1. Pandangan kita tentang adanya Omnibus Law, Pro/Kontra dan alasannya.
Keberadaan UU NO.13 TAHUN 2003 Setelah Omnibus Law ini bagaimana? Omnibus law dapat dikatakan bahwa guna menyederhanakan serta merampingkan berbagai regulasi agar lebih tepat sasaran. Salah satu bagian dari Omnibus Law yaitu RUU tentang Cipta Kerja. Dalam RUU pada Omnibus Law memuat banyak pasal yang kontroversial dikalangan masyarakat. Sehingga dari kalangan buruh hingga pelajar melakukan aksi penolakan tersebut dengan demo pada tahun 2020 lalu, karena dampak dari adanya Omnibus Law ini sangat berpengaruh ke masyarakat luas terutama para pekerja di Indonesia dan dinilai hanya mementingkan kepentingan investor saja. Selain itu, juga banyaknya Undang-Undang yang tumpah tindih pada Omnibus Law. Terutama pada bidang ketenagakerjaan, sehingga jika disahkan RUU cipta kerja tersebut merevisi banyak pasal di UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Terdapat banyak hal pokok yang sangat merugikan para pekerja, diantaranya adalah pertama : pemerintah berencana mengubah skema pemberian uang penghargaan atau yang sering dikenal dengan pesangon kepada pekerja yang terkena PHK dan besaran pesangon dilihat dari lama bekerjanya karyawan di perusahaan, kedua : penghapusan skema upah minimum UMK yang diganti dengan UMP yang bisa membuat upah pekerja lebih rendah, ketiga : UU Omnibus Law akan berdampak pada tujuh generasi dan menciptakan generasi pekerja kontrak yang bisa diberhentikan kapan saja, tanpa ada keamanan dan jaminan pekerjaan, keempat : status kontrak akan berdampak pada hilangnya jaminan sosial dan kesejahteraan, seperti tunjangan hari raya, pensiun dan kesehatan. Dari beberapa hal tersebut menimbulkan kontra untuk masyarakat luas. Padahal sudah nampak dengan jelas, bahwa aturan mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja sudah jelas merupakan pemenuhan hak dasar yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan pelaksana dari perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan. 2. Aturan mengenai apabila terjadi sesuatu kepada TKI/TKW yang bertanggungjawab negara asal TKI/TKW atau negara tempat TKI/TKW tersebut bekerja? Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, sedangkan TKW diperuntukan bagi tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri . Dengan demikian penempatan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di luar negeri merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak yang di dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan memperhatikan harkat, martabat, manusia serta sisi perlindungan hukumnya. Karena itu negara wajib secara aktif menjamin dan melindungi hak asasi warga negara yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip. Namun masih banyak kasus TKW/TKI yang bekerja di luar negeri seperti terjadinya pelecehan seksual, pemerkosaan, kekerasan, pembunuhan, pemotongan upah, dan pungutan liar bahkan yang dipidana dengan hukuman mati menjadi bukti nyata bahwa pemerintah Indonesia belum maksimal dalam menangani dan membantu para TKI/TKW untuk bebas dari jeratan hukuman di luar negeri. Terdapat Undang-Undang untuk melindungi TKI yang bekerja di luar negeri (work in overseas) pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan TKI diluar negeri dan peraturan pelaksanaanya. Perlindungan tersebut diberikan kepada seseorang agar terjamin hak-haknya setelah seseorang tersebut melakukan kewajibannya. Perlindungan TKI menurut Pasal 1 point (4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menjelaskan bahwa perlindungan tenaga kerja indonesia ialah bentuk segala upaya melindungi kepentingan calon TKI maupun TKI dalam mewujudkan terjadinya pemenuhan hak-hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia menyebutkan bahwa : 1. Setiap calon Tenaga Kerja Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. 2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dari pra penempatan, masa penempatan sampai dengan penempatan. Jika terdapat kasus TKI/TKW dalam kejahatan, maka terdapat Asas Nasional Pasif. Asas Nasional Pasifis dalah asas untuk melindungi kepentingan nasional sehingga aturan-aturan pidana suatu negara dapat diterapkan warga negara asing yang melakukan kejahatan di luar wilayah negara tersebut. Solusi yang bisa digunakan sebagai upaya untuk dapat melindungi Tenaga Kerja Indonesia, yakni dengan menggunakan Asas Lex Loci Commisi sebagai jembatan antara Negara Indonesia dengan Negara tujuan dalam menghadapi kasus yang menimpa masing-masing warga negara. Asas ini dapat digunakan karena adanya Memori Of Understanding (MOU) yang telah dibuat dan ditanda tangani oleh Pemerintah Indonesia dengan Negara tujuan mengenai perlindungan TKI. Perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak-pihak terkait, maka masing-masing pihak harus patuh terhadap perjanjian kerja yang dibuat tersebut.