Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


Diagnosis Keperawatan yang mungkin timbul :
1. Potensial terjadinya syok hipopolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
2. Potensial terjadinya injuri/luka perdarahan yang berlebihan sehubungan dengan penurunan
pembentukan, fungsi dan peningkatan destruktif platelet.
3. Peningkatan suhu tubuh (Hiperthermi) sehubungan dengan Kerusakan kontrol suhu sekunder
terhadap infeksi.
4. Potensial gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan sehubungan
dengan :
• perubahan kemampuan penye-rapan zat maka-nan (Gangguan neoro-muskuler).
• Kekakuan otot untuk mengunyah atau menelan.
• Hipermetabolik.
• Intake yang inadekuat
5. Kurangnya pengetahuan (kebu-tuhan belajar) , kondisi kese-hatan, pengobatan, kurang
informasi.
6. Mekanisme koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas.
Diagnosis Keperawatan
Potensial terjadi syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
Hasil yang diharapkan:
• Tanda vital stabil dalam batas normal.
• Kesadaran compos mentis
• Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
• Hematokrit dalam batas normal : 37 – 43 %
Analisis data
Data subyektif : Pasien gelisah , mual, tak nafsu makan, sakit menelan, lemah.
Data obyektif : Perdarahan bawah kulit di lengan dan kaki, epistaxis, perdarahan gusi,
muntah darah.
Laboratorium : Trombositopeni : kurang dari 100.000/m 3
Hematokrit meningkat.
Rencana tindakan :
• Observasi tanda-tanda vital: Tekanan darah, frekuensi dan kedalaman pernafasan, frekuensi dan
kedalaman nadi, suhu.
• Kolaborasi dalam pemberian :
• Terapi cairan RL atau pengganti plasma
• Kalau perlu transfusi darah (trombosit)
• Monitor intake-output
• Cek Hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.
• Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemah, keringat dingin, kulit
lembab dan dingin.
• Ukur dan catat perdarahan yang keluar
Evaluasi :
• Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.\
Diagnosis Keperawatan
Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Rencana tindakan :
1. Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya.
2. Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi\
3. Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.\
4. Sajikan menu yang menarik
5. Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti mual, obat
penambah nafsu makan.
6. Lakukan cek BB tiap 3 hari

Diagnosis Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) s.d kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap infeksi
Tujuan : Suhu tubuh turun sampai batas normal dalam waktu 4 jam setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
1 Klien mengungkapkan badanynya tidak terasa panas.
2 Suhu tubuh turun 36 – 37.5 )
3 Klien tidak gelisah
4 RR 16x/menit, nadi 80-88 x/menit.

Rencana tindakan :
1. Beri penjelasan pada klien penyebab panas
R/ Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan mau berpartisipasi dalam perawatan.
2. Observasi tanda vital tiap 3 jam sekali
R/ memantau perkembangan klien untuk tindakan perawatan selanjutnya.
3. Lakukan kompres hangat didaerah permukaan tubuh
R/ Mempercepat vasodilatasi sehingga terjadi penguapan , merangsang termostat
4. Berikan minum banyak -+ 2 liter perhari
R/ Dapat mengimbangi akibat pengeluaran cairan lewat penguapan
5. Lanjutkan pemberian terapi IV 20 tetes/menit dan antipiretik 3 x 500 mg
R/ Mempercepat proses penurunan panas

Asuhan Keperawatan Pasien dengan DBD


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DBD

Pengkajian

1. Identitas
 DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan
dewasa (Effendy, 1995).

2. Keluhan Utama

 Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

3. Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit
pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat penyakit terdahulu

 Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

5. Riwayat penyakit keluarga

 Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena
penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan

 Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

Pengkajian Per Sistem

1. Sistem Pernapasan

 Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris,
perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

2. Sistem Persyarafan

 Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi
DSS

3. Sistem Cardiovaskuler
 Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III
dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung
dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

4. Sistem Pencernaan

 Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat hematemesis, melena.

5. Sistem perkemihan

 Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,
kencing berwarna merah.

6. Sistem Integumen.

 Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.


2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan
anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.

