Anda di halaman 1dari 18

MATERI 1

MENGENAL KEWIRAUSAHAAN

MENGAMBIL INSPIRASI USAHAWAN SUKSES DARI NOL


Kasus 1.1
Usaha Jamu/Kosmetika Mustika Ratu, Modal Awal dari Rp. 25.000
Terjun kedunia bisnis merupakan hal yang tabu bagi seorang puteri keraton.
Inilah sebuah ungkapan pengalaman B.R.A. Mooryati Soedibjo yang memutuskan
terjun menjadi wirausaha setelah usia 50 tahun dengan modal dengkul. Mengubah
paradigma keraton menjadi pebisnis tidak mudah.
Orang berpendapat bahwa untuk memulai suatu usaha, sebaiknya
dilakuakan pada usia muda, karena pada usia muda umumnya masih penuh
dengan potensi dan jiwa bisnis yang dinamis, sehingga pada usia paruh baya
sudah dapat mencapai kesuksesan dan prestasi yang gemilang, dan yang lebih
penting dapat melakukan regenerasi yang baik pula. Namun, berdasarkan
pengalaman B.R.A., Mooryati Soedibjo, persyaratan ini tidak berlaku. Faktor usia
bekanlah satu – satunya yang paling menetukan dalam berwirausaha.
Selain faktor usia, ada hal-hal penting lain yang mempengaruhi dalam
berwirausaha, antara lain memiliki tekad dan semangat yang kuat, memiliki
percaya diri yang tinggi, senantiasa melahirkan ide-ide yang baru dan semangat
mengantisipasi masa depan, kemauan atau niat yang kuat akan sangat banyak
membuahkan hasil daripada modal yang besar, dan menggunakan modal
kegigihan dan kemauan merupakan modal utama karena modal ini tidak dapat
dibeli dan atau dipinjam dari orang lain, sedangkan yang mengandalkan modal
berupa dana (uang) dapat dipinjam dari bank atau lembaga keuangan bukan bank
lainnya.
Menurut Benyamin F. Fairless, ada empat hal yang perlu diperhatikan
untuk mencapai kesuksesan, di anataranya memilih karier yang Anda senangi,
memberikan yang terbaik yang ada pada diri Anda, memanfaatkan kesempatan,
dan menjadi anggota kelompok (bekerja sama dengan tim) yang kompak.
Untuk terjun dan sukses memasuki dunia kewirausahaan, hendaknya kita
bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita benar-benar menyenangi bidang
yang kita geluti tersebut. Karier yang kita pilih hendaknya searah dengan
panggilan jiwa dan sesuai dengan bakat dan serta punya prosepek yang baik,
namun bidang apapun yang kita pilih tidak akan terlepas dari perjuangan dan
kompetisi. Janganlah kompetisi dianggap sebagai momok yang menakutkan,
tetapi justru jadikanlah ini sebagai cambuk untuk bekerja lebih rajin, giat, dan
tekun.
Salah seorang wirausaha yang berhasil dan dapat dijadikan contoh adalah
Mooryati Soedibjo. Ia lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 dan sejak usia 3 tahun
dibesarkan oleh eyangnya, Sri Susuhunan Paku Buwono X dan Gusti Kanjeng
Ratu Mas di Keraton Surakarta. Di keraton inilah pada masa itu dikenal sebagai
pusat kebudayaan Jawa, ia mendapat pendidikan secara trandisional menenai seni
tari, karawitan, membatik, ngadi salir dan ngadi busono, membuat jamu dan
kosmetik tradisional, bahasa dan sastra Jaba, serta bidang-bidang seni lainnya. Ia
juga mendapat pelajaran berharga tentang resep-resep jamu dan kosmetik
tradisional yang pada masa itu masih merupakan rahasia keluarga sendiri dan
merupakan misteri bagi masyarakat luas.
Pengalaman selama tinggal di keraton itu ternyata kemudian menjadi bekal
berharga dalam memasuki kiprah usaha dibidang jamu dan kosmetika tradisional,
sekalipun pada awalnya kegiatan beliau lebih bersifat hobi dan kesenangan saja. ia
semata – mata hanya ingin menerapkan kebiasaan dan pengetahuan yang
diperolehnya dikeraton. terutama yang menyangkut pengguanaan jamu dan
kosmetika tradisional yang dinilai memiliki mamfaat bagi masyarakat luas.
Ketika mengikuti tugas suaminya, Ir.Soedibjo,yang menjadi kepala kantor
wilayah Departemen Prindustrian di Sumatera Utara pada tahun 60-an,ia
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya untuk kepentingan haandai taulan dan
kawan – kawan yang meminta tolong untuk dibuatkan jamu dan kosmetika
tradisional,seperti untuk kepentingan calon pengantin,gadis haid pertama,
perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, dan banyak lagi.dengan cara
demikian,pengetahuan dan pengalamannya menjadi berkembang.
Ketika suaminya pindah tugas ke Jakarta, ia tetap menjalankan kegiatan
tersebut. dilingkungan kecil, kegiatan tersebut kemudian semakin dikenal dan ia
mulai dapat melihat bahwa ternyata masyarakat membutuhkan jamu dan
kosmetika tradisional sebagai sarana perawatan kesehatan dan kecantikan tubuh.
Melihat peluang dan prospek cerah ini,kemudian ia memutuskan untuk merintis
perkembangan jamu dan kosmetika tradisional yang mampu memenuhi tuntutan
perkembangan zaman.
Bermula dari industri rumah tangga dengan modal pertama 25.000 tahun
1973, ia berupaya mengembangkan usahanya yang masih dianggap sebagai suatu
yang baru. Pada tahun itu juga bersama dengan 2 orang karyawannya membuat
jamu pada malam hari. Ramuan beras kencur yang dibuatnya ternyata kemudian
memiliki banyak pelanggan tetap kadang kala mengambilnya sendiri ke rumah.
Pada tahun 1975, jamu yang diproduksi baru berjumlah 6 macam yaitu:
perawatan wanita paripurna, perawatan remaja puteri, pelangsing tubuh, sepetan
sari, kesepuhan/monopouse, dan kosmetika tradisional seperti lulur, mangir, beak
dingin, air mawar, dan lain – lain.pada waktu itu jumlah karyawan menjadi 10
orang.
Tahun 1976, jenis produksi jamunya ditambah dengan perawatan rambut,
yaitu shampoo merang dan shampoo urang aring. Sementara itu, ia juga memulai
mengembangkan keterampilan yang dimilikinya dengan memberikan ceramah dan
peragaan perawatan kecantikan secara tradisional kepada para ahli kecantikan dan
pemilik salon. Hal ini dibarengi pula dengan semakin meningkatnya permintaan
masyarakat pada produk yang diberi nama Mustika Ratu.
Pada tahun1977, karyawan baru semakin banyak diserap, dari jumlah 25
orang, pada tahun 1976 menjadi 50 orang pada tahun 1977.pada tahun 1978,
produk jamu mulai memasuki toko – toko,melalui salon kecantikan yang menjadi
agen Mustika Ratu,dimulai dari Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Bandung. pada
saat itu,masyarakat pun semakin mengenal produk Mustika Ratu melalui surat
kabar,majalah dan televisi. Pada tahun ini, mesin-mesin sederhana buatan Taiwan
untuk pembuatan pil mulai dbeli karena pengerjaan dengan tanggan sudah tidak
dapat mengerjakan target pesanan pasar.
Bersamaan dengan perkembangan yang senain menggembirakan itu,
akhirnya dibuatlah bangunan Mustika Ratu di Daerah Ciracas, Pasar Rebo, Jakarta
Timur. Tanah 1 hektar tersebut tadinya masih berupa persawahan dan belum
memiliki jalan yang memadai kemudian mengambil prakarsa untuk dibangun
jalan permanen menuju Pabrik PT. Mustika Ratu,dan sampai sekarang jalan
menuju pabrik ini di sebut jalan Mustika Ratu.
Dengan uang yang dikumpulkan dari hasil penjualan produk, akhirnya ia
memperoleh kepercayaan tamabahan kredit dari Bank Dagang Negara sebesar Rp.
150 juta yang dipakai untuk mendirikan 2 buah bangunan dengan luas bangunan
masing-masing 2.000 meter persegi yang menghabiskan dana Rp. 100 juta.
Sisanya sebesar Rp. 50 juta dipakai untuk penambahan modal kerja.
Pada tanggal 8 April 1981, pabrik PT Mustika Ratu di resmikan oleh
Menteri Kesehatan, Dr.Suwardjono Suryaningrat dengan jumlah karyawan 150
orang.ini merupakan babak baru untuk terjun langsung dalam dunia bisnis yang
menuntut profesionalisme yaitu sesuatu yang dianggap tabu dilakukan oleh puteri
keraton,kini dianggap wirausahawan luar biasa
Sebagai pemimpin tunggal, pada awalnya masih dianggap sebagai
pengusaha non-profesional, ia memimpin dan sekaligus menangani bidang:
produksi, promosi, pemasaran, keuangan, dan lain-lain.
Akibatnya, banyak pekerjaan yang tidak tertangani serta banyak
membuang waktu, tenaga, dan dana. Ia bekerja dengan cara learning by doing dan
dilakukan karena beliau tidak mempunyai basis pendidikan formal di bidang
bisnis.
Dari pengalaman bergaul dengan rekan-rekan pengusaha lainnya, ia
kemudian lebih mengetahui bahwa sebuah perusahaan itu mutlak memerlukan
penata manajemen dan organisasi secara professional. Pemasaran kemudian
digiatkan kembali melalui upaya peningkatan kemampuan distribusi secara lebih
terarah dan professional. Kegiatan perwakilan di daerah lebih ditingkatkan
frekunsinya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh beauty consultant dan
beauty advisor yang terampil. Promosi berskala nasional maupun lokal, semakin
digencarkan dan diprogramkan jauh sebelum waktu pelaksanaanya. Begitu juga
berbagai kegiatan rutin perusahaan, seperti pembelian produksi dan logistik,
research and development, quality control, dan product development semakin
dimantapkan dengan melibatkan tenaga professional yang terampil yang
seluruhnya merupakan asset paling berharga bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Semakin meningkatnya permintaan pasar akan produk Mustika Ratu,
menimbulkan pula:
1. Tantangan dan hambatan seperti arus kas (cash flow) berkurang;
2. Persaingan semakin tajam;
3. Permasalahan yang semakin kompleks; dan
4. Menyangkut pula pengaturan banyak orang dengan berbagai sikap dan
tabiatnya.
Namun demikian, dengan kemajuan yang dicapai, tantangan dan hambatan
itu boleh dikatakan tidak terlalu berati.
Keinginan untuk memperluas pasar di dalam negeri dan luar negeri
semakin memberikan semangat kerja yang tidak kenal Lelah. Untuk memulai
membuka pasar di luar negeri memang tidak mudah, tetapi itu bukanlah hal yang
tidak dapat ditanggulangi. Untuk mencapai maksud tersebut, tidak saja diperlukan
market test yang terpercaya, tetapi juga perlu naluri (instinct) yang kuat. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah mengetahui situasi dan kondisi setempat serta tahu
profil konsumen yang inggin diraih;
1. Bagaimana kebiasaan hidupnya;
2. Pandangannya;
3. Kepercayaannya;
4. Hobinya;
5. Dan sebagainya.
informasi-informasi yang akurat dan dapat dipercaya tentu sangat diperlukan dan
tidak disangsikan lagi peranannya. Sebagai contoh, konsumen di Jepang
umumnya lebih mementingkan kepraktisan dalam pemakaian dan produk tersebut
dari bahan-bahan alamiah serta tanpa wewangian tambahan (back to nature) dan
kecintaan mereka akan lingkungan hidup. Jenis jamu yang disukai oleh orang
Jepang adalah yang berkhasiat malangsingkan tubuh dan mereka lebih banyak
memesan dalam bentuk jamu celup yang lebih praktis pemakaiannya.
Lagi pula dengan orang Malaysia, mereka lebih menekankan pada hal-hal
yang tidak bertentangan dengan keyakinan dan agama (khususnya Islam), yakni
barang-barang yang dikonsumsi harus dijamin “halal”, sehingga pemakaiannya
tanpa disertai peraasaan was-was karena latar belakang agama yang cukup kuat.
Konseumen di Jerman, lain lagi, karena sebagian besar masyarakat Jerman
merupakan pencinta binatang dan lingkungan hidup maka produk-produk Mustika
Ratu disenangi karena 5 alasan:
1. Produk tidak diteliti melalui binatang percobaan;
2. Produk mengutamakan bahan-bahan yang berasal dari tanaman herbal
yang hidupnya tidak dicemari oleh bahan-bahan kimia;
3. Tanaman herbal tersebut tidak dibesarkan dengan pupuk sinteti/kimiawi;
4. Produk diproses oleh tangan-tanggan halus wanita;
5. Keamanan pemakaiannya terjamin (tidak menimbulkan efek samping yang
negatif).
Pendistribusian produk-produk tersebut tentunya membutuhkan strategi
pemasaran. Dalam membuat strategi pemasaran diperlukan kreativitas dan
fleksibelitas dalam konsep, di samping perlu memperhatikan atau
menngantisipasi perubahan situasi dan problem yang diperkirakan akan
muncul sebagai akibat dari semakin ketatnya persaingan pasar. Hal ini tidak
dapat dilepaskan dari evaluasi tentang Product, Price, Promotion, dan Person
atau rumus P-5.
1. Product. Produk yang akan dipasarkan harus tampil dalam keadaan baik
dan mampu atau mewakili selera konsumen. Dalam hal ini produk
Mustika Ratu ditunjukan untuk konsumen dari golongan sosial ekonomi
menengah ke atas. Dengan kata lain, produk Mustika Ratu mempunyai
tingkat bonafiditas tertentu, sehingga konsumen meyakininya sebagai
produk yang baik dan bermutu. Selain itu, ditonjolkan pula nilai lebih
yang dimiliki oleh produk jamu dan kosmetik tradisional, terutama dalam
hal mutu dan “nilai lebih” tersesbut adalah kepraktisan pemakaiannya serta
kemasan yang didisain secara rapi dan menarik, sehingga konsumen akan
mengetahui bahwa makna “tradisional” tidaklah sama dengan “kuno”,
melainkan justru terletak pada resep pembuatannya yang tetap
menggunakan bahan-bahan alami, namun kini diproses secara lebih
higenis dan telah dianalisis di laboratorium.
2. Price. Tinggi rendahnya harga produk, anatara lain dipengaruhi 3 hal
utama, yaitu biaya produksi, mutu produk, dan situasi segemen pasar.
Selain memperhatikan ketiga hal tersebut dalam menentukan harga
produk, Mustika Ratu juga memperhatikan faktor-faktor, antara lain
persaing, daya beli konsumen, kecenderungan-kecenderungan selera
kosumen. Dengan demikian harga produk Mustika Ratu bersifat
kompetitif dan relatif terjangkau oleh konsumen dari golongan sosial
ekonomi menengah ke atas segabai segmen utama.
3. Place. Untuk pendistribusian produk diperlukan kejeian untuk memilih
tempat-tempat sttrategis yang memiliki peluang bagus untuk memasarkan
produk, maka Mustika Ratu menemptkan produk-produknya, antara lain di
supermarket, departemen store, took besar, dan salon kecantikan.
Penempatan produk secara tepat akan memberikan citra (image) yang baik
di mata konsumen, bahwa produk yang digunakan dapat diandalkan dan
dibanggakan.
4. Promotion. Mengingat betapa pentingnya citra produk yang baik dan
bermutu di mata konsumen, kegiatan-kegiatan promosi secara rutin dan
cukup gencar, baik berskala internasional, nasional maupun skala daerah
dan kegiatan ini diprogramkan jauh sebelum waktu pelaksanaannya agar
dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Bentuk-bentuk promosi yang
dilakukan selain memanfaatkan media masa juga dengan
menyelenggarakan demo/peragaan dan ceramah dalam kegiatan seminar di
seleluruh pelosok nusantara. Selain itu, peran beauty consultant dan
beauty advisor yang terampil senantiasa ditingkatkan karena merekalah
ujung tombak pemasaran produk yang langsung berhubungan dengan
kosnumen.
5. Person. Kegiatan pemasaran tidak akan mencapai sasarannya, apabila
tidak ditunjanjang oleh petugas pelaksana yang qualified dan professional.
Itu sebabnya searah dengan semakin ketatnya persaingan di pasaran,
Mustika Ratu menempatkan petugas-petugas pelaksana pemasaran yang
betul-betul menguasai bidangnya, termasuk juga mendidik beauty advisor
dan beauty consulant.
Selain berpegang pada rumus P-5 tersebut, dalam strategi pemasaran ini juga
memperhatikan rumus SWOT (Strength, Weakness, Opportnity, dan Treat).
1. Kekuatan (Strength), yaitu perlunya menganalisis kekuatan diri melalui
kekuatan pesaing untuk merumuskan strategi pemasaran yang efektif,
efisien, dan tepat sasaran.
2. Kelemahan (Weakness), yaitu perlunya menganalisis kelemahan-
kelemahan diri, sehihngga dapat dijadikan pelajaran berharga bagi
perbaikan-perbaikan strategi pemasaran yang dijalankan, dan juga
menganalisis kelemahan-kelemahan pesaing agar dapat “dimanfaatkan”
secara wajar untuk kepentingan bisnis.
3. Peluang (Opportnity), yaitu perlunya kejelian untuk memanfaatkan
peluang-peluang pasar yang ada, minsalnya kecenderungan selera tertentu
dari konsumen, kekurangan persediaan produk pesaing, meningkatknya
daya beli masyarakat, dan lain-lain.
4. Ancaman (Treat), yaitu perlu menganalisis berbagai kemungkinan yang
dapat mengancam rusaknya strategi pemasarana yang sedang dijalankan.
Ancaman ini dapat datang dari manapun dari luar, sehingga dalam hal ini
betul-betul diperlukan kewaspadaan: “Mata yang awas dan kuping yang
terbuka”.

Kesimpulan Penulis
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Bisnis Mustika Ratu yang bergerak di bidang jamu dan kosmetik yang kini
sudah menjadi perusahaan besar yang dirintis dan dikomandoi oleh B.R.A
Mooryanti Soedibjo dari kacamata kewiraushaan, beliau adalah sosok
wirausaha yang teliti, tabah, tekun, teliti tabah, tekun, ulet, dan pantang
menyerah.
2. Tahap demi tahap (perusahaan ini tidak langsung besar, mulai dari tahun
1973 memiliki karyawan 2 orang, tiga tahun berjalan (1976) baru memiliki
karyawan 25 orang. Tahun 1977, karyawan menjadi 2 kali lipat
dibandingkan tahun 1996, karyawan mencapai 50 orang).
3. Usaha dimulai dari usaha rumahan (home industry) jenis usaha mikro yang
bermodal awal Rp. 25.000 dengan karyawan 2 orang. Dengan kesabaran,
keuletan, dan ketekunan, akhirnya dapat menjadi perusahaan yang kini
telah kondang tidak saja dalam negeri, tetapi di luar negeri. Perusahaan ini
besar dan dapat menampung tenaga kerja yang signifikan.
4. Mahalnya harga kosmetik dari luar negeri merupakan peluang yang cukup
bagus dan besar untuk dadat dikembangkan ke tingkat yang lebih modern,
tentunya diperlukan penelitian dan pengembangan produk yang tidak saja
untuk kepentingan kosmetik, namun jika memungkinkan disarankan untuk
back to nature pada produk-produk jamu herbal dan kosmetik tradisional
yang minim risiko atau akibat negatifnya dibandingkan dengan obat
kimiawi.
ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN PEMERDAYAAN UMKM
Bagi calon pengusaha/pengusaha, penyelenggaraan pemerintah, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan UMKM lainnya terhadap hal-hal berikut perlu
dipahami:
Asas-Asas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan Bab II, Pasal 2 beserta penjelasan pada Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (lihat Bab 16 untuk lebih
jelasnya), asas-asas UMKM, di antaranya:
1. Asas kekeluargaan, yaitu asas yang melandasi upaya pemerdayaan
UMKM sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan
berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia.
2. Asas demokrasi ekonomi, yaitu pemerdayaan UMKM diselenggarakan
sebagai kesatuan dari pembangunan perekonomian nasional untuk
mewujudkan kemakmuran rakyat.
3. Asas kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh UMKM dan
dunia usaha secara Bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
4. Asas efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan
pemerdayaan UMKM dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam
usaha untuk mewujudkan ikllim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya
saing.
5. Asas keberlanjutan. Yaitu asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui pemerdayaan UMKM yang
dilakukan secara berkesinambungan, sehingga terbentuk perekonomian
yang tangguh dan mandiri.
6. Asas berwawasan linngkkungan, yaitu asas pemerdayaan UMKM yang
dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindunngan
dan pemeliharaan lingkungan hidup.
7. Asas kemandirian, yaitu asas pemerdayaan UMKM yang dilakukan
dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan
kemandirian UMKM.
8. Asas keseimbangan kemajuan, adalah asas pemerdayaan UMKM yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional.
9. Asas kesatuan ekonomi nasional, adalah asas pemerdayaan UMKM yang
merupakan bagian dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional.

Prinsip dan Tujuan Pemerdayaan UMKM


Berdasarkan Bab II, Pasal 4 dan Pasal 5 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,
prinsip dan tujuan pemerdayaan UMKM sebagai berikut.
1. Prinsip pemerdayaan UMKM:
a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan UMKM
untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;
b. Mewujudkan kebijakan politik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan;
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi UMKM;
d. Peningkatan daya saing UMKM; dan
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
2. Tujuan pemerdayaan UMKM:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dan kemiskinan.
KRITERIA-KRITERIA UMKM
Berdasarkan Pasal 6 beserta penjelasannya, pada UU No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM, kriteria UMKM, antara lain:
1. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memilliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memilliki hasil penjualan tahunan lebih Rp. 300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua
miliar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) samapi dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).
Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah hasil penngurangan total nilai
kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha. Yang dimaksud dengan “hasil penjualan tahunan”
adalah hasil penjualan bersh (netto) yang berasal dari penjualan barang dan atau
jasa usahanya dalam satu tahun buku.
Semua kriteria sebagaimana dimaksud di atas, nilai nominal dapat diubah
sesuai dengan pekemebangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan
Presiden.

PENUMBUHAN IKLIM USAHA


Penumbuhan iklim usaha dituangkan dalam Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2008
tentang UMKM. Lebih lanjut berisi:
1. Pemerintah dan pemerintah daerah yang berperan melakukan penumbuhan
iklim usaha. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim
Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang meliputi aspek:
a. Pendanaan;
b. Sarana dan prasarana;
c. Informasi usaha;
d. Kemitraan;
e. Perizinan usaha;
f. Kesempatan berusaha;
g. Promosi dagang; dan
h. Dukungan kelembagaan.
2. Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta aktif membantu
menumbuhkan Iklim Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1),
UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM.

ASPEK PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN UMKM


Aspek Pendanaan UMKM
Berdasarkan Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, aspek pendanaan
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a ditunjukan untuk:
1. Memperluas sumber pedanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat
mengakses kredit perbankan dan Lembaga keuangan bukan bank;
2. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringan, sehingga
dapat diakses oleh UMKM;
3. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat,
tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan; dan
4. Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan
pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh
perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan
sistem konvesional maupun sistem syariah dengan jaminan yang
disediakan oleh Pemerintah.
Pembiayaan UMKM
Sebagaimana Pasal 21 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, aspek
pembiayaan UMKM diatur:
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha
Mikro dan Kecil.
2. Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari
penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro
dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya.
3. Usaha besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang
dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian
pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
4. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan
hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber
pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan
Kecil.
5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dapat memberikan insentif dalam
bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan
prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang menyediakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil.
Demikian halnya Pasal 22 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, untuk
meningkatkan pembiayaan UMKM, Pemerintah melakukan upaya:
a. Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank;
b. Penngembangan lembaga modal ventura;
c. Pengembangan terhadap transaksi ajak pitang;
d. Peninngkatan kerja sama antara Usaha Mikro dan Kecil malalui koperasi
simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan syariah; dan
e. Pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
ASPEK SARANA DAN PRASARANA SERTA INFORMASI UMKM
Sarana dan Prasarana UMKM
Sesuai dengan Pasal 9, aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf b ditunjukan untuk:
a. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan
mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan
b. Memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan
Kecil.
Dalam penjelasan pasal demi pasal UU No. 20 terssebut, Pasal 9, huruf b yang
dimaksud dengan “memberikan keringanan tarif prasarana tertentu” adalah
perlakuan tarif berdasarkan ketetapan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, baik
yang secara langsung maupun tidak langsung dengan memberikan keringanan.
Informasi UMKM
Berdasarkan Pasal 10 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM bahwa aspek-aspek
informasi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c ditunjukan
untuk:
a. Membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan
informasi bisnis;
b. Mengadakan dan menyebarkan informasi mengenai pasar, sumber
pembiayaan, komoditas, pinjaman, desain dan teknologi dan mutu; dan
c. Memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku
UMKM.
ASPEK PERIZINAN UMKM
Berdasarkan Pasal 12 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, aspek perizinan
berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e ditunjukan untuk:
a. Menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem
pelayanan terpadu; dan
b. Membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan
keringanan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.
Berdasarkan Pasal 12, huruf a:
Yang dimaksud dengan “menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan”
adalah memberikan kemudahan persyaratan dan tata cara perizinan serta informasi
yang seluas-luasnya.
Yang dimaksud dengan “sistem pelayanan terpadu satu pintu” adalah
proses pengelolaan perizinan usasha yang dimulai dari tahap permohonan sampai
dengan tahap terbitnya dokumen, dilakukan dalam satu tempat berdasarkan
prinsip pelayanan sebagai berikut:
a. Kesederhanaan dalam proses;
b. Kejelasan dalam pelayanan;
c. Kepastian waktu pelelesaian;
d. Kepastian biaya;
e. Keamanan tempat pelayanan;
f. Tanggung jawab petugas pelayanan;
g. Kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan;
h. Kemudahan akses pelayanan; dan
i. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan pelayanan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin usaha
akan diatur dengan Peraturan Pemerintah;

ASPEK KESEMPATAN BERUSAHA UMKM


Berdasarkan Pasal 13 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, aspek kesempatan
berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f ditunjukan untuk:
a. Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di
pasar, ruang pertokoan, lokasi sentral industry, lokasi pertanian rakyat,
lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima,
serta lokasi lainnya;
b. Menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di sub-
sektor perdagangan ritel;
c. Mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhusan
proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang
bersifat khusus dan turun-menurun.
d. Menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKM serta bidang
usaha yang terbuka untuk Usaha Besar dengan syarat harus bekerja sama
dengan UMKM.
e. Melindungi usaha tertentu yang strategis untuk UMKM;
f. Mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro
dan Kecil melalui pengadaan secara langsung;
g. Memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja
Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan
h. Memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pengawasan dan penngendalian oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

ASPEK PROMOSI DAGANG DAN PEMASARAN UMKM


Promosi Dagang UMKM
Berdasarkan Pasal 14 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, aspek promosi
dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g ditunjukan untuk:
a. Meningkatkan promosi produk UMKM di dalam dan di luar negeri;
b. Memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk UMKM di dalam
dan di luar negeri;
c. Memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk UMKM yang
mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi
produk di dalam dan di luar negeri;
d. Memfasilitasi pemilikan ha katas kekayaan intelektual atas produk dan
desain UMKM dalam kegiatan usaha dalam negeri dan ekspor.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pengawasan dan penngendalian oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pengembangan Bidang Pemasaran UMKM
Berdasarkan Pasal 18 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,pengembangan
dalam bidang pemasaran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b
dilakukan dengan cara:
a. Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran;
b. Menyebarluaskan informasi pasar;
c. Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran;
d. Menyediakan sarana dan pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji
coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi
Usaha Mikro dan Kecil.
e. Memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan
distribusi; dan
f. Menyediakan tenaga konsultan professional dalam bidang pemasaran.

ASPEK DUKUNGAN KELEMBAGAAN UMKM


Berdasarkan Pasal 15 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, aspek
dukungan kelembagaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) huruf g ditunjukan untuk: mengembangkan dan meningkatkan
fungsi inkubator, lembaga layanan penngembangan usaha, konsultasi
keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga
pendukung pengembangan UMKM.
Inkubator Bisnis
Dalam pennjelasan pasal demi pasal dari Pasal 15: Yang dimaksud dengan
“inkubator” adalah lembaga yang menyediakan layanan penumbuh
wirausaha baru dan perkuat akses sumber daya kemajuan usaha kepada
UMKM sebagai mitra usahanya. Inkubator yang dikembangkan melipiti:
inkubator teknologi, bisnis dan inkubator lainnya sesuai dengan potensi
dan sumber daya ekonomi lokal.
Lembaga Layanan Pengembangan Usaha
Yang dimaksud dengan “lembaga layanan penngembangan usaha”
(business development services-providers) adalah lembaga yang
memberikan jasa konsultasi dan pendampingan untuk mengembangkan
UMKM.
Konsultan Keuangan Mitra Bank
Yang dimaksud dengan “konsultan keuangan mitra bank” adalah
konsultan pada lembaga pengembangan usaha yang tugasnya melakukan
konsultasi dan pendampingan kepada UMKM agar mampu mengakses
kredit perbankan dan/ atau pembiayaan dari lembaga keuangan selain
bank.
ASPEK PENGEMBANGAN UMKM
Berdasarkan Pasal 16 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, yang berperan
sebagai pengembang UMKM adalah:
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai pihak yang memfasilitasi
usaha dalam bidang:
a. Produksi dan pengolahan;
b. Pemasaran;
c. Sumber daya manusia; dan
d. Desain ddan teknologi.
2) Dunia usaha dan masyarakat berperan secara aktif melakukan
pengembangan sebagaimana diamksud pada ayat (1).
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembangan, prioritas, intensitas, dan
jangka waktu pengembangan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan Pasal 17 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,
pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 16 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan
manajemen bagi UMKM;
b. Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana san prasarana produksi
dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk
UMKM;
c. Mendorong penerapan standardisasi dalam proses produksi dan
pengolahan; dan
d. Meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi Usaha
Menengah.
Dalam penjelasan pasal demi pasal, pada Pasal 16, Huruf c: Ketentuan ini
dimaksudkan agar terdapat konsistensi dalam menjaga kualitas produk.
Demikian halnya, dalam penjelasan pasal demi pasal, pada Pasal 16, huruf d:
yang dimaksud dengan “kemampuan rancang bangun” adalah kemampuan
untuk mendesain suatu kegiatan usaha. Sedangkan yang dimaksud dengan
“kemampuan perekayasaan” (engineering) adalah kemampuan untuk mengubah
suatu proses, atau cara pembuatan suatu produk dan/atau jasa.

ASPEK PENGEMBANGAN SDM UMKM


Sebagaimana Pasal 19 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pengembangan
dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf c dilakukan dengan cara:
a. Memasyarakatkan dan memberdayakan kewirausahaan;
b. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan
c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan
untuk melakukan Pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan
kreatifitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.
ASPEK PERJANJIAN, KEMITRAAN, DAN POLA KEMITRAAN
Perjanjian UMKM
Berdasarkan Pasal 34 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, dalam perjanjian
kemitraan diatur:
1) Perjanjian kemitraan dituangkan dalam perjanjian tertulis yang sekurang-
kurangnya mengatur kegiatan usaha, hak dan kewajiban masing-masing
pihak, bentuk pengembangan, jangka waktu, dan penyelesaian
pennyisihan.
2) Perjanjian kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Perjanjian kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
bertentangan dengan prinsip dasar kemandirian Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah serta tidak menciptakan ketergantungan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah terhadap Usaha Besar.

Untuk memantau pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada


Pasal 34 ayat (1) dan (2), Menteri dapat membentuk lembaga koordinasi
kemitraan usaha nasional dan daerah.
Tujuan dan Pengaturan Kementrian UMKM
Berdasarkan Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2008 tentang 2008 tentang UMKM,
aspek kemitraan sebagaimana dimakusd dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d ditunjukan
untuk:
a. Mewujudkan kemitraan antar-UMKM;
b. Mewujudkan kemitraan antara UMKM, dan Usaha Besar;
c. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntunngkan dalam
pelaksanaan transaksi usaha anatar-UMKM;
d. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam
pelaksanaan usaha anata UMKM dan Usaha Besar;
e. Mengembangkan kerja sama untuk meningkatkan posisi tawar UMKM;
f. Mendorong terbentuk struktur pasar yang menjamin tumbuhnya
persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan
g. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang
perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan UMKM.
Bedasarkan Pasal 25 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, dalam
kemitraan diatur:
(1) Pemerintah, Pemerintahan Daerah, Duni Usaha, dan masyarakat
memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang
saling membutuhkan, mempercai, memperkuat, dan menguntungkan.
(2) Kemmitraan antar-Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Kemitraan
antara Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar
mencangkup proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan,
pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.
(3) Menteri dan Menteri Teknis mengatur pemberian insentif kepada Usaha
Besar yang melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor,
penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan, serta menyelenggarakan Pendidikan dan pelatiha,
Pola Kemitraan UMKM
Berdasarkan Pasal 20 Tahun 2008 tentang UMKM, kemitraan dilakukan dengan
pola:
a. Inti-plasma;
b. Subkontrak
c. Waralaba;
d. Perdagangan umum;
e. Distribusi dan keagenan; dan
f. Bentuk-bentuk kemitraaan lain, seperti bagian hasil, kerjasama
operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluran
(outsourching).

SANKSI ADMINISTRASI DAN KETENTUAN PIDANA


Sanksi Administrasi
Berdasarkan Pasal 39, sanksi administrasi diatur:
(1) Usaha Besar yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling banyak
Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) oleh instasi yang berwenang.
(2) Usaha Menengah yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (2) dikenakan
sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah) oleh instasi yang
berwenang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Ketentuan Pidana
Berdasarkan ketentuan Pasal 40 diatur ketentuan pidana bahwa setiap orang yang
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan mengaku atau memakai nama
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, sehingga mendapat kemudahan untuk
memperoleh dana, tempat usaha, bidang dan kegiatan usaha, atau pengadaan
barang dana jasa untuk pemerintah yang diperuntungkan bagi Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar).

KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN OLEH SEORANG


WIRAUSAHAWAN
Menurut Hisrich et al. (2005), ada 3 jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh
sseorang wirausahawan yaitu:
1. Keterampilan teknis. Keterampilan atau kemampuan minimal yang harus
dimiliki oleh seorang wirausahawan mencangku:
a. Writing, mampu membuat tulisan/laporan;
b. Oral communication (komunikasi lisan);
c. Monitoring environment, monitoring lingkungan;
d. Technical business management (manajemen usaha secara teknis);
e. Technology, penguasaan tenologi (teknologi komputer dan informasi
internet);
f. Interpersonal, hubungan diri antar-perseorangan;
g. Listening, pendengaran yang baik;
h. Ability to ordanize, kemampuan untuk mengorganisasikan (bawahan);
i. Network building, membangun jaringan;
j. Management style, memiliki gaya kepemimpinan/manajemen;
k. Coaching, kemampuan melatih;
l. being a team player, berperan sebagai pemain tim.
2. Keterampilan manajemen binis. Keterampilan atau kemampuan
manajemen usaha minimal yang harus dimiliki oleh wirausahawan
mencangkup:
a. Planning and goal setting, mengeset tujuan dan perencanaan;
b. Decision making, (pengambilan keputusan);
c. Human relations (hubungan personal);
d. Marketing, pemasaran;
e. Finance (keuangan);
f. Accounting (akuntansi);
g. Management (manajemen);
h. Control (pengendalian/pengawasan);
i. Negotiation (negosiasi/berunding);
j. Venture launch, peluncuran usaha baru termasuk aktivitas yang
mengandung risiko/bahaya sekallipun;
k. Managing growth (pelaksana pertumbuhan).
3. Keterampilan berkewirausahaan secara personal. Kemampuan atau
keterampilan kewirausahaan mencangkup:
a. Inner control/discipline, memiliki disiplin atau pengawasan pribadi;
b. Risk taker, seorang pengambil risiko;
c. Innovative, seorang yang inovatif atau pembaru;
d. Change oriented, berorientasi pada perubahan;
e. Persistent, keras hati atau gigih;
f. Visionary leader, kepemimpinan yang pemimpi besar;
g. Ability to manage change, memilliki kemampuan mengelola
perubahan.
Ketiga jenis keterampilan tersebut dibutuhkan sejak permulaan, pengelolaan, dan
pengembangan perusahaa. Di samping itu, kemampuan lain juga dibutuhkan
seperti:
1. Membangun kemampuan untuk membentuk, mengelola, dan mengerjakan
tim antar cabang ilmu pengetahuan;
2. Mengetahui korelasi umum antara kesuksesan dan kegagalan dalam
inovasi dan kreativitas usaha baru;
3. Memahami berbagai aspek kreatif dan waktu kini suatu perencanaan bisnis
usaha baru;
4. Memahami bagaimana mengenali, mengevaluasi, dan mendapat sumber-
sumber bahan produk;
5. Memahami sifat-sifat dasar:
a. Perencanaan pemasaran
b. Perencanaan keuangan
c. Perencanaan operasi
d. Perencanaan organisasi
e. Perencanaan peluncuran usaha baru.
6. Mengetahu bagaimana mengelola dan mengembangkan usaha baru;
7. Mengetahui tantangan kepemimpinan dan permintaan peluncuran usaha
baru;
8. Mengetahui peranan pengelola berkewirausahaan terhadap organisasi
perusahaan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai