Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH SEMINAR

ASKEP PNEUMONIA DENGAN Ny. D DIBANGSAL INTERNE


RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI 

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK: 2

1.     RIA OKTAVIANTI


2.     NOVITA DELVI
3.     OKTIA RAHMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah seminar
KMB ini dengan judul “Ashan keperawatan pada pasien dengan Pneumonia”. Makalah ini di
susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok Program Studi Profesi Ners Universitas Fort
De Kock Bukittinggi.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, kami banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Dosen Pembimbing Klinik dan Akademik dan kepada teman teman yang telah
mendukung terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bukittinggi, 18 Juli 2021

Penyusun
Kelompok

2
DAFTAR ISI

COVER………………..…………………………................…………………………….….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...............……....ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………................…….….iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………….......................…...........1
2. Rumusan Masalah ………………………………………….......................……..….1-2
3. Tujuan Umum dan Khusus………..…………………...…...........................……….....2
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian ……………………………………………...….........................……………....3
B.  Etiologi ……………………………………………………..........................……...…....3-4
C.  Manifestasi Klinis ……………………………………….........................….……………..4
D.  Anatomi Fisiologi …………………………………………….........................…….…..4-6
E.   Patofisiologi …………….………………………………………...........................…….7-9
F.   Pathway …………………………………...…………….........................………….……10
G.  Klasifikasi ….……………………………….....................................................................11
H.  Komplikasi ........................................................................................................................11
I.    Pemeriksaan Diagnostik ……………………………….........................………………...11
J.    Penatalaksanaan ……………………………………….........................………………...12
K.  ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA
1.    Pengkajian ………………………………………..........................................................26
2.    Diagnosa Keperawatan ……………………………................................………...….....32
3.    Intervensi ……………………………………………................................….………....32
4.    Evaluasi ………………………………………………................................……………35
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………............................................38
3.2 Saran…………………………………………………………..........................….............38
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..................……………..39

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah
kesehatan di Negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah
tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab kematian nomor 2 di
Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic 2011 menunjukkan bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor-6 di Indonesia.
Ada berbagai faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan
kematian karena pneumonia. Yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk resiko besar),
polusi udara dan tingginya prevalensi kolonisasi bakteri pathogen nasofaring.
Selain itu orang yang mudah terkena pneumonia yaitu peminum alcohol, perokok,
diabetes mellitus, penderita gagal jantung, PPOK, Gangguan system kekebalan.
Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka
harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk lebih lengkapnya akan dibahas pada
bab selanjutnya,

B.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pneumonia?
2. Apa penyebab Pneumonia?
3. Bagaimana proses terjadinya Pneumonia (patofisiologi)?
4. Apa tanda dan gejala Pneumonia?
5. Bagiamana penatalaksanaan medis Pneumonia?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Pneumonia?
7. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada Pneumonia?
8. Bagiamana asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia?

C. TUJUAN UMUM
Memenuhi tugas kelompok di blok Respirasi III mengenai Infeksi Parenkim Paru
“Pneumonia” yang diberikan oleh dosen pembimbing dan mengetahui konsep penyakit
secara umum serta asuhan keperawatan yang tepat untuk penyakit ini.

4
D. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui pengertian Pneumonia.
2. Mengetahui penyebap Pneumonia
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala pneumonia
4. Mengidentifikasi proses terjadinya pneumonia
5. Mengetahui penatalakasanaan medis pneumonia
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pneumonia
7. Mengetahui komplikasi Pneumonia
8. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia
.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA)
merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru dari bronkhiolus terminalis yang
mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran udara (Dahlan, 2007).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-
kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat
sel-sel tubuh tidak bekerja. Inilah penyebab penderita pneumonia dapat meninggal, selain
dari penyebaran infeksi ke seluruh tubuh (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus
(alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami
peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013).
Jadi pneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bawah akut yang mengenai
jaringan paru (alveoli) dengan gejala batuk, sesak nafas, ronkhi dan tampak infiltrate pada
foto rongten (Dahlan, 2007).

B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus,
streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-
bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak
diri dan menyebabkan kerusakan.
2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus, chicken-pox
(cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi
gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
3. Organism mirip bakteri yaitu Micoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda
dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan
oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal.
Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.

6
4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

C. MANIFESTASI KLINIS
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau
kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri 
dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan
selama bernafas dalam atau batuk.
Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan,
kelelahan, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi  atau otot. Tidak jarang bentuk
penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.
Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri
perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan
penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari
pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada
banyak kasus,   mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu makan

D. ANATOMIN FISIOLOGI
Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem
pernafasan terdiri dari :
1. Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlah kelenjar sebaseus
yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debuyang kasar dapat disaring oleh
rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa.
Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke
superior di dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring. Dari sini
lapisan mukus akan tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan
oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplaike udara inspirasi berasal dari
jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah
disesuaikan sedemikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bekas debu,
bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. 
2. Faring

7
Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan rongga mulut,
dan di depan ruas tulang leher.
Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus. Faring
terbagi atas 3 bagian : nasofaring di belakang hidung, orofaring di belakang mulut, dan
faring laringeal di belakang laring. Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia.
Di bawa selaput lendir terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening.
Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid akan membesar bila
terjadi infeksi pada faring
3. Laring
. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan
di sana terdapat pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang
bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis. Pada waktu menelan, gerakan laring
ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang
berbentuk daun, berperanan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam
esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk melampaui glotis, maka laring
yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda dan sekret keluar dari
saluran pernafasan.
4. Trakea
Terletak di depan bagian terendah faring dan cabang-cabangnya  Panjangnya kurang
lebih 9 centimeter. Trakea berawal dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima, trakea bercabang menjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas enam
belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat
bersama oleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di depan esofagus. Trakea dilapisioleh
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia. Tempat percabangan bronkus disebut
karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan spasme dan batuk yang
kuat jika dirangsang. Struktur  bronkus sama dengan trakea. Bronkus-bronkus tersebut
tidak simetris.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea
yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit
dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama
bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin
kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1

8
mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya
dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas.
Asinus terdiri dari :
1) bronkiolus respiratorius
2) duktusalveolaris
3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat sekitar 23
kali percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris terminalis. Alveoli terdiri
dari satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus
dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis.
5. Paru-paru
Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ yang elastis,
berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru saling
terpisah oleh mediastinum sentral yang di dalamnya terdapat jantung dan beberapa
pembuluh darah besar. Setiap paru-paru memiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis.
Paru-paru ada dua. Paru- paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru
kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadi
dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis
membran serosa rangkap dua yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang
disebut pleura

E. PATOFISIOLOGI
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme
dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang
bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah
virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan
parasit.
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk
kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung.
Setelah  masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan

9
kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe
penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus, dapat terjadi kerusakan paru.
Sel darah putih, sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang
membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi
pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan
paru, banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain
terganggu. Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk
alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia
yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa, virus
syccytial  respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus herpes simpleks
jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah
pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh
cytomegalovirus (CMV).
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada
infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,
mulut, dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli. Setelah memasuki
alveoli, bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui
rongga penghubung. Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang
adalah tipe dari pertahanan sel darah putih, menuju paru. Neutrophil menelan dan
membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin,
menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.
Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni yang
disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh
darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan
dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau
bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada
bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal, dan jantung.

10
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas
pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum
dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram
negatif dan bakteri atipikal. Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif”
merujuk pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses
yang dinamakan pewarnaan Gram. Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal
umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumoni yang kurang
hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau
mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut
”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala
usia kecuali pada neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah
Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang
daripada bakteri gram negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan
pneumoni termasuk bukan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni
yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari sekeliling
pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering
berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang
serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan
pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal, dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan
menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas pleura) menyebabkan
komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang
disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri
(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan
Gram. Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi
orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada
antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang
menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat.
Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab
paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus. Gram positif
penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.

11
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram
negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk
Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, dan Moraxella catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau
intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal
yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae, dan Legionella pneumophila.
3. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi, dan
Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4. Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit ini secara khas
memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan. Setelah memasuki tubuh, mereka
berjalan menuju paru-paru, biasanya melalui darah.
Terdapat seperti pada pneumonia tipe  lain, kombinasi dari destruksi seluler dan
respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen. Salah satu tipe dari sel
darah putih, eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit. Eosinofil pada
paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi
yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit. Parasit paling umum yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii, Strongioides stercoralis dan
Ascariasis. a adalah Toxoplasma  gondii, Strongioides stercoralis dan Ascariasis.
F. KLASIFIKASI
Secara Garis Besar Pneumonia Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:
1. Aspirasi pneumonia
Terjadi apabila tersedak dan ada cairan / makanan masuk ke paru- paru.pada bayi
baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.
2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

12
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri sepertistreptococcus
pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akanmuncul 1-2 hari setelah
terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.
3. Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak segera
dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi
pneumonia.

13
14
G. KOMPLIKASI
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi,
mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi
pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang
menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain,
yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ.
Pada 10% pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner
berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema.
Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa
disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif.
Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta
dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage
menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Ryusuke, 2017).

