Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putri Rossa Fortuna

NPM : 19810007

Mata Kuliah : Hukum Ketenagakerjaan

Dosen Pengampu : Asshofiyul Hully, S.E.I., M.A

1. Pandangan kita tentang adanya Omnibus Law, Pro/Kontra dan alasannya.


Keberadaan UU NO.13 TAHUN 2003 Setelah Omnibus Law ini
bagaimana?
Omnibus law dapat dikatakan bahwa guna menyederhanakan serta
merampingkan berbagai regulasi agar lebih tepat sasaran. Salah satu bagian
dari Omnibus Law yaitu RUU tentang Cipta Kerja. Dalam RUU pada
Omnibus Law memuat banyak pasal yang kontroversial dikalangan
masyarakat. Sehingga dari kalangan buruh hingga pelajar melakukan aksi
penolakan tersebut dengan demo pada tahun 2020 lalu, karena dampak dari
adanya Omnibus Law ini sangat berpengaruh ke masyarakat luas terutama
para pekerja di Indonesia dan dinilai hanya mementingkan kepentingan
investor saja. Selain itu, juga banyaknya Undang-Undang yang tumpah
tindih pada Omnibus Law. Terutama pada bidang ketenagakerjaan,
sehingga jika disahkan RUU cipta kerja tersebut merevisi banyak pasal di
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Terdapat banyak hal pokok yang sangat merugikan para pekerja,
diantaranya adalah pertama : pemerintah berencana mengubah skema
pemberian uang penghargaan atau yang sering dikenal dengan pesangon
kepada pekerja yang terkena PHK dan besaran pesangon dilihat dari lama
bekerjanya karyawan di perusahaan, kedua : penghapusan skema upah
minimum UMK yang diganti dengan UMP yang bisa membuat upah pekerja
lebih rendah, ketiga : UU Omnibus Law akan berdampak pada tujuh
generasi dan menciptakan generasi pekerja kontrak yang bisa diberhentikan
kapan saja, tanpa ada keamanan dan jaminan pekerjaan, keempat : status
kontrak akan berdampak pada hilangnya jaminan sosial dan kesejahteraan,
seperti tunjangan hari raya, pensiun dan kesehatan. Dari beberapa hal
tersebut menimbulkan kontra untuk masyarakat luas. Padahal sudah
nampak dengan jelas, bahwa aturan mengenai perlindungan hukum
terhadap pekerja sudah jelas merupakan pemenuhan hak dasar yang melekat
dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 27 ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan
pelaksana dari perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
2. Aturan mengenai apabila terjadi sesuatu kepada TKI/TKW yang
bertanggungjawab negara asal TKI/TKW atau negara tempat TKI/TKW
tersebut bekerja?
Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri, sedangkan TKW diperuntukan bagi
tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri . Dengan demikian
penempatan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di luar negeri merupakan
suatu upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga
kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak yang di
dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan memperhatikan harkat,
martabat, manusia serta sisi perlindungan hukumnya. Karena itu negara
wajib secara aktif menjamin dan melindungi hak asasi warga negara yang
bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip. Namun
masih banyak kasus TKW/TKI yang bekerja di luar negeri seperti terjadinya
pelecehan seksual, pemerkosaan, kekerasan, pembunuhan, pemotongan
upah, dan pungutan liar bahkan yang dipidana dengan hukuman mati
menjadi bukti nyata bahwa pemerintah Indonesia belum maksimal dalam
menangani dan membantu para TKI/TKW untuk bebas dari jeratan
hukuman di luar negeri.
Terdapat Undang-Undang untuk melindungi TKI yang bekerja di luar
negeri (work in overseas) pemerintah telah menetapkan Undang-Undang
Nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan TKI diluar
negeri dan peraturan pelaksanaanya. Perlindungan tersebut diberikan
kepada seseorang agar terjamin hak-haknya setelah seseorang tersebut
melakukan kewajibannya. Perlindungan TKI menurut Pasal 1 point (4)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menjelaskan bahwa perlindungan
tenaga kerja indonesia ialah bentuk segala upaya melindungi kepentingan
calon TKI maupun TKI dalam mewujudkan terjadinya pemenuhan hak-hak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama,
maupun sesudah bekerja
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia menyebutkan bahwa :
1. Setiap calon Tenaga Kerja Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dari pra
penempatan, masa penempatan sampai dengan penempatan.
Jika terdapat kasus TKI/TKW dalam kejahatan, maka terdapat Asas
Nasional Pasif. Asas Nasional Pasifis dalah asas untuk melindungi
kepentingan nasional sehingga aturan-aturan pidana suatu negara dapat
diterapkan warga negara asing yang melakukan kejahatan di luar wilayah
negara tersebut. Solusi yang bisa digunakan sebagai upaya untuk dapat
melindungi Tenaga Kerja Indonesia, yakni dengan menggunakan Asas Lex
Loci Commisi sebagai jembatan antara Negara Indonesia dengan Negara
tujuan dalam menghadapi kasus yang menimpa masing-masing warga
negara. Asas ini dapat digunakan karena adanya Memori Of Understanding
(MOU) yang telah dibuat dan ditanda tangani oleh Pemerintah Indonesia
dengan Negara tujuan mengenai perlindungan TKI. Perjanjian kerja yang
dibuat oleh pihak-pihak terkait, maka masing-masing pihak harus patuh
terhadap perjanjian kerja yang dibuat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai