Anda di halaman 1dari 19

PEMBELAJARAN IPA

‘’ Kerangka Dasar Kurikulum 2013 ‘’


Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Tawil, M.S., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
DITA NOVELIA TANDIAN
DWITA JEIS ROMBE BUA
HIDAYATTULLAH
NINIS
NUR ANNISA AMIN
ST. ZAHRAH

PRODI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah Swt. karena atas
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Melalui tulisan ini
pula, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad
Tawil, M.S., M.Pd. yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
“Pembelajaran IPA”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kesalahan dan kekeliruan. Meskipun demikian, kami berharap makalah ini
tetap dapat menambah wawasan bagi para pembaca tentang “Kerangka Dasar
Kurikulum 2013”. Kami juga mengharapkan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan untuk ke depannya.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. Landasan Kurikulum 2013..................................................................4

1. Landasan Yuridis.........................................................................4

2. Landasan Filosofis.......................................................................4

3. Landasan Empiris........................................................................5

4. Landasan Teoretik........................................................................5

B. Karakteristik Kurikulum 2013............................................................5

C. Proses Pembelajaran...........................................................................6

1. Pengertian Teori, Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik

.....................................................................................................7

2. Jenis-jenis Teori Belajar dan Karakteristiknya............................8

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013..........................................14

E. Struktur Kurikulum...........................................................................14

F. Struktur Kurikulum SMP/MTS.........................................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................16

A. Kesimpulan ......................................................................................16

B. Saran.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengembangan Kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia sebagai instrument yang
membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan
kebutuhan masyarakat. Pengembangan Kurikulum merupakan alat untuk
membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pengembangan Kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan
proses yang berkelanjutan dan terus menerus sejalan dengan perkembangan dan
tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam masyarakat.
Tidak dipungkiri dengan silih bergantinya Kurikulum yang diterapkan
dalam pendidikan di Indonesia membuat anak menjadi bingung dan terbebani
tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan
perubahan yang diinginkan pada Kurikulum tersebut. Tidak bisa dipungkiri
perubahan Kurikulum selalu mengarah kepada usaha perbaikan sistem yang ada.
Banyak wacana yang berkembang tentang Kurikulum 2013. Ada berbagai
persepsi dan kritik yang beredar dalam masyarakat. Perubahan Kurikulum dari
KBK tahun 2004, KTSP 2006, dan sekarang Kurikulum 2013 sebenarnya
bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, semua
memang selalu mengakibatkan pro dan kontra.
Dalam mengembangkan Kurikulum 2013 juga terlebih dahulu kita harus
mengetahui bagaimana kerangka dasar dalam pembentukan Kurikulum tersebut,
maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “kerangka dasar
Kurikulum 2013”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka kami
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah landasan Kurikulum 2013?
2. Apa saja karakteristik dari Kurikulum 2013?
3.      Bagaimanakah proses pembelajaran Kurikulum 2013?
4.      Bagaimanakah prinsip pengembangan Kurikulum 2013?
5.      Bagaimana struktur Kurikulum 2013?
6.      Bagaimana struktur Kurikulum SMP/MTS?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, dalam penulisan makalah ini kami memiliki
beberapa tujuan sebagai berikut:
1.      Supaya dapat mengetahui landasan Kurikulum 2013.
2.      Supaya dapat mengetahui karakteristik dari Kurikulum 2013.
3.      Supaya dapat mengetahui proses pembelajaran Kurikulum 2013.
4.      Supaya dapat mengetahui prinsip pengembangan Kurikulum 2013.
5.      Supaya dapat mengetahui struktur dalam Kurikulum 2013.
6.      Supaya dapat mengetahui struktur Kurikulum SMP/MTS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan
adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik.
Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk
pengembangan kurikulumdan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum
baru. Landasan filosofis adalah landasan mengarahkan kurikulum kepada manusia apa
yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoretik memberikan dasar-dasar teoretik
pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses. Landasan empirik memeberikan
arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanl
Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana
Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN). Landasan yuridis pengembangan
Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun
2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan
Kewirausahaan.
2. Landasan Filosofis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa
kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan
prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan
untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi keidupan bangsa, masa lalu –
masa sekarang – masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis
pengembangan kurikulum.
3. Landasan Empiris
Hasil Riset TIMSS (Trends in International Mathematics and Science
Study) menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada rangking amat
rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori,
analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini
menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum, dengan tidak
membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan
esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam
membangun negaranya pada abad 21.
Masih banyak lagi berbagai kasus yang terjadi di Indonesia yang
membuat kurikulum harus mampu membentuk manusia yang bisa
menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat, perlu direorientasi dan
direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan belajar, kurikulum juga
harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran peserta
didik, kurikulum untuk membangun kesadaran dan dan kepedulian generasi
muda terhadap alam dan dapat merusmuskan pemecahan masalah dengan
kreatif, dan lain sebagainya.

