Anda di halaman 1dari 7

“Supervisi Teman Sejawat Sebagai Evaluasi Diri”

(Studi Kasus SMK Negeri 10 Padang)

Oleh:
Nurzula Yenti Basyaruddin dan Basrul Nopredi
Email: nurzulayenti@yahoo.co.id
Email: nopredibasrul@gmail.com
Universitas Negeri Padang

Abstract
Supervisi akademik memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan kompetensi
profesional guru. Berdasarkan studi di lapangan pelaksanaan supervisi guru SMK
Negeri 10 Padang belum berjalan dengan optimal karena kurang mampunya supervisor
yang ditunjuk untuk mesupervisi guru dikarena supervisor tidak kompeten. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui penerapan model supervisi akademik berbasis evaluasi
diri guru dan penilaian rekan sejawat guru SMK Negeri 10 Padang. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, data penelitian diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi. Metode penganalisisan data memadukan dua bentuk yaitu
analisis Miles & Huberman (1984). Teknik penganalisisan data menggunakan analisis
data secara kualitatif melalui tiga jalur kegiatan: (a) reduksi data, (b) penyajian data,
dan (c) verifikasi pengambilan kesimpulan. Hasil pengamatan kompetensi dan
kelengkapan perangkat mengajar lebih baik guru yang disupervisi dari pada rekan
sejawat yang menjadi supervisor. Perlunya kepala sekolah mengevaluasi program
supervise rekan sejawat dan menunjuk orang-orang yang mempunyai kompetensi yang
menjadi supervisor.
Kata kunci: Supervisi, guru, rekan sejawat

PENDAHULUAN

Paradigma tenaga kependidikan sudah mengalami perubahan, khususnya yang


berkaitan dengan supervisi atau kepengawasan pendidikan. Dari paradigma lama dapat
dipahami bahwa pengawasan cenderung bersifat otokratis, mencari-cari kesalahan atau
kelemahan orang lain dan berorientasi pada kekuasaan. Pengertian pengawasan seperti
ini sering disebut inspeksi atau memeriksa, orang yang melakukan pemeriksaan itu
sendiri disebut inspektur. Supervisi yang maksudnya hampir sama dengan inspeksi tapi
istilah supervisi memiliki arti yang lebih luas dan demokratis, tidak hanya melihat
apakah kepala sekolah, guru, dan para pegawai sekolah telah melakukan tugas dan
kegiatan sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi juga berusaha mencari jalan
keluar bagaimana cara memperbaikinya. Dengan paradigma baru ini diharapkan para
pendidik dan para supervisor dapat menjalin kerjasama yang lebih harmonis dalam
rangka mengemban tugas-tugas kependidikan yang dibebankan kepada diri masing-
masing.
Pendidikan merupakan sebuah usaha untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik melalui proses pembelajaran.
Sesuai dengan amanah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 bahwa pendidikan adalah sebuah usaha sadar, terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirirtual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudka hal tersebut
diperlukan sebuah peran profesional dari seorang guru dalam proses pembelajaran.
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas merencanakan dan melaksnaan proses
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
Ketentuan umum Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor. 14 tahun 2005
pasal 1 dijelaskan bahwa guru merupakan pendidik profesional yang mempunyai tugas
untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai serta
mengevaluasi muridnya mulai pada tingakt PAUD, SD, dan SMP. Ketentuan umum
dengan jelas guru adalah pendidik yang profesional sehingga perlu adanya pembinaan
untuk membantu guru mencapai profesionalitas guna menjalankan profesinya. Sistem
pendidikan di Indonesia dikatakan guru profesional jika pendidik atau guru tersebut
memiliki sertifikat pendidik dan mendapatkan tunjangan sertifikasi. Profesionalitas guru
baik secara kuantitas maupun kualitas tidak bisa terbentuk begitu saja tanpa adanya
sebuah proses untuk membentuknya menjadi guru profesional dalam hal ini salah
satunya adalah dengan melaksanakan pembinaan dan bimbingan dengan supervisi
kontekstual kepada guru yang memiliki permasalahan pada performa guru tersebut.
Peran guru sebagai tenaga edukatif mempunyai tanggung jawab di dunia
pendidikan, yaitu bahwa guru sebagai motor penggerak, perancang, dan pencetak
generasi mendatang. Guru harus memberikan ilmu pengetahuan dan juga membimbing
peserta didik dapat mengaplikasikan ilmunya, baik dalam kapasitas pribadi maupun di
tengah masyarakat. Peran penting guru tersebut juga ditegaskan oleh Darling-
Hammaond (2006,5) yang menyatakan bahwa, “kualitas guru merupakan komponen
penting bagi pendidikan yang sukses ”.
Lebih lanjut Briggs dan Juatman merumuskan pengertian supervisi sebagai
berikut: “ Supervision is the systematic and continiuos effort to encourage and direct
such activated growth that teacher is increasingly more effective in contributing to the
achievement of recognized objectives of educational with pupils under his
renponsibility”. Selanjutnya ada pula yang mengatakan bahwa supervisi diartikan
dengan pelayanan yang disediakan oleh pimpinan untuk membantu guru-guru (orang-
orang yang dipimpin) agar menjadi personil yang semakin cakap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan pada kususnya
agar mampu meningkatkan kreatifitas belajar dan mengajar disekolah (Asnawir,2006:
374).
Menurut Arikunto (2006: 4-5) supervise diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai jabatan dan kedudukan di atas atau
lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Dalam pengertian
lain supervise merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencari-
cari kesalahan.
Supervisi juga merupakan bantuan dalam perkembangan dari belajar mengajar
dengan baik. Dari sudut manajerial supervise adalah usaha menstimulir,
mengkoordinasi, dan membimbing guru secara terus menerus baik individu maupun
kolektif agar memahami secara efektif pelaksanaan aktifitas mengajar dalam rangka
pertumbuhan murid secara kontiniu ( Sagala, 2008: 230)
Pelaksanaan supervisor, apakah yang melaksanakan adalah pengawas sekolah,
penilik, atau kepala sekolah seharusnya berlandaskan kepada prinsip-prinsip supervisi.
Prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan menurut Sagal (2009: 198-199) adalah:
a. Ilmiah, artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan dilaksanakan harus
sistematis, obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang memberikan
informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam
mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.
b. Kooperatif, program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar kerjasama
antar supervisor dengan orang yang disupervisi. Dalam hal ini supervisor
hendaknya dapat bekerjasama dengan guru, peserta didik, dan masyarakat
sekolah yang berkepentingan dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.
c. Konstrukti dan kreatif, membina para guru untuk selalu mengambil inisiatif
sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.
d. Realistik, pelakasanaan supervisi pendidikan harus memperhitungkan dan
memperhatikan segala sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan kondisi
yang obyektif.
e. Progresif, setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari ukuran dan
perhatian. Artinya apakah yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan
pembelajaran yang maju atau semakin lancaranya kegiatan belajar mengajar.
f. Inovatif, program supervisi pendidikan selalu melakukan perubahan dengan
penemuan-penemuan baru dalam rangka perbaikan dalam rangka perbaikan dan
peningkatan mutu pendidikan.
Tujuan supervisi secara umum adalah mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar
Kisbiyanto, 2008. Dari sumber lain dijelaskan bahwa tujuan supervisi pendidikan ialah
membantu guru mengembangkan profesinya, pribadinya, dan sosialnya, membantu
kepala sekolah menyesuaikan program pendidikan dengan kondisi masyarakat setempat,
dan ikut berjuang meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan Made Pidarta, 2009
Dalam bukunya Arikunto, Suharsimi, (2006) adapun tujuan supervisi dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus supervisi meliputi:
a. Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik
yang belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar
secara optimal.
b. Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan
membimbing siswa mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
c. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung
dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.
d. Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada
untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan belajar siswa.
e. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kinerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat
mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
f. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga
tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan
sekolah pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang
menunjukkan keberhasilan lulusan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, data penelitian diperoleh
dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode penganalisisan data
memadukan dua bentuk yaitu analisis Miles & Huberman (1984). Teknik
penganalisisan data menggunakan analisis data secara kualitatif melalui tiga jalur
kegiatan: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) verifikasi pengambilan
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penulis melakukan wawancara dengan guru yang mata pelajarannya di UN
khan, penulis menanyakan bagaimana supervisi yang dilakukan dengan supervisor. Dari
hasil wawancara diperoleh mereka tidak pernah melakukan supervisi, karena semua
perangkat pembelajaran dibuat oleh guru yang disupervisi. Jadi mereka mengatakan
bahwa kami cincai saja. Dilihat dari segi pendidikan guru yang disupervisi sudah S2 dan
dari kualitas mengajar yang penulis lihat dan informasi dari peserta didik lebih baik dari
supervisor.
Kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa guru produktif
dan didapat hasil wawancara yang tidak jauh berbeda. Karena umumnya guru-guru
produktif di SMK Negeri 10 adalah guru-guru muda yang baru saja menyelesaikan PPG
yang kita tahu jauh berbeda sekali dengan PLPG. Guru produktif yang diwawancara
mengatakan perangkat mengajar kami lebih lengkap dari supervisor dan mereka
supervisor kebanyakan “menang” dalam pangkat/golongan karena lebih tua. Tapi kalau
kualitas mengajar boleh kita uji dan buktikan ujar teman-teman guru produktif. Guru-
guru produktif yang PNS di SMK Negeri 10 Padang 16 orang dengan rincian 4 orang
sudah S2, 6 orang dalam pendidikan S2 dan 6 orang yang masih S1 Dan penulis satu-
satunya guru yang mengambil S2 tidak linier dengan S1.. Dan dari pengamatan yang
penulis lakukan dan penulis rasakan selama menjadi guru di SMK 10 Padang supervisi
yang dilakukan oleh supervisor yang merupakan teman sejawat tidak berjalan dengan
efektif hanya digunakan untuk mengisi Penilaia Kinerja Guru (PKG) diakhir tahun.
Seperti salah satu celetukkan guru produktif ………….. khan bukan rahasia umum lagi,
yang jadi supervisor itu orang-orang yang “dekat” dengan wakil kurikulum bukan
berdasarkan kompetensi. Lagian yang menjadi supervisor itu dilihat dulu track
recordnya. Akibatnya khan sudah sama-sama kita ketahui banyak dari supervisor itu
melakukan supervisi hanya melihat perangkat mengajar yang kadang dia mungkin tidak
paham. Ada juga guru produktif yang mengatakan bahwa dia sekalipun tidak pernah
dicek kelengkapan mengajar dan di supervisi di dalam kelas. Karena guru yang
disupervisi mempunyai kelengkapan administrasi dan dalam mengajar menggunakan
modul yang dibuat sendiri dan merupakan guru yang disegani siswa. Sedangkan
supervisornya kalau mengajar suka meninggalkan catatan dan pergi keluar dengan
alasan ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.
Penulis juga melakukan wawancara dengan guru bahasa Inggris, penulis
menanyakan bagaimana supervisi yang dilakukan. Teman guru ini langsung tertawa
…………… ga salah kakak bertanya? Ujarnya. Khan kakak tahu bagaimana dia dan
bagaimana saya. Ucapan guru tersebut dilain waktu penulis konfirmasikan ke guru yang
menjadi supervisornya/rekan sejawat, untuk mengetahui bagaimana dia melakukan
supervisi. Guru tersebut menjawab bahwa dia melakukan supervisi pertama sekali tentu
memeriksa perangkat mengajar kemudian baru masuk kelas untuk melihat bagaimana
proses pembelajaran. Penulis mencatat semua jawabannya dengan tersenyum, karena
penulis juga merupakan guru di SMK Negeri 10 Padang jadi sudah tahu siapa yang
membuat perangkat mengajar dan bagaimana supervisor itu dalam mengajar.
Penulis juga kemudian melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia,
untuk menanyakan bagaimana beliau sebagai seorang supervisor melakukan supervisi.
Jawaban yang diberikan hamper sama dengan jawaban supervisor guru bahasa Inggris.
Lagi-lagi penulis harus “senyum” dalam hati. Karena penulis sangat tahu siapa yang
membuat perangkat mengajar dan pernah RPP yang katanya dibuat oleh guru tersebut
yang dikumpulkan untuk bahan KTSP yang dipresentasikan di depan kepala sekolah
dan wakil kurikulum se Sumatera Barat. Ternyata di dokumen RPP kepala sekolahnya
adalah kepala sekolah sekolah lain bisa dibayankan betapa malunya kepala sekolah.
Penulis juga melakukan wawancara dengan guru-guru normatif dan adaptif
jawaban yang mereka berikan senada dengan jawaban guru-guru lainnya. Guru-guru
juga mengingkan adanya perhatian dari kepala sekolah dan memberikan reward kepada
guru-guru agar guru-guru lebih bersemangat. Dan guru-guru juga banyak yang
mengatakan mana tindak lanjut dari kepala sekolah mengenai supervise yang sejarusnya
dilakukan untuk meningkatkan kualitas mengajar. Jadi guru taju apakah perangkat yang
mereka buat dan cara mengajar mereka sudah benar dan sesuai dengan yang seharusnya.
Model Faktual Supervisi Akademik
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di palangan tentang model
faktual, berdasarkan komponen model berupa (1) perencanaan supervisi akademik; (2)
Pelaksanaan supervisi akademik; (3) Metode dan tekinik supervisi akademik; (4)
Instrumen supervisi akademik; dan (5) tindak lanjut supervisi akademik maka diperoleh
simpulan model faktual supervisi akademik yang selama ini dilakukan oleh rekan
sejawat di SMK Negeri 10 Padang. Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap
model faktual tersebut bisa dilihat beberapa analisis kelemahan pelaksanaan supervisi
akademik yang selama ini berjalan yaitu supervisi akademik belum dilaksanakan secara
menyeluruh kepada setiap guru, hanya terbatas pada pemenuhan administrasi saja dan
keterlibatan guru supervisee belum terlibat secara aktif. Supervisor/rekan sejawat lebih
banyak melakukan cek kelengkapan administrasi kurikulum dan kelengkapan mengajara
guru, sedangkan proses pembinaan terhadap guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran masih hampir tidak berjalan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
lapangan yang dilakukan oleh Supriyono (2011) yang menunjukkan bahwa pengawas
belum melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Lebih lanjut Hamadi
(2011) menyebutkan penyebab permasalhan dalam pelaksanaan supervisi akademik
adalah kompleksitas dan beban yang tinggi, kurangnya waktu dan komitmen yang
dimiliki oleh pengawas sekolah terhadap pelaksanaan supervisi akademik, dan
lemahnya penguasaan kompetensi. Bersadarkan temuan model faktual dan analisisi
kebutuhan terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang efekitif bagi guru SMK
Negeri 10 Padang, maka dilakukan perumusan draf model supervisi akademik berbasis
evaluasi diri guru dan penilaian rekan sejawat. Draf model tersebut untuk selanjutnya
divalidasi kepada ahli dan praktisi untuk diberikan penilaian, yang selanjutnya akan
dformulasikan sebagai model hipotetik.
Model Final Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri Guru dan Penilaian
Rekan Sejawat
Setelah dilakukan validasi terhadap draf model dan panduan, langkah
selanjutnya adalah melakukan revisi model untuk selanjutnya hasil revisi draf model
tersebut dijadikan sebagai model hipotetik. Model hipotetik digunakan untuk uji coba
terbatas dan uji coba luas. Uji coba terbatas dan luas dilakukan melalui diskusi dengan
responden, untuk selanjutnya dilakukan evaluasi model dan uji efektivitas model.
Dalam uji coba terbatas dan luas, responden memberikan saran dan masukan terhadap
model hipotetik. Saran dan masukan tersebut untuk selanjutnya digunakan sebagai
bahan revisi model hipotetik. Hasil revisi model hipotetik tersebut untuk selanjutnya
dirumusnkan sebagai model final supervisi akademik berbasis evaluasi diri guru dan
penilaian rekan sejawat.Adapun model final supervisi akademik berbasis evaluasi diri
guru dan penilaian rekan sejawat.
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dapat diambil
benang merahnya bahwasanya:
1. Penunjukkan guru yang dijadikan supervisor belum tepat karena penunjukkan
hanya sebatas pangkat dan umur.
2. Guru yang menjadi supervisor rekan sejawat seharusnya mempunyai kompetensi
dan pengetahuan yang lebih dari rekan guru yang mereka supervise.
3. Rekan sejawat yang menjadi supervisor sebaiknya memberikan contoh yang
baik kepada rekan guru yang disupervisinya.
4. Kepala sekolah seharusnya menyeleksi dan melakukan evaluasi siapa saja guru-
guru yang akan dijadikan supervisor jangan hanya menerima dari wakil
kurikulum. Agar hasil supervise ini bisa merubah pola mengajar guru dan akan
berimbas pada hasil pembelajaran siswa.
Pelaksanaan supervisi harus ada pengawasan dan evaluasi selama pelaksanaan,
tindak lanjut dari hasil pembinaan supervisi sampai pada pemberian reward atau
pengharggan mencerminkan adanya spesifik khusus budaya pesantren sesuai pernyataan
Hammer dan Organ, dalam Indrawijaya (2010:) bahwa guru-guru menginginkan adanya
hubungan yang positif dalam bentuk pelaksanaan dan penlaksanaan supervisi untuk
kemajuan proses pembelajaran. Antara guru yang disupervisi dan rekan sejawat sebagai
supervisor merupakan satu kesatuan yang utuh tidak bisa terpisahkan pisahkan yang
memiliki tujuan dan perjuangan yang sama harus tercapai secara bersama untuk
kesuksesasn dan keberhasilan bersama.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan hal-hal seperti berikut:
1. Penunjukkan rekan guru yang dijadikan supervisor harus benar-benar diseleksi.
2. Supervisi hendaknya terencana dan betul-betul dilaksanakan oleh sesuai dengan
aturan yang ada.
3. Guru-guru mengingkan agar guru yang menjadi supervisor hendaknya
mempunyai kompetensi dan dapat dijadikan contoh.
4. Adanya evaluasi dari kepala sekolah terhadap supervise yang telah dilakukan
untuk kemajuan proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Asnawir, 2006. Manajemen Pendidikan. IAIN IB Press Padang.

Arikunto, Suharsimi, 2006. Dasar Dasar Supervisi. Rineka Cipta. Jakarta

Darling-Hammound, Linda. 2006. Constructing 21stCentury Teacher Education.


Journal of Teacher Education. Vol 57, No.X.

Indrawijaya, Adam. I. 2000. Perilaku Organisasi. Sinar Baru Algensindo, Jakarta.

Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta: Diva
Press, 2012, hlm. 29-30.

Kisbiyanto, 2008. Supervisi Pendidikan. STAIN Kudus, Kudus.

Kumaidi, (2001a). Pengujian sebagai bagian peningkatan kualitas pembelajaran. Pidato


pengukuhan guru besar madya dalam ilmu evaluasi pada Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang.

Made Pidarta, 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. PT Rineka Cipta,. Jakarta

Syaiful Sagala, 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Penerbit Alfabeta.


Bandung.

Saiful Sagala, 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Alfabeta, Bandung

Sahertian, Piet A, 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Rineka Cipta,
Jakarta

Purwanto, M. Ngalim, 2008.Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosda, Jakarta

http://growol.blogspot.com/2011/01/supervisipendidikan.html#ixzz2C4YacA00

Anda mungkin juga menyukai