Intervensi Keperawatan

1. DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan :

 Suhu tubuh normal

Kriteria :
 Suhu tubuh antara 36 – 37
 Nyeri otot hilang

Intervensi :

 Kaji suhu tubuh pasien. Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
 Beri kompres air hangat. Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara
konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan
hipotermi atau menggigil.
 Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi). Rasional :
Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. Rasional
: Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu tubuh.
 Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai
indikasi. Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
 Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. Rasional :
Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya
untuk menurunkan panas tubuh pasien.

2. DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.

Tujuan :

 Tidak terjadi defisit voume cairan

Kriteria :

 Input dan output seimbang


 Vital sign dalam batas normal
 Tidak ada tanda presyok
 Akral hangat
 Capilarry refill < 2 detik 

Intervensi :

 Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi. Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi
fluktuasi cairan intravaskuler 
 Observasi capillary Refill. Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer 
 Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ. Rasional : Penurunan haluaran
urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. 
 Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ). Rasional : Untuk memenuhi
kebutuhan cairan tubuh peroral 
 Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh,
untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok. 

3. DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan :

 Tidak terjadi syok hipovolemik 

Kriteria :

 Tanda Vital dalam batas normal 

Intervensi :

 Monitor keadaan umum pasien. Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan
terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok. 
 Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital
sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok. 
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan. Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan
dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan. 
 Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi
kehilangan cairan tubuh secara hebat. 
 Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit. Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut. 

4. DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Tujuan :

 Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi 

Kriteria :

 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 


 Menunjukkan berat badan yang seimbang. 

Intervensi :

 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional : Mengidentifikasi defisiensi,
menduga kemungkinan intervensi 
 Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas
kekurangan konsumsi makanan 
 Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan). Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi
efektifitas intervensi. 
 Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional :
Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah
distensi gaster.
 Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral 
 Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan distensi dan
iritasi gaster. 

5. DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah


(trombositopeni)

Tujuan :

 Tidak terjadi perdarahan 

Kriteria :

 TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat 


 Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat. 

Intervensi :

 Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional : Penurunan
trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike. 
 Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ). Rasional : Aktifitas pasien yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. 
 Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
seperti : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat
membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan. 
 Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan
tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih
lanjut. 
 Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari. Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap
hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang
dialami pasien. 

6. DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.

Tujuan :

 Ansietas berkurang/terkontrol. 
Kriteria :

 Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik. 


 Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan. 

Intervensi :

 Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. Rasional : memudahkan intervensi. 


 Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu. Rasional :
mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas. 
 Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan. Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
kecemasan yang dirasakan. 
 Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang
positif terhadap terapy yang di jalani. Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping
yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
 Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan
cemas. Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi
masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang
lain atas kemampuannya.
 Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. Rasional : menciptakan perasaan yang
tenang dan nyaman.
 Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis,
perawatan dan prognosis. Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
 Kolaborasi pemberian obat anti ansietas. Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan. 

7. DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan
anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.

Tujuan :

 Orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. 

Kriteria :

 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. 
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi :

 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : mengetahui
seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. 
 Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
 Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. Rasional : diet dan pola
makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
 Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga
yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien. Rasional :
perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting
untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.
 Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional :
mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan. 

Evaluasi 

1. Suhu tubuh normal 


2. Tidak terjadi devisit voume cairan 
3. Tidak terjadi syok hipovolemik 
4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi 
5. Tidak terjadi perdarahan 
6. Ansietas berkurang/terkontrol 
7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. 

DBD

 1. Etiologi

Penyakit Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang


disebabkan oleh virus , menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat
menimbulkan kematian , penyebab penyakit adalah virus yang menggangu
pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan- perdarahan.

2. Gejala Penyakit

Gejala penyakit DBD adalah:

1. Mendadak panas tinggi selama 2 – 7 hari, tampak lemah lesu suhu badan antara 38�C
sampai 40�C atau lebih.
2. Tampak binti-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak
hilang.
3. Kadang-kadang perdarahan di hidung ( mimisan).
4. Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah
5. Tes Torniquet positif
6. Adanya perdarahan yang petekia, akimosis atau purpura
7. Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lumbung
8. Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin Berkeringat Perdarahan
selaput lendir mukosa, alat cerna gastrointestinal, tempat suntikan atau ditempat lainnya
9. Hematemesis atau melena
10. Trombositopenia ( =100.000 per mm3)
11. Pembesaran plasma yang erathubungannya dengan kenaikan permeabilitas dinding
pembuluh darah, yang ditandai dengan munculnya satu atau lebih dari:
1. Kenaikan nilai 20% hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin
2. Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih sesudah pengobatan
3. Tanda-tanda pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipo -proteinaemia

