Disusun oleh :
Dinah Faidah
(NIM : 1801411013)
2 PJJ
2. Rujukan
1. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada:
Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 dengan revisi
pada :
1) Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005), sesuai
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
2) Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T- 12-
2004), sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004.
3) Bagian 7 dengan Perencanaan Baja untuk Jembatan (SK.SNI T-03-2005), sesuai
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (revisi SNI 03- 2883-
1992). Juga dapat mengikuti Manual Perencanaan Jembatan BMS’92
2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada :
Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003) dan standar- standar
perencanaan jalan yang berlaku.
3. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan: Panduan
Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum .
4. Dalam penyiapan perencanaan teknis bidang jembatan yang harus diikuti adalah :
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
Survai Pendahuluan
Survai Lalu Lintas
Survai Geodesi
Survai Hidrologi
Survai Geoteknik
Perencanaan Teknis Jembatan
Penyampaian DED Perencanaan Teknis
Sistematika Pelaporan
Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL dan untuk penerapan pertimbangan
lingkungan, agar mengacu pada dokumen RKL atau UKL dan SOP.
Ketentuan-ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan-
ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan Tim Teknis.
3. Parameter
1. Umum
a. Umur Rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan jembatan khusus adalah 100
tahun.
b. Pembebanan Jembatan menggunakan BM 100.
c. Geometrik :
Lebar jembatan jalan nasional kelas A adalah 2 + 7 + 2 meter.
Superelevasi/ kemiringan melintang adalah 2% pada lantai jembatan dan
kemiringan memanjang maksimum 4%.
Ruang bebas vertical di atas jembatan minimal 5,1 meter.
Ruang bebas vertical dan horizontal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan
lalu lintas yang melewatinya*.
Dihindari tikungan diatas jembatan dan oprit.
Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri-kanan oprit.
d. Material :
Mutu beton lantai K-350, bangunan atas minimal K-350, bangunan bawah K-
250 termasuk untuk isian tiang pancang, sedangkan untuk bore pile K-350.
Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk <D13, dan BJTD 32 atau BJTD 39
untuk . D13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran.
e. Untuk memudahkan validasi koreksi atas gambar rencana, gambar rencana diusahakan
sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal dan gambar standar.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan survei dan investigasi perencanaan
jembatan yakni tata guna lahan, lalulintas, topografi, hidrologi, kriteria tanah, geologi, bahan,
dan tenaga kerja. Hasil penyelidikan ini lantas dipakai sebagai acuan dalam merencanakan
rancangan teknis jembatan. Di antaranya meliputi :
Kondisi tata guna baik yang berada di jalan pendukung maupun lokasi pembuatan
jembatan
Ketersediaan anggaran yang mencukupi untuk pengadaan material dan kebutuhan
sumber daya manusia
Penyesuaian kelas jembatan terhadap situasi jalan dan tingkat kepadatan lalulintas
Penyesuaian konstruksi jembatan terhadap topografi, kriteria tanah, geologi,
hidrologi, dan perilaku sungai
Data yang sudah diperoleh dari survei dan investigasi selanjutnya dianalisa sedemikian rupa
sebelum proses pembuatan rancangan teknis jembatan dilaksanakan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada tahap ini di antaranya :
Analisa data lalulintas untuk menentukan kelas jembatan yang sesuai dengan beban
lalulintas dan lebar jembatan
Analisa data hidrologi untuk mengetahui kapasitas debit banjir rancangan, potensi
gerusan sungai, dan kecepatan aliran air
Analisa data tanah untuk mengetahui parameter tanah dasar yang menentukan pemilihan
jenis pondasi
Analisa geometri untuk menentukan elevasi jembatan serta mempengaruhi alinemen
vertikal dan panjang jalan pendekat
Tahap 3 : Pemilihan Lokasi
Pada dasarnya, lokasi yang paling tepat untuk dibangun jembatan adalah tempat yang
memungkinkan jembatan tersebut dibuat tegak lurus terhadap sumbu rintangan yang dilalui.
Di samping itu, lokasi pembangunan juga sebaiknya dapat mendukung jembatan yang
praktis, pendek, dan mudah diakses. Poin-poin yang juga wajib dicatat dalam memilih lokasi
pembuatan jembatan yaitu :
Lokasi harus direncanakan dengan efektif dan efisien sehingga pembuatan jembatan
tidak memerlukan lahan yang terlalu luas
Lokasi sebaiknya terletak di posisi yang strategis, tidak terlalu banyak mengenai rumah
penduduk, dan usahakan mengikuti pola as jalan existing yang tersedia
Lokasi harus memenuhi faktor ekonomi dan faktor keamanan
Biaya konstruksi
Biaya perawatan
Ketersediaan material
Fleksibilitas
Kemudahan pengerjaan
Kemudahan mobilisasi
Jembatan Sederhana
Pengertian jembatan sederhana adalah ditinjau dari segi konstruksi yang mudah dan
sederhana, atau dapat diterjemahkan struktur terbuat dari bahan kayu yang sifatnya darurat
atau tetap, dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern canggih. Sesederhana
apapun struktur dalam perencanaan atau pembuatannya perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika), beban yang bekerja, kelas jembatan, peraturan
teknis dan syarat-syarat kualitas (cheking) Di masa lampau untuk menghubungkan sungai
cukup dengan menggunakan bambu, atau kayu gelondongan. Bila dibanding dengan bahan
lain seperti baja, beton atau lainnya, bahan kayu merupakan bahan yang potensial dan telah
cukup lama dikenal oleh manusia. Pada saat bahan baja dan beton digunakan untuk bahan
jembatan, bahan kayu masih memegang fungsi sebagai lantai kendaraan.