Anda di halaman 1dari 5

Dibalik Kostum Karnaval

Pada tanggal 26 Agustus 2017, sekolahku mengadakan karnaval. Semua siswa


diharuskan memakai kostum sesuai perjanjian. Aku berniat untuk memakai kostum polwan.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengatakan hal tersebut saat ditanya mengenai kostum
yang dipakai oleh Bu Anna.

Keesokan harinya, Alfi menemuiku di kelas. Wajahnya seperti kebingungan, dia bertanya
padaku.

“Di, kamu sudah dapat kostum?” tanya Alfi dengan raut cemas.

“Belum, tetanggaku ada kostum polwan, tapi masalahnya, kostumnya pendek.” jawabku.

“Bagaimana kalau nanti sete;ah pulang sekolah, kita coba pinjam ke Polsek Prembun?”
ajak Alfi.

“Baiklah.” jawabku.

Hari itu, Tuti ulang tahun. Dia mengajakku, Alfi, Yuli, dan Ayu makan bakso. Kita
makan bersama. Setelah selesai makan, aku dan Alfi berencana pergi ke POLSEK Prembun
untuk meminjam kostum polwan. Sebelum ke POLSEK Prembun, aku dan Alfi mengunjungi
salon-salon. Namun, di salon tidak menyediakan kostum polwan untuk remaja seusiaku. Jadi,
terpaksa aku dan Alfi harus ke Polsek Prembun.

Di Polsek Prembun, suasana hening. Aku dan Alfi masuk.

“Permisi Pak.” sapa Alfi.

“Iya, ada apa?” tanya Pak Polisi

“Kami mau meminjam seragam polwan, ada pak?” tanyaku.

“Seragam polwan? Baru saja teman kalian datang meminjam.” jelas Pak Polisi

Aku dan Alfi saling tatap…

“Terimakasih Pak.” ucapku dan Alfi.


Kami berhenti sejenak di Polsek Prembun. Aku dan Alfi bingung, kemana lagi meminjam
kostum. Akhirnya, Alfi mengajakku untuk pergi ke Polsek Kutowinangun. Kami segera
menyebrang jalan dan menunggu minibus. Beberapa saat kemudian, minibus datang. Saat kami
turun tepat di depan Polsek Kutowinangun, kami melihat banyak orang di piggir jalan. Ternyata,
hari itu Kutowinangun sedang menyelenggarakan karnaval. Kami berhenti sejenak melihat
karnaval. Setelah melihat kanaval, kami segera masuk ke Polsek Kutowinangun untuk
meminjam kostum. Aku dan Alfi bertemu dua orang polwan yang sedang berjaga.

“Permisi Mbak.” sapaku dan Alfi kompak.

“Iya dek, ada apa?” tanya polwan padaku dan Alfi.

“Kami mau meminjam seragam polwan, ada Mbak?” tanyaku dan Alfi.

“Ada, tapi sekarang lagi dipinjam buat karnaval.” jawab kedua polwan tersebut.

Aku dan Alfi menghembuskan nafas…

“Kalau besok pagi bagaimana Mbak?” tanyaku

“Nggak tahu, katanya besok pagi baru di laundry, Sabtunya kita nggak tugas.”

Aku dan Alfi kembali dengan pasrah. Di tepi jalan, kami sempat bingung. Akhirnya,
kami berencana untuk ke Polres Kebumen. Awalnya, kami ragu, namun niatlah yang membawa
kami pergi ke Polres. Tanpa pikir panjang, saat ada minibus dari timur, kami segera naik.

Sesampainya di depan Polres Kebumen, aku dan Alfi turun. Kami sempat ragu untuk
masuk, karena baru kali ini kami ke Polres, tidak untuk kepentingan pemerintahan, namun untuk
meminjam kostum.

Bagaimanapun alasannya, Aku dan Alfi sudah terlanjur sampai Polres Kebumen. Jadi,
kami harus masuk. Setelah masuk, kami mendadak keringat dingin, bingung, dan tidak tahu
kemana kami harus pergi dan siapa yang harus ditemui.

Akhirnya, kami masuk ke sembarang ruang yang ada di Polres. Kami memasuki ruangan
yang ada di depan.

“Per…permisi.” ucapku dan Alfi dengan gemetar.


Tiba-tiba sekelompok polisi datang

“Ada apa?” tanya Pak Muhtar, salah satu anggota polisi di Kebumen.

“Kami mau meminjam seragam polwan, ada?” tanya Alfi.

“Ooh, kalau seragam polwan, pinjamnya bukan disini. Coba tanya ke polwan yang
sedang istirahat, di sebelah ruang pengamanan narkoba.” jelas Pak Muhtar.

Aku dan Alfi mencoba mencari ruangan tersebut. Akhirnya, kami menemukan ruangan
tersebut. Kami masuk dan bertemu Ibu Polwan.

“Cari apa dik?” tanya Ibu Polwan sambil tersenyum.

“Kami mau meminjam seragam polwan.” Jawabku.

“Baju polwan? Saya tidak punya yang nganggur, coba tanya Mbak Triana di ruang ini.”
jelas Ibu Polwan.

Aku dan Alfi masuk ke dalam ruangan tersebut. Kami mendadak keringat dingin dan deg
degan. Berbgai pertanyaan muncul pada kami. Mulai dari nama, sampai alas an meminjam
kostum.

“Ada apa dik?” tanya Mbak Triana, salah satu Polisi Wanita di Polres Kebumen.

“Mau pinjam seragam polwan, ada Mbak?” tanya Alfi.

“Kalau seragam disini tidak ada.” Sahut Mbak Triana.

Aku dan Alfi saling tatap mendengar jawaban tersebut.

“Tapi, kalau di rumah saya ada empat. Kalau mau pinjam, kamu harus menunggu saya
pulang. Rumah saya dekat kok.” Jelas Mbak Triana.

Aku dan Alfi tersenyum mendengarnya. Namun, setelah dipikir-pikir, aku dan Alfi ingin
pulang. Menunggu polwan pulang itu lama, balum lagi, menunggu apel selesai. Kemudian, aku
dan Alfi berniat pulang.

“Nggak jadi lah Mbak.” ucapku dengan lirih.


“Kok nggak jadi? Tunggu aja, daripada kalian pulang dengan tangan kosong. Udah jauh-
jauh dari Prembun. Mending di tunggu saja!” jelas Mbak Triana

Aku dan Alfi duduk kembali sambil menunggu Mbak Triana pulang. Tepat pukul 15.04
WIB, apel selesai. Kami keluar dan menunggu Mbak Triana di depan Polres Kebumen.

“Tunggu ya, saya mau ambil seragamnya dulu.”

“Iya.” sahut kami.

Beberapa saat kemudian, Mbak Triana datang membawa kostum.

“Ini kostumnya, udah punya celana sama jilbabnya kan?” tanya Mbak Triana.

“Udah mbak.” jawab kami.

Syukurlah ada Mbak Triana, kalau tidak, mungkin kami sia-sia datang ke Polres
Kebumen. Setelah mendapat kostum, kami pulang dan menunggu minibus.

“Di, ini betul-betul perjuangan. Dari Polsek Prembun smpai Polres Kebumen.” ucap Alfi.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum mendengar perkataan Alfi.

Ditulis dan dikarang oleh: Diva Maulida

No :09

Kelas : IX A

Anda mungkin juga menyukai