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses).
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

I. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan yang intensive bila terdapat virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus di rawat
3. Berikan oksigen, fisioterapi dada dan cairan intravena
4. Antibiotic sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

15
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
 Identitas Klien, meliputi :
1) Nama/Nama panggilan
2) Tempat tgl lahir/usia
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Pendidikan
6) Alamat
7) Tgl/jam masuk
8) Tgl pengkajian
9) Diagnosa medic
10) Rencana terapi
 Identitas Orang tua
1) Ayah
2) Ibu

b. Alasan Masuk
Biasanya keluhan yang dialami oleh pasien yaitu sesak napas, batuk berdahak,
suhu tubuh meningkat, sakit kepala, dan kelemahan
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan bernafas, nyeri
dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan : batuk produktif atau tidak produktif,
warna, konsistensi sputum, gejala lain : kesakitan pernapasan atas saat ini atau
keskitan akut lain penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung,
medikasi saat ini : alergi obat. (LeMone, Atal, 2016)
3) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
memengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini (Rohman & Walid, 2009)
4) Riwayat Kesehatan Keluarga

16
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit yang
menular akibat kontak langsung antara anggota keluarga (Rohman & Walid,
2009)
d. Pemeriksaan Fisik
Tampilan, distress nyata, tingkat kesadaran : tanda-tanda vital antara lain suhu:
warna aksesorius, pernapasan : suara paru (LeMone, Atal, 2016). Pemeriksaan
fisik dengan pendekatan persistem dimulai dari kepala sampai ujung kaki dapat
lebih mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional.
Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang digunakan meliputi: inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi (Mutaqqin, 2010)
1) Penampilan umum
Yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan klien untuk
pemeriksaan.
2) Kesadaran
Merupakan ukuran kesadaran dan juga respon seseorang terhadap rangsangan
lingkungan. Dalam pemeriksaaan kesadaran dikenal dengan istilaah GCS atau
Glaslow Coma Scale.
3) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda – tanda vital adalah prosedur pemeriksaan yang
dilakukan yang bertujuan untuk mendeteksi gangguan, kelainan atau perubahan
pada sistem penunjang kehidupan. Pemeriksaan tanda - tanda vital (TTV)
untuk mengetahui tanda klinis yang memiliki manfaat dalam menegakkan
diagnosis penyakit dan menentukan perencanaan terapi medis yang tepat.
Terdapat 4 komponen tanda vital utama yaqkni tekanan darah, denyut nadi,
laju pernapasan, dan suhu tubuh. Pemeriksaan tanda vital dilakukan pada saat
pertama kali anda datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan
medis. Apabila anda dicurigai sedang menderita kondisi medis yang serius
yang dapat mempengaruhi kehidupan maka tanda vital akan dipantau secara
berulang dan terus dilakukan evalauasi untuk menilai perkembangan penyakit,
hal ini akan terus dilakukan sampai didapatkan nilai ttv normal. Lanjut dengan
pemeriksaan :

17
a) Kepala
Kulit kepela tampak bersih, tidak ada luka, ketombe tidak ada, pertumbuhan
rambut jarang, warna rambut hitam, kekuatan rambut : mudah dicabut atau
tidak, dan tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan.
b) Mata
Kebersihan mata : mata tampak bersih, gangguan pada mata : mata
berfungsi dengan baik, pemeriksaan : konjungtiva : pucat dan tidak pucat,
sklera biasanya putih, pupil : isokor atau anisokor dan kesimetrisan mata :
mata simeetris kiri dan kanan dan ada atau tidaknya massa atau nyeri tekan
pada mata
c) Telinga
Fungsi pendengaran : biasanya berfungsi dengan baik, bentuk telinga sama
kika, kebersihan telinga.
d) Hidung
Kesimetrisan hidung : biasanya simetris, kebersihan hidung nyeri sinus,
polip, fungsi pembauan dan apakah menggunakan otot bantu pernapasan.
e) Mulut dan gigi
Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya sputum saat batuk atau
tidak, keadaan bibir, keadaan platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan
gigi.
f) Leher
Biasanya simetris kika, gerakan leher : terbatas atau tidak, ada atau tidak
pembesaran kelenjer thyroid, ada atau tidaknya pembesaran vena jugularis
dan kelenjerr geth bening.
g) Thorax
 Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi nafas cepat
(tachipnea), irama, kedalamannya pernapasan cuping hidung.
Palpasi : adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan kanan.
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang lebih
padat atau konsolidasi paru-paru seperti pneumonia
Auskultasi : Suara napas rhonci (nada rendah dan sangat kasar terdengar
baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
 Jantung

18
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : Ictus cordis terba, tidak ada massa (pembengkakan) dan ada
atau tidaknya nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi jaringan yang
padat seperti pada daerah jantung)
Auskultasi : Terdengar suara jantung l dan suara jantung ll (terdengar
bunyi lub dup lub dup) dalam rentang normal.
h) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau tidakmnya
lesi, ada atau tidaknya stretch mark
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5-30 x/menit)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan)
i) Punggung
Tidak ada kelainan bentuk punggung, tidak ada terdapat luka pada
punggung.
j) Ekstremitas
Atas : terpasang infus apa, ada kelemahan atau tidak pada ekstremitas atas
Bawah : ada atau tidaknya gangguan terhadap ekstremitas bawah seperti
kelemahan.
k) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan, hasil dan satuannya. Pemeriksaan penunjang terdiri dari :
pemeriksaan lab, footo rotgen, rekaman kardiografi (Rohman & Walid,
2010).
l) Therapy
Pada teraphy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian dan cara
pemberian,secara oral, parenteral, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2010)
2. Kemungkinan diagnosa yang muncul
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahanD.0001
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler D.0003
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005

19
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan D.0019
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahanD.0001
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas
meningkat L.01001
Kriteria hasil: L.01001
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Mengi menurun
4) Wheezing menurun
5) Dispnea menurun
6) Sianosis menurun
7) frekuensi nafas membaik
8) pola nafas membaik
 Intervensi keperawatan: Latihan batuk efektif 1.01006
1) Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
d) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)
2) Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c) Buang sekret pada tempat sputum
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

20
b) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan)
selam 8 detik
c) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler D.0003
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas
meningkat L.01003
Kriteria hasil: L.01003
1) Dispnea menurun
2) Bunyi nafas tambahan menurun
3) Pusing menurun
4) Penglihatan kabur menurun
5) Nafas cuping hidung menurun
6) PCO2 dan PO2 membaik
7) Takikardi membaik
8) Sianosis membaik
9) Pola nafas membaik
 Intervensi keperawatan:
Pemantauan respirasi 1.01014
1) Observasi
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
b) Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi)
c) Monitor kemampuan batuk efektif
d) Monitor adanya produksi sputum
e) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g) Auskultasi bunyi nafas
h) Monitor saturasi oksigen
i) Monitor AGD
j) Monitor hasil x-ray toraks

21
k) Terapeutik
l) Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien
m)Dokumentasikan hasil pemantauan
2) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas membaik
L.010004
Kriteria hasil: L.010004
1) Kapasitas vital meningkat
2) Tekanan ekspirasi meningkat
3) Tekanan inspirasi meningkat
4) Dispnea menurun
5) Penggunaan otot bantu nafas menurun
6) Pernafasan cuping hidung menurun
7) Frekuensi nafas membaik
8) Kedalaman nafas membaik
9) Ekskursi dada membaik
 Intervensi keperawatan:
Manajemen jalan nafas 1.01011
1) Observasi
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing,
ronki)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
a) Posisikan semi-fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
e) Berikan oksigen, jika perlu
f) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
g) Ajarkan teknik batuk efektif

22
h) kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun L.08066
Kriteria hasil: L.08066
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Meringis menurun
4) Sikap protektif menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Frekuensi nadi membaik
7) Pola nafas membaik
8) Tekanan darah membaik
9) Nafsu makan membaik
10) Pola tidur membaik
 Intervensi keperawatan: Manajemen nyeri 1.08238
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
b) Identifikasi sekala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
h) Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri (misalkan suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

23
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan D.0019
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status nutrisi
membaik L.03030
Kriteria hasil: L.03030
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Perasaan cepat kenyang menurun
3) Frekuensi makan membaik
4) Nafsu makan membaik
5) Membran mukosa membaik
 Intervensi keperawatan:
Manajemen nutrisi 1.03119
1) Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

24
f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang diprogramkan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4. Implementasi
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan ( intervensi ). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.
Tujuan implementasi adalah Melaksanakan hasil dari rencana keperawatan untuk
selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien dalam periode yang
singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan menemukan
perubahan sistem tubuh.
5. Evaluasi
Menurut Griffith dan cristense evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan
perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah proses
penilaian, pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Menurut
Dinarti evaluasi terdiri dari dua tingkat yaitu:
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap respon yang segera timbul

setelah intervensi dilakukan. Respon yang dimaksud adalahbagaimana reaksi pasien

secara fisik, emosi, sosial dan spiritual terhadapintervensi yang baru dilakukan.

b. Evaluasi sumatif disebut juga respon jangka panjang yaitu penilaianterhadap

perkembangan kemajuan ke arah yang tujuan atau hasil yangdiharapkan. Tujuannya

adalah memberikan umpan balik rencanakeperawatan, menilai apakan tujuan dalam

rencana tercapai atau tidak, menentukan efektif atau tidaknya tindakan yang telah

diberikan.

25
BAB III
TINJAUAN KASUS

1 Pengkajian

a. Identitas Klien
Nama/Inisial : Ny. D No MR : 518757
Umur : 67 tahun Ruang Rawat : Paru
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Masuk : 14 Juli 2021
Status : Janda Tgl Pengkajian : 16 Juli 2021
Agama : Islam
Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT
Alamat : lll. Kampung, Kel. Canduang Koto Laweh, Canduang,
Agam, Sumatera Barat
2. Alasan Masuk
Penurunan kesadaran sejak 2 hari yang lalu.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian tanggal 16 Juli 2021 pada pukul 08:30 WIB, kesadaran klien masih
menurun, nafas sesak, badan lemah, klien di rawat diruangan HCU, klien sedah 3
hari di rawat di ruangan HCU. klien tampak lemas, aktivitas dilakukan di atas
tempat tidur dan dibantu keluarga. Tekanan darah klien 161/80mmHg, nadi 110
x/menit, pernafasan 27 x/menit, suhu 36,0 , klien terpasang infus NaCl 3%
ditangan kiri, Tufofisin 1:2 di tangan kanan,klien terpasang oksigen nasal canul 2
liter, klien terpasang kateter dan pempers.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah di rawat di RSUD Dr. Achmad Mochtar 10 hari yang lalu dengan
riwayat asma dan keluhan yang sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien, keluarga
juga tidak ada memiliki penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dll.

26
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos mentis
b. GCS :12 E:3 M: 4 V: 5
c. Tanda- tanda Vital
 TD: 161/80 mmHG
 N: 110 x/i
 P: 27x/i
 S: 36,0
d. Kepala
 Rambut : Rambut klien tampak bersih, tidak ada ketombe, rambut sudah
beruban, rambut klien tampak lurus, tekstur rambut lembut
 Bentuk mata simetris kiri dan kanan, tampak ada serumen, konjungtiva
pucat, sklera ikterik, penglihatan normal, klien tidak ada menggunakan alat
bantu penglihatan.
 Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada
pembengkakan, klien tidak ada gangguan pendengaran.
 Hidung Simetris kiridan kanan, tidak ada serumen, tidak ada polip,
penciuman normal, klien terpasang O2 nasal kanul 2 liter
 Mukosa bibir kering, keadaan mulut berlendir dan berbusa, mulut dan gigi
kotor
e. Leher : Tidak ada pembengkakan pada leher, tidak ada pembesaran kelenjer
thyroid, deviasi trachea tidak ditemukan, arteri carotis teraba.
f. Thorax
 Paru-paru
I:Bentuk dada Normal Chest, dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dinding dada sama, tidak ada menggunakan otot bantu pernapasan, irama
napas reguler, jenis pernapasan menggunakan pernapasan dada, tampak ada
retrasi dinding dada, frekuensi pernapasan 27 x/menit, warna kulit sawo
matang dan tidak ada lesi maupun benjolan.
P: Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus kiri dan kanan kuat, ekspansi paru
anterior kiri dan kanan sama, tidak terdapat massa pada daerah dada
P: Bunyi sonor di kedua paru
A: Vesikuler +/+ , Ronchi +/-
 Jantung

27
I: Ictus cordis tidak terlihat, CRT kurang dari 3 detik
P: Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan
P: Batas jantung kanan atas : ICS II linea para sternalis dextra. Batas
jantung kanan bawah : ICS IV linea para sternalis sinistra dextra.
Batas jantung kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra, batas jantung
kiri bawah : ICS IV linea medio clavicularis sinistra
A: Bj 1, Bj 2 irama teratur, tidak ada suara tambahan
g. Abdomen
I: Bentuk abdomen flat, simetris kiri dan kanan, umbilikus bersih, tidak ada lesi
ataupun bekas operasi
P: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pmbengkakan di seluruh kuadran
P: terdengar timpani di seluruh kuadran
h. Punggung : tidak ada bekas luka/ lecet, tidak ada kelainan tulang belakang.
i. Ekstremitas
 Atas
terpasang infus NaCl 3% ditangan kiri, Tufofisin 1:2 di tangan kanan
kondisi terpasang infuse bersih, gerakan tangan terbatas dan tidak ada tanda
oedema.
 Bawah
Simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi
 Kekuatan Otot :
5555 4444
5555 4444
j. Genetlia : Klien terpasang kateter, klien tampak memakai pempers dan diganti 3x
sehari, kebersihan terjaga dan tidak ada kelainan.
k. Integumen : Keadaan kulit lembab, kulit berwarna sawo matang

5. Data Biologis
No Aktivitas Sehat Sakit
1 Makan dan Minum
Makan
- Menu Nasi, lauk, dan sayur ML
- Porsi ½ porsi 3 sendok makan
- Makanan kesukaan Roti Tidak ada
- Pantangan Kacang-kacangan Kacang-kacangan
Minum
- Jumlah 7 gelas/hari 8 gelas/hari
- Minuman kesukaan Kopi Kopi

28
- Pantangan Tidak ada Kopi
2 Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1x/hari Belum ada saat dilakukan
Pengkajian
- Warna Kuning -
- Bau Khas BAB -
- Konsistensi Padat -
- Kesulitan Tidak ada -
BAK
- Frekuensi 5x/hari Tidak terkaji
- Warna Kekuningan Kekuningan
- Bau Pesing Pesing
- Konsistensi Cair Cair
- Keluhan Tidak ada -
3 Istirahat dan Tidur
- Waktu tidur Malam hari Siang dan malam
- Lama tidur 7 jam/ hari 4 jam/ hari
Hal yang
- mempermudah - -
Tidur
- Kesulitan tidur Tidak ada Sesak nafas
4 Personal Hygiene
- Mandi 1x sehari Hanya di lap
- Cuci rambut 1x/2 hari Tidak ada
- Gosok gigi - -
- Potong kuku 1x seminggu -
6. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi obat-obatan maupun makanan namun alergi dengan
lingkungan yang dingin.
7. Data Sosial Ekonomi
a. Pola komunikasi Komunikasi klien baik
b. Orang yang dapat memberi rasa nyaman
Klien mengatakan orang yang memberi rasa nyaman adalah anak-anaknya karena
mereka selalu menjaga dan merawat klien dirumah sakit.
c. Orang yang paling berharga
Klien mengatakan orang yang paling berharga adalah anak-anaknya.
d. Hubungan dengan keluarga dan pembesuk
Selama dirawat klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan pembesuk baik
di tandai dengan terciptanya suasana yang hangat dan harmonis.
e. Perumahan
Keluarga klien mengatakan jika dirumah mereka jarang sekali membuka jendela
alasannya karena sudah ada ventilasi. Klien mengatakan lingkungan rumahnya
kurang bersih sebagian besar masyarakat masih membuang sampah sembarangan.

29
f. Kebiasaan Tidak Sehat
Semua anggota keluarga Ny. D tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol. Kebiasaan meludah disembarang tempat, dan tempat penampungan ludah
yang terbuka.
8. Data Spiritual
a. Keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam
b. Ketaatan beribadah
Klien mengatakan saat sehat rajin mengerjakan shalat 5 waktu, namun selama
dirawat dirumah sakit klien mengerjakan shalat diatas tempat tidur, dan klien sering
di ingatkan jika waktu shalat sudah masuk.
c. Keyakinan terhadap penyembuhan
Klien yakin untuk sembuh dari penyakitnya ditandai dengan klien selalu berdoa agar
ia diberikan kesembuhan.
9. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 Juli 2021
N Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Kesimpulan
o Pemeriksaan
1 - Hemoglobin - 10.1 gr/dl* - 14-17,5 gr/dl* Rendah
- Leokosit - 8.050 mm - 5.000-10.000 Normal
- Trombosit - 379,000 - 150-400 ribu Normal
- Kalium - 3,19* - 3,5-5,5 mEq/I Normal
- Natrium - 104,4* - 135-147 mEq/I Normal
- Klorida - 73,1* - 100-106 mEq/I Normal

10. Data fokus


a. DS:
 Anak klien mengatakan klien batuk berdahak, sesak sejak 4 hari ang lal
 Anak klien mengatakan aktifitas klien selama di rumah sakit di bantu
 Anak klien mengatakan mulut dan lidah klien kotor
b. DO:
 Klien tampak sering batuk berdahak, dahak susah keluar
 Ttv : TD: 161/80mmHg N: 110x/i P:27x/i S: 36,0
 Wheezing (+)
 Terpasan infs NaCl 3% 20 gtt/i
 Terpasang nasal kanul O2 3 liter/i

30
 Posisi semi fowler
 Secret (+)
 ADL klien di bantu keluarga
 Selama di awat klien tampak banak tidur
 Kekuaran otot 5555 4444
 5555 4444
 Mukosa bibir tampak kering
 Lidah lien tampak kotor
11. Analisa data
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1. Ds: Penumpukan secret Ketidak efektifan jalan
keluaga klien mengatakan ibunya napas
batuk berdahak dan sesak sejak 4
hari yang lalu
Do:
- klien tampak batuk dan susah untuk
mengeluarkan secret
- TD: 161/80mmHg
-N: 110x/i
-S: 36,0
-P:27x/i
-wheezing (+)
-sesak (+)
-Terpasang nasal kanul 3 liter
-posisi semi fowler
-secret (+)

2. Ds: imobilisasi Intoleransi aktivitas


Anak klien mengatakan selama di
rawat ADL klien dibantu keluarga
Do:
-klien tampak berbaring di tempat
tidur
-aktifitas klien hanya di tempat tidur

31
-ADL klien di bantu keluarga
-klien lebih banyak tidur
-kekuatan otot 5 4
5 4

-
3 Ds: Kelemahan dan Defisit perawatan diri
-Anak klien mengatakan selama di kelelahan
rawat klien belum gosok gigi
-Anak klien mengatakan mlt klien
kotor
Do:
-gigi klien tampak kuning
-lidah klien tampak kotor dan
berlendir kuning
-mukosa bibir tampak kering

12. Diagnosa keperawatan


a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan secter
b. Intoleransi aktivitas b/d imobilisasi
c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan otot

13. Perencanaan keperawatan (intervensi)


No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Setelah dilakukan
Bersihan jalan nafas tidak intervensi selama 1 x 8
1 efektif b.d sekresi yang tertahan jam , maka Latihan Batuk Efektif
Bersihan Jalan Napas
Meningkat, dengan
Data Subjektif : kriteria hasil : O
 Batuk efektif
 Klien mengatakan nafas sesak meningkat  Identifikasi kemampuan batuk
 Klien mengatakan batuk  Produksi sputum
dan tidak bisa menurun  Monitor adanya retensi sputum
 Klien mengatakan badan  Monitor dada dan gejala infeksi
terasa lemas   Dispnea menurun saluran nafas
 Frekuensi napas
normal 12-20
Data Objektif :  kali/menit  Monitor input dan output cairan
 Klien tampak terpasang O2
nasal canul 2 liter  Pola napas membaik  Monitor input dan output cairan

32
 Klien tampak dispnea saat
beraktivitas, frekuensi napas
28 x/meni 
 Suara napas ronchi T
 Atur posisi semi Fowler atau
 Klien tampak lemas  Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di
 Ventolin 3x2 pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat
sputum

E
 Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
 Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke-3

K
 Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu.

2. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan


intervensi selama 1 x
imobilisasi
8 jam , maka
toleransi aktivitas Manajemen energi
meningkat, dengan
Data Sujektif : kriteria hasil : O
 Kemudahan dalam
melakukan aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi
 Klien mengatakan sehari-hari tubuh yang mengakibatkkan
sesaksaat beraktivitas meningkat kelemahan
 Klien mengatakan aktivitas  Dispnea saat setelah  Monitor kelemahan fisik dan
dibantu keluarga aktivitas menurun emosional
 Monitor lokasi dan
 Perasaan lemah ketidaknyamanan selama
Data Objektif : menurun melakukan aktivitas
 Frekuensi napas
 Aktivitas klien tampak normal 12-20
dibantu keluarga x/menit 
 Sediakan lingkungan nyaman
 Klien tampak berbaring, dan rendah stimulus

33
 aktivitas dilakukan diatas  Lakukan rentang gerak
tempat tidur pasif/aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
 Klien mengatakan badan  Fasilitasi duduk di sisi tempat
terasa lemas tidur
 Klien tampak lemas
E
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
koping untuk mengurangi
kelelahan

K
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.

3 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri


intervensi selama 1 x 8
Gejalan dan Tanda Mayor jam , maka Perawatan O
Subjektif diri Meningkat dengan - Identifikasi kebiasaan
- Menolak melakukan Kriteria Hasil : aktivitas perawatan diri
perawatan diri  Kemampuan mandi sesuai usia
Objektif meningkat - Monitor tingkat kemandirian
- Tidak mampu  Kemampuan - Identifikasi kebutuhan alat
mandi/mengenakan mengenakan pakaian bantu kebersihan diri,
pakaian/makan/ketoilet/ meningkat berpakaian, berhias, dan
berhias secara mandiri  Kemampuan makan makan
- Minat melakukan meningkat T
perawatan diri kurang  Kemampuan ketoilet - Sediakan lingkungan yang
(BAK/BAB) terapeutik (mis, suasana
Gejala dan Tanda Minor meningkat hangat, rileks, privasi)
Subjektif :-  Verbalisasi keinginan - Siapkan keperluan pribadi
Objektif :- melakukan perawatan (mis, parfum, sikat gigi, dan
diri meningkat sabun mandi)
Kondisi Klinis Terkait  Minat melakukan - Damping dalam melakukan
- Stroke perawatan diri
perawatan diri sampai
- Cedera medulla Spinalis meningkat
mandiri
- Depresi - Fasilitasi untuk menerima
- Arthritis Reumatoid keadaan ketergantungan
- Retardasi mental - Fasilitasi kemandirian, bantu
- Delirium jika tidak mampu melakukan
- Demensia perawatan diri

34
- Gangguan amnestik - Jadwalkan rutinitas
- Skizofrenia dan perawatan diri
gangguan psikotik lain E
- Fungsi penilaian - Anjurkan melakukan
terganggu perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

14. Implementasi dan evaluasi


No Hari No. Dx Implementasi Evaluasi

/Tanggal

1 Jum’at / 15 1 Latihan Batuk Efektif :S

Juli 2021 08.30 WIB  Klien mengatakan nafas sesak

 Klien mengatakan batuk dan tidak


O bisa mengeluarkan sputum

Mengidentifikasi
kemampuan batuk
Memonitor adanya retensi  Klien mengatakan badan terasa
sputum lemas

 Memonitor dada dan gejala


 infeksi saluran nafas

Memonitor input dan


output cairan 

 Klien tampak terpasang O2 nasal


T canul 2 liter

 Klien tampak dispnea saat


 Mengatur posisi semi beraktivitas, frekuensi napas 28
Fowler x/menit

Memasang perlak dan


bengkok di pangkuan
pasien kemudian buang
sekret pada tempat sputum  Suara napas ronchi

E  Klien tampak lemas

Menjelaskan tujuan dan A : Masalah belum teratasi

prosedur batuk efektif P : Intervensi dilanjutkan


Menganjurkan tarik nafas  Mengidentifikasi kemampuan
dalam melalui hidung batuk
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu

35
(dibulatkan) selama 8 detik

Menganjurkan mengulangi
tarik nafas dalam hingga 3  Memonitor adanya retensi sputum

 Memonitor dada dan gejala


infeksi saluran nafas

 Memonitor pola nafas

 Memonitor bunyi nafas tambahan

 Menganjurkan asupan cairan 2000


 ml/hari

 Memonitor adanya retensi sputum


 Mengajarkan teknik batuk efektif

 Memonitor input dan output cairan

  Melakukan fisioterapi dada

  Pemberian ventolin 2,5 mg 3x1

Sabtu /16 2 Manajemen energi S:

 Klien mengatakan sesak saat


Juli 2021 09.30 beraktivitas

 Klien mengatakan gerakan masih


WIB T terbatas

 Klien mengatakan aktivitas


 Menyediakan lingkungan dibantu keluarga

nyaman dan rendah

Stimulus O:
 Aktivitas klien tampak dibantu
E keluarga

 Menganjurkan ulang

melakukan aktivitas secara


bertahap A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

 Menyediakan lingkungan nyaman


dan rendah stimulus

 Menganjurkan ulang melakukan


aktivitas secara bertahap

36
S:

- Anak pasien mengatakan ada


dahak (sekret) di dalam mulut
pasien
Dukungan perawatan diri - Anak pasien maengatakan
ibunya tidak bisa mengeluarkan
O sekret sendiri
- Identifikasi kebiasaan aktivitas O:
perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian - Tampak mulut dan lidah pasien
kotor
- Identifikasi kebutuhan alat bantu
- Terdapat dahak
kebersihan diri, berpakaian,
berhias, dan makan A:

T - Masalah teratasi sebagian

- Sediakan lingkungan yang P:


terapeutik (mis, suasana hangat,
- Intervensi dilanjutkan
rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis,
parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
- Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan
diri

Anjurkan melakukan perawatan diri


secara konsisten sesuai kemampuan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

37
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang dapat
menyerang setiap usia. Pneumonia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococus pneumoniae dengan tanda gejala yang akan muncul adalah demam,
batuk, sesak napas, dan terkadang disertai dengan nyeri dada.
Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien pneumonia dalah pemberian
antibiotik untuk mengatasi infeksi oleh bakteri dan pemberian antipiretik untuk mengatasi
suhu tubuh yang tinggi. Selain itu pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk
melihat daerah paru yang terkena infeksi, dan mengetahui apakah ada komplikasi lain
yang dapat disebapkan oleh penyakit ini.
Asuhan keperawatan pasien pneumonia dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien. Selain itu pemeriksaan fisik juga penting untuk dilakukan
sebelum memutuskan tindakan apa yang akan diberikan, karena pemeriksaanf fisik akan
menjadi dasar perencanaan tindakan yang akan diberikan.

B.     SARAN

Mengingat pneumonia adalah penyakit yang menyerang salah satu sistem vital tubuh
yaitu sistem respirasi, maka penting untuk diberikan penanganan sesegera mungkin dna
setepat mungkin untuk menghindari keadaan fatal pada pasien pneumonia. Pendidikan
kesehatan juga penting untuk diberikan kepada pasien maupun keluarganya untuk
menghindari komplikasi dan terulangnya kejadian yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

38
Gabs, G. 2010. Askep Anak Pneumonia. (http://gardengab.com/, diakses tanggal 24
November 2012).
KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-anak.
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
Prasetya, Danzka. Askep Pneumonia. (http://wildanprasetya.blog.com/
Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8 , EGC , Jakarta
Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung
Luckmann’s Sorensen (1996),
Baughman C Diane.2000,Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta
Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta
Nanda. (2007). Diagnose Nanda: Nic dan Noc.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba
Medika. Jakarta.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Salemba Medika. Jakarta. 

39

Anda mungkin juga menyukai