Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Fisika: Seri Konferensi

KERTAS • AKSES TERBUKA

Analisis Mineral dan Karakteristik Fisik Pasir Pantai di Desa


Latuhalat dan Suli Untuk Mendukung Geowisata Pantai Provinsi
Maluku
Mengutip artikel ini: SM Sapulete dkk 2020 J. Fisik.: Konf. Ser.1463 012033

Lihat artikel online untuk pembaruan dan penyempurnaan.

Konten ini diunduh dari alamat IP 203.78.119.60 pada 31/07/2021 pukul 04:32
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

Analisis Mineral dan Karakteristik Fisik Pasir Pantai di


Desa Latuhalat dan Suli Untuk Mendukung Geowisata
Pantai Provinsi Maluku

SM Sapulete1*, M Souisa2, T Salelatu3


1.2,3 Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Pattimura
1.2 Pusat Geosains & Mitigasi Bencana, Fakultas MIPA, Universitas Pattimura

1.2 Laboratorium Gerakan Massa, Fakultas MIPA, Universitas Pattimura

* Email: sisca_sapulete@yahoo.com

Abstrak. Dari segi bumi, kepulauan Maluku merupakan formasi yang unik. Karena Maluku berada
pada pertemuan empat lempeng dunia (lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng Laut
Filipina dan Lempeng Eurasia) sehingga memiliki struktur geologi yang menarik. Salah satu formasi
yang unik adalah memiliki ribuan pulau dengan pantai pasir putih yang menawan. Pantai pasir putih
merupakan bagian dari keanekaragaman geowisata di Maluku, sehingga penelitian dilakukan di
Latuhalat (pantai Santai dan Namalatu) dan Suli (pantai Natsepa) yang bertujuan untuk
mengidentifikasi bentuk dan ukuran pasir pantai, menganalisis kandungan mineral menggunakan X-
RD dan metode X-RF. Hasil penelitian menunjukkan bentuk butiran pasir pantai Santai dan Namalatu
Desa Latuhalat teridentifikasi berbentuk lonjong tidak beraturan dengan ukuran rata-rata butiran
pasir Santai sebesar 0,12 mm dan pasir Namalatu sebesar 0,21 mm. Sedangkan bentuk butiran pasir
di pantai Natsepa Desa Suli diidentifikasi berbentuk bulat dengan ukuran butir rata-rata 0,10 mm.
Pantai di ketiga lokasi tersebut tergolong jenis pantai berpasir (sand sediments) dengan jenis batuan
batupasir. Pasir di Namalatupantai, Pantai Santai, dan pantai Natsepa memiliki ukuran butir sangat
halus sampai sedang dan mengandung mineral Aragonit (CaCO3) dan Kuarsa (SiO2) yang dominan.
Bentuk dan ukuran butiran pasir dan mineral penyusunnya sangat baik untuk mendukung geowisata
pantai Namalatu dan Santai di Desa Latuhalat dan pantai Natsepa di Desa Suli.

1. Perkenalan
Sebagai jenis pariwisata baru, geowisata diciptakan untuk memanfaatkan nilai estetika lanskap di
permukaan dan di bawah permukaan bumi secara arif dan bijaksana. Wisata alam ini memanfaatkan aspek
tak hidup dari keanekaragaman bumi (geodiversity). Penggalian dan pengembangan daya tarik fenomena
bumi yang membentuk geowisata ini seluruhnya didasarkan pada program pariwisata yang berorientasi
pada percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Kegiatan konservasi sumber daya alam geologi diperlukan untuk mencegah kerusakan yang
menurunkan makna dan fungsi keberadaannya (pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan,
pariwisata dan sebagainya). Dalam konteks pengelolaan sumber daya alam geologi, kawasan rawan
bencana menjadi objek penting yang erat kaitannya dengan upaya mitigasi. Untuk itu diperlukan kajian
analisis pasir pantai di pesisir daerah penelitian dan dampaknya serta perencanaan untuk memaksimalkan
manfaat geologi dalam kehidupan khususnya untuk kegiatan geowisata pesisir.

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuanLisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut dari
karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

2. Eksperimental

2.1. Area penelitian


Terdapat tiga lokasi yang dijadikan daerah penelitian, yaitu lokasi pantai Natsepa di Desa Suli dan pantai
Namalatu serta pantai Santai di Desa Latuhalat, seperti terlihat pada Gambar 1. Pengambilan sampel pasir
dilakukan di tiga daerah penelitian. Pengukuran laboratorium dilakukan untuk mendapatkan bentuk dan
ukuran butiran pasir, sedangkan untuk mendapatkan jenis mineral pasir dan persentase unsur dominan
digunakan metode geokimia yaitu XR-D (X-Ray Diffraction) dan XR-F ( metode X-Ray Fluoresensi).

Gambar 1.Peta topografi daerah penelitian

2.2. akuisisi data


Pengambilan data lapangan dilakukan di ketiga lokasi, dimulai dengan penelusuran data koordinat dan
pengukuran geometri bentangan pantai dan pengambilan sampel pasir. Panjang garis pantai dapat
ditambah atau dikurangi berdasarkan lokasi survey atau sesuai dengan target informasi ketersediaan
pasir pantai. Akuisisi data lapangan sebagai berikut:
- Data pengukuran lapangan, berupa data koordinat pelacakan untuk setiap titik koordinat (Tk1,
Tk2, Tk3, ……,TkN), panjang garis pantai (L), lebar garis pantai (w1, w2, ...., wN) dan kemiringan garis pantai
(S1, S2, ……, SN).
- Pengambilan sampel dilakukan dengan titik pengambilan sampel berada pada zona intertidal pada masing-masing lokasi, kemudian
koordinat titik-titik yang diukur. Pipa paralon 3 inci digunakan untuk mengambil sampel secara vertikal
dengan ketebalan lapisan 30 cm dari permukaan.

2.3. Pemrosesan data lapangan

Langkah-langkah dalam pengolahan data didasarkan pada pengukuran lapangan dan pengukuran laboratorium
sampel pasir.
Sebuah. Memproses data lapangan

• Peta kontur dibuat di setiap lokasi pengamatan.


• Menggambarkan garis pantai menurut data pengukuran.
B. Pengolahan sampel pasir dari pengukuran laboratorium
• Sampel yang telah diambil kemudian diaduk hingga merata, setelah itu ditimbang
menggunakan timbangan analitik seberat 100 gram dan (3x500) gram. Sebanyak 500
gram sampel digunakan untuk analisis fraksi sedimen, 100 gram digunakan untuk

2
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

mengamati bentuk butir, sedangkan analisis kandungan mineral menggunakan XR-D dan XR-F membutuhkan sekitar
500 gram sampel pasir.
• Perhitungan ukuran butir berdasarkan analisis fraksi sedimen menggunakan metode pengayakan basah.
Sampel pengayakan pasir menggunakan saringan bertingkat untuk memisahkan butir sedimen berdasarkan
fraksi ukuran butir, sehingga diperoleh rata-rata diameter ukuran butir pasir menggunakan persamaan [1],
sebagai berikut:

%dari massa pasir  ukuran butir


D    100
(1)

