Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM S1 AKUNTANSI

FRAUD AND FORENSIC AUDIT

“INVESTIGATION AND REPORTING”


(MATERI KE-7)

Disusun oleh:
Kelompok 2
Anggota:
1. Gita Suryandari (023002004506)
2. Adetya Maharani (023002004507)
3. Fyfhy (023002004509)
4. Kurnia Zailastri (023002004531)

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


INVESTIGATION AND REPORTING
Teknik – Teknik Audit Investigatif
1. Tujuan Audit Investigatif.
Tujuan investigasi yang di ambil dari K.H. Spencer Pickett and Jennifer Picket, Financial
Crime Investigation and Control dalam Tuanakotta 2007 : 201 beberapa diantaranya yaitu:
a. Memberhentikan manajemen. Tujuannya adalah sebagai teguran keras bahwa
manajemen tidak mampu mempertanggung-jawabkan kewajiban fidusiernya.
b. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukup dan relevannya bukti. Tujuannya akan
menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti untuk meyakinkan hakim di
pengadilan.
c. Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah.
d. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.
e. Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang
terjadi.
f. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku
kejahatan, mengerti kerangka acuan dari invetigasi tersebut; harapannya adalah bahwa
mereka bersedia bersikap kooperatif dalam investigasi itu.
g. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya.
h. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan.
i. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.
j. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.
2. Investigasi dan Audit Investigatif.
a. Aksioma dan Investigasi.
Menurut filsuf yunani, aksioma adalah klaim atau pernyataan yang dapat dianggap
benar tanpa perlu pembuktian lanjut.Aksioma atau postulate adalah pernyataan
(proposition) yang tidak dibuktikan atau tidak diperagakan dan dianggap sudah
jelas dengan sendirinya (self evident). Kebenaran dari proposisi ini tidak
dipertanyakan lagi ( taken for granted). Aksioma dapt dikatakan sebagai titik tolak
untuk menarik kesimpulan tentang suatu kebenaran yang harus dibuktikan.
Menurut ACFE dalam melakukan investigasi terdapat tiga aksioma:
• Aksioma-1 Fraud is hidden
• Aksioma-2 Reverse proof
• Aksioma-3 Existance of fraud
b. Prediction.
Langkah awal yang dilakukan akuntan forensic dalam audit investigative
adalah menyusun predication. Dalam Fraud Examiners Manual (2006) menjelaskan
predication adalah keseluruhan peristiwa dan segala hal yang terkait atau berkaitan
yang membawa seseorang cukup terlatih dan berpengalaman dengan kehati-hatian
yang memadai, kepada kesimpulan bahwa fraud telah, sedang adau berlangsung.
Predication dapat dikatan sebagai dasar dalam memulai investigasi.
c. Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana.
UU hukum acara pidana (UU No.8 tahun 1981) mengatur tahapan hukum acara pidana:
• Penyelidikan
• Penyidikan
• Penuntutan
• Pemeriksaan di siding pengadilan
• Putusan pengadilan
• Upaya hukum
• Pelaksanaan putusan pengadilan
• Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan
3. Prosedur dan Tahapan Audit Investigasi.
Pelaksanaan audit investigasi tidak berjalan sendiri tetapi melibatkan semua pihak, mulai
pimpinan, para pejabat struktural, tim konsultan hukum, dan auditor investigatif. Praktik
audit Investigatif sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Tahap Perencanaan.
Perencanaan audit Investigatif dilakukan setelah adanya informasi awal, kemudian
organisasi pengawas membentuk tim Audit Investigasi. Pelaksanaan Audit Investigasi
harus dilakukan oleh auditor yang kompeten, memiliki integritas serta independensi.
Tugas pertama tim tersebut menelaah informasi awal tersebut. Pada tahap ini tim
harus menentukan:
• Jenis-jenis penyimpangan yang terjadi,
• Modus operandi,
• Sebab-sebab penyimpangan,
• Unsur-unsur kerjasama,
• Pihak-pihak yang terlibat,
• Estimate besarnya kerugian negara atau daerah akibat kasus korupsi tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap ini tim harus memperoleh bukti audit yang memperkuat dugaan tindakan
pidana korupsi. Bukti diperoleh dengan cara-cara:
• Inspeksi,
• Observasi,
• Wawancara,
• Konfirmasi,
• Analisa,
• Pemeriksaan bukti tertulis,
• Perbandingan,
• Rekonsiliasi,
• Penelusuran,
• Perhitungan kembali,
• Penelahaan,
• Review analitis, dan
• Pemaparan
c. Tahap Pelaporan.
Pelaporan hasil audit investigatif harus memenuhi unsure
• Akurat,
• Jelas,
• Berimbang,
• Relevan, dan
• Tepat waktu.

Dalam melakukan audit investigasi, terdapat beberapa teknik yang dapat


dipergunakan. Tujuh di antaranya, ialah:

1. Memeriksa fisik.
Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.
2. Meminta informasi dan konfirmasi.
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk
berbohong. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan.
Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya
kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan
konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya.
3. Memeriksa dokumen.
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen
menjadi lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah,
disimpan, dan dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa
dokumen mencakup komputer forensik.
4. Review analitikal.
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya dulu
(think analytical first!). Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang
membawa auditor pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data
individual disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan
wajar atau tidak diperoleh dari perbandingan terhadap benchmark. Kesenjangan
antara apa yang dihadapi dengan benchmark: apakah ada kesalahan (error), fraud,
atau salah merumuskan patokan.
Kenali pola hubungan (relationship pattern) data keuangan yang satu dengan data
keuangan yang lain atau data non-keuangan yang satu dengan data non-keuangan
yang lain.
5. Menghitung kembali (Reperform).
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif
umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan
kemungkinan terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
6. Net Worth Method.
Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum.
Pemerikasan dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan
dibayar setiap tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari
penyelidikan. Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.
7. Follow The Money.
Berarti mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang tersebut
berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya
memberi kesan tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana
bisa mengalir secara bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di satu
atau beberapa tempat penghentian terakhir. Tempat inilah yang memberikan
petunjuk kuat mengenai pelaku fraud.
Daftar Pustaka
https://docplayer.info/69858816-Bab-11-tujuan-audit-investigatif.html
http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/11/30/prosedur-dan-tahapan-audit-investigasi/
Tuanakotta, Theodorus M. 2017. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Penerbit Salemba
Empat: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai