Keesokan harinya, Alfi menemuiku di kelas. Wajahnya seperti kebingungan, dia bertanya
padaku.
“Di, kamu sudah dapat kostum?” tanya Alfi dengan raut cemas.
“Belum, tetanggaku ada kostum polwan, tapi masalahnya, kostumnya pendek.” jawabku.
“Bagaimana kalau nanti sete;ah pulang sekolah, kita coba pinjam ke Polsek Prembun?”
ajak Alfi.
“Baiklah.” jawabku.
Hari itu, Tuti ulang tahun. Dia mengajakku, Alfi, Yuli, dan Ayu makan bakso. Kita
makan bersama. Setelah selesai makan, aku dan Alfi berencana pergi ke POLSEK Prembun
untuk meminjam kostum polwan. Sebelum ke POLSEK Prembun, aku dan Alfi mengunjungi
salon-salon. Namun, di salon tidak menyediakan kostum polwan untuk remaja seusiaku. Jadi,
terpaksa aku dan Alfi harus ke Polsek Prembun.
“Seragam polwan? Baru saja teman kalian datang meminjam.” jelas Pak Polisi
“Kami mau meminjam seragam polwan, ada Mbak?” tanyaku dan Alfi.
“Ada, tapi sekarang lagi dipinjam buat karnaval.” jawab kedua polwan tersebut.
“Nggak tahu, katanya besok pagi baru di laundry, Sabtunya kita nggak tugas.”
Aku dan Alfi kembali dengan pasrah. Di tepi jalan, kami sempat bingung. Akhirnya,
kami berencana untuk ke Polres Kebumen. Awalnya, kami ragu, namun niatlah yang membawa
kami pergi ke Polres. Tanpa pikir panjang, saat ada minibus dari timur, kami segera naik.
Sesampainya di depan Polres Kebumen, aku dan Alfi turun. Kami sempat ragu untuk
masuk, karena baru kali ini kami ke Polres, tidak untuk kepentingan pemerintahan, namun untuk
meminjam kostum.
Bagaimanapun alasannya, Aku dan Alfi sudah terlanjur sampai Polres Kebumen. Jadi,
kami harus masuk. Setelah masuk, kami mendadak keringat dingin, bingung, dan tidak tahu
kemana kami harus pergi dan siapa yang harus ditemui.
Akhirnya, kami masuk ke sembarang ruang yang ada di Polres. Kami memasuki ruangan
yang ada di depan.
“Ada apa?” tanya Pak Muhtar, salah satu anggota polisi di Kebumen.
“Ooh, kalau seragam polwan, pinjamnya bukan disini. Coba tanya ke polwan yang
sedang istirahat, di sebelah ruang pengamanan narkoba.” jelas Pak Muhtar.
Aku dan Alfi mencoba mencari ruangan tersebut. Akhirnya, kami menemukan ruangan
tersebut. Kami masuk dan bertemu Ibu Polwan.
“Baju polwan? Saya tidak punya yang nganggur, coba tanya Mbak Triana di ruang ini.”
jelas Ibu Polwan.
Aku dan Alfi masuk ke dalam ruangan tersebut. Kami mendadak keringat dingin dan deg
degan. Berbgai pertanyaan muncul pada kami. Mulai dari nama, sampai alas an meminjam
kostum.
“Ada apa dik?” tanya Mbak Triana, salah satu Polisi Wanita di Polres Kebumen.
“Tapi, kalau di rumah saya ada empat. Kalau mau pinjam, kamu harus menunggu saya
pulang. Rumah saya dekat kok.” Jelas Mbak Triana.
Aku dan Alfi tersenyum mendengarnya. Namun, setelah dipikir-pikir, aku dan Alfi ingin
pulang. Menunggu polwan pulang itu lama, balum lagi, menunggu apel selesai. Kemudian, aku
dan Alfi berniat pulang.
Aku dan Alfi duduk kembali sambil menunggu Mbak Triana pulang. Tepat pukul 15.04
WIB, apel selesai. Kami keluar dan menunggu Mbak Triana di depan Polres Kebumen.
“Ini kostumnya, udah punya celana sama jilbabnya kan?” tanya Mbak Triana.
Syukurlah ada Mbak Triana, kalau tidak, mungkin kami sia-sia datang ke Polres
Kebumen. Setelah mendapat kostum, kami pulang dan menunggu minibus.
“Di, ini betul-betul perjuangan. Dari Polsek Prembun smpai Polres Kebumen.” ucap Alfi.
No :09
Kelas : IX A