Teknik Voltametri Pelucutan Anodik Untuk Penentuan Kadar Logam Cu (Ii) Pada Air Laut Pelabuhan Benoa Irdhawati, Emmy Sahara, Dan I Wayan Hermawan
Teknik Voltametri Pelucutan Anodik Untuk Penentuan Kadar Logam Cu (Ii) Pada Air Laut Pelabuhan Benoa Irdhawati, Emmy Sahara, Dan I Wayan Hermawan
ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran logam Cu(II) menggunakan teknik voltametri pelucutan anodik,
dengan menentukan arus puncak larutan standar logam Cu(II) serta kadar logam tersebut pada sampel air laut
Pelabuhan Benoa. Waktu deposisi dan kecepatan pindai dioptimasi sebelum validasi. Parameter validasi yang
dilakukan yaitu rentang konsentrasi linier, limit deteksi, keberulangan pengukuran, dan persen perolehan kembali.
Sampel air laut Pelabuhan Benoa diambil pada dua lokasi berbeda yaitu dermaga ikan tuna dan dermaga 2.
Hasil penelitian menunjukkan waktu deposisi dan kecepatan pindai optimum sebesar 540 detik dan 7 mV/s.
Rentang konsentrasi linier berada pada 50 ~ 1000 ppb dengan koefisien korelasi 0,9998 dan limit deteksi sebesar 29
ppb. Keberulangan pengukuran memiliki rasio Horwitz sebesar 0,05 yang lebih kecil dari 2 dan persen perolehan
kembali sebesar 100,58%. Konsentrasi logam Cu(II) pada air laut dermaga ikan tuna sebesar 188 ppb dan dermaga 2
sebesar 117 ppb. Kadar logam Cu(II) yang terukur pada kedua lokasi sampling melebihi baku mutu air laut untuk
perairan pelabuhan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.
Kata kunci : voltametri pelucutan anodik, air laut, logam Cu, glassy carbon
ABSTRACT
In this research, determination of Cu(II) using anodic stripping voltammetry were conducted by measuring
the current peak of Cu(II) standard solution and the concentration of the metals in the seawater around Benoa Port.
Deposition time and scan rate was optimized before validation. Parameters of the method validation examined were
linear range concentration, limit of detection, repeatability, and % recovery. Seawater samples were collected from
two different locations, which were Dermaga Ikan Tuna and Dermaga 2.
The result showed the optimum deposition time and scan rate were 540 s and 7 mV/s. Linear range
concentrations were 50 to 1000 ppb with correlation coefficient of 0,9998 and the detection limit of 29 ppb. Horwitz
Ratio (HorRat) factor was obtained less than 2 for repeatability measurement and percent recovery was 100.58%.
The concentration of Cu(II) was found to be 188 ppb in Dermaga Ikan Tuna and 117 ppb in Dermaga 2. The
concentration of Cu(II) in the seawater around Benoa Port was higher than the treshold according to Ministry of
Environment Regulation No. 51/2004 for Seawater Quality Standard.
81
JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 81-88
merupakan unsur yang dibutuhkan oleh organisme yang dialirkan (Bard and Faulkner, 2001). Pada
hidup namun akan menjadi toksik pada konsentrasi teknik voltametri elektroda kerja yang digunakan
yang tinggi. Menurut Keputusan Menteri berukuran sangat kecil sehingga memiliki
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, kadar sensitivitas tinggi dan limit deteksi pada skala ppb.
maksimum logam Cu untuk perairan pelabuhan Keunggulan lain pada teknik voltametri adalah
adalah 0,05 ppm. preparasi sampel dan penggunaan instrumen yang
Penentuan kadar logam berat umumnya mudah. Selain itu, teknik voltametri juga dapat
menggunakan teknik atomic absorption mengukur kadar logam pada suatu sampel secara
spectrophotometry (AAS) dengan menggunakan simultan (Zhang, et al., 2010). Berdasarkan
nyala dalam proses atomisasi, namun teknik AAS penelitian yang dilakukan oleh Zhang, et al.
dengan menggunakan nyala memiliki kelemahan (2010), penentuan kadar logam secara Pb, Cd, dan
yaitu kurang efisien pada saat proses atomisasi. Cu secara simultan dengan menggunakan teknik
Hal ini dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, voltametri pelucutan masing-masing memiliki
mayoritas kabut yang dihasilkan selama proses limit deteksi 16,58 ppb, 10,12 ppb, dan 38,13 ppb.
pengkabutan terlalu besar untuk dibawa oleh gas Teknik voltametri yang sering digunakan
pembawa menuju nyala sehingga hanya sekitar dalam analisis kandungan logam pada sampel
10% larutan yang dapat sampai pada nyala. Kedua, tertentu adalah teknik voltametri pelucutan anodik.
volume gas pembawa yang besar menghilangkan Pada voltametri pelucutan anodik terdapat dua
atom yang akan dianalisis. Selain itu, teknik AAS tahap yang terjadi selama analisis yaitu deposisi
tidak dapat mengukur kadar logam secara simultan dan pelucutan (stripping). Pada tahap deposisi, ion
sehingga penentuan kadar logam dilakukan satu logam akan direduksi pada permukaan elektroda
persatu (Harvey, 2000). Teknik lain yang dan dioksidasi kembali saat proses pelucutan
digunakan dalam penentuan kadar logam adalah (stripping) (Wang, 2001).
teknik Inductively Coupled Plasma-Mass Kinerja dari teknik voltametri sangat
Spectrometry (ICP-MS) (Ho, et al., 2010). Hasil dipengaruhi oleh material elektroda kerja.
penelitian yang dilakukan Ho, et al. (2010) Elektroda kerja yang banyak digunakan antara lain
menunjukkan bahwa dalam penentuan kadar adalah elektroda raksa, elektroda karbon, atau
logam Pb, Cd, dan Cu pada sampel air laut elektroda logam mulia (terutama platina dan
masing-masing memiliki limit deteksi 0,8 ppt, 0,4 emas). Penggunaan elektroda kerja berbasis raksa
ppt, dan 11,0 ppt. Berdasarkan hasil tersebut, memerlukan penanganan khusus karena sifatnya
teknik ICP-MS memiliki keunggulan dengan yang beracun. Selain itu, elektroda raksa juga
memiliki limit deteksi yang lebih rendah memiliki kekurangan pada rentang potensial anoda
dibandingkan AAS. Teknik ICP-MS memiliki yang pendek, sehingga tidak dapat digunakan
keunggulan lain yaitu dapat menentukan kadar untuk pengukuran senyawa-senyawa yang mudah
logam dalam suatu sampel secara simultan. teroksidasi. Elektroda alternatif yang biasa
Namun, teknik ICP-MS memiliki kelemahan jika digunakan adalah elektroda yang berbahan
digunakan untuk analisis kadar logam pada sampel padatan. Elektroda padat memiliki keunggulan
air laut. Kandungan garam yang tinggi pada air karena lebih aman dan rentang potensial anoda
laut dapat menjadi pengganggu dalam penentuan yang lebih luas. Bahan padat yang sering
kadar logam yang dianalisis. Oleh karena itu, digunakan sebagai elektroda kerja adalah karbon,
sebelum dilakukan analisis kadar logam pada platina, dan emas. Elektroda yang berbasis karbon
sampel air laut dengan teknik ICP-MS perlu adalah salah salah satu elektroda sedang
dilakukan preparasi khusus pada sampel untuk berkembang dalam elektroanalisis karena memiliki
meminimalisasi gangguan-gangguan tersebut (Ho, keunggulan, diantaranya rentang potensial yang
et al., 2010). luas, harga yang murah, inert, dan dapat
Voltametri adalah salah satu teknik diaplikasikan untuk bermacam-macam sensor
elektrokimia yang dapat digunakan sebagai (Wang, 2001).
alternatif dalam analisis logam. Prinsip analisis
voltametri adalah pengukuran arus yang dihasilkan
dari reaksi redoks analit karena adanya potensial
82
ISSN 1907-9850
LD
83
JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 81-88
84
ISSN 1907-9850
540 s 125
dengan Gambar 3.
Ip (µA)
120
100 570 s 115
110
80
Ip (µA)
105
440 460 480 500 520 540 560 580
Waktu deposisi (detik) 160 1 mV/s
60 160
3 mV/s
140
155
40 5 mV/s 150
120 7 mV/s
Ip (µA)
145
20 9 mV/s
140
100
0 135
Ip (µA)
80 0 2 4 6 8 10
60
-0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2
40
Potensial (V)
20
85
JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 81-88
Gambar 4 menunjukkan nilai koefisien dihasilkan oleh blanko dengan arus puncak yang
korelasi pada rentang 5 ppb ~ 4000 ppb tidak dihasilkan oleh analit.
mendekati satu sehingga pada rentang tersebut
bukan merupakan rentang konsentrasi linier. Keberulangan Pengukuran
Pada konsentrasi 50 ppb~1000 ppb Data arus puncak yang diperoleh pada
kenaikan arus puncak berbanding lurus dengan penentuan keberulagan pengukuran dibuat grafik
kenaikan konsentrasi, sehingga memberikan seperti Gambar 6.
hubungan yang linier antara konsentrasi dengan
arus puncak. Jika data arus puncak pada rentang 200
Ip (µA)
160
160
y = 0,1580x - 1,5098
150
140 r = 0,9998
120 140
100 130
0 2 4 6 8 10
Ip (µA)
80
Pengulangan Ke-
60
40
Gambar 6. Kurva Keberulangan Pengukuran
20
Larutan Standar Cu(II) 1 ppm
0
86
ISSN 1907-9850
Kadar logam Cu(II) ditentukan dengan lokasi sudah melewati baku mutu menurut
menggunakan metode adisi standar dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51
komposisi penambahan larutan standar sesuai Tahun 2004.
dengan Tabel 2. Data arus puncak yang diperoleh Berdasarkan hasil pengukuran diketahui
kemudian dibuat kurva adisi standar dan dihitung bahwa lokasi A memiliki kandungan Cu(II) yang
untuk mendapatkan persamaan garis. Kurva adisi lebih tinggi dari lokasi B. Hal ini disebabkan pada
standar dan persamaan garis sampel lokasi A dan lokasi A terdapat banyak aktivitas nelayan seperti
B ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8. mengisi bbm, bongkar muat ikan, dan lain-lain.
Sumber pencemar logam Cu pada air laut masing-
18
masing disebabkan oleh pengikisan cat kapal dan
y = 0,0929x + 1,7505
16 r = 0,9997
pengawet kayu (Connel and Miller, 1995)
14
12
10 SIMPULAN DAN SARAN
Ip (µA)
8
6 Simpulan
4 1. Pengukuran validitas larutan standar Cu(II)
2
dengan menggunakan teknik voltametri
0
-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 pelucutan anodik menunjukkan hasil yang baik.
Konsentrasi larutan standar yang ditambahkan (ppb) Rentang konsentrasi linier ketiga larutan
standar 50 ppb~1000 ppb dengan koefisien
Gambar 7. Kurva Adisi Standar Pengukuran korelasi 0,9998. Limit deteksi larutan standar
Cu(II) pada Sampel Lokasi A Cu(II) sebesar 29 ppb. Keberulangan
(dermaga ikan tuna) pengukuran larutan standar Cu(II) memiliki
rasio Horwitz lebih kecil dari 2. Persen
perolehan kembali larutan standar Cu(II)
sebesar 100,58%.
18 y = 0,0986x + 1,1596, 2. Lokasi A (dermaga ikan tuna) dan lokasi B
16 r = 0,9999
(dermaga 2) memiliki kandungan logam Cu(II)
14
masing-masing sebesar 188 ppb dan 117 ppb.
12
Hasil tersebut menunjukkan kandungan logam
10
Cu(II) pada kedua lokasi tersebut sudah
Ip (µA)
8
tercemar
6
4
Saran
2
Perlu dilakukan modifikasi elektroda kerja
0
-20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
seperti impregnasi senyawa organik atau membran
Konsentrasi larutan standar yang ditambahkan (ppb) yang lebih selektif terhadap analit. Selain itu juga
perlu dilakukan pemurnian sampel sebelum
dilakukan analisis agar tidak banyak pengganggu
yang dapat dapat mempengaruhi arus puncak yang
Gambar 8. Kurva Adisi Standar Pengukuran
dihasilkan.
Cu(II) pada Sampel Lokasi B
(dermaga 2)
Persamaan garis yang diperoleh UCAPAN TERIMA KASIH
menunjukkan kadar logam Cu(II) dapat diketahui
dengan cara mensubstitusi nilai y = 0 ke dalam Penulis mengucapkan terima kasih kepada
persamaan garis. Kadar logam Cu(II) pada lokasi pihak Pelabuhan Benoa yang telah memberi izin
A adalah 188 ppb sedangkan pada lokasi B adalah untuk pengambilan sampel air laut
117 ppb. Kandungan logam Cu(II) pada kedua
87
JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 81-88
88