kedua (selesai masa pemeliharaan).
Contoh Jaminan Pelaksanaan dapat dilihat pada Buku 1 instruksi kepada
Peserta Lelang lampiran B3. PT Jasa Raharja hanya dapat dipakai untuk
menerbitkan Jaminan Uang Muka dan Jaminan Penawaran dengan
menggunakan form–form lampiran (khusus).

2. ASURANSI TENAGA KONTRAKTOR


a. PIHAK KEDUA berkewajiban mengadakan usaha–usaha untuk
menjamin keamanan dan keselamatan kerja para pekerja dalam
pelaksanaan pekerjaan.
b. PIHAK KEDUA berkewajiban membayar iuran ASTEK sebesar ....
% dari Nilai Kontrak yang dibayarkan kepada Perum Astek pada
Bank Pembangunan Indonesia (BAPPINDO) yang terdekat dengan
kantor Pemimpinan Proyek, bila tidak ada BAPPINDO dapat
disetorkan ke Bank Pemerintah. Besarnya pembayaran sebanding
dengan angsuran pembayaran harga kontrak yang telah diterima
Kontraktor.
165
Perpustakaan Unika

3. SURAT KETERANGAN DAN PEMBAYARAN


a. Uang Muka
Pemborong diberi hak mengambil Uang Muka sebesar maximum 20%
dari Nilai Kontrak dengan menyerahkan Jaminan Uang Muka dari
Bank Pemerintah atau Bank–bank dan lembaga keuangan lainnya
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Permintaan uang muka perlu dilengkapi dengan surat pernyataan
perincian penggunaan uang, disertai copy kontrak pembelian material
(antara lain semen, besi beton, pasir, dll) dan mobilisasi alat yang
besarnya minimum 20 % dari besar uang muka. Uang muka tersebut
hanya digunakan untuk pekerjaan dalam proyek yang bersangkutan.
b. Jumlah minimum asuransi pihak ketiga
Kontraktor diwajibkan mengasuransikan Tenaga Personil Direksi
sebanyak–banyaknya 6 (enam) orang pada asuransi tenaga kerja
(Astek) sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4. KEWENANGAN / ORGANISASI KONTRAKTOR


Setiap paket pekerjaan harus dibawahi oleh seorang Site Manager /
Engineer yang diberi wewenang dalam hal teknik dan administrasi (tidak
merangkap). Dan Direktur / Kepala Cabang atau Kuasa Direktur / Kepala
Cabang harus berkedudukan di Semarang.

5. PEMAKAIAN PRODUKSI DALAM NEGERI


Untuk melaksanakan pekerjaan ini, para Kontraktor sejauh mungkin
menggunakan bahan–bahan produksi dalam negeri dengan persetujuan
Direksi dan tidak menyimpang terhadap ketentuan–ketentuan tentang
penggunaan produksi dalam negeri seperti yang tercantum dalam Lampiran
2 Keppres No.29/1984.
166
Perpustakaan Unika

6. KERJA SAMA DENGAN GOLONGAN EKONOMI LEMAH (GEL)


a. Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan / melakukan kerja sama
dengan pemborong Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah (GEL)
sebagai Sub Kontraktor atau Leveransir dalam pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
b. Pekerjaan yang di sub kontrakkan adalah bukan merupakan pekerjaan
pokok / utama.
c. Kontraktor agar menyerahkan daftar Pemborong / Perusahaan
Golongan Ekonomi Lemah dari Pemerintah Daerah setempat yang
ditunjuk sebagai Sub Kontraktor tersebut.
d. Tanggung jawab untuk pekerjaan–pekerjaan yang disubkan kepada
Sub Kontraktor, tetap ada Kontraktor.
e. Untuk pekerjaan pintu air dapat disubkan kepada Pihak Ketiga yang
sudah berpengalaman pada bidangnya, contoh seperti PT Barata
Indonesia Tegal, atau Perusahaan lain yang memenuhi syarat tetapi
sebelumnya harus ada persetujuan dari PIHAK KESATU.

7. PENAMBANGAN BAHAN GALIAN


a. Kontraktor diharuskan mematuhi dan mengikuti Peraturan Pemerintah
Daerah, mengenai usaha penambangan bahan galian golongan C
beserta petunjuk pelaksanaannya. Dan hal – hal yang berkaitan
dengan masalah tersebut agar telah diperhitungkan didalam harga
satuan pekerjaan.
b. Prosedur pengusahaan Bahan bangunan yang termasuk material
penambangan golongan C :
1. Bila Kontraktor bermaksud mengusahakan / mengadakan sendiri
material bahan bangunan yang termasuk golongan C maka
Kontraktor:
Harus mempunyai ijin (SIPD) dari Pemda Tingkat I Jateng dan
bertanggung jawab terhadap pembayaran retribusinya.
167
Perpustakaan Unika

2. Bila Kontraktor akan memakai jasa pemasok (supplier) untuk


pengadaan material bangunan yang termasuk golongan C maka :
Pemasok yang dipakai harus mempunyai ijin (SIPD) dan
bertanggungjawab terhadap pembayaran retribusinya.
3. Pengurusan pembayaran retribusi kepada yang berwenang
menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai dengan peraturan–
peraturan yang berlaku dan jika diperlukan PIHAK KESATU
dapat membantu memberikan surat pengantar / rekomendasi.
4. Kontraktor harus menyerahkan bukti–bukti pembayaran
retribusi tersebut kepada PIHAK KESATU / Pemimpin Proyek
pada setiap pengajuan pembayaran angsuran bulanan.
5. Jumlah pembayaran retribusi beserta jenis material yang harus
dibayar sesuai dengan PERDA No. 7 th. 1985.
6. Biaya yang dikeluarkan untuk retribusi ini harus sudah tercakup
di dalam harga penawaran Kontraktor.

8. PEMAKAIAN JALAN YANG ADA


a. Dalam hal sama–sama melaksanakan pekerjaan, setiap Kontraktor
harus memberi kesempatan kepada Kontraktor lain melaksanakan
pekerjaannya (kerja sama) yang dikoordinir oleh Pemimpin Proyek.
b. Dalam pembuatan jalan inspeksi baru atau perbaikan jalan inspeksi
lama yang belum ada pohon perlindungan, Kontraktor diharuskan
menanam pohon pelindung dari jenis Angsana dengan jarak 50 m
pada sisi jauh dari tanggul / saluran.
c. Bila mempergunakan jalan desa atau jalan inspeksi sebagai jalan
masuk ke lokasi kerja dan untuk transportasi material maka (tekanan
gandar) muatan maximum kendaraan (truk) tidak boleh lebih dari 4
ton.
Dan perbaikan kembali jalan tersebut seperti semula menjadi
tanggungan Kontraktor. Kontraktor harus memperhatikan hal–hal
sebagai berikut :
168
Perpustakaan Unika

1. Kecuali bilamana ditentukan lain dalam 7 (tujuh) hari sesudah


dikeluarkannya pemberitahuan bahwa pekerjaan dapat dimulai,
Kontraktor harus mengambil alih dan memelihara jalan masuk,
jalan logistik dan jalan inspeksi sesuai usulan dalam penawaran
yang akan dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Kontraktor harus membuat persiapan–persiapan yang diperlukan,
antara lain perkuatan jalan dan jembatan dalam waktu 10
(sepuluh) hari setelah penyerahan pekerjaan dan memperoleh ijin
dari yang berwenang atau pemilik untuk menggunakan jalan yang
dimaksud tersebut dan mematuhi setiap peraturan dari pihak yang
berwenang atau pemilik.
3. Selama dalam pelaksanaan Kontraktor harus memperhatikan
keadaan jalan beserta bangunan yang terkait untuk selalu dalam
keadaan layak dipakai oleh masyarakat dan pada penyerahan
pekerjaan akhir keadaan jalan beserta bangunan yang terkait
minimal kembali seperti pada keadaan sebelum pekerjaan
dimulai.
4. Semua jenis pengeluaran akibat ketentuan pada ayat ini sudah
termasuk didalam harga penawaran Kontraktor.
5. Kontraktor tidak akan mengajukan biaya tambahan dan segala
macam claim dari pihak ke III yang berhubungan dengan
pemakaian jalan yang dimaksud dalam ayat ini.

4.3 Syarat-syarat Administrasi

PASAL 1
JAMINAN LELANG

1. Jaminan lelang (Tender Garansi) berbentuk Surat Jaminan BPD Jawa Tengah
atau Bank Pemerintah yang ditunjuk sebesar
Rp......................(.........................).
169
Perpustakaan Unika

2. Bagi pemborong yang ditunjuk, jaminan lelang dapat diambil setelah 6 (enam)
hari sejak Pengumuman Pemenang Lelang.

3. Bagi pemborong yang mendapatkan pekerjaan, tender garansi diberikan


kembali setelah/pada saat Jaminan Pelaksanaan diterima oleh Pimpinan
Proyek.

PASAL 2
JAMINAN PELAKSANAAN

1. Jaminan pelaksanaan adalah sebesar 10% dari nilai kontrak.

2. Jaminan pelaksanaan diterima oleh pemimpin proyek pada saat pemborong


menerima SPK.

3. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan jika pekerjaan sudah diserahkan


yang pertama kalinya dan diterima baik oleh pemimpin proyek (disertai Berita
Acara Penyerahan Pertama).

PASAL 3
RENCANA KERJA (TIME SCHEDULE)

1. Pemborong harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang


disetujui oleh pemimpin proyek selambat-lambatya 1 (satu) minggu setelah
SPK diterbitkan serta daftar nama pelaksana yang diserahkan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan.

2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja


tersebut.
170
Perpustakaan Unika

3. Pemborong tetap bertanggungjawab atas penyelesaian pekerjaan tepat pada


waktunya.

PASAL 4
LAPORAN HARIAN DAN LAPORAN MINGGUAN

1. Badan Pengawas (DPU) tiap minggu supaya mengirimkan kepada Pemberi


Kerja (DPU Bina Marga Semarang) dan tindasan kepada yang bersangkutan
mengenai maju mundurnya pekerjaan disertai laporan banyaknya orang-orang
yang bekerja setiap harinya, yang tindasannya ditujukan kepada Kepala
Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Jawa Tengah.
Laporan harian, mingguan dan bulanan oleh Badan Pengawas dan dilegalisir
oleh pemimpin proyek dan pemborong wajib membantunya.

2. Penilaian prestasi kerja atas dasar pekerjaan yang sudah diselesaikan tidak
termasuk adanya bahan-bahan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar
besarnya pengeluaran uang.

3. Contoh blanko laporan harian dan mingguan dasar berhubungan dengan DPU
Jawa Tengah.

PASAL 5
PEMBAYARAN

(Diatur dengan Pemborong yang melaksanakan)


A. Pembayaran akan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Angsuran I (Pertama)
Dibayar 30% (tiga puluh persen), jika pekerjaan telah mencapai 35% (tiga
puluh lima persen).
171
Perpustakaan Unika

2. Angsuran II (Kedua)
Dibayar 30% (tiga puluh persen), jika pekerjaan telah mencapai 65%
(enam puluh lima persen).
3. Angsuran III (Ketiga)
Dibayar 35% (tiga puluh lima persen), jika pekerjaan telah mencapai 100%
(seratus persen) dan seluruh pekerjaan sudah diserahkan untuk yang
pertama kalinya dan dapat diterima baik oleh Direksi, serta jaminan
pelaksanaan dapat diambil.
4. Angsuran IV (keempat)
Dibayar 5% (lima persen), jika batas waktu pemeliharaan telah berakhir
dan sudah diserahkan untuk kedua kalinya (penyerahan terakhir) dan dapat
diterima dengan baik oleh pihak Direksi.

B. Tiap pengajuan pembayaran angsuran harus disertai Berita Acara Pemeriksaan


Pekerjaan dilampiri daftar hasil Opname Pekerjaan dan foto-foto dokumenter
dalam album.

PASAL 6
SURAT PERJANJIAN PEMBORONG (KONTRAK)

1. Biaya Materai Surat Perjanjian Pemborong/Kontrak sebesar 1% (satu persen)


dari harga borongan dan biaya dipikul oleh pemborong dan 2 (dua) kontrak
asli diberi materai Rp 6000,00. Sedang yang lain cukup dengan tanda tangan
dan cap.

2. Surat perjanjian Pemborong (Kontrak), dibuat rangkap 22 (dua puluh dua) atas
biaya dari Pemborong, dengan catatan 12 (dua belas) buku lengkap dengan
gambar detail sedang yang 10 (sepuluh) buku dengan gambar pokok.

3. Konsep dibuat oleh pemimpin proyek sedangkan lampiran-lampirannya dan


seluruh kontrak disiapkan oleh Pemborong berisi antara lain :
172
Perpustakaan Unika

a. Surat undangan lelang


b. Bestek dan RKS
c. Berita Acara Aanwijzing
d. Berita Acara Pembukuan Surat Penawaran
e. Berita Acara Evaluasi
f. SPK
g. Surat Penawaran Bermeterai
h. Daftar RAB
i. Daftar Analisa
j. Daftar harga satuan bahan dan upah kerja
k. Daftar harga satuan pekerjaan
l. Fotokopi referensi bank yang masih berlaku
m. Fotokopi Fiskal dan NPWP yang masih berlaku
n. Fotokopi Ijin Usaha dari Kanwil Depperdag Jawa Tengah
o. Fotokopi jaminan lelang
p. Surat pengakuan kualifikasi dari klasifikasi yang masih berlaku (fotokopi)
q. Time Schedule
r. Gambar pelaksanaan terdiri dari 12 (dua belas) ganda gambar komplit dan
10 (sepuluh) ganda gambar diperlukan
s. Fotokopi jaminan pelaksanaan
t. Fotokopi Surat Kesanggupan bekerja sama dengan pengusaha golongan
ekonomi lemah
u. Gambar pelaksanaan terdiri dari 12 (dua belas) ganda lengkap dan 10
(sepuluh) ganda gambar-gambar pokok
v. Surat keterangan mendaftarkan pekerjaan pada PERUM ASTEK

PASAL 7
PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu penyerahan pakerjaan selama hari kalender, termasuk hari


besar/raya dan hari minggu.
173
Perpustakaan Unika

2. Pekerjaan dapat diserahkan untuk pertama kalinya jika pekerjaan telah selesai
100% dan dapat diterima baik oleh pemimpin proyek, dengan disertai Berita
Acara dan dilampiri daftar kemajuan pekerjaan pada penyerahan untuk
pekerjaan ini, keadaan halaman serta bangunan pekerjaan bersih seluruhnya
secara visual.

3. Sewaktu diadakan penelitian dan pemeriksaan secara teknis dalam rangka


penyerahan pertama kali maka surat Permohonan Pemeriksaan Teknis yang
diajukan kepada pemimpin proyek supaya dilampiri :
a. Daftar kemajuan pekerjaan 100% yang ditanda tangani oleh DPU.
b. 1 (satu) album berisi foto-foto berwarna ukuran pos, yang menyatakan
prestasi pekerjaan 100%.
c. Surat permohonan teknis yang dikirim kepada pemimpin proyek ataupun
tembusannya yang diajukan kepada pengelola harus sudah dikirim
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum batas waktu penyerahan
pertama kalinya.
d. Dalam penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dan jika terdapat
pekerjaan instalasi listrik, maka pihak pemborong harus mengajukan
kepada pemimpin proyek surat pengesahan dari PLN. Jika pihak
pemborong tidak dapat mengajukan surat pengesahan tersebut kepada
pemimpin proyek, maka penyerahan yang pertama kalinya ditangguhkan
dulu.

PASAL 8
MASA PEMELIHARAAN

1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 60 kali kalender penyerahan pertama.

2. Jika dalam masa waktu pemeliharaan terjadi kerusakan-kerusakan akibat


kurang sempurnanya di dalam mutu bahan yang digunakan, maka pemborong
174
Perpustakaan Unika

harus segera memperbaiki dan menyempurnakan kembali setelah pihak


pemborong diperingatkan atau diberitahukan yang pertama kali secara terulis
oleh pemimpin proyek.

PASAL 9
PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN

1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang dilakukan


kepada pemimpin proyek harus sudah diterima baik, selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari sebelum batas waktu penyerahan pertama kali berakhir dan
surat tersebut dilampiri dengan :
a. Data yang lengkap
b. Time Schedule baru

2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan tanpa data yang lengkap


tidak dipertimbangkan.

3. Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kali


dapat diterima oleh pemimpin proyek, jika :
a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan yang tidak dapat dielakkan
lagi setelah atau sebelum kontrak ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
b. Adanya surat perintah tertulis dari pemimpin proyek tentang pekerjaan
tambahan.
c. Adanya surat perintah dari pemimpin proyek tentang pekerjaan untuk
sementara waktu dihentikan.
d. Adanya force majeur (bencana alam, gangguan keamanan,pemogokan)
kejadian dimana harus diteguhkan oleh Kepala Daerah setempat dengan
surat pernyataan.
e. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus di tempat pekerjaan
yang secara langsung mengganggu pekerjaan yang diperkuat oleh Direksi
Lapangan.
175
Perpustakaan Unika

f. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktunya yang telah ditentukan
karena tanah yang akan dipakai untuk bangunan belum dibebaskan secara
sah.

PASAL 10
SANKSI/DENDA

1. Jika batas waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dilampauinya,


maka pemborong dikenakan sanksi/denda pembayaran denda sebesar 0/00
(satu permil) sampai sebanyak-banyaknya 5% (lima persen) dari harga
borongan per hari keterlambatan. Uang denda tersebut harus dilunasi pada
waktu pembayaran penyerahan angsuran pertama.

2. Jika ada perintah untuk mengerjakan tambahan dan tidak disebutkan waktu
pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksanaan tidak dapat diperpanjang.

PASAL 11
PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN

1. Harga untuk pekerjaan yang diperintahkan secara terulis oleh pemimpin


proyek, pemborong supaya mengajukan kepada pembayaran tambahan.

2. Setelah pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan


kepada pemimpin proyek dapat diperhitungkan apakah pekerjaan tersebut
dapat terbayar atau tidak.

3. Didalam mengajukan daftar RAB pekerjaan tambahan ditambahkan 10%


keuntungan pemborong dari Bouwshoom dan pajak jasa 2,5% dari jumlah
(Bouwshoom+keuntungan pemborong).
176
Perpustakaan Unika

4. Untuk perhitungan pekerjaan tambahan dan pengurangan menggunakan harga


satuan yang telah dimasukkan dalam penawaran/kontrak.

5. Jika harga satuan pekerjaan belum tercantum dalam Surat Penawaran yang
diajukan, maka akan diselesaikan secara musyawarah.

PASAL 12
DOKUMENTASI

Badan Pengawas (DPU Semarang) membantu pemimpin proyek menyelesaikan


pendaftaran bangunan Pemerintah pada Badan Arsip di Jakarta yang terdiri dari :
1. Gambar situasi sesuai dengan pelaksanaan berskala 1:500 sebanyak 8 lembar.
2. Gambar denah sesuai dengan pelaksanaan skala 1:200 sebanyak 8 lembar.
3. Daftar perhitungan luas bangunan.
4. Akte/keterangan tanah sebanyak 8 lembar.
5. As bulit drawing.
6. Fotokopi dan berita acara penyerahan pertama dan kedua.

PASAL 13
PENCABUTAN PEKERJAAN

1. Pada pencabutan pekerjaan, pemborong hanya dapat dibayar dari pekerjaan


yang telah diperiksa serta disetujui oleh pemimpin proyek sedangkan harga-
harga bahan bangunan yang berada di tempat pekerjaan menjadi resiko
pemborong sendiri.

2. Penyerahan bagian-bagian pekerjaan atau seluruh pekerjaan kepada


pemborong lain tanpa ijin tertulis dari pemimpin proyek, tidak diijinkan.
177
Perpustakaan Unika

4.4 Syarat Teknis


4.4.1 Pekerjaan Tanah dan Pembongkaran–pembongkaran
4.4.1.1 Macam Pekerjaan
Pekerjaan tanah mencangkup pekerjaan–pekerjaan yang sehubungan
dengan penggalian dan penimbunan atau pembuangan tanah, batu–batu atau
material lain dari atau ke tempat proyek untuk pelaksanaan pembuatan saluran air,
selokan, oprit, pembuangan material–material yang digunakan, lapisan tanah atas,
pembuangan bekas–bekas longsor, yang kesemuanya disesuaikan dengan
spesifikasi ini, dan mengikuti gambar rencana dalam hal kedudukan, kemiringan
dan bentuk penampang.

4.4.1.2 Umum
a. Penjelasan tentang sifat tanah
Keterangan tentang sifat–sifat macam–macam tanah yang diperlihatkan pada
gambar rencana atau yang di dapat oleh kontraktor sebagai hasil diskusi
dengan direksi atau sumber lainnya harus tidak salah taksiran sebagai hal yang
sudah pasti yang dapat di pakai sebagai dasar penyusunan harga penawaran.
Kontraktor harus melihat sendiri ke tempat pekerjaan pada waktu
mempersiapakan harga penawaran tersebut dan menyakinkan tentang macam
tanah, keadaan lapisan, volume, lokasi dan lain–lain kemungkinan untuk dapat
memenuhi syarat–syarat spesifikasi.
Peserta lelang kemudian mempersiapkan harga penawaran atas dasar hasil
penilainnya. Setelah penandatanganan kontrak tidak dibenarkan adanya claim
yang diakibatkan karena kesalahan penilaian tersebut.
b. Galian
Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi galian
tersebut diatas syarat–syarat kerja yang menyangkut bidang lain, mengikuti
ketentuan–ketentuan letak, piel, kemungkinan bagian jalan dan dimensi seperti
yang dicantumkan pada gambar rencana atau petunjuk direksi.
178
Perpustakaan Unika

4.4.1.3 Jumlah Pekerjaan


Jumlah pekerjaan dari bermacam–macam galian dan timbunan yang akan
diperhitungkan pembiayaannya dalam gambar rencana, gambar–gambar standard,
gambar–gambar profil melintang dan memanjang, yang disahkan oleh direksi.
Galian / timbunan yang dikerjakan diluar pembatasan–pembatasan itu tidak akan
diberikan pembayaran.
Direksi akan menentukan kemiringan dan landai pada timbunan dan atau
galian dalam pelaksanaan sesudah diketahui secara pasti tentang sifat–sifat tanah
yang bersangkutan.
Bentuk sebenarnya dari galian dan atau timbunan dalam hal ini akan
diukur dan dicatat oleh kontraktor. Direksi akan memeriksa kembali catatan ini
dan bila sesuai akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dan akan dipakai
sebagai dasar pembayaran nanti. Galian dan timbunan diluar yang ditentukan
tidak akan dibayar. Kelebihan penggalian harus ditimbun kembali sesuai dengan
petunjuk direksi dengan material base atau sub base tanpa harus dibayar lagi. Sisa
timbunan dapat dibiarkan begitu saja atau harus dipindahkan kesemuanya
tergantung keputusan direksi.

4.4.1.4 Pengukuran Hasil Kerja


Jumlah pekerjaan tanah yang akan dibayar dilihat dari banyaknya kubikasi
material diukur dari tempat asalnya dan diperhitungkan dengan cara luas ujung
rata–rata (average end area method), kecuali bila kesalahannya melebihi atau
kurang dari 5 % dibandingkan dengan cara perhitungan prisma, dalam hal dimana
direksi akan menentukan cara perhitungan yang lebih teliti
a. Pembongkaran rintangan–rintangan
Harga satuan yang disebut dalam kontrak untuk semua macam galian harus
sudah sudah termasuk pembongkaran material–material dalam bentuk apapun
yang terdapat pada galian sesuai dengan yang dicantumkan pada gambar
rencana, membongkar dan memindahkan menurut ketentuan direksi. Material
tersebut dapat berupa : tembok lama, pemasangan batu, beton, batu–batuan
keras, perkerasan jalan lama dan sebagainya.
179
Perpustakaan Unika

Hanya batu besar dengan ukuran lebih dari 0,5 m3 atau bangunan pemasangan
batu bata, beton yang berukuran lebih besar dari 1m3 akan dibayarkan sesuai
dengan mata pembiayaan untuk galian batu dari ”pembongkaran” yang
tercantum dalam harga kontrak.
b. Pemindahan/pembongkaran tanah atau batuan lepas
Tanah lepas atau batuan lepas harus dipindahkan / dibongkar dari lereng–
lereng timbunan / galian sesuai dengan petunjuk direksi. Pembayaran untuk
pekerjaan itu termasuk galian tanah biasa.

4.4.2 Galian Tanah Biasa


4.4.2.1 Definisi Dan Lingkup Kerja
Galian tanah biasa mencangkup semua galian yang bukan galian batu,
galian untuk konstruksi atau galian material/bahan baku

4.4.2.2 Pengukuran Hasil Kerja


Cara pengukuran hasil pekerjaan adalah jumlah kubikasi dari material
yang akan digali, yang dihitung dengan cara luas ujung rata–rata, atau perhitungan
prisma. Material tersebut harus diukur pada keadaan aslinya sebelum pelaksanaan
galian atau cara lain yang disetujui oleh direksi.
Profil penampang dengan skala yang tepat dan lengkap dengan detailnya
harus dibuat oleh kontraktor di atas kertas kalkir, diperiksa oleh direksi, dan bila
memenuhi syarat dapat disetujui. Kesemuanya ini kemudian akan menjadi dasar
pembiayaan.
Kontraktor harus menyerahkan pada direksi sebanyak 3 ( tiga ) copy dari
gambar kalkir yang telah disetujui itu beserta perhitungan kubikasinya.

4.4.2.3 Dasar Pembayaran


Galian tanah biasa seperti yang dimaksud sebagai ”galian tanah biasa”
dimana saja disebut dalam spesifikasi ini akan dibayarkan tersendiri dalam hal–
hal seperti dibawah ini :
180
Perpustakaan Unika

a. Bila material sebagai hasil galian untuk jalan ini ditentukan secara tertulis oleh
direksi, sebagai material yang diinginkan untuk dipakai sebagai bahan
timbunan.
b. Bila material sebagai hasil galian untuk jalan ini berjumlah lebih besar dari
yang diperlukan untuk konstruksi timbunan akan tetapi dalam hal dimana
material tersebut bukan material yang lebih dikarenakan adanya galian
tambahan (open barrow pit) yang dikerjakan oleh kontraktor untuk
kepentingannya sendiri seperti yang disebutkan dalam spesifikasi ini.
Tanpa mengartikan lain dari yang dimaksud dalam spesifikasi ini untuk
menghitung jumlah kubikasi keperluan timbunan seperti yang dimaksukan pada
spesifikasi ini, maka kubikasi timbunan tersebut perlu dikoreksi dengan faktor
pemadat 0,85 untuk tiap tanah biasa dan faktor pengembangan 1,2 untuk batu–
batuan. Bila direksi menghendaki agar hasil dari galian tanah biasa akan dipakai
untuk bahan baku bagi pekerjaan lainnya ( misalnya batu–batuan atau batu pecah
guna pelaksanaan pekerasan untuk beton ), pekerjaan tersebut tidak akan dibayar
tersendiri tapi termasuk dalam harga penawaran untuk satuan pekerjaan yang
menggunakan bahan baku tersebut. Jumlah pekerjaan galian tanah biasa akan
dicantumkan dalam harga penawaran dan disebutkan dalam nomor mata
pembiayaan seperti dibawah ini. harga tersebut mencangkup pembiayaan untuk
pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, dan pembiayaan lain yang perlu
menyelesaikan pekerjaan tersebut
Nomor mata pembiayaan dan uraian satuan
Galian tanah biasa m. kubik

4.4.3 Subgrade
4.4.3.1 Ketentuan
Subgrade adalah bagian yang akan mendukung subbase atau, bila
subbase tidak ada yang akan mendukung kontruksi pekerasan. Subgrade meliputi
lebar dari pada jalan termasuk bahu jalan dan tempat parkir seperti yang terlihat
pada gambar rencana atau yang disebut disini. Subgrade dibedakan menurut
kedudukannya yang akan menentukan cara–cara pengerjaan yang akan diuraikan
181
Perpustakaan Unika

4.4.3.2 Pelaksanaan
1. Mal lengkung dan mal datar
Kontraktor harus menyiapkan mal lengkung dan mal datar untuk memeriksa
ketelitian pekerjaan
2. Pekerjaan persiapan
Gorong–gorong, pipa–pipa peresapan dan konstruksi–konstruksi sekunder
lainnya yang terletak dibawah subgrade, termasuk timbunan pengisi lubang–
lubang galian, bila perlu 30 cm dibawah subgrade harus sudah diselesaikan
sebelum pekerjaan untuk subgrade dimulai.
Selokan–selokan, pipa–pipa peresapan, pengaliran air dan konstruksi ujung
untuk pipa–pipa itu harus sudah dapat bekerja secara sempurna agar
pengaliran air lancar dan tidak menyebabkan kerusakan pada subgrade.
Pekerjaan untuk subgrade tidak boleh dimulai sebelum pekerjaan–pekerjaan
persiapan ini disetujui oleh direksi.
3. Tingkat pemadatan
Semua material sampai kedalaman 30 cm di bawah subgrade harus dipadatkan
sampai 100% dari maksimum kepadatan ( kering) yang didapat dari percobaan
AASHTO T-99
4. Subgrade pada tanah galian
Bila subgrade terletak pada tanah galian harus diusahakan agar bentuk
melintang dan memanjangnya sesuai dengan ketentuan spseifikasi. Tapi pada
peil lebih tinggi dari piel akhir nanti agar ada persiapan bila ada penurunan
sebagai akibat dari pemadatan.
Tanah tersebut harus dipadatkan dengan alat pemadat hingga mencapai
kepadatan seperti yang disebut pada spesifikasi ini.
Pengaturan kadar air dilaksanakan dengan sprinkel truck atau pengeringan
sebagai mana kebutuhannya untuk mencapai sesuatu kepadatan yang
maksimal, bila sifat tanah tersebut tidak memungkinkan mencapai CBR
minimum seperti yang disyaratkan di dalam perencanaan, maka material–
material yang tidak baik harus dibuang dan diganti dengan yang memenuhi
syarat sampai kedalaman tertentu yang akan ditetapkan dengan pemeriksaan
182
Perpustakaan Unika

CBR. Pembongkaran dan pembuangan material yang tidak sesuai tersebut akan
diperhitungkan sebagai galian biasa dan diatur dalam spesifikasi ini.
5. Subgrade ada galian batu
Bila subgrade terletak pada galian batu, batu–batuan tersebut harus digali
sampai pada bentuk yang sesuai, melintang maupun memanjang dan diperiksa
dengan mal datar. Tidak akan diadakan pembayaran pada galian yang lebih
dalam dari yang telah ditentukan dan kontaktor harus membuang semua batu–
batuan yang lepas dan menambahkan material berbutir kasar yang dipadatkan
dan dibentuk sedemikian rupa (diperiksa dengan mal datar). Agar
permukaannya sesuai kembali dengan gambar rencana atau petunjuk direksi.
Pada subgrade tersebut tidak diperbolehkan adanya tonjolan batu yang lebih
besar dari 4 cm.
6. Subgrade pada timbunan
Bila subgrade terletak pada timbunan, material yang akan ditempatkan terletak
pada timbuan, material yang akan ditempatkan pada bagian atas timbunan
tersebut sampai kedalaman 30 cm di bawah permukaan subgrade harus
memenuhi syarat kepadatan seperti tersebut diatas. Alat pemadat yang
berukuran tepat, yang disetujui oleh direksi, dapat digunakan untuk pemadatan
dan kadar air harus diatur agar didapat berat (kering) pada seperti yang
disyaratkan pada spesifikasi ini.
Agar diperhatikan untuk hanya menggunakan material–material yang
memenuhi syarat untuk subgrade. Bila material–material yang ada tidak cukup
baik terlanjur digunakan harus dibongkar lagi dan diganti sabagai mana
seharusnya tanpa tambahan pembayaran.
Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan subgrade akan diawasi sepenuhnya
oleh direksi untuk setiap tahapan dari pekerjaan dan bila dipandang perlu
membongkar/ mengganti atau mengulangi kembali pekerjaan tersebut agar
didapat kepadatan seperti yang disyaratkan.
Pekerjaan–pekerjaan itu tidak akan dibayarkan secara tersendiri mengenai
macam–macam pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi termasuk dalam harga
penawaran untuk pembiayaan yang sesuai.
183
Perpustakaan Unika

7. Perlindungan terhadap pekerjaan yang telah selesai


Tiap bagian pekerjaan subgrade yang telah diselesaikan harus dilindungi agar
tidak mengering, pecah–pecah dan atau tanpa kerusakan lain yang disebabkan
karena kurang diperhatikan oleh pihak kontraktor, harus diperbaiki seperti
yang akan diperhatikan oleh direksi tanpa adanya tambahan pembiayaan.
8. Lalu lintas dan perbaikan–perbaikan
Kontraktor bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari lewatnya lalu
lintas pada subgrade yang telah selesai dikerjakan, dimana dalam arah tertentu
yang dipandang perlu lalu lintas tersebut dapat dicegah untuk melewatinya asal
telah disediakan jalan lain atau dengan cara pelaksanaan setengah jalan.
Kontraktor harus membatasi volume pekerjaan subgrade sesuai dengan jumlah
alat–alat yang ada. Kontraktor harus mengusahakan juga agar pekerjaan
subgrade secepat mungkin disusul dengan pekerjaan subbase atau base, sebab
pekerjaan subgrade yang telah selesai apabila dibiarkan terlalu lama dan tidak
segera ditutup dengan pekerjaan–pekerjaan selanjutnya akan mengalami
kerusakan–kerusakan tersebut sebelum pekerjaan subbase atau base akan
dikerjakan, tanpa tambahan pembiayaan.

4.4.3.3 Pengukuran Hasil Kerja


Jumlah pekerjaan yang diperhitungkan untuk pembayaran pekerjaan ini
ditentukan menurut jumlah luas (meter persegi) dari subgrade yang telah selesai
dikerjakan menurut ketentuan–ketentuan yang telah disebutkan tadi dan telah
diterima dengan baik oleh direksi.
Subgrade yang terletak pada timbunan tidak akan dibayar secara tersendiri
tetapi termasuk dalam pekerjaan timbunan badan jalan.

4.4.3.4 Dasar Pembayaran


Jumlah pekerjaan seperti yang disebutkan diatas akan dibayar menurut
harga satuan yang tercantum dalam harga penawaran masing–masing untuk tiap
macam sesuai seperti yang akan disebutkan dibawah ini, dimana pembayaran
184
Perpustakaan Unika

tersebut meliputi semua pembiayaan yang perlu atau umumnya diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan sebaik–baiknya, kecuali untuk hal–hal dibawah ini :
a. Pekerjaan subgrade pada timbunan sudah termasuk dalam mata pembiayan
dan konstruksi timbunan
b. Pemindahan/pembuangan material yang lebih atau tidak memenuhi syarat
untuk pekerjaan subgrade akan dibayarkan dalam mata pembiayaan sesuai
dengan itu pada kontruksi timbunan, atau dianggap galian biasa sebagaimana
menurut kenyataan :
Nomor mata pembiayaa uraian satuan
1. Pekerjaan subgrade pada galian m. kubik
2. Pekerjaan subgrade pada galian batu m. kubik
3. Pekerjaan subgrade pada timbunan m. kubik

4.4.4 Sub Base


4.4.4.1 Uraian
Subbase adalah bagian dari konstruksi perkerasan jalan yang terletak di
antara subgrade dan base. Lebar dan tebalnya seperti tersebut dalam gambar
rencana.

4.4.4.2 Material
Peserta lelang sebelumnya harus menentukan sendiri akan tempat, jumlah
dan keserasian bahan yang ada untuk digunakan sebagai bahan subbase. Harus
juga diperhitungkan biaya sehubungan dengan pengambilan, pengangkutan dan
penyaringan bila perlu yang kesemuanya itu harus juga tercangkup dalam satuan
harga bahan subbase yang diajukan pada harga penawaran.
Kontraktor selambat–lambatnya 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan
subbase harus sudah mengajukan kepada direksi suatu pernyataan yang
menerangkan tempat asal dan komposisi dari material yang digunakan sebagai
subbase, dimana sifat–sifat material tersebut harus memenuhi persyaratan yang
akan disebutkan selanjutnya kepada spesifikasi disesuaikan dengan kebutuhannya
menurut spesifikasi ini.
185
Perpustakaan Unika

a. Pemeriksaan, Testing dan Persetujuan


Sebagai keharusan, sebelum dimulainya pekerjaan penggalian bahan,
kontraktor harus menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium yang diakui
oleh direksi mengenai sifat – sifat bahan.
Pengambilan bahan untuk keperluan pemeriksaan, biaya yang perlu untuk
pemeriksaan tersebut akan ditanggung oleh kontraktor. Pengambilan contoh
bahan untuk pemeriksaan dihadiri oleh direksi atau wakil yang ditunjuk
olehnya dimana sebagian dari bahan itu akan disimpan oleh direksi ditempat
pekerjaan sebagai contoh.
Semua sumber material harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
direksi, tetapi bagaimanapun tidak boleh diartikan secara sempit bahwa bahan–
bahan dari sumber tersebut telah mencakup syarat, kecuali bila dikerjakan
menurut petunjuknya.
Agar mutu campuran/bahan tetap dalam batas yang diberikan, kontraktor harus
mempunyai seorang geolog yang berpengalaman dan disetujui oleh direksi.
Geolog tersebut dibawah pengawasan direksi seperti laboratorium lapangan
yang digunakan keperluan tersebut.
Harus diadakan buku harian yang berisi sehari–hari tentang pemeriksaan yang
dilaksanakan sehari–hari tentang pemeriksaan dan pengamatan dengan
ketentuan direksi. Semua material yang digunakan harus disetujui oleh direksi.
Bila gradasi atau sifat–sifat material tidak sesuai dengan yang disyaratkan,
direksi berhak menolak dan kontraktor harus segera menyingkirkan dari tempat
pekerjaan
b. Penggudangan/Penyimpangan Material
Penyimpanan dan penggudangan material hendaknya sesuai dengan
spesifikasi.
c. Syarat Material
Material yang digunakan harus menuruti persyaratan kelas A, B dan C untuk
subbase seperti yang diterangkan pada gambar rencana atau keterangan direksi.
186
Perpustakaan Unika

Semua material harus bersih dari kotoran–kotoran, bahan–bahan organik dan


bahan–bahan yang tidak dikehendaki.
Agregat untuk subbase kelas A terdiri dari batu pecah, kerikil pecah atau
kerikil dengan kualitas seperti yang disebutkan dalam AASHTO M.147
Persyaratan gradasi
ASTM Standard Sieves Prosentase Berat yang Lewat
3″ 100
1½″ 60 – 90
1″ 45 – 78
¾″ 40 – 70
3
/8″ 24 – 56
no. 4 13 – 45
no. 8 6 – 36
n. 30 2 – 22
no. 40 2 – 18
no.200 0 – 10
Bila menggunakan kerikil pecah, tidak kurang dari 50 % berat partikel yang
tertinggal pada ayakan no. 4 harus mempunyai paling tidak satu bidang
pecahan.
Kecuali ditentukan lain, prosentase yang lewat ayakan no 200 harus tidak lebih
2/3 dari prosentase yag lewat ayakan no. 40
Subbase kelas B terdiri dari campuran kerikil, pecahan batu yang mempunyai
berat jenis yang seragam denganpasir lanau lempung yang menuruti
persyaratan di bawah ini :
Material
ASTM Standard Sieves Prosentase Berat yang Lewat
2″ 100
1½″ 70 – 100
1″ 55 – 85
¾″ 50 – 85
3
/8″ 40 – 80
no. 4 30 – 60
no. 8 20 – 60
no. 30 20 – 50
no. 40 10 – 30
no.200 5 – 15
187
Perpustakaan Unika

Prosentase berat yang lewat untuk mesing–masing ayakan dapat dikoreksi oleh
direksi bila digunakan batu pecah dengan macam–macam berat jenis.
a. batas cair (AASHTO T 89) 25 max
b. index plastis (AASHTO T 91) 6 max
c. kadar lempung ( AASHTO T 176) 25 max
d. kehilangan berat dari partikel
yang tertinggal pada ayakan ASTM no. 12 (AASHTO T 96) 40 max
e. kepadatan kering maksimum min. 2,0 g/cu. cm
(AASHTO T 180)

4.4.4.3 Pelaksanaan
1. Pekerjaan Persiapan untuk subgrade
Subgrade akan dibuat, dipersiapkan dan dikerjakan seperti yang disebut diatas,
sebelum subbase ditempatkan. Tebal dari subbase ditentukan oleh gambar
rencana.
2. Pencampuran dan Pembuatan
Kecuali ditentukan lain, bila kontraktor pengerjaan pencampuran material
subbase harus menuruti salah satu cara di bawah ini, dengan bahan–bahan
pembantu bila perlu seperti disyaratkan pada gambar rencana
Cara dengan alat pencampuran stasioner
Agregat dan air dicampur didalam suatu mixer jumlah air diatur selama
pencampuran agar mencapai kadar air yang sesuai untuk keperluan pemadatan
yang memenuhi syarat. Setelah proses pencampuran, material diangkut
ketempat pekerjaan, dijaga agar kadar air tetap dalam batas–batas yang
disyaratkan dan dihampar dilapangan untuk segera dipadatkan.
Cara Dengan Alat Pencampuran Yang Berjaan.
Setelah material untuk masing–masing ditempatkan dengan mesin penyebar
(spreader) atau alat lain, kemudian dilakukan pencampuran dengan alat
pencampuran berjalan. Selama itu air bila perlu ditambah agar dicapai kadar air
optimum.
Cara dengan pencampuran setempat (mixed on Place)
188
Perpustakaan Unika

Setelah material untuk masing–masing lapisan ditempatkan, pencampuran


dilakukan dengan motor grader atau alat lain pada kadar air yang dikehendaki.
Subbase material akan dipadatkan memaksimal mungkin dapat dicapai dengan
alat–alat yang ada. Tebal lapisan itu umumnya tidak boleh lebih dari dari 20
cm setelah jadi.
Lebih dari satu lapis, tiap lapisan yang terdahulu harus sudah dipadatkan
secukupnya sebelum penempatan lapisan selanjutnya.
Penempatan material akan dimulai dari tempat yang ditunjukan oleh direksi.
Alat–alat yang digunakan hendaknya dari tipe yang dapat memberikan hasil
yang unifrom, rata. Penumpukan-penumpukan material tersebut hendaknya
dengan ukuran dan jarak agar bila dilakukan perataan dan pemadatan tercapai
tebal yang mendekati persyaratan gambar rencana.
Bila dilakukan pembongkaran di suatu tempat pada lapisan yang telah selesai
dipadatkan hendaknya dilakukan pada seluruh lebar dan tebal lapisan itu agar
tidak menimbulkan kepadatan yang sama
3. Penebaran Dan Pemadatan
Segera setelah dilakukan penebaran material dan peralatan, tiap lapis segera
dipadatkan pada seluruh lebar jalan dengan mesin gilas (three stell rollers),
mesin gilas roda karet (pneumatic tired rollers), atau alat pemadat lain yang
disetujui oleh direksi untuk dipakai. Penggilasan dilakukan dari tepi menggeser
ketengah, berjalan paralel terus dengan as jalan dan diusahakan berlangsung
terus tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai digilas.
Bila terjadi pelendutan atau hal–hal yang tidak wajar pada suatu tempat, harus
segera dilakukan perbaikan dengan cara membongkar tempat tersebut dan
mengganti atau menambahkan material lain dan menggilasnya kembali
sehingga rata dengan permukaan yang dikehendaki.
Pada tepi–tepi curb, dinding–dinding dan pada tempat–tempat yang tidak dapat
dicapai oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan alat–alat tangan yang tepat
(tamper, compactor).
Lapisan yang akan dipadatkan tersebut harus digilas dan dipangkas sedemikian
agar permukaan berbentuk sesuai dengan gambar rencana
189
Perpustakaan Unika

Material subbase dipadatkan hingga maksimum yang dipadatkan pada


pemeriksaan AASHTO T.1. method D kepadatan tersebut dicapai pada
kepadatan tebalnya.
Direksi akan melakukan pengukuran pada tempat–tempat yang dipilihnya
selama pelaksanaan pekerjaan untuk memeriksa tebal jadi yang disyaratkan
pada kepadatan maksimum.
Pembuatan lubang–lubang untuk keperluan pengukuran itu dan pengisiannya
kembali dilakukan oleh kontraktor atau wakil yang ditunjuk olehnya.

4.4.4.4 Cara Mengukur Hasil Kerja


Selain pembiayaan untuk membayar ganti rugi, kontraktor harus juga
membiayai hal–hal yang perlu atau diminta oleh pihak yang bersangkutan atas
pengambilan material untuk subbase tersebut.
Penguasa bangunan dalam keadaan apapun tidak akan dibebani dengan
pembiayaan lain selain yang disebut pada harga kontrak. Jumlah yang akan
dibayar adalah kubik meter dari lapisan subbase yang telah dikerjakan dan
dipadatkan sesuai dengan syarat pada rencana dan petunjuk direksi.

4.4.4.5 Dasar Pembayaran


Jumlah pekerjaan yang diukur dengan cara seperti diatas, akan dibayar
berdasarkan harga satuan kontrak untuk tiap mata pembiayaan yang sesuai dengan
spesifikasinya, dimana harga tersebut mencangkup semua pembiayaan yang perlu,
dan hal–hal lain yang merupakan keharusan untuk dapat dicapai hasil kerja yang
sebaik – baiknya.

4.4.5 Base
4.4.5.1 Uraian
Base adalah bagian dari pekerasan jalan yang terletak diantara subase dan
lapisan penutup. Lebarnya akan ditentukan menurut gambar rencana atau seperti
yang ditentukan oleh direksi.
190
Perpustakaan Unika

4.4.5.2 Syarat Material


Material yang digunakan harus menuruti persyaratan kelas A, B dan C
untuk subbase seperti yang diterangkan pada gambar rencana atau keterangan
direksi. Semua material harus bersih dari kotoran–kotoran, bahan–bahan organik
dan bahan–bahan yang tidak dikehendaki.
Kerikil pecah atau batu pecah untuk lapisan base kelas A, B, hendaknya
terdiri dari hasil pemeriksaan pemecahan kerikil atau batu. Bila ditentukan
demikian oleh direksi, maka untuk bahan kerikil sebelumnya harus diayak terlebih
dahulu sehingga agregat hasil dari pemecahan kerikil tersebut tidak kurang dari
80 % beratnya sendiri dari partikel yang mempunyai sekurang–kurangnya satu
bidang pecahan
Agregat base coare harus menuruti pesyratan dibawah ini :
a. Kekerasan (toughness ASTM D 3) min 6 %
b. Kehilangan berat dengan max 10 %
percoban sodium sulfat ( AASHTO T 104)
c. Kehilangan berat dengan max 12 %
percobaan magnesium sulfat Soundness (AASHTO T 104)
d. Kehilangan berat akibat Abrasi sesudah 500 putaran ( AASHTO 96) max 40 %
e. Bagian–bagian batu yang lunak (ASTM C 235) max 5 %
f. Gumpalan–gumpalan lengkung ( AASHTO T 112) max 5 %

Agergat base kelas A terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah menurut
persyaratan sebagai berikut :
ASTM Standard Sieves Prosentase berat yang lewat
2½″ 100
2″ 90 – 100
1½ ″ 35 – 70
1″ 0 – 15
½″ 0 –5

Material campuran untuk bahan kelas A ini harus terdiri dari material alam yang
diayak halus atau pasir yang mempunyai daya ikat cukup dan gumpalan–
191
Perpustakaan Unika

gumpalan lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus menuruti
persyaratan gradasi dibawah ini
ASTM Standard Sieves Prosentase berat yang lewat
3/8 ″ 100
No. 4 85 – 100
No. 100 10 – 30
Index Plastis (AASHTO T 91) max 6
Kadar Lempung (AASHTO T 176) min 3

4.4.5.3 Pelaksanaan
1. Pekerjaan pendahuluan pada permukaan subbase
Bila base harus diletakkan pada lapisan subbase maka permukaan subbase
tersebut harus sudah sempurna dikerjakan, dibentuk sesuai dengan gambar
rencana dan dibersihkan dari segala bentuk kotoran atau bahan–bahan yang
dikehendaki
2. Pencampuran dan pengerjaan
Semua cara dan syarat yang disebutkan pada artikel 6.01 @ 2 dan 3 harus
diikuti, kecuali tebal maksimum dimana disyaratkan tidak lebih dari 20 cm
setelah selesai pemadatan
3. Cara Pengukuran Hasil Kerja
Selain dari pembiayaan untuk ganti rugi, kontraktor harus mengatur dan bila
perlu membiayai hal–hal yang perlu atau dikehendaki oleh pemilik tanah
sehubungan dengan pengambilan material base itu dan dalam hal apapun
penguasa bangunan tidak boleh dibebani dengan pembiayaan lain selain harga
kontrak.
Jumlah yang akan dibayarkan adalah jumlah meter kubik dari lapisan biasa
yang telah dikerjakan dengan mengikuti semua persyaratan yang ada. Volume
yang dihitung akan didasarkan pada ukuran teoritis untuk tebal dan lebarnya
lapisan dan ukuran menurut kenyataan adalah panjangnya. Volume tersebut akan
dihitung sampai tiga angka dibelakang koma (desimal)
Selama pelaksanaan, tebal lapisan harus selalu dengan teliti dikontrol
untuk mendapatkan tebal yang ditentukan, selisih tebal yang ditentukan dengan
192
Perpustakaan Unika

yang telah dipadatkan tidak boleh lebih dari satu sentimeter bila dilakukan
pengukuran tebal dengan menggunakan mal lengkung dan mal datar.

4.4.5.6 Dasar Pembiayaan


Jumlah yang ditentukan secara di atas, akan dibayar menurut harga satuan
yang akan diuraikan di bawah ini yang juga akan tercantum dalam harga
penawaran, dimana harga tersebut harus sudah mencangkup untuk pembiayaan–
pembiayaan dan semua pengeluaran–pengeluaran yang perlu seperti yang
ditentukan dari spesifikasi ini agar tercapai hasil kerja yang sebaik–baiknya
Nomor mata pembiayaan dan uraian satuan
(1) Base Kelas A m. kubik

4.4.6 Lapisan Aspal Beton (AC ) Dan Lapisan Pondasi Atas (ATB)
4.4.6.1 Uraian
Pekerjaan ini akan mencangkup pengadaan lapisan pondasi yang terdiri
dari agregat dan material aspal yang dicampur di pusat pencampur serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi yang telah
disiapkan dan sesuai dengan persyaratan ini yang memenuhi bentuk sesuai dalam
gambar dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya atau
sesuai dengan perintah direksi
Semua campuran dirancang dengan menggunakan prosedur khusus yang
diberikan dalam spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa perkiraaan rancangan
yang berkenaan dengan kadar bitumen efektif minimum, rongga udara, stabilitas,
flesibilitas dan ketebalan film aspal benar–benar terpenuhi. Dalam hal ini penting
diingat bahwa metoda konfesional dalam merancang aspal beton, yang dimulai
dari mendapatkan kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak
boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan
menghasilkan campuran yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
193
Perpustakaan Unika

4.4.6.2 Jenis–Jenis Campuran Aspal


Jenis campuran aspal dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan
pada gambar rencana atau seperti yang diperintah oleh direksi.
a. Lapisan aspal beton/Laston (AC)
Laston yang direncanakan menurut spesifikasi ini setara dengan laston
(spesifikasi Bina Marga 13/PT/B/1983) dan digunakan untuk jalan–jalan
dengan lalu lintas berat, tanjakan pertemuan jalan dan daerah–daerah lainnya
dimana permukaan menanggung beban roda yang berat kadar bitumen
campuran ini lebih tinggi dari umumnya yang digunakan pada daerah yang
beriklim dingin, tetapi untuk menjamin peningkatan keawetan dan ketahanan
kelelahan oleh sebab itu dirancang dengan prosedur khusus yang diberikan
dalam spesifikasi ini.
b. Asphalt Treated Base (ATB)
Asphalt Treated Base (ATB) adalah khusus diformulasi untuk meningkatkan
keawetan dan ketahanan kelelahan penting diketahui bahwa setiap
penyimpangan dari spesifikasi ini, khususnya dalam kadar rencana perkerasan
rendah memungkinkan tidak berlakunya rencana perkerasan proyek dan
memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal.

4.4.6.3 Syarat Material


Agregat Umum
a. Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus dari suatu sifat yang
sedemikian rupa bahwa campuran aspal, yang diproposikan sesuai dengan
rumus campuran kerja, akan mempunyai suatu kekuatan yang tersimpan tidak
kurang daripada 75 % bila diuji untuk kehilangan kohesi yang diakibatkan
dari gerak air sesuai dengan diakibatkan dari gerak air sesuai dengan
AASHTO T.165 – 77 dan T 245 – 78.
b. Direksi akan menyetujui semua agregat sebelum digunakan dalam pekerjaan.
Bahan–bahan harus ditumpuk sesuai dengan persyaratan–persyaratan.
c. Sebelum memulai pekerjaan maka kontraktor harus menempatkan sekurang–
kurangnya 40 % dari seluruh persyaratan–persyaratan agregat pecah untuk
194
Perpustakaan Unika

campuran–campuran bitumen. Sesudah itu kontraktor harus memeprtahankan


tumpukan–tumpukan agregat pecah yang cukup untuk sekurang–kurangnya 40
% dari pekerjaan yang tersisa
d. Direksi dapat meyetujui, atau mengarahkan penggunaan agregat–agregat yang
tidak memenuhi persyaratan–persyaratan gradasi partikel dengan ketentuan
bahwa campuran–campuran aspal yang diproduksi yang memenuhi sifat–sifat
campuran
e. Setiap agregat akan dimasukkan kedalam instalasi pencampur melalui “cold
feed bi” yang terpisah. Pra pencampuran agregat–agregat yang berlainan jenis
atau berlainan sumber tidak diijinkan.

Agregat Kasar
a. Agregat kasar secara umum harus sesuai dengan persyaratan–persyaratan
gradasi dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau suatu
campuran yang sesuai dari bahan–bahan macam itu dengan kerikil ilmiah
yang bersih :
Ukuran Saringan Saringan Prosen Berat yang
Mm (ASTM) Campuran Normal Lolos
20 ″ ¾ 100 100
12,7″ ½ 20 – 100 95 – 100
9,5″ 3/8 0 – 55 50 – 100
4,75″ No. 4 0 – 10 0 – 50
0,075″ No. 200 0-1 0–5

b. Agregat kasar harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet dan bebas dari
kotoran atau unsur lain yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai suatu
prosentase keausan tidak lebih daripada 40 % pada 500 putaran sebagaimana
ditentukan oleh AASHTO T 96
c. Jika diperlukan pada lima putaran dari sodium soundness test sesuai dengan
AASHTO T104, maka agregat kasar harus mempunyai suatu kehilangan berat
tidak lebih daripada 12 %
195
Perpustakaan Unika

d. Bila diperlukan pada pengujian–pengujian pelapisan dan pengelupasan, sesuai


dengan AASHTO T 182, maka agregat tersebut harus mempunyai suatu areal
yang terlapisi tidak kurang daripada 95%

Agergat Halus
a. Agregat halus, termasuk setiap bahan pengisi mineral yang dapat
ditambahkan, harus sesuai dengan persyaratan–persyaratan gradasi dibawah
dan harus terdiri dari satu atau lebih pasir alam atau batu pecah atau
kombinasi hasil saringan batu pecah (abu mesin pemecah) biasanya akan
diperlukan untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis memenuhi
sifat–sifat campuran ditetapkan seperti dibawah ini :
Ukuran Saringan Jenis
(mm) (STM) Campura
n
AC dan ATB
9,5 3/8 100
4,75 No. 4 90 – 100
2,36 No. 8 80 – 100
600 micron No. 30 25 – 100
75 micron No. 200 3 –11

b. Agregat halus harus terdiri dari partikel–aprtikel yang bersih, kuat, bebas dari
gumpalan–gumpalan atau bola–bola tanah liat, atau dari bahan–bahan lainnya
yang tidak dikehendaki. Hasil saringan batu harus diproduksi dari batu yang
memenuhi persyaratan–persyaratan kualitas untuk agregat kasar yang seperti
diberikan diatas.

Bahan Pengisi (AASHTO M 17)


a. Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu kapur, abu dolomite, semua portland,
atau unsur mineral non plastis lainnya dari sumber–sumber yang disetujui oleh
Engineer. Bahan pengisi harus bebas dari bahan asing atau lainnya
b. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan–gumpalan dan bila diuji
dengan penyaringan basah dan berisi tidak kurang daripada 75 % berat
196
Perpustakaan Unika

partikel–aprtikel yang lolos dari suatu saringan 75 mikron ( dan lebih disukai
tidak kurang dari 85 % )
c. Kapur (kapur tohor, kapur sirih) dapat digunakan sebagai pengisi dan ini
dapat digunakan sebagai suatu bahan pengisi dan ini dapat memperbaiki daya
tahan campuran, menambah pelapisan partikel–aprtikel agregat dan membantu
mencegah pengelupasan. Tetapi disebabkan berbagai variasi kualitas dari
banyak sumber kapur dan suatu kecenderungan kapur untuk membentuk
gumpalan–gumpalan, maka masalah–masalah ini dapat timbul selama
penakaran. Sebagai tambahan pengembangan kapur karena hidrasi dapat
menyebabkan keretakan dari campuran tersebut bila kadar kapurnya terlalu
tinggi. Oleh karena itu jika kapur digunakan maka proporsi maksimum yang
diperkenankan harus 1,0 % dari berat jumlah campuran aspal total
d. Campuran yang diajukan dengan menggunakan bahan pengisi harus
mempunyai suatu indeks kekuatan minimum yang tersisa 75 % bila diuji
dengan AASHTO 165 – 77 dan T 245 – 78.

Bahan Bitumen
Bahan bitumen harus sesuai dengan persyaratan–persyaratan dari AASHTO
M 226 – 78 tabel 2, yang mempuyai suatu kehilangan maksimum pada pemanasan
1,0 % dan suatu penetrasi minimum pada residu 50 % dari nilainya sebelum
pemanasan

Bahan Tambahan
Suatu unsur perekat dan anti pengelupasan harus ditambahkan pada bahan–
bahan bitumen sebagaimana diarahkan atau disetujui oleh direksi. Prosentase yang
diperlukan dari bahan tambahan harus dicampuran secara menyeluruh dengan
bahan bitumen sesuai denmgan instruksi pabrik dan selama waktu yang
diperluaskan untuk menghasilkan suatu campuran yang homogen.
197
Perpustakaan Unika

4.4.6.4 Sumber Penyediaan


a. Direksi harus menyetujui sumber–sumber penyediaan agregat dan bahan
pengisi mineral sebelum pengiriman bahan tersebut. Contoh–contoh dari
masing–masing harus diajukan sebagaimana diarahkan.
b. Dalam memilih sumber–sumber agregat, kontraktor harus memperhitungkan
bitumen yang dapat hilang oleh absorbsi kedalam agergat, dan menjamin
bahwa agregat paling sedikit dari yang tersebia secara lokal adalah yang
digunakan. Variasi–variasi dalam kadar bitumen yang berasal dari perbedaan
derajat absorbsi bitumen oleh agregat, dalam hal manapun tidak akan
dipandang sebagai dasar untuk merundingkan kembali harga satuan pelapisan
aspal permukaan.
c. Kontraktor harus mengajukan untuk persetujuan suatu contoh bahan bitumen
yang ia usulkan untuk digunakan dalam pekerjaan, bersama–sama dengan
suatu pernyataan mengenai sumber dan sifat–sifatnya. Persetujuan harus
diperoleh secara tertulis sebelum setiap bahan bitumen yang diwakili oleh
contoh yang diajukan akan digunakan oleh kontraktor, kecuali direksi
memberikan persetujuan harus diajukan akan diwakili oleh contoh yang
diajukan akan digunakan oleh kontraktor, kecuali direksi memberikan
persetujuannya secara tertulis untuk menggunakan bahan alternatif. Dalam hal
terakhir bahan yang digunakan harus sesuai dalam semua segi dengan
persyaratan – persyaratan di dalam ini. Pencampuran bahan–bahan bitumen
dari berbagai kilang minyak (refineries) tidak akan dieprkenankan.

4.4.6.5 Campuran
1. Komposisi Umum Campuran
198
Perpustakaan Unika

Pada dasarnya campuran bitumen akan terdiri dari agregat mineral kasar,
agregat mineral halus dan bahan bitumen. Dalam beberapa hal, penambahan
dari suatu bahan pengisi mineral mungkin diperlukan untuk menjamin bahwa
sifat–sifat campuran bitumen memenuhi persyaratan–persyaratan dalam artikel
diatas. Pada umumnya jumlah bahan pengisian mineral yang digunakan dalam
campuran harus serendah mungkin dan praktis
2. Kadar Bitumen
Kadar bitumen campuran harus ditetapkan sedemikian rupa hingga kadar
bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi agregat) tidak akan
kurang daripada nilai minimum yang ditetapkan. Prosentase bitumen
sebenarnya akan ditambahkan pada campuran tersebut harus ditetapkan oleh
direksi waktu ia menyusun campuran kerja dan akan tergantung pada daya
absorbsi agregat yang digunakan. Nilai yang ditetapkan demikian tersebut
harus didasarkan pada data pengujian yang diberikan kontraktor.
3. Proporsi Komponen Agregat
a. Komponen–komponen campuran agregat harus ditetapkan berkenaan dengan
fraksi – fraksi rencana yang diperlukan, yang dirumuskan sebagai berikut :
Fraksi Agregat Kasar : Prosentase jumlah campuran berdasarkan berat
terdiri dari bahan yang tertahan pada saringan
2,36 mm
Fraksi Agregat Halus : Prosentase jumlah campuran berdasarkan berat
campuran yang terdiri dari bahan yang lolos
dari saringan 2,36 mm tetapi tertahan pada
saringan 75 mikron
Fraksi Bahan pengisi : Prosentase jumlah campuran berdasarkan berat
yang terdiri dari bahan yang lolos dari saringan
75 mikron
b. Harus dicatat bahwa fraksi–fraksi rencanan ini pada umunya tidak akan
sama sebagaimana proporsi–proposi panakaran yang diperlukan dari agregat
kasar, pasir dan bahan pengisi yang ditambahkan. Dalam penentuan
campuran yang ditambahkan. Dalam penentuan campuran yang tepat dari
199
Perpustakaan Unika

berbagai agregat dan bahan pengsisi yang tersedia untuk menghasilkan


fraksi–fraksi rencana yang diisyaratkan maka gradasi dari setiap agregat
dan bahan pengisi yang tersedia harus ditentukan oleh penyaringan basah
untuk menjamin suatu ukuran yang akurat dari bahan yang lolos dari
saringan 2,36 mm dan 75 mikron
c. Fraksi–fraksi rencana campuran harus terletak di dalam batas komposisi
umum yang diberikan dalam, tabel dibawah ini. tetapi direksi dapat
menyetujui atau mengarahkan penggunaan campuran diamana batas–batas
ini dilewati asal sifat–sifat campuran yang ditetapkan dalam artikel dibawah
ini dapat dipenuhi :
KOMPONEN PROSENTASE BERAT TOTAL
CAMPURAN CAMPURAN ASPAL
AC ATB
Fraksi agregat kasar 30-50 40 –60
(CA)
(> saringan no. 8) 39 – 59 26 –
Fraksi agregat halus 49,5
(FA) 4,5 – 7,5
( no. 8 s/d no. 200) 4,5 –
Fraksi filler 7,5

4.4.6.6 Penyesuaian Proporsi Campuran Dengan Campuran Percobaan


a. Kontraktor harus memperagakan kesesuaian semua agregat yang diusulkan
dan proporsi–proporsi komponen campuran dan pengujian campuran–
campuran percobaan dalam laboratorium dan juga dengan pengujian
campuran–campuran percobaan yang dibuat dalam instalasi pencampuran
segera sebelum penghamparan campuran tersebut
b. Pengujian–pengujian yang diperlukan akan meliputi gradasi, berat jenis dan
absorbsi air pada agregat–agregat halus dan kasar yang akan digunakan,
maupun pengujian–pengujian sifat agregat lainnya yang mungkin diperlukan
oleh direksi. Pengujian–pengujian pada campuran bitumen. Pengujian–
pengujian pada bitumen percobaan akan termasuk penentuan berat jenis
maksimum (AASHTO T 209 – 74) dan Pengujian Marshall (AASHTO T245 )
200
Perpustakaan Unika

c. Jika mungkin, maka campuran–campuran percobaan akan dibuat seperti yang


berlaku dalam instalasi pencampuran segera sebelum penakaran. Untuk
instalasi penakar berat, contoh–contoh agregat harus diambil dari instalasi hot
bins, sementara untuk instalasi pengumpan kontinyu (contious feed plants)
contoh–contoh harus diambil dari cold–feed hoppers. Untuk campuran–
campuran percobaan yang dibuat pada suatu tahapan yang lebih awal, yang
menggunakan agregat yang diambil contohnya dari tumpukan–tumpukan,
setiap rumus campuran kerja yang ditentukan harus dipertimbangkan secara
baik sampai dikonfirmasikan, atau disesuaikan sebagaimana diperlukan agar
sesuai dengan menggunakan gradasi dan sifat–sifat agregat yang dapat
digunakan pada waktu pencampuran dalam instalasi
d. Pengujian campuran percobaan laboratorium harus dilaksanakan dalam tiga
langkah dasar, sebagai berikut :
i. Seksi suatu resep campuran nominal yang akan digunakan sebagai suatu
data referensi untuk campuran percobaan
ii. Pelaksanaan campuran–campuran percobaan untuk memilih suatu resep
campuran yang optimum
iii. Konfirmasi campuran optimum dengan pengujian, dengan penyesuaian
dari resep campuran yang dipilih bila diperlukan
e. Sebelum percobaan–percobaan laboratorium dimulai, maka suatu resep
campuran nominal yang sesuai dengan bahan–bahan campuran yang diusulkan
harus diperkirakan atas dasar pertimbangan rencana campuran teoritis,
proporsi campuran agregat nominal, kadar bitumen dan kadar bahan pengisi
yang ditentukan demikian kemudian harus digunakan sebagai titik permulaan
dan data referensi untuk variasi–variasi campuran yang diperiksa dalam
percobaan–percobaan laboratorium. Jika diperkirakan secara akurat, maka ini
akan menyederhanakan dan meningkatkan ketepatan dari proses pengujian
coba–coba yang diperlukan dalam laboratorium. Prosedur yang akan
digunakan untuk perkiraan suatu resep campuran nominal yang sesuai adalah
sebagai berikut :
201
Perpustakaan Unika

i. Proposi penakaran campuran nominal akan ditetapkan dengan


memperhatikan bentuk kurva–kurva gradasi untuk agregat–agregat yang
sesuai secara cukup baik dengan batas–batas gradasi yang ditetapkan
ii. Kadar bahan pengisi nominal yang ditambahkan. Untuk mendapatkan
ketebalan lapisan tipis bitumen dan daya tahan campuran yang maksimal,
ukuran bahan pengisi dalam campuran halus dikurangi. Sesuai dengan itu,
kadar bahan pengisi nominal yang ditambahkan harus nol kecuali kriteria
batas yang lebih rendah dalam campuran nominal.
iii. Kadar bitumen nominal. Nilai–nilai laboratoris dari absorbsi air untuk
agregat–agregat yang diusulkan harus digunakan untuk memperoleh suatu
perkiraan jumlah bitumen yang mungkin diabsorbsi oleh agregat–agregat
kombinasi dalam campuran nominal. Bitumen yang diabsorbsi yang
dihitung demikian harus ditambahkan pada kadar bitumen efektif
minimum.

4.4.6.7 Pembuatan Dan Produksi Campuran


1. Kemajuan pekerjaan
Tidak ada penakaran campuran boleh dilaksanakan bila tidak tersedia peralatan
pengangkut, penghampar, finishing, atau tenaga kerja yang cukup untuk
menjamin suatu tingkat kemajuan pekerjaan tidak kurang daripada 60 % dari
kapasitas instalasi pencampur.
2. Persipan bahan bitumen
Bahan bitumen harus dipanaskan sampai suatu temperatur antara 140 ° C –
160°C dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa untuk menghindari
pemanasan setempat yang berlebihan dan menyediakan suatu persediaan bahan
bitumen yang terus menerus ke alat pencampuran dengan temperatur merata
sepanjang waktu
3. Persiapan agregat mineral
a. agregat–agregat mineral untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan
pada instalasi aspal sebelum dimasukkan kedalam alat pencampuran. Nyala
api yang digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus disesuaikan
202
Perpustakaan Unika

dengan selayaknya untuk menghindari kerusakan pada agregat dan untuk


menghindari kemungkinan terbentuknya suatu lapisan jelaga pada agregat.
b. Agregat segera setelah pemanasan harus disaring menjadi dua fraksi dan
diangkut ke dalam penampung yang terpisah siap untuk penakaran dan
pencampuran dengan bahan bitumen.
c. Waktu dicampur dengan bahan bitumen, agregat harus kering dan pada
suatu temperatur yang berada dalam batas antara yang ditetapkan untuk
bahan bitumen, tetapi tidak lebih dari 140° C diatas temperatur bahan
bitumen yang bersangkutan.
d. Bahan pengisi tambahan, bila diperlukan untuk memenuhi persyaratan-
persyaratan gradasi, dapat diproporsikan secara terpisah dari sebuah corong
curah kecil yang dipasang langsung diatas pencampur, atau diproposikan
dan dicampur dengan agregat halus lain atau dimasukkan kedalam elevator
panas atau dingin. Penaburan bahan pengisi diatas tumpukan agregat atau
menumpahkannya kedalam corong curah pada instalasi pemecah batu tidak
diperkenankan
4. Pengangkutan dan pengiriman ke lokasi pekerjaan
a. Campuran harus dikirim ke mesin menghampar pada suatu temperatur
dalam batas–batas mutlak.
b. Setiap kendaraan harus ditimbang setelah setiap pemuatan dari alat
pencampuran dan suatu catatan harus dibauat untuk berat bruto dan berat
netto dari setiap muatan. Muatan–muatan harus dikirim cukup untuk
memungkinkan penghamparan dan pemadatan campuran yang bersangkutan
dapat diselesaikan pada waktu hari masih terang, kecuali direksi
memberikan persetujuannya untuk bekerja malam hari dan penerangan yang
cukup disediakan.
203
Perpustakaan Unika

4.4.6.8 Penghamparan Campuran


1. Persiapan permukaan yang akan dilapisi
a. segera sebelum penempatan campuran bitumen permukaan yang ada harus
dibersihkan sari bahan lepas atau yang mengganggu dengan sebuah mesin
penyapu.
b. Bila pada permukaan yang akan ditutup terdapat ketidakrataan setempat,
pecah, menunjukkan ketidakstabilan, atau mengandung bahan pelapisan
lama yang telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak terikat secara
layak pada perkerasan yang ada dibawahnya, maka daerah yang rusak
tersebut harus dipapas (bladed) atau diiris rapi kembali (trimmed back).
2. Batang perata tepi (side screed)
Pada jalan–jalan tanpa kerb dan jika diperintahkan oleh direksi, kayu atau
acuan lainnya harus dipasang pada garis dan elevasi disyaratkan pada tepi
daerah di atas mana pelapisan aspal permukaan akan ditempatkan.
3. Penghamparan dan penyelesaian
a. Sebelum operasi–operasi penghamparan dimulai maka batang–batang perata
mesin penghampar dan dicetak menurut kelandaian, ketinggian, dan bentuk
penamp[ang melintang yang diminta, baik meliputi seluruh lebar jalur
kendaraan atau meliputi sebagian lebar jalur sebagaimana dapat dikerjakan
dengan mesin–mesin penghampar yang digunakan
b. Mesin pengahampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
menimbulkan retak–retak, koyakan atau segala bentuk ketidak rataan
lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus mengikuti apa
yang disetujui oleh direksi
c. Bila terjadi suatu pemisahan/segregasi, koyakan atau alur pada permukaan,
maka mesin penghampar harus dihentikan sampai penyebabnya telah
ditentukan dan diperbaiki. Bagian–bagian permukaan yang memiliki bahan
kasar atau yang segregasi dapat diperbaiki dengan penghamparan bahan–
bahan halus dan penggarukan secara halus. Penggarukan harus dihindarkan
sejauh mungkin/ Partikel–partikel kasar tidak boleh dihampar diatas
permukaaan yang telah rata
204
Perpustakaan Unika

d. Perhatian harus diberikan untuk mencegah campuran menggumpal dan


mendingin pada isi–isi corong–tuang (hopper) atau ditempat lain dari mesin
penghampar. Bila pada suatu waktu jalan harus dilapisi setengah lebar,
maka jarak pelapisan setengah lebar yang pertama harus diperpanjang
melampaui setengah lebar kedua sebagaimana diarahkan oleh direksi.

4.4.6.9 Pemadatan
1. Segera setelah campuran dihampar dan dicetak permukaan harus diperiksa dan
setiap ketidakrataan harus disesuaikan. Temperatur campuran yang
dihamparkan dalam keadaan lepas harus dimonitor dan penggilasan harus
dilakukan dalam batas–batas viskositas bitumen
2. Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi pelaksanaan yang
terpisah sebagai berikut :

1. Penggilasan awal 0 - 10 menit


2. Penggilasan sekunder/lanjutan 10 - 20 menit
3. Penggilasan akhir 20 - 45 menit

3. Penggilasan awal dan penggilasan akhir atau penyelesaian seluruhnya harus


dilaksanakan dengan mesin gilas beroda baja. Penggilasan sekunder atau
lanjutan harus dikerjakan dengan mesin gilas untuk penggilasan awal harus
beroperasi dengan roda depan (drive roll) sedekat mungkin dengan mesin
penghampar.
4. Penggilasan sekunder atau lanjutan harus dilaksanakan secepat dan sepraktis
mungkin setelah penggilasan awal dan harus dikerjakan sementara campuran
masih pada suatu temperatur yang akan menghasilkan suatu pemadatan yang
maksimum, penggilasan akhir harus dikerjakan sementara bahan yang
bersangkutan masih berada dalam suatu kondisi yang cukup dekat dikerjakan
sehingga semua bekas jejak roda mesin gilas dapat dihilangkan.
5. Kecepatan mesin penggilas tidak boleh lebih dari 4 km/jam untuk mesin gilas
beroda baja dan 6 km/jam untuk mesin gilas yang menggunakan ban
205
Perpustakaan Unika

bertekanan angin. Setiap saat mesin gilas tersebut harus cukup lambat untuk
menghindari terjadinya perpindahan (displacement) campuran panas. Jalur
penggilasan tidak boleh diubah dengan tiba–tiba begitu pula arah penggilasan
tidak diputar balik dengan tiba–tiba.

4.4.6.10 Pengukuran Dan Pembayaran


1. Pengukuran
a. Kuantitas pelapisan aspal permukaan yang diukur untuk pembayaran
merupakan jumlah meter persegi yang telah dihampar dan diterima, dihitung
sebagai perkalian panjang bagian yang bersangkutan dan lebar yang
diterima.
b. Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi daerah -
daerah dimana pelapisan aspal permukaan lebih tipis daripada ketebalan
yang disyaratkan atau setiap bagian yang mengelupas, membelah, sepanjang
tepi–tepi perkerasan
c. Ketebalan dari pelapisan aspal permukaan yang diukur untuk pembayaran
dalam segala hal harus merupakan ketebalan nominal rencana yang
diperlihatkan dalam gambar rencana. Dalam hal ini direksi telah menyetujui
atau menerima suatu pelapisan yang lebih tipis yang cukup layak dari segi
teknis, maka pembayaran untuk pelapisan aspal permukaan akan diadakan
menggunakan suatu harga satuan yang diubah yaitu sama dengan :

ketebalan nominal yang diterima


harga satuan penawaran ×
ketebalan nominal rencana
Tidak ada penyesuaian harga satuan akan diadakan untuk ketebalan yang
diterima yang melebihi ketebalan nominal rencana yang diperlihatkan dalam
gambar rencana, kecuali penambahan khusus diarahkan atau disetujui oleh
direksi secara tertulis sebelum pelapisan aspal permukaan dihampar.
d. Lebar daerah–daerah pelapisan aspal permukaan yang diukur harus
sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
disetujui direksi dan harus ditentukan dengan meteran survei yang
dilaksanakan oleh kontraktor dibawah pengawasan direksi. Pengukuran–
206
Perpustakaan Unika

pengukuran harus diambil tegak lurus terhadap garis sumbu jalan dan harus
tidak memperhitungkan setiap bahan–bahan yang tipis atau bahan yang
tidak memuaskan lainnya sepanjang tepi–tepi pelapisan aspal pemukaan
yang dihampar. Jarak membujur nilai pengukuran adalah sebagaimana
diarahkan oleh direksi tetapi harus berjarak beraturan dan paling sedikit
suatu pengukuran untuk setiap 20 meter. Lebar yang akan digunakan dalam
menghitung luas daerah untuk pembayaran untuk suatu bagian perkerasan
yang diukur harus merupakan rata–rata hasil pengukuran lebar yang telah
diambil dan disetujui
e. Panjang pelapisan aspal permukaan yang digunakan dalam pelapisan ulang
perkerasan jalan harus diukur sepanjang garis sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur–prosedur teknik pengukuran standar.
f. Kadar bitumen rata–rata dari campuran kerja sebagaimana diperoleh dari
pengujian–pengujian ekstraksi laboratoris yang ditetapkan dalam artikel
diatas, harus sama dengan atau lebih besar daripada kadar bitumen yang
ditetapkan dalam rumus campuran kerja dari direksi untuk semua pelapisan
aspal permukaan dengan kadar bitumen rata–rata yang diukur dengan kadar
bitumen rata–rata yang diukur kurang daripada nilai yang ditetapkan maka
pembayaran untuk pelapisan aspal permukaan akan diadakan menggunakan
suatu harga satuan .
2. Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan sebagaimana diberikan diatas, dibayar menurut
harga penawaran per satuan pengukuran untuk jenis–jenis pembayaran yang
diberikan di bawah ini dan tercantum dalam daftar penawaran , harga–harga
dan pembayaran mana merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan,
pembuatan, pencampuran dan penempatan semua bahan–bahan, termasuk
semua tenaga kerja, peralatan, pengujian–pengujian, alat–alat dan ongkos –
ongkos tambahan yang diperlukan dan biasa untuk penyelesaian dengan
layak pekerjaan yang ditetapkan dalam pasal ini
207
Perpustakaan Unika

Nomor Uraian Satuan


1 Aspal beton meter kubik
2. ATB meter kubik

4.5 Pengendalian Bahan


4.5.2 Uraian Umum
Untuk memperoleh hasil konstruksi yang dapat dipertanggung jawabkan
maka mutu bahan untuk konstruksi harus sesuai dengan standar kualitas yang
ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian mutu dengan jalan pengujian-pengujian
yang teliti dapat digunakan sebagai parameter yang menunjukkan kualitas suatu
pekerjaan.

4.5.3 Pengujian Kekentalan Adukan Beton


Pengujian kekentalan adukan beton (slump test) ini digunakan untuk
mengetahui kekentalan beton (viskositas) sebelum dituangkan ke dalam areal
pengecoran. Apabila beton terlalu kental maka pada saat penuangan ke areal
pengecoran sulit dan akan terjadi sarang–sarang kerikil. Sedangkan apabila terlalu
encer, beton akan mudah dituangkan ke areal pengecoran, tetapi kuat tekannya
endah karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya bleeding atau keluarnya
air semen dari beton meupun segregasi (pemisah butir).
Nilai slump untuk adukan beton yang baik adalah sebesar 10 ± 2 (8
sampai 12 cm). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams.
Kerucut Abrams merupakan kerucut terpancung dan terbuat dari baja dengan
ukuran tinggi 30 cm, diameter atas 10 cm, dan diameter bawah 20 cm. Langkah-
langkah pengujian slump adalah sebagai berikut :
1. sample diambil langsung dari truck mixer dengan menggunakan ember
yang tidak menyerap air,
2. sebelum diisi dengan sample, permukaan kerucut dibersihkan dan dibasahi
dengan air dan diletakkan di atas plat baja,
208
Perpustakaan Unika

3. sample dimasukkan ke dalam kerucut dalam tiga tahap, tiap tahap setinggi
10 cm dan tiap tahap ditusuk–tusuk dengan besi tulangan sebanyak 10 kali,
4. setelah lapisan paling atas selesai dan diratakan, slump didiamkan selama
30 detik, kemudian kerucut diangkat dengan hati–hati, sehingga sample di
dalam kerucut akan mengalami penurunan pada puncaknya,
5. penurunan puncak sample segera diukur. Penurunan ini disebut niali slump
yang merupakan ukuran kekentalan adukan beton tersebut. Makin besar
nilai slump, berarti makin encer. Demikan juga sebaliknya, makin kecil
nilai slump maka adukan beton semakin kental.

4.5.4 Pengujian Kuat Tekan Beton (Compression Test)


Compression test adalah pengujian terhadap kuat tekan beton dengan cara
pengmbilan contoh adukan. Kemudian dibuat benda uji silinder atau kubus
dengan beberapa adukan yang dibuat sehingga mencerminkan variasi mutu beton
atau kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan selama proses pembuatan
beton berlangsung.
Yang dimaksud dengan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan
adalah kekuatan tekan dimana dari sejumlah hasil pemeriksaan benda uji,
kemungkinan adanya kekuatan yang kurang dari itu sebatas 5 % saja. Dengan
demikian adukan yang diambil sebagai sample harus dapat mewakili adukan
beton yang digunakan.
Pada proyek jembatan ini pengujian kuat tekan beton menggunakan
contoh benda uji dari kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm. Benda uji ini diperoleh
dengan mengambil adukan beton tiap truck mixer yang datang pada saat akan
dimulai pengecoran. Langkah–langkah pembuatan benda uji adalah sebagai
berikut :
1. pada cetakan dioleskan minyak terlebih dahulu agar nantinya beton tidak
melekat pada cetakan sehingga mempermudah pelepasan beton dari cetakan,
2. cetakan diisi dengan adukan beton, pengisian terbagi dalam tiga lapisan dan
tiap lapisan ditusuk–tusuk hingga padat.
209
Perpustakaan Unika

Untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton karakteristik (σbk), maka suatu mutu
beton tertentu dibuat minimal 15 benda uji. Untuk selanjutnya benda uji tersebut
diperiksa dengan compression mechine test. Hasil pemeriksaan dengan sejumlah
besar benda uji tersebut, nilainya akan menyebar sekitar satu nilai rata–rata nilai
tertentu. Penyebaran dari hasil–hasil pemeriksaan ini akan besar atau kecilnya
tergantung pada tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Ukuran besar
kecilnya penyebaran dari nilai–nilai hasil pemeriksaan adalah deviasi standar
(σsd). Makin baik mutu pelaksanaannya makin kecil deviasi standarnya.
Suatu mutu beton dinyatakan memenuhi syarat apabila dari hasil pemeriksaan
kuat tekan beton karakteristik melebihi mutu beton yang ditentukan. Misalnya
mutu beton K–225 dikatakan memenuhi syarat apabila pemeriksaan kuat tekan
kg
beton karakteristik menunjukkan hasil lebih dari 225 /cm2.
Tindakan–tindakan yang diambil apabila hasil pemeriksaan benda uji
menunjukkan mutu beton yang tidak memenuhi syarat adalah :
1. apabila dari hasil pemeriksaan benda–benda uji ternyata kekuatan tekan beton
karakteristik yang disyaratkan tidak tercapai, maka apabila pengecoran beton
belum selesai, pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu singkat
harus diadakan percobaan non–destruktif pada bagian konstruksi yang
kekuatan betonnya meragukan itu, untuk pemeriksaan kekuatan beton yang
benar–benar terjadi. Untuk itu, dapat dilakukan pengujian mutu dengan palu
beton atau dapat diperiksa benda–benda uji yang diambil (dibor). Apabila dari
percobaan–percobaan ini diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton
karakteristik yang minimal adalah ekivalen 80 % dari nilai kekuatan tekan
beton karakteristik yang disyaratkan untuk bagian konstruksi itu, maka bagian
konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat,
2. apabila dari percobaan suatu nilai kekuatan beton karakteristik yang minimal
80 % dari nilai kekuatan beton karakteristik yang disyaratkan maka bagian
konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat dan pengecoran beton
yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali,
3. apabila dari hasil percobaan–percobaan non–destruktif diperoleh suatu nilai
kekuatan tekan beton karakteristik yang tidak memenuhi syarat pada ayat 1
210
Perpustakaan Unika

dan 2, maka bagian konstruksi yang bersangkutan hanya dapat dipertahankan


dan pengecoran beton yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali. Apabila
kekuatan tekan beton yang sesungguhnya menurut hasil percobaan non-
destruktif benar–benar dapat dipenuhi dengan salah satu atau kedua tindakan
berikut dengan memperhatikan :
a. mengadakan perubahan–perubahan pada rencana semula sehingga
pengaruh beban pada bagian konstruksi tersebut dapat dikurangi,
b. mengadakan penguatan–penguatan pada konstruksi semula yang dapat
dipertanggungjawabkan, apabila kedua tindakan di atas tidak dapat
dilaksanakan, maka dengan perintah dari Pengawas Ahli, pelaksana harus
segera membongkar beton dari konstruksi tersebut.

4.5.5 Pengendalian Proporsi Campuran / Adukan


Campuran untuk adukan beton menggunakan acuan dari job mix formula.
Acuan ini disusun untuk mengetahui rancangan campuran beton guna
mendapatkan mutu beton yang direncanakan.

4.5.6 Perawatan Beton


Maksud dan tujuan perawatan beton adalah sebagai berikut :
a. agar beton mencapai kekuatan yang diharapkan sesuai dengan syarat–syarat
yang ditentukan,
b. mencegah terjadinya retak–retak pada permukaan beton, karena terlalu cepat
berlangsungnya penguapan air pada saat beton masih muda,
c. agar kekuatan beton bertambah selama dilakukan perawatan dengan selalu
memberikan air pada permukaan beton yang baru.
Sedangkan cara perawatan beton yang biasa dan bisa dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. tetap membiarkan beton tersebut dalam tertahan, sampai dengan waktu yang
ditetapkan / tentukan,
b. menggunakan pembahasan dengan air atau membasahi permukaan beton
dengan air,
211
Perpustakaan Unika

c. menggunakan penutup yang kedap air seperti kertas waterproof atau plastik,
dengan keuntungan adalah bahan penutup ini adalah ringan dan mudah
penggunaannya, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban beton,
d. berusaha menahan penguapan, dengan cara menutup permukaan beton dengan
karung goni basah.

4.5.7 Penggunaan Vibrator


Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan beton vibrator adalah :
a. tongkat penggetar harus dimasukkan dalam penggunaan beton secara vertikal
atau kemiringan 45 o,
b. tongkat penggetar tidak boleh digerakkan horisontal karena apabila hal
tersebut terjadi akan dapat memisahkan bahan–bahan campuran,
c. tongkat penggetar tidak boleh mengenai cetakan / bekisting atau mengenai
beton yang sudah mengeras, paling dekat ± 5 cm dari beton yang sudah
mengeras serta tulangannya dihindari dari tongkat penggetar,
d. tongkat penggetar tidak boleh digetarkan sepanjang tongkat penggetar, pada
umumnya mempunyai panjang 30 – 50 cm. Sehingga untuk pengecoran pada
bagian tebal dilakukan secara bertahap lapis demi lapis,
e. tongkat penggetar dapat ditarik dari adukan atau bagian yang digeatarkan
apabila adukan sudah nampak mengkilap pada sekitar penggetar, dimana air
sudah memisahkan diri dari agregat. Penarikan tongkat penggetar dilakukan
secara perlahan–lahan supaya bekas dari penggetaran dapat terisi agregat lagi,
f. jarak dalam melakukan penggetaran harus diatur sedemikian rupa sehingga
rata keseluruh bagian.

4.5.8 Pengujian Sand Cone


Pengujian kepadatan langan dilakukan dengan percobaan sand cone.
Pelaksanaan percobaan sand cone adalah sebagai berikut:

Alat dan bahan:


1. botol transparan yang berisi pasir standar ± 4 (empat) liter,
212
Perpustakaan Unika

2. corong pasir kalibrasi diameter 16,51 cm,


3. pelat baja sebagai dudukan corong pasir berukuran 30,48 x 30,38 cm dan
berlubang pada bagian tengahnya dengan diameter 16,51 cm,
4. timbangan,
5. cetok, sendok besar,
6. kuas,
7. kantong plastik,
8. tatah,
9. palu,
10. cawan,
11. spiritus.

Prosedur percobaan:
1. menentukan berat isi pasir,
2. menentukan berat isi pasir dalam corong,
3. menentukan berat isi tanah di lapangan dengan cara:
a. permukaan tanah yang akan diperiksa diratakan,
b. pelat corong diletakkan pada tanah yang telah rata dan diperkuat dengan
paku di keempat sisinya,
c. menggali libang sedalam 10 (sepuluh) cm,
d. tanah galian dimasukkan dalam plastik dan ditutup agar kadar airnya tidak
berubah kemudian ditimbang,
e. alat dengan pasir didalamnya ditimbang,
f. alat diletakkan pada plat corong yang telah digali menghadap ke bawah.
Kran corong dibuka perlahan-lahan sehingga pasir masuk ke dalam lubang.
Setelah pasir berhenti mengalir kran ditutup dan ditimbang berat botol
berisi pasir + corong + sisa pasir,
g. tanah galian diambil sedikit untuk mengetahui kadar tanah asli.
213
Perpustakaan Unika

4.5.9 Pengujian Marshall


Pengendalian kualitas campuran aspal yang digunakan dalam proyek ini
adalah dengan melakukan pengujian Marshall. Kegunaan alat Marshall adalah
untuk menentukan stabilitas terhadap kelelehan plastis campuran aspal.
Stabilitas campuran aspal adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk
menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram
atau pound.
Kelelehan plastis adalah perubahan bentuk suatu campuran aspal yang
terjadi akibat pembentukan sampai batas runtuh.
Percobaan Marshall dibedakan dalam pembuatan benda ujinya. Sample
pertama adalah sample yang digunakan saat perencanaan kadar aspal optimum
yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan mencetak sample pada cetakan
Marshall.
Sample kedua diperoleh dari campuran aspal yang telah dihamparkan dan
dipadatkan dengan cara di bor untuk menguji apakah campuran aspal telah sesuai
dengan perencanaan.
Pelaksanaan pengujian aspal dengan percobaan Marshal adalah sebagai
berikut:
Alat dan bahan:
1. Cetakan benda uji sebanyak 3 (tiga) buah dengan diameter 4″,
2. Extruder (alat untuk mengeluarkan benda uji)
3. Penumbuk dengan permukaan rata berbentuk silinder dengan berat 4,536 kg,
dan tinggi jatuh 45,7 cm,
4. Mesin tekan lengkap dengan kepala penekan berbentuk lengkung, cincin
penguji, dan arloji kelelehan,
5. Oven dengan pengatur suhu, bak perendam, panci, pengukur suhu, timbangan
, kompor, sendok pengaduk.

Prosedur pengujian:
A. Pembuatan sample,
1. memanaskan agregat,
214
Perpustakaan Unika

2. memanaskan aspal,
3. agregat dan aspal dicampur hinga campuran menjadi rata,,
4. perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dibersihkan.
Kemudian kertas saring atau kertas pengisap yang sudah dipotong sesuai
dengan ukuran cetakan diletakkan diatas sample. Sample dimasukkan ke
dalam cetakkan (mold) dan ditusuk-tusuk dengan keras menggunakan
spatula yang dipanaskan atau diaduk dengan sendok semen 15 kali keliling
sisi tepinya dan 10 kali pada bagian tengahnya,
5. bagian leher dilepaskan dan bagian permukaan campuran diratakan dengan
sendok semen menjadi bentuk yang sedikit cembung,
6. cetakan diletakkan di atas landasan pemadatan, dalam pemegang cetakan,
7. pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat penumbuk (compaction
hammer) sebanyak 75 kali (jalan kelas I) dengan tinggi jatuh 45,7 cm,
selama pemadatan sumbu palu pemadat di tahan agar selalu tegak lurus
pada alas cetakan,
8. keping alas dan leher dilepas kemudian alat cetak berisi benda uji
dibalikkan dan perlengkapannya dipasang kembali,
9. tumbukan kemudian dilakukan terhadap permukaan benda uji yang sudah
dibalik ini dengan jumlah tumbukan yang sama,
10. sesuadah pemadatan, keping alas dilepaskan dan alat pengeluar benda uji
(extruder) dipasang pada permukaan ujung ini,
11. benda uji dikeluarkan dengan hati-hati dan diletakkan di atas permukaan
rata yang halus kemudian dibiarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang.

B. Pengambilan Sample
1. permukaan jalan dibersihkan dari kotoran lepas,
2. sample diambil dari permukaan jalan yang rata,
3. alat pengebor diletakkan tegak lurus terhadap permukaan jalan, setelah itu
ditekan dan mulai diputar untuk mendapatkan sample campuran asapal
yang telah dihampar dan dipadatkan pada jalan tersebut,
215
Perpustakaan Unika

4. apabila cetakan sample sudah penuh, keluarkan sample tersebut.

Apabila sample sudah siap dilanjutkan prosedur percobaan Marshall sebagai


berikut:
1. sample didinginkan selama 24 jam dibersihkan dari kotoran dan ditimbang,
2. masing-masing benda uji diberi tanda pengenal,
3. tinggi benda uji diukur,
4. benda uji ditimbang,
5. benda uji direndam dalam air selama 24 jam, setelah itu sample ditimbang
di dalam air untuk mendapatkan isi,
6. untuk mendapatkan berat jenis kering jenuh yaitu dengan cara bagian luar
di lap dan ditimbang,
7. sample direndam dalam bak perendam selama 30-40 menit pada suhu 600
C. Setelah itu benda uji dikeluarkan dari bak perendam,
8. proses jack dilakukan dengan mesin tekan dan dicatat satuan pada arloji
stabilitas bila sudah mencapai keadaan maksimum (pada keadaan jarum
stabilitas sudah tidak naik lagi),
9. selubung tangkai arloji kelelehan dilepaskan pada saat pembebanan
mencapai maksimum dan dicatat nilai kelelehan yang dihasilkan oleh
jarum kelelehan tersebut,
10. setelah diadakan perhitungan dari pembacaan arloji, maka akan diketahui
nilai kadar aspal, prosentasi rongga, berat isi, dan stabilitas sample.

4.5.10 Pengendalian Waktu dan Biaya


Masalah waktu dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu proyek.
Penggunaan watu yang kurang efektif dan ekonomis akibat tidak adanya
perencanaan yang baik akan menyebabkan suatu pekerjaan tidak dapat selesai
tepat pada waktunya.
Pedoman pengendalian waktu dalam proyek ini adalah time schedule yang
dilengkapi dengan network planning dan kurva S agar dapat dibaca urutan
216
Perpustakaan Unika

pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Dengan adanya pengendalian waktu, maka pelaksanaan pembangunan
proyek secara menyeluruh dapat terkoordanasi dan terkendali selain pengendalian
waktu, dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan keseimbangan antara biaya
yang dikeluarkan dengan kualitas pekerjaan yang dihasilkan karena akan
mempengaruhi kelancaran pembiayaan proyek.
Penggunaan anggaran proyek secara efisien merupakan salah satu cara
untuk menghemat pembiayaan proyek. Usaha pengendalian biaya dilakukan
dengan mencatat semua pengeluaran proyek.
Perpustakaan Unika

BAB V
ANALISA HARGA DAN LAIN – LAIN

5.1 Perhitungan Volume Pekerjaan Jembatan


5.1.1 Volume Dinding Penahan Tanah Pasangan Batu Belah
1m

I
4m

0,5 m II
1,5 m

0,5 m
III
3,5 m

Luas I = 4,0 × 1 = 4,00 m2


Luas II = (4,0 × 0,5)/2 = 1,00 m2
Luas III = 3,5 × 0,5 = 1,75 m2
+
Total DPT = 6,75 m2

Lebar dinding penahan tanah keseluruhan = 6 meter


Volume = (6,75 × 6) × 4 = 162 m3

5.1.2 Volume Galian Dinding Penahan Tanah, Abutmen, Wingwall

4,0 m

0,5 m
3,5 m

217
218
Perpustakaan Unika

5,5 m
3,25 m
45º

4,0 m

10 m
Volume galian = {( 0,5 × (10+16,5)) × 3,25 × 9.6 × 2}
= 826.8 m3

5.1.3 Volume Urugan Abutmen, Wingwall dan Dinding Penahan Tanah


Volume = 826,8 – (21,73 × 9,6 × 2) – (4 × (1,5 × 0,5 × 4,75) + (0,5 × 4,75 × 1,5 ×
1)) - (6,75 × 6 × 4) = 229,771 m3

5.1.4 Pekerjaan tiang pancang


5.1.4.1 Tiang Pancang Beton
25 tiang ; 1 tiang dengan panjang 30 m 1 abutment
panjang kebutuhan = 25 × 30 m × 2 = 1500 m
219
Perpustakaan Unika

5.2 Analisa BOW

NO JENIS BAHAN SATUAN HARGA


3
1 Tanah urug m Rp 25,000.00
2 Pasir urug m3 Rp 70,000.00
3 Pasir pasang m3 Rp 110,000.00
4 Pasir beton m3 Rp 130,000.00
5 Batu belah m3 Rp 135,000.00
6 Split m3 Rp 110,000.00
7 Portland cemen zak Rp 29,000.00
8 Paku kayu kg Rp 10,000.00
9 Kawat bendrat kg Rp 8,500.00
10 Besi beton kg Rp 7,500.00
11 Mutliplek 9mm lbr Rp 105,000.00
12 Pipa PVC 2" 3 meteran btg Rp 57,000.00
13 Aspal kg Rp 3,125.00
14 Elastomer buah Rp 150,000.00

NO URAIAN SATUAN HARGA


1 Pekerja /hari Rp 25,000.00
2 Mandor /hari Rp 35,000.00
3 Tukang batu /hari Rp 35,000.00
4 kepala tukang batu /hari Rp 40,000.00
5 Tukang besi /hari Rp 35,000.00
6 kepala tukang besi /hari Rp 40,000.00
7 Tukang kayu /hari Rp 35,000.00
8 Kepala tukang kayu /hari Rp 40,000.00
9 Tukang jalan /hari Rp 30,000.00
10 Tukang gali /hari Rp 25,000.00
11 Tukang masak aspal /hari Rp 25,000.00
12 Masinis /hari Rp 35,000.00
13 Pembantu masinis /hari Rp 30,000.00
14 Penjaga api /hari Rp 30,000.00
220
Perpustakaan Unika

5.3 Daftar analisa pekerjaan

A. Pekerjaan Persiapan

Koef Satuan Uraian Pekerjaan Harga Bahan/ Upah Jumlah Harga


Rp Rp
1 M2 Pembersihan lapangan dan perataan 4250

Tenaga 4250
0.1 OH Pekerja 25000 2500
0.05 OH Mandor 35000 1750

1 M Pagar sementara dari seng gelombang tinggi 2 M 95250.50

Bahan 76758.50
1.25 Btg Kayu Dolken diameter 8 - 10 / 400 cm 14000 17500
2.5 Kg Portland Semen 725 1812.50
1.2 Lbr Seng Gelombang 3" - 5" 42000 50400
0.005 M3 Pasir Beton 130000 650
0.009 M3 Koral Beton 140000 1260
0.072 M3 Kayu 5/7 x 4 m Kayu Kruing 63000 4536
0.06 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 600
0.45 Kg Meni Besi 18000 8100

Tenaga 18500
0.2 OH Tukang Kayu 35000 7000
0.4 OH Pekerja 25000 10000
0.02 OH Kepala Tukang 40000 800
0.02 OH Mandor 35000 700

1 M2 Pembuatan Gudang Semen dan Alat-alat 380462.50

Bahan 275712.50
1.7 Btg Kayu Dolken diameter 8 - 10 / 400 cm 14000 23800
0.21 M3 Kayu 800000 168000
0.3 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 3000
10.5 Kg Portland Semen 725 7612.5
0.03 M3 Pasir Beton 110000 3300
0.05 M3 Koral Beton 140000 7000
1.5 Lbr Seng Gelombang BJLS 32 42000 63000

Tenaga 104750
2 OH Tukang Kayu 35000 70000
1 OH Pekerja 25000 25000
0.2 OH Kepala Tukang 40000 8000
0.05 OH Mandor 35000 1750

1 M2 Pembuatan Kantor Sementara dg Lantai Plesteran 463900


221
Perpustakaan Unika

Bahan 295150
1.25 Btg Kayu Dolken diameter 8 - 10 / 400cm 14000 17500
0.18 M3 Kayu 800000 144000
0.85 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 8500
1.1 Kg Besi Strip 9500 10450
35 Kg Portland Semen 725 25375
0.15 M3 Pasir Pasang 110000 16500
0.1 M3 Pasir Beton 130000 13000
0.15 M3 Koral Beton 140000 21000
30 Buah Batu bata Merah 215 6450
0.25 Lbr Seng Plat 11500 2875
2 Buah Jendela Naco 8000 16000
0.08 M2 Kaca Polos 45000 3600
0.15 Buah Kunci Tanam 35000 5250
0.3 Buah Engsel 2500 750
0.06 Lbr Plywood 4 mm 85000 3900

Tenaga 168750
2 OH Tukang Kayu 35000 70000
1 OH Tukang Batu 35000 35000
2 OH Pekerja 25000 50000
0.3 OH Kepala Tukang 40000 12000
0.05 OH Mandor 35000 1750

B. Pekerjaan Tanah

1 M3 Galian Tanah Keras Sedalam 1 M 17795

Tenaga 17795
0.625 OH Pekerja 25000 15625
0.062 OH Mandor 35000 2170

1 M3 Galian Tanah Lumpur Sedalam 1 M 23480

Tenaga 23480
0.823 OH Pekerja 25000 20575
0.083 OH Mandor 35000 2905

1 M3 Galian Tanah Cadas Sedalam 1 M 35625

Tenaga 35625
1.25 OH Pekerja 25000 31250
0.125 OH Mandor 35000 4375

1 M3 Urugan Kembali 5465

Tenaga 5465
0.192 OH Pekerja 25000 4800
222
Perpustakaan Unika

0.019 OH Mandor 35000 665

C. Pekerjaan Beton

1 M3 Pekerjaan beton 331487

Bahan 265000
1 M3 Beton Ready Mix 265000

Tenaga 66487
0.1 OH Mandor 35000 3500
0.0333 OH K. Tukang Batu 40000 1332
0.333 OH Tukang Batu 35000 11655
2,000 OH Pekerja 25000 50000

Membuat Lantai Kerja Beton Tumbuk 1Pc : 3Ps :


1 M2 5Kr 46530

Bahan 16790
10 Kg Portland Semen 725 7250
0.026 M3 Pasir Beton 130000 3380
0.044 M3 Koral Beton 140000 6160

Tenaga 29740
1.15 OH Pekerja 25000 28750
0.02 OH Tukang Batu 35000 700
0.002 OH Kepala Tukang 40000 80
0.006 OH Mandor 35000 210

1 M2 Pasang Bekisting Untuk Lantai 196480

Bahan 175900
0.04 M3 Kayu Terentang 600000 24000
0.4 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 4000
0.2 Ltr Minyak Belisting 18000 3600
0.015 M3 Balok Kayu Borneo 800000 12000
0.35 Lbr Plywood tebal 9 mm 138000 48300
6 Btg Dolken Kayu Galam diameter 8 - 10 cm/ 4 m 14000 84000

Tenaga 20580
0.3 OH Pekerja 25000 7500
0.33 OH Tukang Kayu 35000 11500
0.033 OH Kepala Tukang 40000 1320
0.006 OH Mandor 35000 210

Pek. 10 Cetakan Beton utk 1 M3 B. Bertulang 448500

Bahan 200000
0.4 Kayu Cetakan 400000 160000
4 Kg Paku 10000 40000
223
Perpustakaan Unika

Tenaga 248500
0.1 OH Mandor 35000 3500
0.5 OH K. Tukang Batu 40000 20000
5 OH Tukang Batu 35000 175000
2 OH Pekerja 25000 50000

1 M3 Membuat Beton dengan Mutu K-275 656300

Bahan 456800
400 Kg Portland Semen 725 290000
0.4 M3 Pasir Beton 130000 52000
0.82 M3 Koral Beton 140000 114800

Tenaga 199500
6 OH Pekerja 25000 150000
1 OH Tukang Batu 35000 35000
0.1 OH Kepala Tukang 40000 4000
0.3 OH Mandor 35000 10500

1 M2 Pasang Bekisting Untuk Kolom 195980

Bahan 175400
0.04 M3 Kayu Terentang 500000 24000
0.4 Kg Paku Biasa 2"- 5" 10000 4000
0.2 Ltr Minyak Bekisting 18000 3600
0.015 M3 Balok Kayu 4500000 67500
0.35 Lbr Plywood tebal 9 mm 138000 48300
2 Btg Dolkan Kayu Galam diameter 8 - 10 cm/ 4 m 14000 28000

Tenaga 20580
0.3 OH Pekerja 25000 7500
0.33 OH Tukang Kayu 35000 11550
0.033 OH K. Tukang Kayu 40000 1320
0.006 OH Mandor 35000 210

1 M2 Bongkar Bekisting
1/3 harga pasang bekisting

1 Kg Pembesian dgn Besi Ulir 7936

Bahan 7477.5
1.05 Kg Besi Beton Ulir 7000 7350
0.015 Kg Kawat Beton 8500 127.5

Tenaga 458
0.007 OH Pekerja 25000 175
0.007 OH Tukang Besi 35000 245
0.0007 OH Kepala Tukang 40000 28
0.0003 OH Mandor 35000 10.5
224
Perpustakaan Unika

D. Pekerjaan Pondasi

1 M Tiang pancang beton diam 50 mm 350000

1 Titik Pemotongan Beton 250000

E. Pekerjaan Bondek

1 M2 Bondek + Pasang 1200000

F. Pekerjaan
Baja

1 Kg Besi Profil ( 12 M) 5500

1 Btg L 90 x 90 x 9 ( 6 M) 425000

10% Ongkos Kirim + Pasang

5% Baut

F. Pekerjaan Jalan

Biaya Menggilas 18962500

Bahan 12687500
25 Hr Bahan bakar, pemeliharaan 27500 687500
30 Hr Sewa mesin gilas 400000 12000000

Tenaga 6275000
25 OH Masinis 35000 875000
25 OH Pembantu Masinis 30000 750000
30 OH Penjaga Api 30000 900000
150 OH Pekerja 25000 3750000

100 M2 Lapis Pondasi Bawah 1966923.75

Bahan 1260000
8 M3 Batu Pecah 140000 1120000
2 M3 Pasir Urug 70000 140000

Tenaga 706923.75
0.375 OH Mandor 35000 13125
7.5 OH Pekerja 25000 187500
0.0267 OH Biaya Penggilas 18962500 506298.75

1 M2 Lapis Pondasi Bawah


0.01 1966923.75 19669.2375
225
Perpustakaan Unika

1 M2 Lapis Base Course 19636.25

Bahan 7700
0.02 M3 Batu Pecah 140000 2800
0.07 M3 Pasir Urug 70000 4900

Tenaga 11936.25
0.019 OH Mandor 35000 665
0.375 OH Pekerja 25000 9375
0.0001 Biaya Penggilas 18962500 1896.25

1 M3 Laston (ATB) 451896.25

Bahan 451896.25
1 M2 Laston (ATB) 450000 450000
0.0001 Biaya Penggilas 18962500 1896.25

1 M3 Laston (AC) 851896.25

Bahan 851896.25
1 M2 Laston (AC) 850000 850000
0.0001 Biaya Penggilas 18962500 1896.25
226
Perpustakaan Unika

5.4 Uraian rencana anggaran biaya

No Uraian Pekerjaan Volume Analisa Jumlah


Harga
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan lapangan 1000 M2
Jumlah harga :
1000 x 4250 Rp 4,250,000.00
2 Pekerjaan darurat Ls Ls Rp 20,000,000.00
3 Pengukuran lapangan Ls Ls Rp 3,000,000.00
4 Kantor dan gudang 32 M2
Jumlah harga kantor :
12 x 463900 Rp 5,566,800.00
Jumlah harga gudang :
20 x 380462.5 Rp 7,609,250.00
5 Pengadaan air kerja Ls Ls Rp 2,000,000.00
6 Keamanan dan jaga malam Ls Ls Rp 3,000,000.00
7 Mobilisasi alat Ls Ls Rp 60,750,000.00
8 Papan nama proyek Ls Ls Rp 500,000.00
9 Administrasi dan dokumentasi Ls Ls Rp 7,000,000.00
Jumlah A Rp 113,676,050.00

B PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH


1 Galian tanah abutment 1718.496 M3
Jumlah harga tanah keras :
1 x 9 x 13.6 x 17795 x 2 Rp 4,356,216.00
Jumlah harga tanah lunak :
4.5 x 9 x 13.6 x 23480 x 2 Rp 25,865,568.00
Jumlah harga tanah cadas :
1.52 x 9 x 13.6 x 35625 x 2 Rp 13,255,920.00
2 Ongkos pancang 50 Ttk
Jumlah harga :
50 x 250000 Rp 12,500,000.00
3 Pemancangan dan Cutting pile 1800 M
Jumlah harga :
1800 x 350000 Rp 630,000,000.00
4 Bekesting lantai kerja ( Tebal 5 cm) 3.12 M2
Jumlah harga :
3.12 x 196480 Rp 613,017.60
5 Pengecoran lt kerja ( Tebal 5 cm) 115.2 M2
Jumlah harga :
115.2 x 46530 Rp 5,360,256.00
6 Bongkar bekesting 3.12 M2
Jumlah harga :
1/3 x 613017.6 Rp 204,339.20
7 Penulangan Pile cap 1650.2 Kg
Jumlah harga :
1650.2 x 7936 Rp 13,095,987.20
8 Bekesting Pile cap 78 M2
Jumlah harga :
227
Perpustakaan Unika

78 x 46615 Rp 3,635,970.00
9 Pengecoran Pile cap 144 M3
Jumlah harga :
144 x 401250 Rp 57,780,000.00
10 Bongkar bekesting 78 M2
Jumlah harga :
1/3 x 3635970 Rp 1,211,990.00
11 Penulangan abutment 8537.214 Kg
Jumlah harga :
8537.214 x 7936 Rp 67,751,330.30
12 Bekesting abutment 488.088 M2
Jumlah harga :
488.088 x 195980 Rp 95,655,486.24
13 Pengecoran abutment 417.23 M3
Jumlah harga :
417.23 x 656300 Rp 273,828,049.00
14 Bongkar bekesting 488.088 M2
Jumlah harga :
1/3 x 95655486 Rp 31,885,162.08
15 Penulangan Wing wall 8.9505 Kg
Jumlah harga :
8.9505 x 656300 Rp 5,874,213.15
16 Bekesting wing wall 75.816 M2
Jumlah harga :
75.816 x 172480 Rp 13,076,743.68
17 Pengecoran wing wall 9.828 M3
Jumlah harga :
9.828 x 656300 Rp 6,450,116.40
18 Bongkar bekesting wing wall 75.816 M2
Jumlah harga :
1/3 x 1307674.68 Rp 435,891.56
19 Urugan tanah abutment 1131.856 M3
Jumlah harga :
1131.856 x 5465 Rp 6,185,593.04
20 Pemadatan tanah 1131.856 M3
Jumlah harga :
1131.856 x 14250 Rp 16,128,948.00
21 Penulangan plat injak 5416.32 Kg
Jumlah harga :
5416.32 x 7936 Rp 42,983,915.52
22 Bekesting plat injak 9.68 M2
Jumlah harga :
9.68 x 196480 Rp 1,901,926.40
23 Pengecoran plat injak 9.6 M3
Jumlah harga :
9.6 x 656300 Rp 6,300,480.00
24 Bongkar bekesting 9.68 M2
Jumlah harga :
1/3 x 1901926.4 Rp 633,975.46
Jumlah B Rp 1,336,971,094.83
228
Perpustakaan Unika

C PEKERJAAN STRUKTUR ATAS


1 Pabrikasi
IWF 400 x 200 x 8 x 13 27720 Kg
Jumlah harga :
27720 x 5500 Rp 152,460,000.00
IWF 400 x 400 x 13 x 21 121776 Kg
Jumlah harga :
121776 x 5500 Rp 669,768,000.00
IWF 800 x 300 x 16 x 30 31812 Kg
Jumlah harga :
31812 x 5500 Rp 174,966,000.00
L 90 x 90 x 9 94 Batang
Jumlah harga :
94 x 425000 Rp 39,950,000.00
2 Elastomer 10 Buah
Jumlah harga :
10 x 500000 Rp 5,000,000.00
3 Pengiriman dan pasang 188.188 Ton
Jumlah harga :
10 % x 188.188 x 5511212.192 Rp 103,714,400.00
Pasang baut
0.5 % x 188.188 x 5511212.192 Rp 5,185,720.00
4 Pemasangan bondek 480 M2
Jumlah harga :
480 x 1200000 Rp 576,000,000.00
5 Bekesting lt kendaraan 23.84 M2
Jumlah harga :
23.84 x 196480 Rp 4,684,083.20
6 Pengecoran beton lt kendaraan 96 M3
Jumlah harga :
96 x 656300 Rp 63,004,800.00
7 Bongkar bekesting lt kendaraan 23.84 M2
Jumlah harga :
1/3 x 4684083.2 Rp 1,561,361.07
8 Bekesting lt trotoir 30.6 M2
Jumlah harga :
30.6 x 196480 Rp 6,012,288.00
9 Pengecoran beton lantai trotoir 15 M3
Jumlah harga :
15 x 401250 Rp 6,018,750.00
10 Bongkar bekesting lt kendaraan 30.6 M2
Jumlah harga :
1/3 x 6012288 Rp 200,409.60
11 Pasang pipa sandaran 100 M
Jumlah harga :
100 x 351000 Rp 35,100,000.00
Jumlah C Rp 1,843,625,811.87
229
Perpustakaan Unika

D PEKERJAAN OPRIT JEMBATAN


1 Pasangan batu kali DPT oprit 1012.5 M3
Jumlah harga :
1012.5 x 294764 Rp 298,448,550.00
2 Urugan tanah biasa 576.75 M3
Jumlah harga :
576.75 x 5465 Rp 3,151,938.75
3 Lapis pondasi bawah 504.78 M3
Jumlah harga :
504.78 x 19669.237 Rp 9,928,753.51
4 Lapis base course 288.49 M3
Jumlah harga :
288.49 x 19636.25 Rp 5,664,919.57
5 Lapis permukaan 100.97 M3
Jumlah harga :
100.97 x 451896.3 Rp 45,631,616.86
6 Pengaspalan jl jembatan 57.74 M3
Jumlah harga :
57.74 x 851896.3 Rp 49,157,472.14
Jumlah D Rp 411,983,250.83

E PEKERJAAN PELENGKAP
1 Pekerjaan marka jalan Ls Ls Rp 10,000,000.00
Jumlah E Rp 10,000,000.00
230
Perpustakaan Unika

5.5 RENCANA ANGGARAN BIAYA

No Uraian Pekerjaan Volume Analisa Harga Jumlah


Satuan Harga
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan Lapangan 1000 M2 Rp 4,250.00 Rp 4,250,000.
2 Pekerjaan darurat Ls Ls Rp 20,000,000.00 Rp 20,000,000.
3 Pengukuran Lapangan Ls Ls Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.
4 Kantor dan Gudang 32 M2 Rp 844,362.50 Rp 13,176,050.
5 Pengadaan air kerja Ls Ls Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.
6 Keamanan dan Jaga malam Ls Ls Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.
7 Mobilisasi alat Ls Ls Rp 60,750,000.00 Rp 60,750,000.
8 Papan nama proyek Ls Ls Rp 500,000.00 Rp 500,000.
9 Administrasi dan dokumentasi Ls Ls Rp 7,000,000.00 Rp 7,000,000.
Jumlah A Rp 113,676,050.

B PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH


1 Galian tanah abutment 1718.496 M3 Rp 23,480.00 Rp 43,477,704.
2 Pekerjaan tiang pancang 50 Ttk Rp 250,000.00 Rp 642,500,000.
3 Lantai kerja 2.88 M3 Rp 46,530.00 Rp 6,177,612.
4 Pekerjaan pile cap 144 M3 Rp 401,250.00 Rp 75,723,947.
5 Pekerjaan abutment 417.23 M3 Rp 656,300.00 Rp 469,120,027.
6 Pekerjaan wing wall 9.828 M3 Rp 656,300.00 Rp 25,836,964.
7 Urugan tanah abutment 1131.856 M3 Rp 5,465.00 Rp 6,185,593.
8 Pemadatan tanah 1131.856 M3 Rp 14,250.00 Rp 16,128,948.
9 Pekerjaan plat injak 9.6 M3 Rp 656,300.00 Rp 51,820,297.
Jumlah B Rp 1,336,971,094.

C PEKERJAAN STRUKTUR ATAS


1 Pabrikasi 188.188 Ton Rp 5,000.00 Rp 1,037,144,000.
2 Elastomer 10 Bh Rp 500,000.00 Rp 5,000,000.
3 Perakitan & pengiriman 188.188 Ton Rp 5,511,212.19 Rp 108,900,120.
4 Pemasangan bondek 480 M2 Rp 1,200,000.00 Rp 576,000,000.
5 Lantai kendaraan 96 M3 Rp 656,300.00 Rp 67,693,990.
6 Lantai trotoir 15 M3 Rp 401,250.00 Rp 12,037,594.
7 Pipa sandaran 100 M Rp 351,000.00 Rp 35,100,000.
Jumlah C Rp 1,841,875,704.

D PEKERJAAN OPRIT JEMBATAN


1 Pasangan batu kali DPT oprit 1012.5 M3 Rp 294,764.00 Rp 298,448,550.
2 Urugan tanah biasa 576.75 M3 Rp 5,465.00 Rp 3,151,938.
3 Lapis pondasi bawah 504.78 M3 Rp 19,669.24 Rp 9,928,753.
4 Lapis base course 288.49 M3 Rp 19,636.25 Rp 5,664,919.
5 Lapis permukaan (ATB) 100.97 M3 Rp 451,896.30 Rp 45,631,616.
6 Pengaspalan jalan jembatan (AC) 57.74 M3 Rp 851,896.30 Rp 49,157,472.
Jumlah D Rp 411,983,250.

E PEKERJAAN PELENGKAP
1 Pekerjaan Marka Jalan Ls Ls Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.
231
Perpustakaan Unika

Jumlah E Rp 10,000,000.
Perpustakaan Unika

BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Sebagai akhir dari penyusunan tugas akhir, kami kemukakan beberapa


kesimpulan dari keseluruhan laporan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan dan perhubungan suatu daerah menuntut adanya


penyediaan system perhubungan yang mampu mendukung pergerakan
dan interaksi antar daerah tersebut.

2. Perencanaan sarana jembatan harus didasarkan pada ketentuan teknis


yang ada, tanpa mengabaikan masalah nonteknis dan kondisi wilayah
setempat.

3. Setelah dilakukan analisis terhadap data-data yang ada, maka rencana


pembangunan jembatan Kali Welo menggunakan data sebagai berikut :

a) Struktur utama :Baja profil- Gelagar memanjang : 400 x 200 x 8 x 13


- Gelagar melintang : 800 x 300 x 16 x 30
- Gelagar induk : 400 x 400 x 13 x 21
b) Bentang jembatan : 50 M
c) Lebar jembatan : 9,6 M
d) Abutment : 2 buah
e) Pondasi : Tiang pancang ø 50 Cm
f) Waktu pelaksanaan proyek : 31 Minggu

6.2 Saran

1. Data-data perencanaan sedapat mungkin diperoleh dengan akurat dan


selanjutnya dijadikan dasar dalam perencanaan yang sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang berlaku, sehingga hasil perencanaan dapat
di pertanggungjawabkan.

2. Pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan sumber rencana, rencana kerja


dan syarat-syarat, rencana anggaran biaya serta Time schedule sehingga efisien
dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai.

Akhirnya kami berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi semua pihak.

232
Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

Abdat J (1970), Perencanaan Geometrik Jalan Raya, HMS ITB Bandung

Anonim (1970), Peraturan Muatan Untuk Jembatan Jalan Raya, Yayasan


Badan
Penerbit Pekerjaan Umum

Anonim (1970), Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, Departemen


Pekerjaan Umum, Jakarta

Anonim (1984), Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia,


PenerbitYayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
Jakarta

Anonim (1987), Peraturan Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan


Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

Anonim (1987), Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya


Dengan Metode Analisa Komponen, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum Jakarta

Anonim (2001), Kursus Singkat Perencanaan Struktur Baja Dengan


Metode LRFD, Laboratorium Mekanika Struktur, Pusat
Penelitian antar Universitas Ilmu Bangunan ITB, Bandung

Bowles J.E, Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga

Gunawan, Rudi, (1987), Tabel Profil Konstruksi Baja, Kanisius,


Yogyakarta

Margaret & Gunawan (1999), Teori Soal Dan Penyelesaian Beton


Pratekan, Delta Teknik Group, Jakarta

Margaret & Gunawan (1999), Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi


Baja I, Delta Teknik Group, Jakarta

Margaret & Gunawan (1999), Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi


Baja II, Delta Teknik Group, Jakarta

Soemargono, Veen V.D & Struyk H.J (1995), Jembatan, Pradnya


Paramita, Jakarta

Subarkah I (1979), Jembatan Baja, Idea Dharma, Bandung

Anda mungkin juga menyukai