Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang
pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang
profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yang dirinci sebagai berikut :
1. Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan
bagi perannya dimasa yang akan datang.
2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirimelalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang
pendidikan tertentu. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada jalur
dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42)
Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya
menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar
yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai
dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang menyebutkan bahwa
kadar pembelajaran akan bermakna apabila :
1. Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan
menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap.
3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi
yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
Dari 17 siswa kelas VI SDN Nagrak 02 Tahun Ajaran 2016/2017 yaitu
8 laki-laki dan 9 parempuan .Hanya 5 orang yang tuntas belajar,hal ini
mendorong kami untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas ini.
2

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, model Pembelajaran


Kooperatif Tipe TAI  dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab
dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif Tipe TAI  siswa
akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-
gagasan.
Kehadiran medel Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam
pembelajaran IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam
menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah
melaksanakan pembelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas,
yang dilanjutkan dengan evaluasi, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka
penulis sebagai guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru
bukan pada siswa, antara lain pembelajaran berpusat pada guru,
keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada kesempatan untuk
terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa
pasif dan hasil evaluasi.Dari 17 siswa hanya 5 orang yang tuntas belajar.
Dangan KKM Mata pelajaran IPA 6, berlatar belakang dari permasalahan
tersebut, dipandang perlu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas,
sebab Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang
bersifat individual dan luwes. (Kasihani Kasbolah, 1998:22).
3

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian
adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang konduktor dan isolator
panas yang selama ini dianggap sulit oleh siswa.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan
masalah diperinci sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif  Tipe TAI untuk meningkatkan kemampuan
siswa tentang Konduktor Dan Isolator Panas?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan kemampuan siswa
tentang Konduktor Dan Isolator Panas?
3. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam Pembelajaran Konduktor
Dan Isolator Panas dapat di tingkatkan dengan model pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI?

C.    Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA
tentang Konduktor Dan Isolator Panas  dengan menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di Kelas VI SDN Nagrak
02 Kabupaten Bandung
2. Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya
pembelajaran IPA dalam materi Konduktor Dan Isolator Panas di
Kelas VI SDN Nagrak 02  dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
3. Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI SD
Negeri Nagrak 02 Kabupaten Bandung dalam materi konduktor dan
Isolator Panas  setelah pembelajaran menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
4

D.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis
Secara umum: penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pada
dunia pendidikan dalam pengajaran matematika dalam peningkatan
keaktifan dan hasil belajar melalui pendekatan Kooperatif Tipe TAI
 Secara khusus: diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada strategi
pembelajaran disekolah serta dapat mengoptimalkan kemampuan peserta
didik peserta didik

2.      Manfaat Praktis
a.  Bagi Siswa
1) Dapat menguasai konsep yang dipelajarai.
2) Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA.
3) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran
IPA.
b.  Bagi Guru
1) Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
2) Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami
bahan ajar/materi tentang materi Konduktor Dan Isolator Panas dengan
mempergunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Untuk mencapai tujuan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar
yang baik, terlebih dahulu siswa memahami pengertian dari belajar.
Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu
yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlahpengetahuan
melainkanjuga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
dan pengahargaan, minat, pendeknya mengenai segala aspek atau
pribadi seseorang. (Nasution, 1995 : 35).
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
(Slamito, 2002 : 2). Winkel (1989 : 15) mengemukakan bahwa proes
belajar pada manusia merupakan proses siklus yang berlangsung dalam
mengaktifkan subjek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan.
Dari pendapat di atas maka dirumuskan definisi belajar adalah
suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaiu perubahan ke arah yang
lebih baik.

B. Pengertian Mengajar
Selain siswa harus tahu pengertian belajar, gurupun harus tahu
pengertian mengajar. Menurut Slameto (1995 : 29) mengajarkan adalah
penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada
anak didik. Sudjono (2000 : 37) mengatakan bahwa mengajar adalah
sebagai alat yang direncanakan melalui berbagai kegiatan seoptimal
mungkin.
Dari uraian di atas dirumuskan definisi bahwa mengajar adalah
suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan
sekitar anak didik agar tercipta lingkungan belajar yang konduktif. Setelah
siswa mengerti definisi belajar, seorang guru pun mengerti pengertian
6

mengajar. Guru didalam menyampaikan proses pembelajaran harus dapat


menemukan dan menggunakan metode yang cepat dan aktif.

C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang
dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan
Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi
yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar
bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam
Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling
tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Johnson (Anita Lie,2007: 30) mengemukakan dalam model
pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar
7

anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif


(Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan
pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan
evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186).

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari
model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka
butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan
memberikan kontribusi.
Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang
proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik
memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif


Lungdren dalam Isjoni (2009 : 16) mengemukakan unsur-unsur
dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam
atau berenang bersama”;
b. para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap
diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi;
c. para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama;
d. para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di
antara para anggota kelompok;
e. para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
8

f. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka


memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar;
g. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa


tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah
sebagai berikut.
1)      Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada
dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2)      Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah
mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama.
3)      Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif
dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan,
memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling
mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan
mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan
9

terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi


untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4)      Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan
siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan
saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5)      Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok
dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang
sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan
kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan
kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara
keseluruhan.

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor,
yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari
dalam yaitu sebagai berikut.
a. guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
b. agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
c. selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
d. saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
10

Slavin (Miftahul, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau


apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a.       Free Rider
Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru
berdampak pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang
dimaksud free rider disini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung
jawab secara personal pada tugas kelompoknya mereka hanya
“mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya
yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok
kooperatif ditugaskan untuk menangani atu lembar kerja, satu proyek,
atau satu laporan tertentu.
Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa
anggota yang megerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya,
sementara sebagian anggota yang lain justru “bebas berkendara”,
berkeliaran kemana-mana.
b.      Diffusion of responsibility
Yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebaran
tanggung jawab) ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang
dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain
yang “lebih mampu”. Misalnya, jika siswa ditugaskan untuk mengerjakan
tugas IPA, beberapa anggota yang dipersepsikan tidak mampu menghafal
atau memahami materi tersebut dengan baik sering kali tidak dihiraukan
oleh teman-temannya yang lain. Siswa yang memiliki skill IPA yang baik
pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-
temannya yang kurang mahir di bidang IPA. Hal ini hanya membuang-
buang waktu dan energi saja.
c.       Learning a Part of Task Specialization
Beberapa model pembelajaran tertentu, seperti Jigsaw, Group
Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok
ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang
11

berbeda antarsatu sama lain. Pembagian semacam ini sering kali


membuat siswa hanya fokus pada bagian materi lain yanng dikerjakan
oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal semua
materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Slavin (Miftahul,2011: 69) mengemukakan bahwa ketiga kendala ini
bisa diatasi jika guru mampu melakukan beberapa faktor sebagai berikut
1) mengenakan sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan
siswanya, 2) selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui
kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara
individual setelah bekerja kelompok, dan yang paling penting 3)
mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

5.        Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif


Miftahul (2011) memaparkan beberapa aspek pembelajaran
kooperatif sebagai berikut.
a.       Tujuan
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering kali
yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta untuk 1)
mempelajari materi tertentu dan 2) saling memastikan semua anggota
kelompok juga mempelajari materi tersebut.
b.      Level kooperatif
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan
bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang
ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa semua
siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik).
c.       Pola interaksi
Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama lain.
Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling
menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak
penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan
12

saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola


interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok kooperatif.
d.      Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya
biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap
siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun
sekolah. Koes (Isjoni, 2009: 20) menyebutkan bahwa belajar kooperatif
didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan inter personal,
strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi
gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Nurhadi (Isjoni, 2009)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memuat elemen-elemen
yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan
positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk
menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja
diajarkan. Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam
pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari
pembelajaran koperatif sendiri.
Effandi Zakaria (Isjoni, 2009: 21) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif dirancang bagi tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif
dalam proses pembelajaran melanjutkan perbincangan dengan teman-
teman dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa bertukar pendapat,
memberi tanya jawab serta mewujudkan serta membina proses
penyelesaian kepada suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif
yang dijalankan mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran
kooperatif dapat memberikan hasil yang positif kepada siswa.

6.        Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif


Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yaitu sebagai berikut.
a. setiap anggota memiliki peran;
b. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
13

c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan


juga temanteman sekelompoknya;
d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok, dan
e. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran


kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) yaitu
penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan
yang sama untuk berhasil.
1)      Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang
saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2)      Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan
pada aktivitas anggota kelompok yanng saling membantu dalam belajar.
Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap
anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara
mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3)      Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode
skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi
sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya.
14

Slavin (2005: 36) memaparkan bahwa teori motivasi dalam


pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan
kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-tugas
akademik, teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu
sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok
ataupun tidak).
Panintz (Agus Suprijono, 2009: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap
lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang
dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir
tugas.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangkan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu
model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi
siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya.
Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan
dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.
Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi
kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi
antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif
bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Inteligensi ini berupa
kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,
motivasi, sifat, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah,
suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara
umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang
15

menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi


kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan kata lain
bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa
komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi,
kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.

7.        Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif


Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran
kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.
Tabel 1. Fase-fase Dalam Pembelajaran Kooperatif Fase Kegiatan Guru
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 : Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menyampaikan tujuan dan dan
mempersiapkan siswa mempersiapkan siswa siap belajar
Mempresentasikan informasi
Fase 2 : Present
kepada
information Menyajikan informasi
siswa secara verbal
Fase 3 : Organize students into Memberikan penjelasan kepada
learning teams siswa tentang tata cara
Mengorganisir siswa ke dalam pembentukan tim  belajar dan
tim-tim belajar membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama 
studenyMembantu kerja tim dan siswa mengerjakan tugasnya
belajar
Fase 5 : Test on the Menguji pengetahuan siswa
materials Mengevaluasi mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6 : Provide Mempersiapkan cara untuk
recognition Memberikan mengakui usaha dan prestasi
pengakuan atau penghargaan individu maupun kelompok
16

a.       Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi
maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena
siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam
pembelajaran.
b.      Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik.
c.       Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam
kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan
kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk
mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting
jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan
tugas kelompok kepada individu lainnya.
d.      Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-
tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini
bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
e.       Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f.       Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa.
Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui
usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain.
Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-
timnya saling bersaing.
17

8.        Manfaat Pembelajaran Kooperatif


Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat
pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif
dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-
manfaat besar lain seperti berikut ini.
a.       siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan
memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
b.      siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki
sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk
belajar;
c.       dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada 
teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa
ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar
mereka nanti;
d.      pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap
teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang
berbedabeda.

9.        Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada
berbagai macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement
Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC), Team Assisted
Individualization (TAI), Group Investigation, Learning Together, Complex
Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

D.      Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted


Individualization)
18

1.      Pengertian Model Pembelajaran TAI (Team Assisted


Individualization)
Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005) tipe
ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya
lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model
pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi
pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual
dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh
anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab
atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Model pembelajaran TAI dimana siswa dikelompokkan ke dalam
kelompok kecil (5 siswa) secara heterogen yang dipimpin oleh seorang
ketua kelompok yang mempunyai lebih dibandingkan anggotanya. Selain
itu guru mempunyai fleksibilitas untuk berpindah dari kelompok ke
kelompok atau dari individu ke individu, kemudian para siswa dapat saling
memeriksa hasil kerja mereka, mengidentifikasi masalah-masalah yang
muncul dalam kelompok dapat ditangani sendiri maupun dengan bantuan
guru apabila diperlukan.
Miftahul (2011) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran
TAI, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yang beragam.
Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan ditugaskan untuk
menyelesaikan materi pembelajaran atau PR. Dalam model pembelajaran
TAI, setiap kelompok diberikan serangkaian tugas tertentu untuk
dikerjakan bersama-sama. Poin-poin dalam tugas dibagikan secara
berurutan kepada setiap anggota (misalnya, untuk materi IPA yang terdiri
dari 8 soal, berarti empat anggota dalam setiap kelompok harus saling
bergantian menjawab soal-soal tersebut). Semua anggota harus saling
mengecek jawaban temanteman satu kelompoknya dan saling memberi
19

bantuan jika memang dibutuhkan. Setiap kelompok harus memastikan


bahwa semua anggotanya paham dengan materi yang telah didiskusikan.
Masing-masing anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari
anggota yang lain. Selama menjalani tes individu ini, guru harus
memperhatikan setiap siswa. Skor tidak hanya dinilai oleh sejauh mana
siswa mampu menjalani tes itu, tetapi juga sejauh mana mereka mampu
bekerja secara mandiri (tidak mencontek).
2.      Komponen-Komponen TAI (Team Assisted Individualization)
Nur asma (2006) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran
dengan model pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan
pembelajaran pada model pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada
serangkaian materi pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk
pelaksanaan sendiri. Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 56) model
pembelajaran TAI terdiri dari delapan komponen, yaitu.
Tahap 1 : Mempelajari Materi Pelajaran
Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Tahap 2 : Tes Penempatan (Placement test)
Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk
menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil
tes mereka.
Tahap 3 : Membagi Siswa ke dalam Kelompok
Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam kelompok-
kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
Tahap 4 : Belajar Kelompok (study teams)
Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri
sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang
sudah dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok harus
memastikan bahwa setiap anggotanya paham tentang materi yang sudah
dipelajari.
Tahap 5 : Skor dan Penghargaan kelompok
20

Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil


dari diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata
unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit.
Kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil) kelompok.
Tahap 6 : Refleksi
Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru
menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin dan
mantap terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soal
siswa bisa menyelesaikannya.
Tahap 7 : Tes Akhir
Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan
secara individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap
materi yang sudah dipelajari.
Tahap 8 : Unit Keseluruhan
Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat
dari hasil belajar yang diperoleh siswa.
3.      Karakteristik TAI (Team Assisted Individualization)
a.       Team
pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
b.      Placement test
pemberian pretest kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa agar
guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tersebut.
c.       Student Creative
melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana
keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
d.      Team Study
tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkan.
e.       Team Score and Team Recognition
21

pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria


penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan
kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f.       Teaching Group
pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas
kelompok.
g.      Fact Test
pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
h.      Whole-Class Units
pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan
strategi pemecahan masalah.
4.      Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization)
a.       Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru;
b.      Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal;
c.       Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan
(tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender;
d.      Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.
Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa
jawaban teman satu kelompok;
e.       Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah
dipelajari;
f.       Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual;
g.      Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).
22

E.     Konduktor Dan Isolator Panas


Konduktor panas adalah benda-enda yang mudah dan cepat dalam
menghantarkan panas. Benda yang bersifat konduktor dapat
menghantarkan panas dengan baik. Oleh karena itu, benda bersifat
konduktor dapat dimanfaatkan untuk menghantarkan panas ke benda lain.
Hal ini berarti juga bahwa benda ini sengaja dibuat menjadi panas,
kemudian sifat panas ini digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panas
yang diterima setrika digunakan untuk menghaluskan baju.
Isolator panas adalah benda-benda yang tidak mudah dan lambat
dalam menghantarkan panas. Benda yang bersifat Isolator  tidak dapat
menghantarkan panas. Misalnya sejenis plastik tahan panas.
23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
1.   Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan pada hari Senin tanggal 15 Januari
2017 untuk siklus 1 dan siklus 2 pada hari Senin tanggal 29
November 2017.
2.  Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VI SDN Nagrak 02 Kp. Cikaso Desa
Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung, yang merupakan objek
Penelitian.
3.  Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat itu
. Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan
mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI SDN
Nagrak 02 mempunyai masalah dalam penguasaan Materi Konduktor Dan
Isolator Panas.
B.     Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN Nagrak 02
Kp. Cikaso Desa Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten
Bandung sebanyak 17 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 8 orang
dan perempuan sebanyak 9 orang.
C.    Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan keluhan
guru dalam proses Pembelajaran tentang konduktor dan isolator
panas dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata
51,76  ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 79% siswa
menjawab kesulitan.
24

D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data


1.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes.
a.       Teknik Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan
sebagai perangkat pengumpul data.
b.      Teknik Tes
Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan lembar soal.
2.  Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.       Butir Soal tes sebanyak 5 nomor
b.      Lembar Observasi, yaitu:
1)  Observasi terhadap rencana pembelajaran.
2)  Observasi terhadap proses pembelajaran.
3)  Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan
tindakan.

E.     Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan
berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual
dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.
Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan
penulis disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah
dilaksanakan, adapun prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut :
25

a.  Seleksi Data


Data yang telah terkumpul dari hasil observasi selama kegiatan
penelitian maka diadakan penyeleksian data yang ada kaitannya dengan
tujuan penelitian.
b.  Klasifikasi Data
Data yang terkumpul berdasarkan penyeleksian, diklasifikasikan
berdasarkan urutan logis untuk disajikan secara sistematis berdasarkan
urutan siklus.
c.  Prosentase Data
Tahap akhir dari teknik analisis data, dilakukan prosentase data bagi
data yang telah terkumpul beradasarkan klasifikasi.

F.     Indikator Kinerja
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil tes formatif yang hanya
25% siswa yang tuntas Belajar memperoleh nilai diatas KKM Pelajaran
IPA Kelas VI SD Negeri Nagrak 02 yaitu 60.  Adapun hasil penelitian yang
diharapkan adalah 80%  siswa memperoleh nilai diatas KKM.

G.    Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu
melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta
refleksi pembelajara
1.      Perencanaan Tindakan Penelitian
Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil
orientasi dan identifikasi masalah pengajaran. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini adalah : (1) Menelaah kurikulum SD Kelas VI
Mata pelajaran IPA (2) menyusun Rencana Pelaksanaan  Pembelajaran
IPA (3) menyusun lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran (4)
Membuat LKS (5) Menyusun alat evaluasi.
26

2.      Pelaksanaan Tindakan Penelitian


a.    Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan meliputi tahapan sebagai berikut :
1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
prioritas masalah yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI pada pembelajaran IPA tentang Materi Konduktor Dan
Isolator  Panas,
2) mempersiapkan alat atau media pembelajaran yang akan
digunakan yaitu model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
3) membicarakan prosedur pelaksanaan pengajaran IPA tentang
Materi Konduktor Dan Isolator Panas menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan
4) menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan.
b.    Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melaksanakan
pembelajaran tentang penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI dan mencatat berbagai temuan selama kegiatan pembelajaran
sebagai bahan refleksi pada pelaksanaan pada siklus l khususnya yang
berhubungan dengan fokus penelitian.
c.    Observasi Pelaksanaan Penelitian
Peneliti dengan berkolaborasi dengan teman sejawat Yaitu Ibu
Yuni, melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan
pembelajaran, untuk keperluan analisis dilakukan pemeriksaan lembar
pengamatan dan catatan-catatan tentang data yang terkumpul. Hasil
observasi sebagai temuan dijadikan sebagai rekomendasi hasil penelitian
dan rencana tindakan selanjutnya.
d.               Analisis dan Refleksi Pembelajaran
Peneliti bersama-sama dengan rekan sejawat melakukan analisis dan
refleksi data yang terkumpul selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
hasil analisis dan refleksi dijadikan bahan untuk melakukan tindakan
penelitian.
27

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A.    Deskripsi Kondisi Awal


1.      Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas
VI SD Negeri Nagrak 02  pada semester I aktivitas siswa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa kurang antusias dalam
menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru tidak
menggunakan Model pembelajaran yang tepat.

2.      Kemampuan Siswa
Dalam kegiatan orientasi dan identivikasi masalah terlebih dahulu
dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal) tentang
materi Konduktor Dan Isolator Panas. Adapun hasil yang diperoleh dari
tes awal adalah sebagai berikut :

Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian


N
Nama Siswa KKM NILAI Ket
o
1. AKBAR 60 80 Tuntas

2. APRILIA 60 70 Tuntas

3. ASEP KH 60 80 Tuntas

4. ASEP PEBRIAN 60 40 Belum Tuntas

5. DANIS 60 50 Belum Tuntas

6. HILMAN NURJAMAN 60 40 Belum Tuntas

7. JENAL ARIPIN 60 40 Belum Tuntas

8. KOSTIMAN 60 60 Tuntas

9. MULYADI 60 40 Belum Tuntas


28

10. MULYANI 60 50 Belum Tuntas

11. NIA KURNIAWATI 60 50 Belum Tuntas

12. NISA KARINA 60 50 Belum Tuntas

13. PIAH NURAENI 60 50 Belum Tuntas

14. RIANTI 60 50 Belum Tuntas

15. RIZAL 60 40 Belum Tuntas

16. RUKMINI 60 50 Belum Tuntas

17. SELI 60 70 Tuntas


Jumlah 880
Rata-rata 51,76
B.     Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1
Tindakan Pembelajaran
Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, siswa dalam
kegiatan belajar akan dikelompokkan  kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4 dan 5 orang, dengan tujuan agar siswa dalam kelompok
memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam melaksanakan
kegiatan
1.      Perencanaan
Untuk menjaring data dalam penelitian, maka langkah selanjutnya
membuat lembar observasi, antara lain :
1)  Lembar observasi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
2)  Lembar observasi Pelaksanaan Pembelajaran
3)  Lembar observasi Kemampuan Siswa pada Materi Konduktor Dan
Isolator Panas
Tindakan penelitian siklus I berdasarkan perencanaan tindakan
penelitian yang telah ditetapkan dan hasilnya disusun berdasarkan
katagori data dibawah ini :

2.      Proses Pembelajaran
29

Proses pembelajaran pada Siklus I meliputi kegiatan guru dalam


mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Proses Pembelajaran Siklus I


N
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
o
1 Kegiatan Awal
• Guru mengawali kegiatan • Siswa memperhatikan
mengajar dengan pembicaraan
mengkondisikan siswa pada guru, semula banyak yang
situasi mengajar yang ngobrol
kondusif dengan me- • Anak-anak kelihatan
lontarkan kata-kata "anak- semakin penasaran ingin segera
anak, sekarang kita akan pelajaran dimulai.
belajar Ilmu Pengetahuan • Siswa menjawab pertanyaan
Alam, tentang Konduktor guru dengan baik, meski ada
Dan Isolator Panas". beberapa orang yang kurang
• Guru menyampaikan memperhatikan guru,
informasi tentang materi sehingga ketika diberi
yang akan diajarkan, Pertanyaan kebingungan
termasuk menginformasikan
belajar kelompok
• Guru memberikan apersepsi
dengan memberikan
beberapa pertanyaan yang
ada hubungannya dengan
materi yang akan diajarkan
2 Kegiatan Inti
• Guru menjelaskan tentang • Siswa memperhatikan
Materi Konduktor Dan penjelasan guru meski ada
Isolator Panas beberapa orang siswa yang
• Guru membagi siswa dalam kurang memperhatikan, akan
30

5 kelompok, setiap kelompok tetapi ketika disuruh menjelaskan


terdiri dari 4 dan 5 orang hampir semua siswa
siswa. memperhatikannya.
• Guru memberikan lembar • Siswa berkelompok berdasarkan
kerja untuk dikerjakan dan kelompoknya masing-masing
dilaksanakan oleh setiap • Siswa berkumpul masing-masing
kelompok kelompok
• Guru membimbing siswa • Setiap siswa sangat antusias
dalam melakukan kegiatan melaksanakan perannya masing-
• Guru menyuruh masuk masing.
keruangan kelas untuk • Siswa mengerjakan lembar kerja
melaksanakan diskusi meskipun setiap kelompok hanya
kelompok didominasi oleh siswa pandai
• Guru menjadi moderator • Semua siswa disuruh memasuki
dalam kegiatan diskusi kelas kembali untuk
melaksanakan kerja kelompok
dan melaporkan hasil kerja
kelompok
• Setiap kelompok melaporkan
hasil kegiatan kelompoknya dan
kelompok lain mendengarkan
untuk memberikan sanggahan
• Siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan pelajaran

3 Kegiatan Akhir
• Guru memberikan evaluasi • Siswa mengerjakan soal yang
sebanyak 5 nomor diberikan oleh guru
• Guru memberikan tindak
lanjut dengan memberikan
Pekerjaan Rumah
31

3.      Hasil Belajar Siswa Siklus I


Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang
dilaksanakan pada Siklus I, masih banyak siswa yang salah, secara rinci
hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut :

Perolehan Nilai Pada Siklus I

No Nama Siswa KKM Nilai Ket

1. AKBAR 60 100 Tuntas

2. APRILIA 60 100 Tuntas

3. ASEP KH 60 80 Tuntas

4. ASEP PEBRIAN 60 50 Belum Tuntas

5. DANIS 60 50 Belum Tuntas

6. HILMAN NURJAMAN 60 60 Tuntas

7. JENAL ARIPIN 60 50 Belum Tuntas

8. KOSTIMAN 60 80 Tuntas

9. MULYADI 60 50 Belum Tuntas


10
MULYANI 60 50 Belum Tuntas
.
11
NIA KURNIAWATI 60 70 Tuntas
.
12
NISA KARINA 60 70 Tuntas
.
13
PIAH NURAENI 60 70 Tuntas
.
14
RIANTI 60 70 Tuntas
.
15
RIZAL 60 50 Belum Tuntas
.
16
RUKMINI 60 50 Belum Tuntas
.
32

17
SELI 60 100 Tuntas
.
Jumlah 1150
Rata-rata 67,64

Refleksi Pembelajaran Siklus I


Hipotesis Tindakan
Masalah Pembelajaran
Selanjutnya
A. Kegiatan Guru a.    Tiap siswa dalam kelompok
   Guru telah dapat melaksanakan diberi tugas yang sama antara
prosedur pengajaran sesuai antara lain melaksanakan
dengan skenario yang ada pada praktek
rencana pembelajaran, meskipun
masih ada keraguan dan siswa b.    Siswa dibimbing secara
yang tidak aktif kurang mendapat intensif secara individu, baik
perhatian dari guru. dalam kegiatan menjelaskan
maupun dalam kerja kelompok
B. Kegiatan Siswa
   Siswa secara umum tampak
memiliki minat belajar yang tinggi
dalam belajar, akan tetapi masih
perlu penjelasan guru dalam
Kelompok kerja

Hasil refleksi dari siklus I merupakan rekomendasi untuk siklus II


agar pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun kegiatan perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus 2
antara lain merevisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terutarna dalam
Proses Belajar Mengajar
C.    Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 2
Tindakan penelitian siklus 2 berdasarkan repleksi siklus l, dan
hasilnya disusun berdasarkan katagori data dibawah ini :
33

1.  Proses Pembelajaran


Proses Pembelajaran Siklus 2
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Kegiatan Awal
•  Guru mengawali kegiatan •  Siswa memperhatikan
mengajar dengan pembicaraan guru dengan
mengkondisikan siswa pada antusias
situasi mengajar yang kondusif •  Anak-anak kelihatan
•  Guru menyampaikan informasi semakin penasaran ingin
tentang materi yang akan segera pelajaran dimulai
diajarkan, termasuk kegiatan belajar
menginformasikan belajar
kelompok
•  Guru memberikan apersepsi •  Siswa menjawab pertanyaan
dengan memberikan beberapa guru dengan baik, meski ada
pertanyaan yang ada beberapa siswa yang kurang
hubungannya dengan materi yang memperhatikan guru,
akan diajarkan sehingga ketika diberikan
pertanyaan kebingunan.
2 Kegiatan Inti
•  Guru menjelaskan tentang •  Siswa memperhatikan
konsep konduktor dan Isolator penjelasan guru meski ada
panas beberapa orang siswa yang
•  Guru membagi siswa kurang memperhatikan, akan
dalam 4kelompok, setiap tetapi ketika disuruh
kelompok terdiri dari 4 sampai menjelaskan hampir semua
5 orang siswa. siswa memperhatikannya.
•  Guru membagikan LKS untuk •  Siswa berkelompok
setiap kelompok berdasarkan kelompoknya
•  Guru menyuruh setiap kelompok masing-masing
untuk mengamati percobaan dan•  Siswa menerima Lembar
memberikan lembar kerja untuk Kerja Siswa.
34

dikerjakan oleh setiap kelompok •  Siswa berkumpul masing-


•  Guru membimbinf siswa dalam masing kelompok
kerja kelompok •  Setiap kelompok
•  Guru membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan
menyimpulkan materi pelajaran kelompok sesuai dengan
petunjuk yang ada pada LKS
•  Setiap siswa sangat diberi
kesempatan untuk
melaporkan hasil kerja
kelompoknya dan kelompok
lain sebagai penanya .
•  Siswa dengan bimbingan
guru menyimpulkan
pelajaran
3 Kegiatan Akhir
•  Guru memberikan Lembar •  Siswa mengerjakan soal
evaluasi yang diberikan oleh guru
•  Guru memberikan tindak lanjut
dengan memberikan Pekerjaan
Rumah

2.  Hasil Belajar Siswa Siklus 2


Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang
dilaksanakan pada Siklus 2, masih banyak siswa yang salah, secara rinci
hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut :
Perolehan Nilai Pos Tes Siklus 2
Prosentas
No Nama Siswa KKM Ket
e
1. AKBAR 60 100 Tuntas

2. APRILIA 60 100 Tuntas

3. ASEP KH 60 100 Tuntas


35

4. ASEP PEBRIAN 60 90 Tuntas

5. DANIS 60 70 Tuntas

6. HILMAN NURJAMAN 60 80 Tuntas

7. JENAL ARIPIN 60 80 Tuntas

8. KOSTIMAN 60 100 Tuntas

9. MULYADI 60 50 Tidak Tuntas

10. MULYANI 60 80 Tuntas

11. NIA KURNIAWATI 60 80 Tuntas

12. NISA KARINA 60 100 Tuntas

13. PIAH NURAENI 60 100 Tuntas

14. RIANTI 60 70 Tuntas

15. RIZAL 60 50  TidakTuntas

16. RUKMINI 60 100 Tuntas

17. SELI 60 100 Tuntas


Jumlah 2360
Rata-rata 81,48

Aktivitas Belajar Siswa Kelas VI Dalam Pembelajaran  


IPA
Keterlibatan Pes Sebelu
erta Didik Dalam m
Siklus I Siklus II
Pembelajaran Perbaik
N
an
o
Jumla Jumla
Jumlah
% h % h
Siswa
Siswa Siswa
17,64 41,17
1 Terlibat Aktif 3 7 11
% %
11,76 29,41
2 Terlibat Pasif 2 5 4
% %
36

70,58 29,41
3 Tidak Terlibat 12 5 2
% %
Jumlah 17 100% 17 100% 17

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah siswa dan persentase


siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan
pembelajaran menunjukkan adanya kenaikkan, sebelum perbaikan
pembelajaran siswa yang terlibat aktif hanya 3 orang (17,64%) kemudian
naik pada siklus I menjadi 7orang (41,17 % ).Dan pada siklus II naik
menjadi 11 orang (64,70% ) . Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan.

Lembar Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelompok


No Aspek yang Siklus I Siklus II
Diamati Frekuensi Persentas Frekuensi Persentase
e
1. Mengajukan 5 29,41 % 13 76,47 %
Pendapat
2. Aktif dalam 6 35,29 % 14 82,35 %
Diskusi
3. Menjawab 6 35,29 % 15 88,23 %
Pertanyaan
4. Membantu 11 64,70 % 17 100 %
Mengerjakan
Tugas
            Dari tabel diatas terlihat adanya peningkatan aktivitas diskusi
kelompok mengerjakan LKS.Dalam mengajukan pendapat  pada siklus I
sebanyak 5 orang (29,41%),dan pada siklus II meningkat menjadi  13
orang (76,47 %).Siswa yang aktif dalam diskusi juga meningkat yaitu pada
siklus I sebanyak 6 orang (35,29%) dan meningkat pada siklus II
meningkat menjadi 14 orang (82,35%).Kemudian aktivitas menjawab
37

pertanyaan juga meningkat pada siklus I sebanyak 6 orang (35,29 %) dan


pada siklus II meningkat menjadi 15 orang (88,23 %).Kemudian akyivitas
membantu mengerjakan tugas juga meningkat yaitu sebanyak 11 orang
pada siklus I kemudian sebanyak 17 orang (100%)pada siklus II.

           

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman
siswa tentang Konduktor dan isolator panas dengan menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD
Negeri Nagrak 02 Kecamatan Pacet berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.  Langkah-langkah persiapan yang telah direncanakan untuk pelaksanaan
penelitian berjalan sesuai dengan rencana, dari mulai pembuatan
RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) sampai pembuatan instrumen
yaitu lembar observasi untuk rencana pelajaran, lembar observasi untuk
aktivitas guru dalam mengajar dan lembar observasi untuk kegiatan siswa
dalam belajar, telah berhasil menjaring data sebagai hasil penelitian.
2.  Pelaksanaan pembelajaran tentang konduktor dan isolator panas dengan
menggunakan model Pembelajaran Kooperati Tipe TAI, berjalan sesuai
dengan skenario yang ada pada Rencana Pelaksanaan
38

Pembelajaran (RPP), dan telah berhasil menciptakan situasi belajar yang


kondusif yakni siswa terlibat secara langsung pada proses pembelajaran,
juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar IPA yang semula
dianggap sulit.
3.  Tingkat pemahaman siswa tentang Konduktor dan Isolator Panas setelah
pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI dapat meningkat dengan baik, ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yaitu
pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 67,64 dan pada siklus ke 2
memperoleh nilai rata-rata 81,48.

B.    Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan Proses
Belajar Mengajar (PBM), serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang Konduktor dan Isolator panas ,
ada beberapa hal yang perlu disampaikan antara lain:
1.Guru hendaknya dapat mengembangkan Model-model pembelajaran
yang menarik dan memancing minat siswa dalam pembelajaran
Disamping model-model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi
guru jugahars menggunakan  alat peraga , karena alat peraga mampu
menjembatani pemahaman siswa

2.  Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pelajaran


Ilmu Pengetahuan Alam tentang Konduktor Dan Isolator Panas yang telah
dilaksanakan selama kegiatan penelitian sangat baik, hal ini terbukti dari
hasil evaluasi dari siklus ke 1 dan siklus ke 2 terjadi peningkatan yang
cukup tinggi, disamping situasi belajar sangat kondusif, karena
pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tie
39

TAI dapat melibatkan siswa secara utuh, artinya terlibat dari awal sampai
akhir pembelajaran.
3.  Disamping media pembelajaran yang harus dikuasai, juga alat peraga
yang diperlukan perlu dipersiapkan, karena alat peraga mampu
menjembatani pemahaman siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: BSNP.
Depdiknas, (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar, Dirjen Dikdasmen.
Depdikbud, (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI
Sekolah Dasar. Jakarta Dirjen Dikdasmen.
Depdikbud, (1997). Ilmu Pengetahuan Alam Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas
6. Jakarta Dirjen Dikdasmen.
Kasihani Kasbolah, (1998). Penelitian Tindakan Kelas Dirjen Pendidikan. Tinggi
Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan
IlmuLembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru.
Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosda
Karya.
40

Tim Bina Karya Guru, (2008). IPA SD untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Winataputra, U. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Dapdiknas

Internet :
Haryanto, (2016), Pengertian Belajar Menurut Para
Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/, Diakses
pada tanggal 20 Oktober 2016 jam 16:20 WIB.
Erlangga Ferdian, (2016), Strategi
Pembelajaran, http://erlanggaferdian41.wordpress.com/belajar-dan-
pembelajaran/strategi-pembelajaran/, Diakses pada tanggal  20 Oktober
2016 jam 16:35 WIB
_________, (2016), Pengertian Mengajar (Pengertian Lama dan Pengertian
Baru), http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-mengajar-
pengertian-lama-dan.html, Diakses pada tanggal  20 Oktober 2016 jam
16:28 WIB.
__________, (2016), Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI, http://mey20.wordpress.com/edocation/pembelajaran-kooperatif-tipe-
tai/, diakses pada tanggal  20 Oktober 2016 jam 16:45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai