Dosen Pengampu:
Iyep Saefulrahman, S.IP., M.Si.
Disusun Oleh:
Kelas B
Kelompok 12
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR, SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah “Dinamika Politik Hukum Pemerintahan Desa ” dapat selesai .
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Taliziduhu Ndraha, Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, PT Bina Aksara, Jakarta, 1981, hlm
13
2
Hasjimzoem, Y. (2014). Dinamika Hukum Pemerintahan Desa. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum,
8(3).
1
2
3
Khairuddin Tahmid,Dekonstruksi Politik Hukum Otonomi Desa Dalam Peraturan
Perundang-undangan Di Indonesia (Yogyakarta: ringkasan disertasi progam doktor
UII, 2011), hlm. 3.
3
PEMBAHASAN
4
A.S.S Tambunan, Politik Hukum Berdasarkan UUD 1945, (Jakarta: Puporis, 2002),
hlm. 10.
5
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 1.
6
Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari, Dasar-dasar Politik Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), hlm. 51-52.
5
6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), desa memiliki arti sebagai
kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa). Pengertian mengenai
desa juga diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
7
Didik Sukaryono,Pembaharuan Hukum Pemerintah Desa( Malang: Setara Press,
2010), hlm 57.
8
Hasjimzoem, Y. Dinamika Hukum.., Op. Cit, hlm. 463.
7
9
Dadang Julianta (Penyunting), Arus Bawah Demokrasi (Otonomi Dan Pemberdayaan
Desa), Cetakan I, (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2000), hlm. 140.
10
Ibid.
8
11
Berdasarkan Ketentuan Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa “Nama, batas-batas, tingkatan, hak
dan kewajiban daerah-daerah tersebut dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dalam undang-undang
pembentukan”.
12
Bagir Manan, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan Dan Undang-Undang
Pelaksanaannya), (Unsika: Karawang, 1993), hlm. 29.
10
provinsi dan kabupaten, sehingga desa luput dari menyentuh langsung lapisan
masyarakat jika berbicara tentang demokrasi, sangat disayangkan dengan adanya
ketentuan tersebut justru ‘mematikan’ demokrasi pada tingkat desa.
Dalam UU No. 5 Tahun 1974 juga membuat ketentuan terkait desa dalam
undang-undang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 88 yang menyebutkan,
“Pengaturan tentnag pemerintahan desa ditetapkan dalam undang-undang”. 13
Karena dalam UU No.5 Tahun 1974 tidak mengatur tentang desa secara luas,
hanya dengan satu pasal tersebut saja. Dengan kata lain UU No. 5 Tahun 1974
tidak mengakomodir pemerintahan desa di dalamnya. Sehingga desa harus
menunggu lima tahun lamanya untuk memiliki undang-undang tentang
pemerintahan desa diajukan oleh pemerintah kepada DPR RI baru pada 11 Mei
1979.
13
Lihat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
14
Risalah Sidang Pembahasan Rancangan Undang-Undang Nomor….. Tahun 1979
Tentang Pemerintahan Desa. 1944/Risalah/79.07. hlm. 48.
13
15
Ibid. hlm 49.
16
Ibid. hlm 50.
17
Mandasari, Z. (2015). Politik Hukum Pemerintahan Desa Studi Perkembangan Pemerintahan
Desa Di Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Reformasi (Master's thesis, Universitas Islam
Indonesia).
14
18
HAW. Widjaja, Pemerintahan Desa Dan Administrasi Desa (Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 (Sebuah Tinjauan), Ed. 1., Cet. 1, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 1993). hlm. 4
19
Heru Cahyono (Editor), Dinamika Demokratisasi Desa Di Beberapa Daerah DI
Indonesia Pasca 1999, cetakan pertama, (Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2006),
hlm. 1
20
Juliantara, Dadang.. Arus Bawah Demokrasi.., Op. Cit, hlm 165.
15
Padahal seharusnya berbeda, ketua adatlah yang berada pada tingkatan paling
atas.21
Selain itu, pemerintah Orde Baru tidak mau direpotkan oleh gerakan-gerakan
dan pertikaian politik yang dapat menyebabkan keadaan ekonomi menjadi buruk
sehingga memunculkan ketidakstabilan. Oleh karena itu, pemerintah fokus apada
pembangunan dengan menampikkan kegiatan-kegiatan politik, tetapi menurut
Mahfud MD, program pembangunan yang digaungkan di pemerintahan Orde Baru
merupakan sebuah program yang tidak terlepasa dari politik. Bahwa sebenarnya
politik dalam kenyataan tidak pernah surut walaupun dibingkai dalam bentuk
pembangunan semakin digalakkan. Artinya politik tetap sebagai ujung tombak
dan penguasa pada masa orde baru yang diwakili oleh ABRI.23
21
I Wayan Wesna Astara, Pertarungan Polirik Hukum Negara dan Politik Kebudayaan,
Cetakan Pertama, (Bali: Udayana University Press), 2010, hlm.33.
182
22
Ibid, hlm. 32.
23
Mahfud, Moh. 2000. Demokrasi dan konstitusi di Indonesia : Studi tentang interaksi politik dan
kehidupan ketatanegaraan. Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 75.
16
dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang
muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.24
Realita ini yang mebedakan antara era orde baru dengan orde reformasi, di
mana keberlakuan otonomi daerah tetap dalam koridor NKRI dengan
menitikpusatkan perhatian pada kemandirian masyarakat khususnya di daerah
pedesaan25.
24
Mandasari, Z. (2015). POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA STUDI PERKEMBANGAN
PEMERINTAHAN DESA DI MASA ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN REFORMASI (Master's thesis,
Universitas Islam Indonesia).
25
Hasjimzoem, Y. Dinamika Hukum.., Op. Cit, hlm. 473.
26
Hasjimzoem, Y. Dinamika Hukum.., Op. Cit, hlm. 468.
27
Mahfud M.D,Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi(Jakarta: Rajawali Press ,
2010), hlm. 66.
20
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dinamika politik hukum pemerintahan desa di Indonesia telah mengalami
berbagai macam bentuk, mengikuti era rezim yang berkuasa. Pasang surut dari
sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian berubah
menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang selanjutnya
digantikan oleh orde reformasi yang demokratis. Hal ini semua tidak terlepas dari
perubahan pola kepemimpinan dalam mengambil kebijakan. Sebagaimana
dikatakan oleh Mahfud M.D konfigurasi politik yang demokratis akan melahirkan
produk hukum yang berkarakter responsif atau otonom, sedangkan konfigurasi
politik yang otoriter (nondemokratis) akan melahirkan produk hukum yang
berkarakter konservatif atau ortodoks atau menindas.
Dengan demikian dari pemaparan di atas mengenai Undang-Undang yang
mengatur Pemerintahan Desa dari pasca kemerdekaan sampai dengan era
reformasi, Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
atau dari setiap periode pemerintahan semakin menunjukkan kearah pembentukan
civil society atau masyarakat madani. Atau dapat legal policy Pemerintahan Desa
terus mengalami perbaikan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dinamika perubahan yang paling revolusioner terjadi pada UU No. 6 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Desa yang mencoba memperbaiki kekurangan
undang-undang sebelumnya. Mulai dari nomenklatur desa, kewenangan desa,
perencanaan pembangunan desa, alokasi dana desa, penguatan Badan
Permusyawaratan Desa, konsep check and balance serta mempertahankan konsep
otonomi daerah, pasar desa dan Badan Usaha Milik Desa, Desa Adat diberikan
untuk mengatur dan mengurus penyelenggaraan adat dan pembangunan adat
secara otonom. Pembangunan Desa Adat mendapat anggaran yang bersumber dari
Pajak Daerah dan Retribusi, APBN, dan APBD.
21
DAFTAR PUSTAKA
Bagir Manan, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan Dan Undang-
Undang Pelaksanaannya), (Unsika: Karawang, 1993).
22
I Wayan Wesna Astara, Pertarungan Polirik Hukum Negara dan Politik
Kebudayaan,Cetakan Pertama, (Bali: Udayana University Press),
Moh. Mahfud MD. 2010. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
23