4. Landasan Teoretik
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum
berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang
menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara untuk
suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum
dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional
atau di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar
Kompetensi Lulusan.

B. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum
berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahua, dan keterampilan dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan dasar
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar (KD) yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk suatu tema (SD/MI)
atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK).
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas
tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.

C. Proses Pembelajaran
Melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah terkait Proses
Pembelajaran dinyatakan bahwa satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. maka dari itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kecapaian
kompetensi lulusan.
Maka dari itu, untuk mencapai hal tersebut maka para guru harus
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dan
memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
terkait dengan mata pelajaran yang diampu serta menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Sementara itu, bagi para pendidik
sangat perlu memahami berbagai teori belajar yang mendasari berbagai strategi
atau model pembelajaran dalam mencapai tujuan tersebut.
1. Pengertian teori, model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran
a. Pembelajaran
Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam
konteks pembelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu guru,
peserta didik, dan materi ajar yang saling berinteraksi. Dengan demikian,
pembelajaran didefinisikan sebgaia pengorganisasian atau penciptaan
atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang
memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.
b. Pendekatan (approach)
Pendekatan merupakan cara pandang yang digunakan guru dalam
penyusunan materi pembelajaran. Pedekatan pembelajaran dapat
digunakan untuk menetapkan strategi dan langkah-langkah pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal
(dalam Gulo, 2002). Menurut definisi di atas, strategi pemeblajaran
mencakup rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Untuk menentukan strategi pemeblajaran, harus diperhatikan
komponen-komponen (a) tujuan pembelajaran, (b) guru, (c) peserta didik,
(d) materi pembelajaran, (e) metode pembelajran, (f) media
pembelajaran, (g) faktor administrasi dan finansial (misalnya jadwal
pelajaran, kondisi ruang belajar).
d. Model Pembelajaran
Model pembelajran adalah pola pembelajran yang mendeskripsikan
kegiatan guru – peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau
sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta
didik (Hinduan dkk, 1990).
e. Metode Mengajar
Metode dalam konteks pendidikan adalah kumpulan prinsip yang
terkordinir untuk melaksanakan pembelajaran, sadangkan dalam konteks
pembelajaran, metode diartikan sebagai cara-cara menyajikan suatu
bahan pelajaran pada situasi tertentu (Sukarno ett.al, 1981). Metode
mengajar yang sering digunakan misalnya metode caramah, demonstrasi,
diskusi, dan eksperimen.
f. Teknik Mengajar
Teknik mengajar menyangkut hal-hal yang spesifik yang dilakukan
guru dalam mengelola pembelajaran.
2. Jenis-jenis Teori Belajar dan Karakteristiknya
a. Definisi Belajar
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Learning may be defined as the process where by an
organism changes its behaviour as a result of experiences.
Dari pengertian di atas terdapat dua kata kunci, yaitu perilaku dan
pengalaman. Perilaku menyangkut aksi atau tindakan, yang menjadi
perhatian utama yaitu perilaku verbal dari manusia, karena melalui
tindakan atau perilaku dapat diketahui apakah ada perubahan atau tidak.
Adapun pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang dialami
peserta didik dan bukan pengalaman yang termasuk pengalaman
fisiologis.
b. Teori Belajar
1) Teori Belajar Behavioristik
a) Teori E.L. Thorndike (Teori Koneksionisme)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, dapat berupa pikiran, perasaan atau
tindakan/gerakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut
Thorndike perubahan tingkah laku akibat keiatan belajar dapat
berwujud konkrit yaitu yang dapat diamati atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati.
b) Teori Watson (Teori Conditioning)
Menururt Watson, belajar adalah proses interaksi anatara
stimulus dan respon yang berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan dapat diukur. Ia tetap mengakui adanya perubahan-
perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,
namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang
telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati. Asumsinya
bahwa, hanya dengan cara tersebut dapat diramalkan perubahan-
perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan
tindak belajar.
c) Teori B.F. Skinner (Operant Conditioning)
Penelitian Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku
dan konsekuensi-konsekuensinya. Sebagai contoh misalnya, bila
perilaku seseorang segera diikuti dengan konsekuensi yang
menyenangkan, orang itu akan mengulang perilaku tersebut
lebih sering.
2) Teori Belajar Kognitif
a) Teori Piaget
Menururt Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme
biolohis yaitu perkembangan sistem saraf. Makin bertambah
umur seseorang, maka makin kompleks susunan sel sarafnya
dan makin meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976).
Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif. Proses
adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan,
yaitu asimilasi dan akomodasi. Menururt Piaget, proses belajar
akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara proses asimilasi dan
akomodasi).
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya,
dimana pola atau tahapan perkembangan ini bersifat hierarkis,
artinya harus dilalui berdasarkan ururtan tertentu dan seseorang
tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap
kognitifnya.
1. Tahap-tahap perkembangan intelektual
Piaget membagi perkembangan ini ke dalam lima
periode yaitu :
 Periode sensori motor (0 – 2,0 tahun)
 Reaksi pengulangan kedua (koordinasi tangan – mata)
 Periode pra operasional (2,0 – 7,0 tahun)
 Periode operasi konkrit (7,0 – 11,0 tahun)
 Periode operasi formal (11,0 - > 15 tahun)
2. Aspek-aspek yang berhubungan dengan perkembangan
kognitif
Piaget dalam Dahar (1989: 156) mengemukakan ada
empat aspek yang besar yang ada hubungannya dengan
perkembangan kognitif. Keepat aspek tersebut, yaitu: 1)
pendewasaan, 2) pengalaman fisik, 3) interaksi sosial, 4)
ekuilibrasi.
b) Teori Jerome Bruner: Belajara Penemuan (Discovery Learning)
Menururt Bruner, belajar adalah cara-cara bagaimana orang
memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi
secara aktif. J. Bruner mengemukakan teori belajar model
instruksional kognitif yang sangat berpengaruh yang dikenal
dengan nama belajar penemuan (discovery learning), yaitu
belajar melalui pengalaman sendiri, berusaha untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Peserta
didik hendaknya berpatisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, mereka dianjurkan memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan
mereka menemukan konsep/prinsip sendiri.
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga
proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu
adalah: (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi, (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
c) Teori David Ausubel: Belajar Bermakna
Menururt Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
dimensi, yaitu:
1) Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau
materi pelajaran disajikan pada peserta didik, melalui
penerimaan atau penemuan.
2) Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana peserta didik
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
telah ada.
Pada saat guru menelaskan materi, dapat terjadi dua
dimensi, pertama dapat terjadi belajar bermakna, yaitu apabila
peserta didik menghubungkan atau mengaitkan informasi yang
diterima dengan konsep-konsep yang telah ada atau yang telah
dimiliki sebelumnya. Dapat pula hanya penerimaan informasi
saja tanpa mengaitkan konsep-konsep yang telah ada atau yang
dikenal dengan belajar hafalan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna
ialah: (1) struktur kognitif yang ada, (2) stabilitas dan kejelasan
pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan (3) pada
waktu tertentu.
d) Teori Ausubel VS Gagne
Ausubel berkeyakinan bahwa belajar merupakan proses
deduktif. Gagasan/pandangan belajar dari Ausubel yang
menekankan pada belajar terjadi melalui penerimaan
memberikan konsekuensi pada cara/metode penyajian dalam
mengajar. Ausubel memberikan sebutan pada cara penyajian itu
dengan pengajaran ekspositori.
Pada pengajaran ekspositori terdapat 4 ciri utama yaitu:
1) Interaksi guru – peserta didik, walaupun guru lebih dominan
dalam menyajikan materi, ide-ide/gagasan awal peserta
didik harus menjadi bahan pertimbangan utama dalam
pembahasan selanjutnya dalam setiap pengajaran.
2) Buatlah contoh-contoh untuk setiap konsep, walaupun
penekanan belajar pada belajar bermakna secara verbal,
pemberian contoh-contoh seperti dalam gambar dan
diagram sangatlah dperlukan.
3) Penyajian secara deduktif. Dalam penyajian materi,
hendaknya diperkenalkan dulu konsep-konsep umum dan
inklusif, baru kemudian contoh-contoh yang lebih khusus.
4) Penyajian secara hierarkis. Penyajian bentuk ini
menekankan penyajian materi secara hierarkis, misalnya
sebelum menguraikan materi secara rinci, terlebih dahulu
kita uraikan materi secara keseluruhan, sehingga peserta
didik mampu menangkap struktur atau kedudukan sesuatu
pada batang tubuh materi yang sedang dibahasnya.
Selanjutnya Gagne berpendapat bahwa di dalam proses
belajar terdapat dua fenomena, yaitu: (1) keterampilan
intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya umur
serta latihan yang diperoleh individu, dan (2) bealajar akan lebih
cepat apabila strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan
masalah secara lebihh efisien.
Gagne (1985), menyebutkan adanya lima macam hasil
belajar yaitu :
 Keterampilan intelektual
 Strategi kognitif
 Informasi verbal
 Keterampilan motorik
 Sikap
3) Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap individu adalah hasil konstruksi secara aktif dari
indivisdu itu sendiri. Individu tidak sekedar mengimitasi dan
membentuk bayangan dari apa yang diamati atau diajarkan guru,
tetapi secara aktif inividu itu menyeleksi, menyaring, memberi arti
dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya (Indrawati,
2007).
Pengetahuan yang dikonstruksi individu merupakan hasil
interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi
yang diterimanya. Pada proses belajar konstruktivisme memiliki ciri:
a) Belajar berarti membentuk makna.
b) Konstruksi artinya adalah proses yang terus-menerus.
c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih
dari itu, yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian baru.
d) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema
seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih
lanjut.
e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pembelajar dengan
dunia fisik lingkungannya.
f) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui
si pembelajar (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang pelajari (Paul Suparno, 1997 dalam
Indrawati, 2007).

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai
dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, dan kebutuhan, peserta
didik dan lingkungannya.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembuayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi.

E. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
distribusi konten/mata pelajaran dalam semseter atau tahun, beban belajar untuk
mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam
sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum
yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

F. Struktur Kurikulum SMP/MTS


Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per
minggu dari semula 32, 32 dan 32 menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing
kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di
SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.
IPA dan IPS dikembangkan sebagia mata pelajaran integrative science dan
integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya
sebagai pendidikan berorientasi aplikatif pengembangan kemempuan berpikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Di samping itu, tujuan
pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat
kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyaralkat di bidang ekonomi dalam
ruang atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan
biologi dan alam sekitarnya serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah
nusantara.
Seni Budaya terdiri atas 4 aspek, yakni sebi rupa, seni musik, seni tari, dan
seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan
pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru
dan fasilitas pada satuan pendidikan itu.
Prakarya terdiri atas 4 aspek yakni, kerajinan, rekayasa, budidaya, dan
pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan
pendidikan menyelenggarakan pembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek
prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi daerah pada satuan pendidikan
itu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan di atas, maka kami menyimpulkan beberapa point sebagai berikut:
 Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan
dokumen kurikulum, implementasi kurikulum dan evaluasi kurikulum.
Kerangka dasar juga digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan
kurikulum tingkat nasional, daerah dan KTSP.
 Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan landasan-landasan. Landasan
tersebut antara lain: landasan filosofis, yuridis, teoretis dan empiris.
 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah outcomes-based-curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL.
 Proses pembelajaran kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-
kurikuler, yaitu proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran
dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah dan masyarakat.
Dan pembelajaran ekstra-kurikuler, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran
terjadwal secara rutin setiap minggu.
 Kurikulum 2013 dikembangkan dengan beberapa prinsip yang sudah ditulis
di atas dengan jumlah prinsip 11 point.
 Kerangka kurikulum 2013 disusun berdasarkan analisis kebutuhan
masyarakat indonesia, Analisis tujuan Pendidikan Nasional, Analisis kesiapan
peserta didik, pengembangan Standar Kompetensi Lulusan baru, kajian
terhadap desain kurikulum 2006 yang menjadi dasar dari KTSP dan Peraturan
Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2005 tentang Standar Isi,
dikembangkanlah kerangka dasar Kurikulum yang antara lain mencakup
Kerangka Filosofis, yuridis, dan konseptual, penetapan struktur kurikulum,
dirumuskan kopetensi inti setiap kelas yang menjadi pengikat dari berbagai
kopetensi dasar, dan mengembangkan silabus.
B. Saran
Diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca makalah ini agar dalam
penyusunan makalah ini lebih ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Tawil, Muh. dan Liliasari. 2018. Teori dan Implementasi Pembelajaran IPA Seri
Pertama. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Anda mungkin juga menyukai