di mana d = nilai ukuran butir rata-rata (mm). Berat sampel pasir ditimbang menggunakan
timbangan analitik [2].
• Pengamatan karakteristik bentuk pasir dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
• Analisis bentuk butiran pasir dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengangkutan
sampel dari batuan induk.
C. Analisis sampel pasir mineral
• Analisis kristalinitas dengan XR-D
Analisis mineral sampel pasir dengan metode XR-D digunakan untuk mengetahui komposisi
unsur suatu bahan berupa kandungan mineral, persentase, dan derajat kristalinitas mineral
dari suatu sampel, sehingga dapat digunakan untuk menentukan akumulasi pasir. pola
difraksi digunakan untuk menentukan susunan partikel dalam pola padat.
• Analisis unsur sampel dengan XR-F [3,4].
Metode XR-F merupakan salah satu metode yang digunakan untuk analisis unsur dalam material (pasir
pantai) secara kualitatif dan kuantitatif. Karakterisasi XR-F dilakukan pada sampel pasir pantai untuk
mendapatkan data berupa persentase unsur yang terkandung dalam sampel yang diuji.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Bentuk butiran pasir pantai
Sebanyak 100 gram pasir di setiap lokasi diamati secara visual sebelum proses pemisahan. Selanjutnya,
proses pemisahan (ekstraksi) diamati di bawah mikroskop, terjadi perubahan warna dan bentuk yang
signifikan. Sebelum pengolahan pasir terlihat agak kecoklatan dibandingkan setelah proses pemisahan
(Gbr. 1 (bc), 2 (bc) dan 2 (bc)). Perubahan warna pasir tersebut menunjukkan adanya perubahan
kandungan mineral pada pasir pantai [5]. Bentuk pasir pantai yang dihasilkan oleh abrasi selama
pengangkutan, dimana terjadi tumbukan dengan batuan dasar sehingga berubah bentuk dari bersudut
menjadi bulat. Semakin jauh jarak yang ditempuh butiran pasir maka semakin kompleks dan semakin
bulat bentuk butiran pasir tersebut [6,7].

3.2. Ukuran butiran pasir pantai


Berdasarkan analisis fraksi sedimen pantai, diameter rata-rata butiran pasir di pantai Santai adalah 0,12
mm, pasir di pantai Namalatu adalah 0,21 mm, dan pasir di pantai Natsepa adalah 0,10 mm. Sedimen
pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai dalam bentuk pasir. Jadi berdasarkan ukuran
diameter butir pasir yang diklasifikasikan menurut skala Wentworth [8], pasir di pantai Namalatu termasuk
dalam kelas ukuran butir pasir sedang, pasir di pantai Santai termasuk dalam kelas ukuran butir pasir
halus. , dan pasir di pantai Natsepa diklasifikasikan dalam kelas ukuran butir pasir sangat halus (Gbr. 3).

3
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

Gambar 2. Perubahan warna pada pasir di ketiga daerah penelitian. (a) Peta hasil tracking lokasi
penelitian di Google Earth, (b) sebelum proses ekstraksi pasir pantai Santai, (c) setelah proses
pemisahan pasir pantai Santai

Gambar 3.Pengukuran massa butiran pasir di pantai Santai, Namalatu dan Natsepa

3.3. Kandungan mineral dalam pasir pantai


Hasil analisis kualitatif menggunakan XR-D pada pasir pantai di tiga lokasi yaitu pasir di Santai
pantai (Gambar 4) menunjukkan kandungan mineral utama yang didominasi oleh aragonit (CaCO3),
kalsit magnesian (MgCaO3) dan kuarsa (SiO2) dan diikuti oleh mineral lain seperti Frondelite (MnFe4
(PO4)3(OH)5) dan Tschernichite ((Ca, Na) Si6Al2HAI16.8H2HAI). CaCO3, MgCaO3, dan SiO2 terdaftar di
puncak sudut 2θ. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh [9]. CaCO3 memiliki
puncak tertinggi terdapat pada sudut difraksi 25,15° dengan intensitas 27500 cps dan memiliki
frekuensi. Kemudian diikuti oleh SiO2 memiliki puncak tertinggi ditemukan pada sudut difraksi 71,20 ° dengan
intensitas 18500 cps. Kandungan SiO2 dan Kalsium (Ca) yang tinggi terdapat pada pasir berukuran sedang.
Ada beberapa wilayah pesisir di Pulau Ambon yang memiliki pantai berpasir hitam, seperti penelitian yang
dilakukan oleh [11] di pesisir Bantul Yogyakarta.

4
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

Gambar 4. Spektrum kandungan mineral di pasir pantai Santai

Gambar 5. Spektrum kandungan mineral di pasir pantai Namalatu

Gambar 6. Spektrum kandungan mineral di pasir pantai Natsepa

Hasil analisis kuantitatif menggunakan X-Ray Fluorescence (Tabel 1) diperoleh kandungan unsur
dominan pada pasir pantai Santai adalah Kalsium (Ca) sebesar 89,70% kemudian disusul Silika (Si) sebesar
3,15% dan sisanya berupa pengotor dengan beberapa kandungan unsur dengan persentase lebih kecil
dari 2%. Kandungan unsur dominan pada pasir pantai Namalatu mengandung Kalsium (Ca) sebesar
82,80%, disusul Silika (Si) sebesar 7,23% dan Magnesium (Mg) sebesar 2,77%, dan sisanya terdapat pada

5
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

berupa pengotor dengan beberapa kandungan unsur yang persentasenya lebih kecil dari 2%. Selanjutnya
kandungan unsur dominan pada pasir pantai Natsepa mengandung kalsium (Ca) yang cukup tinggi yaitu sebesar
62,90% kemudian disusul silika (Si) sebesar 21,70%, aluminium (Al) sebesar 4,70%, besi (Fe) sebesar
2,80%, kalium (K) sebesar 2,48%, dan sisanya berupa pengotor dengan beberapa kandungan unsur
yang persentasenya lebih kecil dari 2%.
Dengan ditemukannya kandungan Kalsium (Ca) yang tinggi diikuti dengan Silika (Si) mengakibatkan paparan
pasir putih di sepanjang pantai. Kandungan pasir bervariasi tergantung pada lokasi batu dan kondisinya. Pasir
putih di pesisir pantai mencerminkan keberadaan unsur Silica. Kandungan mineral pengotor yang terdapat pada
pasir berkalsium tinggi merupakan kandungan pengotor yang terbawa selama proses pengendapan yang juga
dapat memberikan efek visual pada pasir pantai. Keberadaan strontium (Sr) di pasir pantai berkaitan dengan
kelimpahan organisme pembentuk sedimen. Pasir pantai Santai dan Namalatu dapat dikatakan memiliki tingkat
kemurnian kalsium yang tinggi karena unsur-unsur lainnya kurang dari 15%. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh [12].

Tabel 1. Hasil analisis pasir pantai kuantitatif menggunakan XR-F

Nama dari Persentase massa%


menggabungkan Pasir Santai Pasir Namalatu Pasir Natsepa

tidak 0,42 0,64 0,99


Mg 1.95 2.77 1.19
Al 0,61 1.69 4.70
Si 3.15 7.23 21.70
P 0,09 0,07 0,10
S 0.31 0.33 0,44
Cl 0,43 0,51 0,97
K 0.17 0,41 2.48
Ca 89.70 82.80 62.90
Fe 1.21 1.97 2.80
Bersama - - 0,06
Rb - - 0,04
Sri 1.91 1.57 1.35
W - - 0.24

Ketiga kawasan penelitian tersebut selama ini difungsikan sebagai geowisata pantai bagi pengunjung
wisatawan domestik dan mancanegara. Pasir di tiga lokasi geowisata pantai dengan warna yang berbeda
karena mengandung lebih banyak kalsium karbonat (CaCO3) yang berasal dari karang, pecahan kerang dan
berasal dari hewan laut. Sehingga pasir dengan CaCO3 kandungannya, selain digunakan sebagai tempat rekreasi,
berjemur setelah mandi, juga dapat digunakan sebagai terapi kesehatan dengan berjemur atau bisa berbaring
tubuh di pasir dan menutupinya sampai ke leher selama beberapa menit.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil interpretasi dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:
Sebuah. Bentuk pasir pantai Santai dan Namalatu di Desa Latuhalat teridentifikasi berbentuk lonjong tidak
beraturan dengan ukuran rata-rata pasir di pantai Santai sebesar 0,12 mm dan pasir Namalatu sebesar 0,21
mm. Sedangkan bentuk pasir pantai Natsepa di Desa Suli diidentifikasi berbentuk bulat dengan

6
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

ukuran butir rata-rata 0,10 mm. Pantai di ketiga lokasi tersebut tergolong jenis pantai berpasir
(sand sediments) dengan jenis batuan batupasir.
B. Pasir di pantai Namalatu, pantai Santai, dan pantai Natsepa memiliki ukuran butir yang sangat halus hingga sedang
ukuran butir dan di dalamnya didominasi oleh Aragonit (CaCO3) dan kuarsa (SiO2) mineral. Bentuk
dan ukuran butiran pasir dan mineral yang menyusunnya sangat baik untuk mendukung
Geowisata pantai Namalatu dan Santai di Desa Latuhalat dan pantai Natsepa di Desa Suli.

Referensi

[1] Wentworth CK 1922 Skala kelas dan istilah kelas untuk sedimen klastik Jurnal Geologi
30 377-392.

[2] Dyer KR 1986 Dinamika Sedimen Pesisir dan Muara Buku John Wiley dan Sons Ltd., New York.

[3] Poppe LJ, Paskevich VP, Hathaway JC, dan Blackwood DS 2001 Diagram alir identifikasi tanah
liat: manual laboratorium untuk difraksi serbuk sinar-x Laporan Open-File Survei Geologi AS
01-041.

[4] Teknik Difraksi Sinar-X Harris W dan White N 2008 untuk Identifikasi Mineral Tanah in
Drees, LR dan Ulery, AL (ed.), Metode Analisis Tanah - Bagian 5: Metode Mineralogi, 3
81-116.

[5] Ingmanson DE dan William JW 1985 Oseanografi Buku Perusahaan Penerbitan Wadsworth,
Belmon, California.

[6] Webster JR, Roy PK, Ryan SW dan Christopher AC 2003 Analisis mineral berat batupasir dengan
analisis rietveld JCPDS - Pusat Internasional untuk Data Difraksi, Kemajuan dalam Analisis X-ray
46 198-203.

[7] Sundararajan M, Bhat KH dan Velusamy S 2010 Investigasi karakterisasi mineralogi dan
kimia endapan ilmenit di Northern Keral Coast, India Jurnal Penelitian Ilmu Kebumian 2
36-40.

[8] Hutabarat S dan Evans SM 2000 Pengantar Oseanografi Buku Universitas Indonesia Pers,
Jakarta.

[9] Shen Y, Xie A, Chen Z, Xu W, Yao H, Li S, Huang L, Wu Z dan Kong X 2007 Sintesis kalsium
karbonat nanocrystals terkontrol dengan multi-morfologi dalam mikroemulsi bicontinuous
yang berbeda Ilmu dan Teknik Material 443 95-100.

[10] Armstrong-Altrin JS, Nagarajan R, Lee Y Il, Kasper-Zubillaga JJ dan Córdoba-Salda LP


2014 Geokimia pasir di sepanjang pantai San Nicolás dan San Carlos, Teluk California,
Meksiko: implikasi untuk asal dan pengaturan tektonik Jurnal Ilmu Bumi Turki 23
533-558.

[11] Rusianto T, Wildan MW, Abraha K dan Kusmono 2012 Potensi Pasir Besi Dari Pantai Bantul
Yogyakarta Sebagai Bahan Baku Magnet Keramik, Jurnal Teknologi, 5(1), 62-69.

7
Konferensi Internasional ke-5 tentang Ilmu Dasar IOP Conf. Penerbitan IOP
Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri1463 (2020) 012033 doi:10.1088/1742-6596/1463/1/012033

[12] Noviyanti, Jasruddin dan Sujiono EH 2015 Karakterisasi kalsium karbonat (CaCO3) dari Kapur
Kelurahan Tellu Limpoe Kecamatan Suppa Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika 11
169 – 172.

Anda mungkin juga menyukai