Anda di halaman 1dari 7

KRITERIA DAN TAHAPAN PERENCANAAN JEMBATAN

DISUSUN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH KONSTRUKSI


BANGUNAN SIPIL 1

Disusun oleh :

Dinah Faidah
(NIM : 1801411013)
2 PJJ

Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan


Jurusan Teknik Sipil
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2018
KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN
1. Umum
Perencanaan jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut :
1. Kekuatan dan stabilitas struktur
2. Kenyamanan dan keselamatan
3. Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
4. Ekonomis
5. Pertimbangan aspek lingkungan, social dan aspek keselamatan jalan
6. Keawetan dan kelayakan jangka panjang
7. Estetika

2. Rujukan
1. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada:
 Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 dengan revisi
pada :
1) Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005), sesuai
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
2) Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T- 12-
2004), sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004.
3) Bagian 7 dengan Perencanaan Baja untuk Jembatan (SK.SNI T-03-2005), sesuai
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (revisi SNI 03- 2883-
1992). Juga dapat mengikuti Manual Perencanaan Jembatan BMS’92
2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada :
Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003) dan standar- standar
perencanaan jalan yang berlaku.
3. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan: Panduan
Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum .
4. Dalam penyiapan perencanaan teknis bidang jembatan yang harus diikuti adalah :
 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
 Survai Pendahuluan
 Survai Lalu Lintas
 Survai Geodesi
 Survai Hidrologi
 Survai Geoteknik
 Perencanaan Teknis Jembatan
 Penyampaian DED Perencanaan Teknis
 Sistematika Pelaporan

 Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL dan untuk penerapan pertimbangan
lingkungan, agar mengacu pada dokumen RKL atau UKL dan SOP.
 Ketentuan-ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan-
ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan Tim Teknis.
3. Parameter
1. Umum
a. Umur Rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan jembatan khusus adalah 100
tahun.
b. Pembebanan Jembatan menggunakan BM 100.
c. Geometrik :
 Lebar jembatan jalan nasional kelas A adalah 2 + 7 + 2 meter.
 Superelevasi/ kemiringan melintang adalah 2% pada lantai jembatan dan
kemiringan memanjang maksimum 4%.
 Ruang bebas vertical di atas jembatan minimal 5,1 meter.
 Ruang bebas vertical dan horizontal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan
lalu lintas yang melewatinya*.
 Dihindari tikungan diatas jembatan dan oprit.
 Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri-kanan oprit.
d. Material :
 Mutu beton lantai K-350, bangunan atas minimal K-350, bangunan bawah K-
250 termasuk untuk isian tiang pancang, sedangkan untuk bore pile K-350.
 Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk <D13, dan BJTD 32 atau BJTD 39
untuk . D13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran.
e. Untuk memudahkan validasi koreksi atas gambar rencana, gambar rencana diusahakan
sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal dan gambar standar.

Perencanaan Bangunan Atas Jembatan


1. Apabila tidak direncanakan secara khusus maka dapat digunakan bangunan atas jembatan
standar Bina Marga sesuai bentang ekonomis seperti :
a. Gelagar Beton Bertulang Tipe T bentang 6 s.d 25 meter.
b. Gelagar Beton Pratekan Tipe I bentang 16 s.d 30 meter.
c. Girder Komposit Tipe I bentang 20 s.d 30 meter.
2. Untuk perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu antara lain :
a. Lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan cermat,
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak melampaui batas yang
diizinkan yaitu simple beam <L/800 dan kantilever L/400.
b. Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan jembatan
berada khususnya selimut beton, permeabilitas
beton, atau tebal elemen baja dan galvanis terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi
material.

Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan


1. Perencanaan struktur bawah menggunakan Rencana Keadaan batas Berupa Ultimate Limit
States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS).
2. Abutment : Abutment tipe dinding penuh dengan tinggi tipikal > 4 meter.
3. Pilar :
a. Pilar dinding penuh.
b. Pilar portal satu tingkat.
c. Pilar portal dua tingkat.
d. Perencanaan Pondasi Jembatan
1. Penentuan jenis pondasi jembatan :
 Pondasi caisson :
Diameter 2,5 s.d 4,0 meter, kedalaman optimal 3 s.d 9 meter.
 Pondasi tiang pancang pipa baja :
Diameter 0,4 s.d 0,6 meter, kedalaman optimal 7 m s.d 50 meter.
 Pondasi tiang pancang beton pratekan :
Diameter 0,4 s.d 0,6 meter, kedalaman optimal 18 s.d 30 meter.
2. Jenis pondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuk dimensi-
dimensinya.
3. Pondasi dari tiang pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 yang diisi dengan beton
bertulang non-shrinkage (semen tipe II).
4. Faktor keamanan :
 Tiang pancang, SF Point Bearing = 3 dan SF Friction Pile =5
 Caisson, SF Daya dukung tanah = 20, SF Geser = 1,5 dan SF Guling = 1,5
5. Kalendering terakhir :
Tiang pancang 1 – 3 cm/10 pukulan untuk end point bearing dengan jenis hammer
yang sesuai sehingga dapat memenuhi daya dukung tiang rencana.

Perencanaan Pertimbangan Aspek Lingkungan dan Sosial


1. Penerapan pertimbangan aspek lingkungan harus mengacu pada dokumen RKL atau UPL dan
SOP.
2. Kriteria Baku Mutu Lingkungan untuk debu (PP No. 41/1999).

Prinsip Penerapan Keselamatan Jembatan


Dalam menerapkan keselamatan pada desain maka lajur jalan, bahu, jarak pandang alinyemen
horisontal, alinyemen vertikal perlu memenuhi kriteria desain (Ditjen Bina Marga 1997 dan
2004).
Disamping itu ada hal yang harus diperhatikan juga adalah Jembatan harus dapat mencegah
fatalitas akibat kecelakaan seperti :
1. Perlu adanya guard rail pada oprit jembatan
2. Penempatan rambu-rambu
3. Untuk mengurangi debu dan tetap menjaga stabil clearance di jalan tambang, diharuskan
menggunakan perkerasan kaku (rigid pavement) sepanjang 100 meter di bawah jembatan.
4. Ada oprit jembatan dari expansion joint sampai di ujung parapet seyogyanya digunakan
perkerasan kaku.
5. Lebar detour minimal sama dengan jalan yang sementara ditutup dan diperkeras dengan
aspal
6. Dipasang pengaman pada pagar/ railing jembatan.

TAHAPAN PERENCANAAN JEMBATAN

Di bawah ini tahap-tahap dalam perencanaan sebuah jembatan, antara lain :

Tahap 1. Survei dan Investigasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan survei dan investigasi perencanaan
jembatan yakni tata guna lahan, lalulintas, topografi, hidrologi, kriteria tanah, geologi, bahan,
dan tenaga kerja. Hasil penyelidikan ini lantas dipakai sebagai acuan dalam merencanakan
rancangan teknis jembatan. Di antaranya meliputi :

 Kondisi tata guna baik yang berada di jalan pendukung maupun lokasi pembuatan
jembatan
 Ketersediaan anggaran yang mencukupi untuk pengadaan material dan kebutuhan
sumber daya manusia
 Penyesuaian kelas jembatan terhadap situasi jalan dan tingkat kepadatan lalulintas
 Penyesuaian konstruksi jembatan terhadap topografi, kriteria tanah, geologi,
hidrologi, dan perilaku sungai

Tahap 2. Analisis Data

Data yang sudah diperoleh dari survei dan investigasi selanjutnya dianalisa sedemikian rupa
sebelum proses pembuatan rancangan teknis jembatan dilaksanakan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada tahap ini di antaranya :

 Analisa data lalulintas untuk menentukan kelas jembatan yang sesuai dengan beban
lalulintas dan lebar jembatan
 Analisa data hidrologi untuk mengetahui kapasitas debit banjir rancangan, potensi
gerusan sungai, dan kecepatan aliran air
 Analisa data tanah untuk mengetahui parameter tanah dasar yang menentukan pemilihan
jenis pondasi
 Analisa geometri untuk menentukan elevasi jembatan serta mempengaruhi alinemen
vertikal dan panjang jalan pendekat
Tahap 3 : Pemilihan Lokasi

Pada dasarnya, lokasi yang paling tepat untuk dibangun jembatan adalah tempat yang
memungkinkan jembatan tersebut dibuat tegak lurus terhadap sumbu rintangan yang dilalui.
Di samping itu, lokasi pembangunan juga sebaiknya dapat mendukung jembatan yang
praktis, pendek, dan mudah diakses. Poin-poin yang juga wajib dicatat dalam memilih lokasi
pembuatan jembatan yaitu :

 Lokasi harus direncanakan dengan efektif dan efisien sehingga pembuatan jembatan
tidak memerlukan lahan yang terlalu luas
 Lokasi sebaiknya terletak di posisi yang strategis, tidak terlalu banyak mengenai rumah
penduduk, dan usahakan mengikuti pola as jalan existing yang tersedia
 Lokasi harus memenuhi faktor ekonomi dan faktor keamanan

Tahap 4. Bahan Material

Pemilihan material bahan bangunan yang digunakan untuk membangun jembatan harus


memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

 Biaya konstruksi
 Biaya perawatan
 Ketersediaan material
 Fleksibilitas
 Kemudahan pengerjaan
 Kemudahan mobilisasi

Bentuk Struktur Jembatan


Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang jembatan sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia. Bentuk jembatan juga berkembang dari jembatan sederhana hingga
jembatan kabel, yang penggunaannya akan disesuaikan dengan keperluan atau kebutuhan.

Jembatan Sederhana
Pengertian jembatan sederhana adalah ditinjau dari segi konstruksi yang mudah dan
sederhana, atau dapat diterjemahkan struktur terbuat dari bahan kayu yang sifatnya darurat
atau tetap, dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern canggih. Sesederhana
apapun struktur dalam perencanaan atau pembuatannya perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika), beban yang bekerja, kelas jembatan, peraturan
teknis dan syarat-syarat kualitas (cheking) Di masa lampau untuk menghubungkan sungai
cukup dengan menggunakan bambu, atau kayu gelondongan. Bila dibanding dengan bahan
lain seperti baja, beton atau lainnya, bahan kayu merupakan bahan  yang potensial dan telah
cukup lama dikenal oleh manusia. Pada saat bahan baja dan beton digunakan untuk bahan
jembatan, bahan kayu masih memegang fungsi sebagai lantai kendaraan.

Sifat-sifat Jembatan Kayu


Jembatan kayu merupakan jembatan dengan material yang dapat diperbaharui (renewable).
Kayu adalah sumber daya alam yang pemanfaatannya akhir-akhir ini lebih banyak pada
bidang industri kayu lapis, furnitur, dan dapat dikatakan sangat sedikit pemakaiannya dalam
bidang jembatan secara langsung sebagai konstruksi utama. Pemakaian kayu sebagai bahan
jembatan mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
1. Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat dikerjakan
dengan alat yang sederhana
2. Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan
tenaga ahli yang tinggi
3. Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu sehingga menguntungkan untuk
lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton siap pakai (ready mix
concrete). Dek kayu dapat dipasang tanpa bekisting dan tulangan sehingga menghemat
biaya
4. Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton
5. Kayu merupakan bahan yang sangat estetik bila didesain dengan benar dan dipadukan
dengan lingkungan sekitar
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa jembatan kayu untuk konstruksi jembatan
berat dengan bentang sangat panjang sudah tidak ekonomis lagi. Jadi jembatan kayu lebih
sesuai untuk konstruksi sederhana dengan bentang pendek.

Anda mungkin juga menyukai