Anda di halaman 1dari 9

Eksakta Vol. 18 No.

1, April 2017
http://eksakta.ppj.unp.ac.id
E-ISSN : 2549-7464
P-ISSN : 1411-3724

PENGOLAHAN CITRA SATELIT ALOS PALSAR MENGGUNAKAN


METODE POLARIMETRI UNTUK KLASIFIKASI LAHAN
WILAYAH KOTA PADANG

Farah Sarjani1, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo2, Yohandri1


1)
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Josaphat Microwave and Remote Sensing Laboratory, Chiba University, Japan
farah.sarjani@gmail.com, jtetukoss@faculty.chiba-u.jp, yohandri.unp@gmail.com

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengolahan citra satelit Alos PalSAR
level 1.1 untuk klasifikasi lahan di Kota Padang. Metode klasifikasi yang digunakan adalah
metode full polarimetri yang dapat menerima dan memproses semua kombinasi dari empat
polarisasi HH, HV, VH, dan VV. Hasil penelitian menunjukkan pada metode polarimetri
Yamaguchi Decomposition diperoleh empat klasifkasi objek dengan modifikasi
penyederhanaan kelas yaitu warna biru untuk surface scattering yang umumnya
menggambarkan tentang perairan di permukaan bumi, warna hijau untuk volumetric
scattering yang menggambarkan tentang tumbuh-tumbuhan, hutan dan sejenisnya, merah
atau pink untuk double bounce scattering yang menggambarkan tentang pemukiman,
perkotaan, bangunan dan sejenisnya dan kuning untuk helix scattering dimana sama halnya
seperti double bounce namun helix akan lebih jelas mengidentifikasi pemukiman yang
tertutupi tumbuhan.

Keywords : Polarimetri, Alos PalSAR, Yamaguchi Decomposition, Scattering

PENDAHULUAN permukaan bumi, hal ini seringkali membuat


Indonesia telah memanfaatkan citra informasi terbaru di bawah awan atau asap
penginderaan jauh, berbasis citra optik tidak tersedia. Untuk mengatasi kelemahan
untuk melakukan klasifikasi lahan. Wilayah dari citra optik maka saat ini telah tersedia
Indonesia yang berada pada daerah tropis suatu sistem penginderaan jauh aktif
menjadi salah satu kendala dalam berbasis radar.
menggunakan data citra optik. Indonesia Kota Padang menjadi parameter
memiliki dua musim tiap tahunnya, yaitu kemajuan kota-kota lain di Provinsi
musim hujan dan musim kemarau. Pada Sumatera Barat. Penggunaan lahan di Kota
musim hujan, awan menjadi kendala dalam Padang dari tahun ketahun mengalami
menggunakan data citra optik. Sedangkan perubahan yang mengarah dari pertanian
pada musim kemarau, yang menjadi kendala menjadi non pertanian karena bertambahnya
adalah asap yang disebabkan oleh kebakaran penduduk yang mengakibatkan
hutan dan lahan. Adanya awan dan asap berkembangnya pemukiman-pemukiman
sangat mengganggu dalam proses penduduk. Selain itu, wilayah Kota Padang
identifikasi dan pemantauan obyek di yang sering dilanda banjir mengakibatkan
wilayah Kota Padang cepat berubah.
EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Ketersediaan data yang akurat mengenai Penginderaan jauh sensor aktif
per- kembangan lahan sangat penting untuk adalah sistem penginderaan jauh yang
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan memanfaatkan gelombang yang
keputusan. Salah satu sarana untuk ditransmisikan oleh sensor yang kemudian
menyediakan data klasifikasi lahan adalah ditangkap kembali oleh sensor setelah
dengan memanfaatkan teknologi dipantulkan oleh obyek di permukaan bumi.
penginderaan jarak jauh. Citra dengan sistem penginderaan jauh
sensor aktif diantaranya adalah ALOS
Penginderaan jauh adalah ilmu dan PALSAR (Advanced Land Observing
seni untuk memperoleh informasi tentang Satellite Phased Array type L-band
suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui Synthetic Aperture Radar), ERS (Earth
analisis data yang diperoleh dengan alat Resource Satellite), dan citra RADAR SAT
tertentu tanpa kontak langsung dengan (Radio Detection And Ranging Satelit).
obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji[1]. Penginderaan jauh sensor pasif merupakan
Penginderaan jauh sebagai sumber data sistem penginderaan jauh yang merekam
spasial memberikan kemudahan baik dari pantulan gelombang dengan sumber energi
segi waktu, tenaga, dan biaya bagi yang berasal dari matahari atau obyek itu
penggunanya. Apalagi jika data yang sendiri. Citra dari hasil penginderaan jauh
dibutuhkan mencakup wilayah yang luas, dengan sensor pasif diantaranya adalah
penginderaan jauh menjadi alternatif pilihan Landsat (Land Satellite), QUICK BIRD, dan
terbaik untuk penyediaan data. Saat ini SPOT (Sisteme Probatoire d’Observation de
teknologi penginderaan jauh sudah la Terre) [2].
berkembang pesat dan banyak digunakan
oleh pemerintah, peneliti, kalangan Radar merupakan singkatan dari
akademik, sampai komersil. Dengan Radio Detection And Ranging. Radar
menggunakan satelit, maka memungkinkan termasuk penginderaan jauh gelombang
untuk memonitor daerah yang sulit mikro aktif, yaitu penginderaan jauh dimana
dijangkau dengan metode dan wahana yang sensornya menyediakan energi atau
lain. cahayanya sendiri. Radar merupakan alat
yang menggunakan gelombang radio untuk
Satelit dengan orbit tertentu dapat mendeteksi keberadaan serta menentukan
memonitor seluruh permukaan bumi. posisi suatu obyek[1]. Proses yang termasuk
Satelit-satelit yang digunakan dalam di dalamnya antara lain mengirimkan pulsa
penginderaan jauh terdiri dari satelit energi gelombang mikro pada obyek yang
lingkungan, cuaca, dan sumber daya alam. diinginkan dan merekam kekuatan dan asal
Sensor penginderaan jauh akan menangkap pantulan yang diterima oleh obyek di dalam
gelombang pantulan balik dari obyek dan area pencitraan. Sistem radar mempunyai
merekam nilai intensitas gelombang balik tiga fungsi utama, yaitu: (1) mengirim sinyal
tersebut. Sistem sensor adalah sistem gelombang mikro ke suatu obyek/ target, (2)
rangkaian yang digunakan dalam menerima energi transmisi hamburan balik
pemanfaatan gelombang elektromagnetik dari obyek/ target, (3) mengamati kekuatan/
pantul dan pancar dalam memperoleh energi (deteksi) dan waktu jeda (ranging)
data/informasi suatu objek[2]. Secara umum, dari sinyal balik. Radar yang bersifat
sistem sensor penginderaan jauh dibagi imaging disebut juga Synthetic Aperture
dalam dua tipe, yaitu Penginderaan jauh Radar (SAR). Synthetic Aperture Radar
sensor aktif dan Penginderaan jauh sensor (SAR) merupakan sistem radar koheren
pasif. yang membentuk citra penginderaan jauh
resolusi tinggi yang dapat digunakan pada
siang maupun malam hari. SAR dapat

Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 70


EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
digunakan pada siang maupun malam hari permukaan bumi. Sudut ini akan berubah
pada segala jenis kondisi cuaca, hal ini dari near range ke far range dimana
dikarenakan sistem SAR menggunakan perubahan ini akan mempengaruhi geometri
gelombang radio (microwave) untuk citra radar. Sudut jatuh ini ditentukan oleh
pengamatan permukaan bumi. Proses yang sistem radar itu sendiri dan sudut jatuh
ada di dalamnya antara lain mengirimkan lokal.
pulsa energi gelombang mikro pada obyek
yang diinginkan dan merekam kekuatan asal Citra (image atau scene) merupakan
pantulan yang diterima oleh obyek di dalam representasi dua dimensi dari suatu objek di
area pencitraan. Kelebihan-kelebihan radar dunia nyata. Khusus pada bidang remote
antara lain bebas dari gangguan yang terjadi sensing (dan pengolahan citra digital), citra
di atmosfer, seperti awan, asap dan hujan merupakan gambaran sebagian
dan dapat mencitra pada siang hari maupun permukaan bumi sebagaimana terlihat dari
malam hari. ruang angkasa (satelit) atau dari udara
(pesawat terbang). Citra ini dapat
Parameter sistem radar terdiri dari: diimplementasi-kan ke dalam dua bentuk
1) polarisasi, yaitu orientasi medan elektrik umum: analog atau digital. Foto udara atau
dan magnetik gelombang elektromagnetik. peta foto (hardcopy) adalah salah satu
Sistem radar dapat disusun untuk mengirim bentuk dari citra analog, sementara citra-
dan menerima radiasi elektromagnetik baik citra satelit yang merupakan data hasil
secara horizontal maupun vertical. 2) rekaman sistem sensor- sensor (radar,
frekuensi, Frekuensi radar menentukan detector, radiometer, scanner, dan lain
kedalaman penetrasi gelombang untuk target jenisnya) hampir semuanya merupakan
yang diindera dan kekasaran relatif bentuk citra digital[3]. Klasifikasi citra
permukaan. 3) resolusi, adalah ukuran suatu merupakan proses pengelompokan pixel
kemampuan sistem untuk membedakan pada suatu citra ke dalam sejumlah kelas
bentuk individual pada suatu scene. SAR (class) sehingga setiap kelas dapat
mempunyai dua dimensi pada resolusi menggambarkan suatu identitas dengan
sensornya, yaitu resolusi jangkauan (range) ciri-ciri tertentu. Tujuan utama
dan resolusi azimut. Resolusi jangkauan klasifikasi citra penginderaan jauh adalah
ditentukan oleh sistem dan prosesor pada untuk menghasilkan peta tematik, dimana
radar yang berpengaruh pada jangkauan suatu warna mewakili suatu objek tertentu.
miring (slant range). Resolusi jangkauan Contoh objek yang berkaitan dengan
dipengaruhi oleh panjang pulsa. Resolusi permukaan bumi antara lain air, hutan,
azimut ditentukan oleh lebar beam angular sawah, kota, jalan, dan lain- lain.
dari bidang permukaan bumi yang terindera Sedangkan pada citra satelit meteorologi,
oleh beam radar. Untuk dua obyek yang proses klasifikasi dapat menghasilkan peta
terpisah maka kedua obyek tersebut harus awan yang memperlihatkan distribusi awan
dipisahkan pada arah azimut dengan jarak di atas suatu wilayah[4].
yang lebih besar dari pada lebar beam di
permukaan bumi. 4) Geometri citra radar, Salah satu satelit yang membawa
Prosesor SAR diharuskan membuat konversi sensor radar adalah satelit ALOS (Advanced
geometrik yang dibutuhkan dari slant range Land Observing Satellite). ALOS adalah
ke ground range. Parameter utama untuk satelit penginderaan jauh milik Jepang yang
konversi slant range ke ground range merupakan satelit generasi lanjutan dari
adalah sudut jatuh (incidence angle). Sudut JERS-1 (Japanese Earth Resources
jatuh merupakan sudut antara cahaya Satellite-1) dan ADEOS (Advanced Earth
iluminasi radar dan permukaan bumi. Sudut Observing Satellite). Satelit ALOS
jatuh tergantung dari tinggi satelit radar dari diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006

Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 71


EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
dengan menggunakan roket H-IIA milik terlepas dari adanya efek noise speckle,
Jepang dari stasiun peluncuran Tanegasima maka perlu ditentukan jenis filter yang tepat
Spaca Center, Jepang bagian selatan (JAXA, untuk mereduksi noise speckle tersebut agar
2013) dengan membawa tiga jenis sensor, mempermudah proses klasifikasi citra
yaitu PRISM (Panchromatik Remote- digital.
sensing Instrument for Stereo Mapping),
AVNIR-2 (Advanced Visible and Near
Infrared Radiometer type-2), PALSAR METODE PENELITIAN
(Phased Array type L-band Synthetic
Apeture Radar). Periode orbit satelit untuk
Penelitian data satelit ALOS
kembali pada satu titik tertentu adalah 46
PALSAR ini dilakukan dengan proses
hari dengan ketinggian orbit 691 km[5].
pengolahan citra digital dengan
menggunakan perangkat komputer.
Citra ALOS PALSAR merupakan
Pemrosesan dilakukan dengan bantuan
citra radar yang diperoleh dari hasil
perangkat lunak SNAP menggunakan
perekaman pantulan balik gelombang mikro
metode polarimetri dan data yang digunakan
oleh objek. Data citra ALOS PALSAR
diperoleh dari JMRSL Chiba university
berisikan kenampakan tingkatan
dengan level 1.1. Data ini sudah dikalibrasi
karakteristik backscatter dari obyek di
secara radiometrik pada masukan sensor
permukaan bumi[2]. Kelebihan dari citra ini
yang sudah dalam format SLC (Single Look
adalah hasil dari perekaman citra tersebut
Complex). Data penelitian diperoleh dengan
tidak dipengaruhi oleh waktu perekaman
menggunakan metode full polarimetri,
baik siang ataupun malam serta kondisi
dimana teknik ini menggunakan empat fine
cuaca atmosfer bumi (kabut dan awan).
sekaligus yaitu, HH, HV, VV dan VH
Produk standar ALOS PALSAR terdiri dari
karena polarimetri merupakan kombinasi
beberapa level. Level 1.0 merupakan tipe
antara transmitter dan receiver yang
data citra radar yang merupakan data yang
menjelaskan perbedaan penggunaan
belum dalam format SLC (single look
polarisasi pada sebuah pengolahan citra.
complex). SLC merupakan tipe data citra
Radar polarimetri ini dapat mengirim dan
radar yang merupakan kompresi dari raw
menerima polarisasi horisontal dan vertikal.
data terhadap matriks karakteristik
Dengan demikian, mereka dapat menerima
backscater. Pada level 1.0, susunan data
dan memproses semua kombinasi dari
sinyal belum dipadatkan dan dilengkapi
empat polarisasi HH, HV, VH, dan VV.
dengan koefisien kalibrasi radiometrik dan
Data yang diolah adalah daerah kota Padang
koreksi geometrik dalam model polimetri
yang direkam pada 7 Juni 2010.
dengan data polarimetri yang dipisahkan.
Level 1.1 merupakan data yang sudah
Pengolahan citra Alos PALSAR
dikalibrasi secara radiometrik pada masukan
mengguna-kan metode polarimetri
sensor serta sudah dalam format SLC. Citra
meliputi beberapa tahapan yaitu:creating
ALOS PALSAR level 1.1 yang digunakan
subset, Radiometric calibration, Matrix
dalam penelitian ini merupakan citra radar
generation, Speckle filtering, dan
dengan tipe full polarimetry. Data radar tipe
Decomposition. Pada umumnya, koreksi
ini terdiri dari empat saluran dengan
radiometri mem- pertimbangkan faktor
karakteristik polarisasi tipe HH, HV, VVdan
gangguan atmosfer sebagai sumber
VH. Dengan memanfaatkan empat saluran
kesalahan utama. Efek atmosfer
yang dimiliki citra ALOS PALSAR maka
menyebabkan nilai pantulan obyek di
dapat dibentuk citra yang dapat digunakan
permukaan bumi yang terekam oleh sensor
dalam proses pengklasifikasian citra radar.
menjadi bukan merupakan nilai aslinya,
Dalam pemrosesan sebuah citra radar tidak
tetapi menjadi lebih besar oleh karena

Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 72


EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
adanya hamburan atau lebih kecil karena alami. Yamaguchi dekomposisi memliki
proses serapan. Citra yang perlu dikoreksi empat model mekanisme scattering yaitu:
radiometrik pada umumnya nilai digital helix, double bounce, surface scattering,
number terendahnya melebihi nol. Nilai volume scattering[8].
lebih tersebut dihitung sebagai nilai offset
dan nilai tersebut merupakan besarnya
pengaruh gangguan atmosfer[6]. Pada tahap HASIL PENELITIAN DAN
polarimetri matrix generation bisa PEMBAHASAN
menggunakan kovarians matrik C2,C3,C4
dan koherensi matrik T3 dan T4. Pada
1. Hasil Penelitian
prosedur ini band yang dikonver adalah
Data yang diperoleh dalam
matrix T3 karena elemen-elemen yang
penelitian yang telah dilakukan adalah data
terdapat pada T3 mempunyai interpretasi
pengolahan citra menggunakan metode full
fisik yang lebih baik dan matrix ini lebih
polarimetri. Untuk hasil setiap pengolahan
sering digunakan.
mengalami perubahan yang dapat dilihat
pada tahap-tahap polarimetri yang
Salah satu karakteristik citra SAR
digunakan. Pada tahap create the subset,
adalah timbulnya noise speckle, yang
citra dipotong sesuai dengan koordinat
tampak sebagai tekstur bintik-bintik terang-
daerah yang dibutuhkan. Citra yang diolah
gelap yang terdistribusi secara random
yaitu wilayah kota Padang pada tanggal 7
dalam citra. Noise tersebut timbul akibat
Juni 2010 yang dapat dilihat pada Gambar 1.
interferensi konstruktif dan destruktif
diantara sinyal-sinyal hamburan balik dari
berbagai obyek secara random dalam suatu
area tertentu yang disinarinya[7].
Terdapat 4 parameter yaitu Box car Filter,
Idan Filter, Refined Lee Filter dan Lee
Sigma Filter. Salah satu cara untuk
menghilangkan noise melalu speckle
filtering yaitu dengan memilih polarimetri
speckle filter dari menu polarimetri.
Decomposition berfungsi untuk
memisahkan kontribusi hamburan untuk
setiap informasi. Ada banyak parameter
yang tersedia pada bagian decomposition ini
namun yang paling banyak digunakan
adalah Yamaguchi Decomposition.
Yamaguchi decomposition dapat
menghasilkan empat tipe scattering. Gambar 1. Daerah Perekaman Citra
Terdapat area pada image SAR dimana Alos Palsar
kondisi refleksi simetri tidak terekam.
Untuk melihat produk citra Alos
Yamaguchi dkk pada tahun 2005,
PALSAR pilih salah satu dari 4 pilihan band
mengusulkan empat komponen model
yang tersedia (VH,VV,HH,HV) misalnya
scattering. Komponen keempat yang
intensitas VH band seperti yang terlihat
diperkenalkan adalah helix scattering. Istilah
pada Gambar 2.
Helix scattering ini muncul untuk daerah-
Setelah produk citra muncul, tahap
daerah yang heterogen (struktur buatan
selanjutnya adalah melakukan create the
manusia) dimana menghilang (tidak
subset untuk memilih daerah sesuai yang
terekam) ketika terjadi hamburan distribusi
kita butuhkan. Karena data yang terekam
Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 73
EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
tidak hanya meliputi wilayah Kota Padang, pengolahan tahap polarimetri selesai
maka perlu dilakukan pemotongan citra dilakukan.
sesuai dengan koordinat wilayah Kota
Padang seperti pada Gambar 3.

Gambar 4. Kalibrasi Radiometri


Kalibrasi radiometri
mempertimbangkan faktor gangguan
atmosfer sebagai sumber kesalahan utama.
Efek atmosfer menyebabkan nilai pantulan
obyek di permukaan bumi yang terekam
Gambar 2. Intensitas VH Band oleh sensor menjadi bukan merupakan nilai
aslinya, tetapi menjadi lebih besar oleh
karena adanya hamburan atau lebih kecil
karena proses serapan.

Untuk tahap selanjutnya adalah


tahap metode polarimetri yang terdiri dari
beberapa proses diantaranya: matrix
generation, speckle filtering dan
decomposition. pada tahap Polarimetri
matrix generation citra disusun oleh
kovarian matrik yang diformulasikan dalam
sebuah citra seperti yang terlihat pada
Gambar 5.

Gambar 3. Create the subset untuk Kota


Padang
Tahapan selanjutnya adalah
melakukan kalibrasi dimana proses kalibrasi
pada pengolahan citra terdiri dari dua tahap
yang pertama yaitu kalibrasi radiometrik.
Proses kalibrasi ini dapat dilihat pada
Gambar 4. Dan yang kedua adalah kalibrasi
geometri yang dilakukan setelah hasil

Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 74


EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Gambar 5. Matrix Generation scattering. Komponen keempat yang
Polarimetri matrix generation ini diperkenalkan adalah helix scattering.
bisa menggunakan kovarians matrik Istilah Helix scattering ini muncul untuk
C2,C3,C4 dan koherensi matrik T3 dan T4. daerah-daerah yang heterogen (struktur
Pada prosedur ini band yang dikonver buatan manusia) dimana menghilang (tidak
adalah matrix T3 karena elemen-elemen terekam) ketika terjadi hamburan distribusi
yang terdapat pada T3 mempunyai alami.
interpretasi fisik yang lebih baik dan matrix
ini lebih sering digunakan.

Selanjutnya adalah tahap polarimetri


speckle filtering, Salah satu karakteristik
citra SAR adalah timbulnya noise speckle,
yang tampak sebagai tekstur bintik-bintik
terang-gelap yang terdistribusi secara
random dalam citra. Noise tersebut timbul
akibat interferensi konstruktif dan destruktif
diantara sinyal-sinyal hamburan balik dari
berbagai obyek secara random dalam suatu
areal tertentu yang disinarinya. Hasil
pengolahan citra pada tahap ini dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 7. Yamaguchi Decomposition

Setelah empat tipe scattering


muncul berdasarkan aturan Yamaguchi
decomposition, maka perlu dilakukan
koreksi geometri yang ditujukan untuk
memperbaiki nilai pergeseran bumi
sehingga mudah untuk pengklasifikasian
citra berdasarkan aturan Yamaguchi.
Koreksi ini dimaksudkan untuk
mengimbangi distorsi akibat variasi
topografi dan kemiringan dari sensor
satelit. Sehingga, dengan dilakukannya
Gambar 6. Speckle Filtering koreksi geometri ini dapat dilihat gambar
Tahap selanjutnya adalah geometrisnya dekat dengan keadaan
polarimetric decomposition. Yang realnya. Gambar 8 menampilkan hasil
fungsinya untuk memisahkan kontribusi koreksi geometri terhadap citra.
hamburan untuk setiap informasi. Ada
banyak parameter yang tersedia pada
bagian decomposition ini namun yang
paling banyak digunakan adalah
Yamaguchi Decomposition (Gambar 7).
Yamaguchi decomposition dapat
menghasilkan empat tipe scattering.
Yamaguchi dkk pada tahun 2005,
mengusulkan empat komponen model

Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 75


EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
dan sejenisnya. Surface scatter merupakan
klasifikasi citra yang umumnya
menggambarkan tentang perairan di
permukaan bumi dan helix scatter sama
halnya seperti double bounce namun helix
akan lebih jelas mengidentifikasi
pemukiman yang tertutupi tumbuhan. Pada
hasil pengolahan tahap yamaguchi
dekomposisi warna hijau untuk volume
scattering, biru untuk surface scattering,
merah atau pink untuk double bounce dan
kuning untuk helix scattering. Dari hasil
yang ditampilkan pada pengolahan citra
dapat dilihat bahwa di kota Padang,
pemukiman lebih padat untuk bagian
daerah pinggir pantai.
Gambar 8. Koreksi Geometri

2. Pembahasan KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengklasifikasian
citra satelit ALOS PALSAR level 1.1 Proses pengolahan citra Alos Palsar level
menggunakan metode polarimetri yang 1.1 dilakukan dengan menggunakan
telah diolah yaitu matrix generation, software SNAP dan metode polarimetri
speckle filtering, dan yamaguchi dengan langkah yaitu kalibrasi radiometrik,
decomposition. Dapat diketahui bahwa speckle filtering, matrix generation, dan
pada pengolahan speckle filtering yamaguchi decomposition serta koreksi
parameter yang digunakan adalah Refined geometrik. Berdasarkan hasil klasifikasi
lee filter yang dikembangkan berdasarkan citra ALOS PALSAR level 1.1
model perkalian noise. Filter Refined Lee menggunakan metode polarimetri, citra
digunakan untuk menghaluskan noise yang dihasilkan mampu mengklasifikasi
(bintik) pada data yang memiliki intensitas objek dengan modifikasi penyederhanaan
yang berhubungan dengan citra serta kelas. Kelas yang dihasilkan yaitu kelas
mampu mempertahankan ketajaman pemukiman, vegetasi, dan badan air.
gambar sekaligus menekan noise. Dalam
pengolahan polarimetri Yamaguchi
Decomposition peneliti dapat melihat DAFTAR PUSTAKA
empat model scattering yaitu surface
scattering, volume scattering, helix
scattering dan double bounce. Hasil [1] Lillesand, T., M., dan R.W. Kiefer,
pengolahan datanya di define dengan 1993. Remote Senshing and Image,
warna palsu merah,hijau dan biru (RGB) Terjemahan Pengindraan Jauh dan
sehingga lebih mudah untuk membedakan Interpretasi Citra. Gajah Mada
dan menginterpretasikannya. Volume University Press: Yogyakarta.
scatter merupakan klasifikasi citra yang [2] Soenarmo, S.H. 2009. Penginderaan
umumnya menggambarkan tentang Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi
tumbuh-tumbuhan, hutan dan sejenisnya. Geografis untuk Bidang Ilmu
Double bounce scatter merupakan Kebumian, Penerbit ITB: Bandung.
klasifikasi citra yang menggambarkan [3] Prahasta, E. 2008. Remote Sensing:
tentang pemukiman, perkotaan, bangunan Praktis Pengindraan Jauh dan

Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 76


EKSAKTA Vol. 18 No.1 April 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Pengolahan Citra Digital Dengan
Perangkat Lunak Er Mapper.
Informatika: Bandung.
[4] Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra
Digital: Teori dan Aplikasinya dalam
Bidang Penginderaan Jauh. Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
[5] JAXA. 2013. Earth Observation
Research Center, http:www.eorc.jaxa.jp
/ALOS/en/ about/palsar.htm, diakses
tanggal 8 Januari 2013.
[6] Djurdjani dan C.N. Kartini. 2004.
Pengolahan Citra Digital. Jurusan
Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
[7] Wahyudi, C. 2010. Pengkajian
Efektivitas Proses Speckle Filtering
Pada Citra ALOS - Dual Polarization
Menggunakan Beberapa Algoritma,
http://chandra-w.blogspot.com/2010
/09/pengkajian-efektivitas-
prosesspeckle.html, diakses 3 Februari
2013.
[8] Yamaguchi.Y. 2007. Radar Polarimetry
From Basics to Applications Tokyo.
IEICE : Japan

Farah Sarjani, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Yohandri Hal 77

Anda mungkin juga menyukai