3. Cara Penularan

Penyakit Demam Berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung
virus Dengue. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti:

1. Berwarna hitam dan belang- belang ( loreng) putih pada seluruh tubuh
2. Berkembangbiak di tempat penampungan air ( TPA) dan barang-barang yang
memungkinkan air tergenang seperti: bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, ban bekas,
dll.
3. Nyamuk aedes Aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan /got atau kolam yang
airnya langsung berhubungan dengan tanah
4. Biasanya menggigit manusia pada pagi atau sore hari
5. Mampu terbang sampai 100 meter

4. Kewaspadaan Masyarakat

Bila masyarakat menjumpai anggota keluarga atau tetangga dilingkungan dengan gejala
diatas segera dibawa ke Puskesmas untuk pemeriksaan trombosit.

5. Pencegahan Penyakit

Pencegahan dilakukan dengan :

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup, mengubur barang


bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
2. Fogging atau pengasapan
3. Abatisasi

6. Pengobatan

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan,


mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus. Demam diusahakan
diturunkan dengan kompres dingin atau antipiretika.

7. Sistem Kewaspadaan Dini


Laporan penderita penyakit dari rumah sakit dikirim ke Puskesmas di wilayah penderita
untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi. Bila PE positif maka hal yang dilakukan
adalah:

1. Foging dilaksanakan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif atau lebih,
ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat tinggal penderita DBD
Positif atau ada 1 penderita DBD meninggal
2. Daerah KLB/ wabah DBD

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS DBD


Diposkan oleh CONTOH ASKEP di 00.30

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus,
famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4.
Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3
sering menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus
DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam secara
tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia)
dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan menyebar
hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi
sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998). Manifestasi klinik
terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah perifer ke jaringan
sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas
tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam
berdarah dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri
kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk
Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem
retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di
mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat
juga terkena (Harikushartono et al., 2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul
gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Precenting
Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik
yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan
melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).

Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat ini mulai
diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi virus, yaitu kerentanan
yang dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu teori kejadian infeksi berdasarkan
adanya perbedaan kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu terhadap infeksi
yang mengakibatkan perbedaan interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta
lingkungannya (Darwis D., 1999).

Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma
menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi
efusi serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002). Patogenesis
DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan satu atau beberapa
manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh keseluruhan fenomena (Soetjipto
et al., 2000). Beberapa teori tentang patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous
Infection Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent
Enhancement (ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S.,
2004).

Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit
karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi
pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi
pembersihan tempat penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan
nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan
melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-kolam
(Soegijanto S., 2004).

 Cetak Halaman Ini

DEMAM DENGUE DAN DEMAM


BERDARAH DENGUE
By admin on October 13, 2008
BATASAN
Demam Dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi virus dengue.

ETIOLOGI
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4 serotipe yaitu den-1, den-
2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan di Indonesia
dan paling banyak berhubungan dengan kasus berat.

MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari asimptomatik (silent
dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan demam berdarah
dengue disertai syok (sindrom syok dengue, SSD).

Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue

Spektrum
Manifestasi Klinis
Klinis
• Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroo
mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
DD
• Dapat disertai trombositopenia.
• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
• Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyer
• Uji torniquet positif.
• Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
• Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melen
hematuri.
DBD
• Hepatomegali.
• Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.
• Trombositopenia.
• Hemokonsentrasi.
• Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok
• Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
• Gejala syok :

 Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.


SSD  Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
 Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
 Akral dingin, capillary refill turun.
 Diuresis turun, hingga anuria.

Keterangan:
 Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan GIT
lebih dominan pada DBD.
 Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi,
hipovolemia dan syok.
 Uji torniquet positif : terdapat 10 – 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1
inchi).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah :

 Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, dan trombosit.
 Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam, trombosit, AGD, kadar
elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, protein serum, PT dan APTT.

DIAGNOSIS

 Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sesuai


tabel 1, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda perembesan plasma (hemokonsentrasi,
hipovolemia, dan syok).
 Sedangkan diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO sebagai
berikut:
1. Kriteria klinis
 Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
 Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.
 Hepatomegali.
 Syok
2. Kriteri laboratoris
 Trombositopenia (trombosit =100.000 mm3)
 Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit =20% menurut standar umur
dan jenis kelamin)

Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria klinis pertama +
trombositopenia dan hemokonsentrasi.

 Pada DBD harus dinilai derajat penyakit, karena membutuhkan penatalaksanaan yang
berbeda.

Tabel 2. Derajat penyakit DBD

Derajat Penyakit Kriteria


DBD derajat I Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniqu
positif.
DBD derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg)
DBD derajat III
hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
DBD derajat IV Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur

KOMPLIKASI DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh lemah/lelah (fatigue) saat
fase pemulihan. Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD yaitu ensefalopati dengue, gagal ginjal
akut, atau udem paru akut.

PENATALAKSANAAN

1. Demam Dengue

Medikamentosa:

 Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari. Tidak


dianjurkan pemberian asam asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.

Edukasi orang tua:

 Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.


 Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.
 Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus buah, atau sup.
Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.
 Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat suhu turun. Pada
fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan DBD, sehingga orang tua perlu
waspada.
 Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah terus menerus, tidak
sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul perdarahan.

2. Demam Berdarah Dengue

Fase demam

 Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.


 Antipiretik: paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.
 Perbanyak asupan cairan oral.
 Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat suhu turun.
Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.

Penggantian volume plasma


 Anak cenderung menjadi dehidrasi. Penggantian cairan sesuai status dehidrasi pasien
dilanjutkan dengan terapi cairan rumatan.
 Jenis cairan adalah kristaloid : RL, 5% glukosa dalam RL, atau NaCl.

Tabel 3. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang

Jumlah Cairan
Berat Badan (Kg)
(ml/kg BB/hari)
<7 220
7 – 11 165
12 – 18 132
>18 88

Tabel 4. Kebutuhan cairan rumatan

Berat Badan (Kg) Jumlah cairan (ml)


10 100 per kg BB
1000 + 50 x kg BB (untuk BB di atas 10
10 – 20
kg)
1500 + 20 x kg BB (untuk BB di atas 20
>20
kg)

Tabel 5. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien

Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien


Ada kedaruratan:
Tidak demam selama 24 jam
• Syok
tanpa antipiretik
• Muntah terus menerus
Nafsu makan membaik
• Kejang
Secara klinis tampak perbaikan
• Kesadaran turun
Hematokrit stabil
• Muntah darah
Tiga hari setelah syok teratasi
• Berak hitam
Trombosit > 50.000/uL
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali
Tidak dijumpai distres
pemeriksaan berturut-turut
pernafasan
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)

Referensi
1. Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis anak, dan dokter spesialis
penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit FKUI; Jakarta, 1999.
2. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, treatment, prevention and control, second edition.
WHO: 1997.

Algoritma 1. Diagnosis Demam Dengue dan DBD


Algoritma 2. Tatalaksana DBD Derajat II

Algoritma 3. Tatalaksana DBD Derajat III/IV atau SSD


Demam berdarah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akurasi Terperiksa

Langsung ke: navigasi, cari


Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin bahwa
informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.

Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.


Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki.

Virus demam berdarah


Klasifikasi ilmiah

Regnum: Virus

(belum diperingkatkan) virus (+)ssRNA

Famili: Flaviviridae

Genus: Flavivirus

Spesies: Virus Dengue

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan
kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Tanda dan gejala


 2 Diagnosis
 3 Pencegahan
 4 Pengobatan
 5 Epidemiologi
 6 Pranala luar

[sunting] Tanda dan gejala

Virus Dengue

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam tinggi terus menerus, disertai adanya tanda
perdarahan, contohnya ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain
itu tanda dan gejala lainnya adalah sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi,
sakit kepala berat, sakit pada sendi (artralgia), sakit pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus
bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. Kondisi
waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang
harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena
menganggap ringan gejala-gejala tersebut.

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

 Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.


 Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang,
diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.

 Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue
klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.

 Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini
sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup
tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Demam Berdarah dalam tingkat
yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu
dapat mengalami syok / kematian.

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang
lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga
pasien dianggap afebril.

[sunting] Diagnosis

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam
tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif.

Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah
jika terindikasi secara klinis.

Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada
menunggu akut.

[sunting] Pencegahan

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna
(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan
nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat
mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam
berdarah, sebagai berikut:

1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang
cukup;
2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan
3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun
dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah.
Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai
perkembangbiakan nyamuk;
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi

[sunting] Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk
menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan,
penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun
drastis. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum ekstrak daun jambu
biji. Merujuk hasil kerja sama penelitian Fakultas Kedokteran Unair dan BPOM, ekstrak daun
jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue. Bahan itu juga meningkatkan trombosit
tanpa efek samping. Masyarakat mesti memperhatikan informasi penting ini. Berdasarkan hasil
kerja sama dalam uji pre klinis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa
Timur dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilansir di Jakarta, Rabu (10/3)
siang, ekstrak daun jambu biji dipastikan bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab
demam berdarah dengue (DBD). Bahan itu juga mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga
100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat
tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah ekstrak daun jambu biji dikonsumsi.[rujukan?]

[sunting] Epidemiologi

Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika
Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di
Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab
kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.

ASKEP DEMAM BERDARAH DENGEU


(DHF)
Labels: KEPERAWATAN, |
A. PENGERTIAN
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan
demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam dengue/dengue
fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda
klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan
limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa
menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan
(Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

B. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-II, sedangkan dengue 3 dan 4
ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954. Virus dengue berbentuk batang,
bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada
suhu 70 0C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali
menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi
oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi
pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan
suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi
(kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara
13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi,
nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat
menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot
terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan,
lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam
2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas
di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh
pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang kemudian
bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini
terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke
normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi
pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala perdarahan
mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga
kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan
ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan
lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80
mmHg atau kurang.
E. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 ,
120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
d. Derajat IV : Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut 140x/mnt) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

F. PATHWAY DEMAM BERDARAH DHF

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet makan lunak.
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita
sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling
sering digunakan.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil
pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di
perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak
tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg
BB.
l. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah
renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup
besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg
BB/jam. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.
Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara
klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara
pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD
tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

H. PENCEGAHAN
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan
pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit
termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate)
untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang
nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm
atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
(perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang.
I. MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan
dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada
waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena
penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajian Per Sistem
1. Sistem Pernapasan yaitu Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2. Sistem Persyarafan yaitu Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta
pada grade IV dapat trjadi DSS
3. Sistem Cardiovaskuler yaitu Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah
tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan yaitu Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan yaitu Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen. Yaitu Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan
anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi
C. Rencana Asuhan Keperawatan.
DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria : Suhu tubuh antara 36 – 37, Nyeri otot hilang
Intervensi :
1. Kaji suhu tubuh pasien
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
2. Beri kompres air hangat
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol
pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
3. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu tubuh.
5. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau
sesuai indikasi
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
6. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal, Tidak ada tanda presyok,
Akral hangat, Capilarry refill <>
Intervensi :
1. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
2. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
3. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic
syok.
DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan.
Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
2) Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok.
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
4) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
5) Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk
acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
3. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
4. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga
mencegah distensi gaster.
5. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
6. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, Tidak ada tanda perdarahan
lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada
tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
3. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi
perdarahan.
4. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
5. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria : klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik, tidak ada manifestasi
perilaku akibat kecemasan.
Intervensi :
1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol
ansietas.
3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan
yang dirasakan.
4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang
positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi
masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang
lain atas kemampuannya.
6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
7. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut
diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
D. Evaluasi
1. Suhu tubuh normal
2. Tidak terjadi devisit voume cairan
3. Tidak terjadi syok hipovolemik
4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
5. Tidak terjadi perdarahan
6. Ansietas berkurang/terkontrol
7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

KESIMPULAN
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan
demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
Pesan Dan Saran

1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan


melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah
sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
5. Prinsip 3 M

· Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
(perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
· Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
· Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang.
. Diperlukan tindakan yang bersifat preventif melalui pemakaian kasa dan menghindari
kebiasaan mengantung pakaian yang biasanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba Medika :
Jakarta
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak.
Sagung Seto : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai