Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN LEAN HEALTHCARE UNTUK MEREDUKSI WAKTU TUNGGU

PELAYANAN RESEP OBAT JADI PADA DEPO FARMASI MERPATI RSUP DR.
KARIADI SEMARANG

Fauzan Syahrani*), Dyah Ika Rinawati, Darminto Pujotomo

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Email : *)fauzan.syrn@gmail.com

Abstrak
Lean adalah suatu metode perbaikan secara berkelanjutan untuk mengeliminasi atau
mengurangi pemborosan dan meningkatkan nilai tambah pada perusahaan. Penerapan lean
dalam dunia industri telah berkembang pesat pada berbagai sektor, termasuk sektor pelayanan
kesehatan yang dikenal dengan lean healthcare. RSUP Dr. Kariadi sebagai salah satu rumah
sakit rujukan terbesar di Jawa Tengah dituntut untuk meningkatkan pelayanannya. Dalam
penelitian ini ditemukan adanya aktivitas-aktivitas serta faktor-faktor yang menyebabkan
lamanya waktu pelayanan pada Depo Farmasi Merpati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi waste yang mempengaruhi lama waktu tunggu pelayanan resep obat jadi di
Depo Farmasi Merpati beserta akar penyebabnya sehingga bisa dilakukan perancangan usulan
perbaikan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Identifikasi dilakukan dengan pembuatan
Current VSM dari proses pelayanan kemudian didapatkan process cycle efficiency yang hanya
sebesar 17,36% . Setelah itu dilanjutkan dengan menentukan akar permasalahan dibantu dengan
fishbone diagram, kemudian akar-akar masalah tersebut diurutkan prioritasnya dengan metode
USG untuk ditentukan solusinya. Penentuan solusi dilakukan dengan memperhatikan efektivitas,
efisiensi, dan kemudahan penerapan yang kemudian menghasilkan 4 solusi alternatif yang
diharapkan mampu untuk mengurangi lama dari proses pelayanan yang ada saat ini. Alternatif
solusi yang didapatkan adalah menambah loket penerimaan resep, membuat akses langsung ke
petugas dispensing, mengoptimalkan sistem informasi, dan membuat sistem peresepan elektronik.

Kata kunci: Lean Healthcare, Instalasi Farmasi, VSM, Fishbone Diagram

Abctract
Lean is a method of continuous improvement to eliminate or reduce waste and increase
added value to the company. Lean implementation in the industrial world has developed rapidly
in various sectors, including the health service sector known as lean healthcare. RSUP
Dr.Kariadi as one of the largest referral hospitals in Central Java is required to improve its
services. In this study found the activities and factors that led to the length of service time at the
Depo Farmasi Merpati. The purpose of this study was to identify waste that affects the length of
waiting time for drug prescription services at the Depo Farmasi Merpati along with its root
causes so that a proposed improvement proposal can be designed to overcome these problems.
Identification is done by creating a Current VSM from the service process and then obtaining a
process cycle efficiency which is only 17.36%. After that proceed with determining the root of
the problem assisted by fishbone diagram, then the root of the problem is prioritized by the USG
method to determine the solution. Determination of the solution is done by taking into the
effectiveness, efficiency, and ease of implementation which then produces 4 alternative solutions
that are expected to be able to reduce the length of the current service process. An alternative
solutions is to add a prescription reception counter, make direct access to dispensing officers,
optimize information systems, and make electronic prescribing systems.

Keywords: Lean Healthcare, Pharmaceutical Installation, VSM, Fishbone Diagram


1. PENDAHULUAN SK Menteri Kesehatan
Industri jasa dewasa ini memiliki No.129/Menkes/SK/II/2008, standar waktu
perkembangan yang sangat pesat, terlihat pelayanan resep obat jadi adalah tidak lebih
dari banyaknya perusahaan baru yang dari 30 menit dan untuk waktu pelayanan
bergerak dalam bidang jasa. Setiap industri resep obat racikan adalah tidak lebih dari 60
jasa berlomba untuk memberikan pelayanan menit.
yang terbaik hingga dapat mencapai tujuan Dari hasil evaluasi yang menyatakan
utamanya yaitu memberikan kepuasan bagi bahwa WTOJ pada RSUP Dr. Kariadi belum
para pengguna layanannya. Dalam upaya memenuhi standar yang ditetapkan oleh
mencapai tujuan tersebut perusahaan harus pemerintah, peneliti tertarik untuk melihat
memaksimalkan kinerja perusahaan, baik lebih dalam dari setiap kegiatan yang
dari segi pelayanan konsumen hingga sistem mempengaruhi waktu tunggu pelayanan
manajemen yang teroganisir dengan baik. resep obat jadi. Untuk mendukung
Industri jasa merupakan sebuah sektor dilakukannya penelitian ini, peneliti
industri yang berbeda dibanding dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu
sektor manufaktur, salah satu contoh mengenai waktu tunggu pelayanan resep
daripada industri jasa ialah industri obat jadi pada bulan Mei 2018 dengan
pelayanan kesehatan misalnya rumah sakit. jumlah resep yang diamati adalah sebanyak
Dalam industri pelayanan kesehatan, 110 resep pasien BPJS dikarenakan pada
kualitas pelayanan merupakan hal yang Depo Farmasi Merpati sebesar 94,91%
sangat penting dalam mewujudkan kepuasan adalah pasien dengan BPJS.
pelanggan, terlebih hal ini berhubungan Dari hasil pengamatan yang dilakukan
dengan kehidupan seseorang. Dalam langsung oleh peniliti didapatkan pula hal
lingkungan yang semakin penuh dengan yang sama yakni waktu tunggu pelayanan
persaingan, rumah sakit perlu untuk resep obat jadi masih belum memenuhi
memiliki kesadaran yang tinggi tentang standar yang ditetapkan yakni selama 33,53
pentingnya memberikan kualitas pelayanan menit.
yang terbaik bagi pelanggannya. Kualitas Pada penelitian ini akan digunakan
pelayanan memiliki definisi sebagai pendekatan Lean Healthcare untuk
perbedaan antara harapan pelanggan dengan mengidentifikasi penyebab dari lamanya
kenyataan yang diteriman (Parasuraman, waktu tunggu proses pelayanan resep obat
1985). jadi, sehingga dapat mengurangi waktu
Depo Farmasi Merpati merupakan salah tunggu dari proses pelayanan dan
satu depo di Instalasi Farmasi RSUP Dr. diharapkan mampu meningkatkan kondisi
Kariadi. Depo ini diperuntukkan bagi semua pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien
pasien rawat jalan dari berbagai poli yang serta meningkatkan kepuasan dari pasien
terdapat di rumah sakit. Hampir 2/3 resep sebagai konsumen.
dari seluruh pasien yang dating berobat ke
RSUP Dr. Kariadi masuk ke Depo Farmasi 2. KAJIAN LITERATUR
Merpati, sehingga dapat diketahui betapa 2.1 Konsep Jasa
pentingnya Depo Farmasi Merpati di RSUP Jasa (service) merupakan tindakan
Dr. Kariadi. atau kerja yang menciptakan manfaat
Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh bagi pelanggan pada waktu dan tempat
pihak rumah sakit pada tahun 2017 dalam tertentu, sebagai hasil dari tindakan
kategori kecepatan waktu pelayanan obat mewujudkan perubahan yang diinginkan
didapatkan hasil waktu tunggu pelayanan dalam diri atau atas nama penerima jasa
resep obat jadi sebesar 32,43 menit, tersebut (Lovelock and Wright, 2005).
sementara untuk kecepatan waktu pelayanan Menurut Kotler (2000) dalam
obat racikan sebesar 44,45 menit. Tjiptono (2005), jasa adalah segala
Berdasarkan ketetapan pemerintah dalam tindakan atau perbuatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada menggunakan konsep lean sehingga
pihak lain yang pada dasarnya bersifat mutu dapat ditingkatkan, mengurangi
intangible (tidak berwujud fisik) dan pemborosan, serta meningkatkan
tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. kepuasan pasien selaku konsumen.
Sementara menurut Zeithaml dan
Bitner (1996) dalam Yazid (2001), jasa 2.3 Organisasi Farmasi Rumah
mencakup semua aktivitas ekonomi yang Sakit
keluarannya bukanlah produk atau Farmasi merupakan salah satu unit
konstruksi fisik, yang secara umum di dalam rumah sakit yang memiliki
konsumsi dan produksinya dilakukan tugas yang terbilang cukup berat,
pada waktu yang sama, dan nilai tambah mengingat perbekalan farmasi rumah
yang diberikannya dalam bentuk sakit merupakan suatu hal yang
kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kompleks. Oleh sebab itu pengelolaan
kesehatan yang secara prinsip bersifat farmasi harus mempertimbangkan
intangible. Jasa merupakan aktivitas, faktor-faktor ekonomi, kepentingan
manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan ilmiah atau profesi dan faktor pasien.
untuk dijual (Tjiptono, 2006). Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Dari beberapa teori diatas yang secara umum dapat diartikan sebagai
menyebutkan tentang konsep jasa, maka suatu departemen atau unit atau bagian di
dapat diartikan bahwa jasa adalah setiap rumah sakit dibawah pimpinan seorang
tindakan atau aktivitas dan bukan benda, apoteker dan dibantu oleh beberapa
yang secara dasar bersifat intangible orang apoteker yang memenuhi
(tidak berwujud fisik), konsumen terlibat pesyaratan perundang-undangan yang
didalam proses produksi secara aktif dan berlaku dan bertanggungjawab atas
tidak menghasilkan kepemilikan. seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan
2.2 Rumah Sakit paripurna yang mencakup perencanaan,
Berdasarkan UU No.44 tahun 2009, pengadaan, produksi, penyimpanan
rumah sakit merupakan institusi perbekalan kesehatan atau sediaan
pelayanan kesehatan yang farmasi, dispensing obat berdasarkan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan resep bagi penderita saat tinggal dan
perorangan secara paripurna yang rawat jalan, pengendalian mutu dan
menyediakan pelayanan rawat jalan, pengendalian distribusi dan penggunaan
rawat inap, dan gawat darurat. Definisi seluruh perbekalan kesehatan di rumah
lain dari rumah sakit yang tercantum di sakit.
dalam UU tersebut bahwa rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan bagi 2.4 Konsep Lean
masyarakat dengan karakteristik Sistem produksi lean atau yang
tersendiri yang dipengaruhi oleh biasa disebut dengan sistem produksi
perkembangan ilmu pengetahuan Toyota merupakan sistem produksi yang
kesehatan, kemajuan teknologi, dan dikembangkan dan dipromosikan oleh
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Toyota Motor Corporation dan telah
yang harus tetap mampu meningkatkan digunakan oleh banyak perusahaan
pelayanan yang lebih bermutu dan Jepang. Sistem produksi tersebut dibuat
terjangkau oleh masyarakat agar oleh eksekutif dari Toyota Motor yaitu
terwujud derajat kesehatan yang setinggi- Kiichiro Toyoda dan Taiichi Ohno yang
tingginya. dibangun dari konsep asli milik Ford,
Salah satu yang perlu ditingkatkan sistem tersebut diterapkan karena
dari rumah sakit adalah efisiensi. minimnya sumber daya pada saat Perang
Efisiensi dapat ditingkatkan dengan Dunia II (Buggy dan Nelson, 2005).
Sistem produksi tersebut bertujuan a) Non-value Adding (NVA) adalah
untuk mengurangi bahkan kegiatan yang tidak diperlukan di
menyingkirkan pemborosan yang dalam proses karena tidak
terdapat di dalam perusahaan. memberikan nilai tambah dan dapat
Lean merupakan suatu pendekatan dieliminasi,
sistematis untuk mengidentifikasi dan b) Value Adding (VA) adalah suatu
menghilangkan pemborosan (waste) atau operasi yang memberikan nilai
aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah dan diperlukan untuk
tambah (non-value adding activities) memenuhi tuntutan dan kebutuhan
melalui perbaikan yang berkelanjutan pelanggan, dan
(Gasperz, 2006). Menurut Kim (2006) c) Business Value Adding (BVA)
lean memiliki makna ramping atau kurus, adalah suatu kegiatan yang terdiri
lean adalah sebuah sistem manajemen dari kegiatan NVA yang tidak dapat
dan metodologi yang bertujuan untuk dieliminasi karena batasan teknologi
meningkatkan kualitas, keamanan dan dan peraturan.
efisiensi suatu proses pelayanan.
2.7 Fishbone Diagram
2.5 Pemborosan Fishbone diagram atau dikenal juga
Pemborosan merupakan salah satu dengan cause and effect diagram adalah
hal yang dapat merugikan perusahaan suatu pendekatan terstruktur yang
karena merupakan hal yang tidak dimungkinkan untuk melakukan suatu
memberikan nilai tambah. Oleh sebab itu analisis dengan lebih terperinci dalam
diperlukan adanya penanganan terhadap menemukan penyebab-penyebab suatu
pemborosan hingga ke akar yang masalah, ketidaksesuaian, dan
menyebabkan terjadinya pemborosan. kesenjangan yang terjadi (Nasution,
Salah satu cara untuk menyingkirkan 2001). Fungsi dari fishbone diagram
pemborosan adalah dengan adalah:
menggunakan prinsip lean. 1. Menyimpulkan sebab-sebab variasi
Terdapat 7 jenis pemborosan yang dalam proses.
dapat terjadi di dalam suatu sistem, yaitu 2. Mengidentifikasi kategori dan
(Dailey, 2003): subkategori sebab-sebab yang
1. Produksi berlebih mempengaruhi suatu karakteristik
2. Waktu tunggu kualitas tertentu.
3. Transportasi 3. Memberikan petunjuk mengenai
4. Proses yang berlebihan macam-macam data yang diperlu
5. Persediaan berlebih dikumpulkan.
6. Gerakan yang berlebih Struktur fishbone diagram terdiri
7. Cacat produk/jasa dari kepala dan tulang-tulang. Kepala
merepresentasikan masalah yang akan
2.6 Value Stream Map (VSM) diselesaikan dan tulang-tulang berisi
VSM merupakan suatu alat yang penyebab masalah tersebut yang
digunakan untuk penyederhanaan proses dikelompokkan menjadi enam bagian
aliran kerja yang merupakan deskripsi yaitu manusia (man), pengukuran
terhitung dari alur kerja proses. VSM (measurement), metode (method), bahan
berfungsi untuk membedakan value (material), mesin (machine), dan
adding (VA) dengan non-value adding lingkungan (environment).
(NVA). Terdapat beberapa tipe kegiatan
yang dibagi berdasarkan nilai tambah
yang diberikan, yaitu (Monden, 2000):
2.8 Rapid Process Improvement Tahapan ini direkomendasikan untuk
Workshop dilakukan pada beberapa tipe workshop.
Rapid Process Improvement Workshop Pelaksanaannya dapat dilakukan 4
merupakan sebuah metode utama untuk minggu setelah workshop selesai, hal
perbaikan internal dan rantai pasok pada yang dibahas dalam tahap ini adalah
industri manufaktur mobil dan merupakan permasalahan yang masih belum
salah satu elemen kunci dari TPS (Toyota tereliminasi ataupun masalah yang
Production System). Penerapan RPIW timbul setelah workshop yang harus
memiliki tujuan untuk mengeliminasi dipecahkan. Sumber daya tambahan
pemborosan (waste) pada aliran nilai (value sangat mungkin dibutuhkan pada tahap
stream) dalam waktu yang singkat (Boyer, ini sehingga dapat dilakukan
2002). Metode RPIW memiliki 4 tahapan perencanaan untuk workshop
dalam setiap pelaksanaannya. selanjutnya.
 Tahap 1: Assesment (Penilaian)
Tahap ini menyediakan informasi dasar 3. METODE PENELITIAN
tentang perbaikan yang akan dilakukan. Metode penelitian digunakan sebagai
Pada tahap ini, semua perspektif pedoman dalam melakukan penelitian
digambarkan sehingga seleksi dan fokus sehingga pemecahan masalah dapat
dari workshop dapat diketahui. Data dilakukan dengan baik dan sistematis.
dasar perusahaan, termasuk aliran produk Penelitian dimulai dengan studi
dan jasa, deskripsi proses makro, tingkat pendahuluan yang dilakukan dengan
permintaan pelanggan, dan struktur melakukan telaah pada dokumen dari RSUP
organisasi akan membantu dalam Dr. Kariadi yang berupa laporan tahunan
menentukan titik awal yang tepat dari untuk mengetahui indikator pencapaian
tahap ini. yang tidak bisa dipenuhi, kemudian
 Tahap 2: Planning (Perencanaan) dilakukan pengamatan langsung terhadap
Merupakan tahapan yang paling penting hal yang dijadikan objek penelitian ini.
dan memiliki pengaruh yang sangat besar Selanjutnya dilakukan penentuan rumusan
dalam kesuksesan metode RPIW. Tim masalah, tujuan penelitian, batasan masalah
perencanaan sebaiknya terdiri dari orang- serta asumsi-asumsi yang digunakan.
orang yang memiliki pengetahuan yang Tahap selanjutnya adalah melakukan
spesifik dan tanggung jawab terhadap pengumpulan data yang diperlukan untuk
area yang akan dipilih untuk dilakukan penelitian dalam pengolahan data. Data yang
perbaikan. dikumpulkan pada penelitian ini berupa hasil
 Tahap 3: Implementation (Penerapan) wawancara dengan beberapa petugas
Pada tahap ini, workshop dimulai dengan kefarmasian, pengamatan terhadap alur
penjelasan singkat mengenai prinsip lean proses pelayanan resep obat jadi,
dan deskripsi acara workshop untuk pengamatan lama waktu pelayanan resep
seminggu kedepan. Peserta yang obat jadi, serta dokumentasi dengan tujuan
tergabung di dalam tim lalu menuju dan untuk mengetahui jumlah pegawai, jam
mengelilingi area kerja yang telah dipilih kerja, serta sekilas tentang Depo Farmasi
untuk dilakukan perbaikan sebagai Merpati.
langkah awal dari penerapan metode ini, Setelah semua data terkumpul dilakukan
dengan melakukan observasi. Kemudian pengolahan data dengan menggambarkan
tim mengasimilasi data yang telah kondisi proses yang terjadi selama
didapatkan dan berusaha pelayanan resep dengan menggunakan
mendeskripsikan visi sehingga terwujud VSM. Dari VSM yang dibuat akan
satu tujuan dalam pelaksanaan workshop. ditentukan aktivitas yang tergolong value
 Tahap 4: Follow Up (Evaluasi dan added, non-value added, serta necessary
Tindak Lanjut) non-value added. Dari hasil VSM akan
diketahui aktivitas apa saja yang tergolong digambarkan VSM dari proses pelayanan
waste selama proses pelayanan resep obat resep obat jadi saat ini yang dapat dilihat
jadi. pada Lampiran 1.
Setelah pembuatan VSM dilanjutkan Berdasarkan dari hasil VSM
dengan menganalisa akar-akar didapatkan bahwa aktivitas yang
permasalahan dengan menggunakan tergolong value added selama 349,1
fishbone diagram dengan tujuan agar dapat detik, non-value added selama 1433,6
menemukan akar penyebab dari masalah detik, dan necessary non-value added
yang dihadapi. selama 228,8 detik. Dari hasil VSM juga
Dari hasil pembuatan fishbone diagram diketahui lead time dari proses pelayanan
kemudian dilanjutkan dengan menentukan adalah sebesar 2011,5 detik.
prioritas akar permasalahan dari proses Berdasarkan hasil tersebut dapat
pelayanan dengan metode USG. Metode dihitung persentase dari masing-masing
USG merupakan salah satu cara untuk golongan aktivitas sebagai berikut:
menetapkan urutan prioritas masalah dengan % Value Added
teknik scoring dengan memperhatikan 349,1
urgency, seriousness, dan growth dari tiap = 2011,5 × 100%
akar masalah yang didapatkan.
Tahap selanjutnya adalah melakukan = 17,36%
analisa dari tiap akar masalah yang telah % Non-Value Added
diprioritaskan untuk kemudian dicarikan 1433,6
solusinya, penentuan solusi dilakukan = × 100%
2011,5
melalui brainstorming dengan pihak-pihak
terkait untuk menemukan berbagai alternatif = 71,27%
solusi. Kemudian dari setiap alternatif solusi % Necessary but Non-Value Added
yang ditemukan akan dilakukan scoring 228,8
kembali dengan memperhatikan efektivitas, = × 100%
2011,5
efisiensi, serta kemudahan dari setiap solusi
yang ada dan kemudian ditentukan solusi = 11,37%
yang dapat dilakukan terlebih dahulu. % Process Cycle Efficiency
Tahap terakhir adalah menyimpulkan
𝑉𝐴
hasil dari keseluruhan penelitian yang = 𝑉𝐴+𝑁𝑉𝐴+𝑁𝑁𝑉𝐴 × 100%
dilakukan, kemudian memberikan saran- 349,1
saran yang diharapkan dapat = 349,1+1433,6+228,8 × 100%
dipertimbangkan oleh pihak rumah sakit dan
dapat digunakan untuk penelitian = 17,36%
selanjutnya. Dari hasil tersebut didapatkan
bahwa process cycle efficiency pelayanan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN resep obat jadi hanya sebesar 17,36%.
4.1 Value Stream Mapping
Pembuatan VSM diawali dengan 4.2 Fishbone Diagram
mengetahui aktivitas dari setiap proses Pada fishbone diagram akan
pelayanan yang terdapat pada pelayanan dianalisa akar-akar masalah yang
resep obat jadi, setelah itu didapatkan menyebabkan lamanya waktu proses
waktu siklus dari setiap aktivitas yang pelayanan resep obat jadi pada Depo
dilakukan. Setelah aktivitas diketahui Farmasi Merpati yang dilihat dari
maka dapat ditentukan aktivitas yang berbagai faktor yakni manusia, metode,
tergolong value added, non-value added, material, peralatan, dan lingkungan.
dan necessary non-value added. Setelah Untuk fishbone diagram dari penelitian
hal-hal tersebut didapatkan maka dapat ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kefarmasian. Beberapa alternatif solusi
4.3 Pembobotan Akar Masalah yang didapatkan terkait dengan akar
Setelah ditemukan beberapa akar permasalahan adalah:
masalah, dilakukan pembobotan akar 1. Membuat akses langsung ke
masalah dengan metode USG (Urgency, petugas dispensing obat
Seriousness, and Growth). Urgency 2. Mengoptimalkan penggunaan
dilihat dari seberapa mendesak masalah sistem informasi
tersebut harus diselesaikan dikaitkan 3. Menambah loket penerimaan
dengan waktu yang tersedia. Seriousness resep
dilihat dari keseriusan masalah tersebut 4. Sistem peresepan elektronik
harus diselesaikan dikaitkan dengan Dari beberapa solusi diatas
akibat yang timbul jika dilakukan kemudian dilakukan pembobotan
penundaan pemecahan masalah. Growth berdasarkan tingkat efektivitas dari solusi
dilihat berdasarkan sebarapa untuk menyelesaikan masalah, efisiensi
kemungkinan masalah tersebut biaya yang rendah untuk penerapan
berkembang dikaitkan dengan solusi, dan kemudahan pelaksanaan pada
kemungkinan masalah akan semakin tiap alternatif solusi yang ada, nantinya
memburuk jika dibiarkan. alternatif solusi dengan skor tertinggi
Pembobotan akar masalah dengan akan menjadi prioritas solusi yang dapat
metode USG dilakukan dengan FGD dilakukan terlebih dahul (Lampiran 4).
(Focus Group Discussion) yang Urutan alternatif solusi dari yang
melibatkan penanggung jawab Depo memiliki skor tertinggi berdasarkan
Farmasi Merpati, dan 2 orang Tenaga efektivitas, efisiensi biaya, dan
Teknis Kefarmasian. Dari hasil fishbone kemudahan adalah:
diagram yang menemukan 11 akar 1. Menambah Loket Penerimaan Resep
permasalahan yang menyebabkan Solusi ini mendapatkan peringkat
lamanya proses pelayanan dan hasil pertama dari beberapa alternatif solusi
pembobotan dari hasil FGD dengan yang lain berdasarkan dari tingkat
menerapkan metode USG kemudian efektivitas, efisiensi biaya, dan
dibatasi 5 akar permasalahan yang akan kemudahan dalam penerapannya.
dicarikan solusinya yakni, (1) tidak Tujuan dari ditambahkannya loket
tersedianya akses langsung untuk penerimaan resep adalah untuk
penyerahan resep ke bagian dispensing, memecah antrian yang terjadi dari
(2) proses pembuatan etiket hanya proses penerimaan resep, dikarenakan
dilakukan oleh 1 orang, (3) hanya ada 1 seringkali didapati penumpukkan
loket penerimaan resep, (4) jumlah obat resep masuk pada saat peak hours.
kurang dari data jumlah obat pada sistem, Dari hasil penelitian yang telah
dan (5) sistem informasi masih kurang dilakukan, rata-rata waktu tunggu
memadai. pada saat proses penerimaan resep
Matriks dari hasil pembobotan akar adalah selama 3,31 menit dengan
masalah dapat dilihat pada Lampiran 3. waktu minimal adalah 0 menit dan
waktu maksimal sebesar 19,83 menit.
4.4 Alternatif Solusi Setelah dilakukan penambahan
Berdasarkan hasil pembobotan loket penerimaan resep menjadi dua
dengan metode USG yang dilakukan loket yang diselenggarakan selama
telah ditentukan 5 akar permasalahan peak hours dengan jumlah resep yang
yang akan dicarikan solusinya. diamati sebanyak 30 lembar, rata-rata
Penentuan solusi masih melibatkan waktu tunggu berkurang menjadi 2,11
penanggung jawab Depo Farmasi menit dengan waktu minimal sebesar
Merpati, dan 2 orang Tenaga Teknis
0 menit dan waktu maksimal sebesar terakhir yang diusulkan. Penerapan
11,77 menit. sistem ini memerlukan biaya yang
tidak murah dan juga diperlukan
2. Membuat Akses Langsung ke Petugas pelatihan-pelatihan khusus bagi
Dispensing pihak-pihak terkait yang akan
Pembuatan jendela bagi petugas menggunakan terutama para dokter
dispensing untuk mempermudah penanggung jawab pasien.
akses penerimaan resep dan Dengan menerapkan sistem
pengantaran obat dari kegiatan peresepan secara elektronik maka
dispensing. Perencanaan dilakukan kejadian konfirmasi antara petugas
berdasarkan waste motion yang farmasi dengan DPJP bisa
teridentifikasi selama proses dihilangkan karena dokter hanya akan
pengambilan obat yang memakan memberikan resep sesuai dengan obat
waktu rata-rata selama 15,5 detik yang ada di dalam sistem. Selain itu
untuk pengambilan resep, sementara dengan peresepan elektronik juga
untuk pengantaran obat selama 15 dapat menghilangkan antrian
detik. penyerahan resep kepada petugas
Setelah dilakukan perencanaan dan karena data resep langsung diberikan
simulasi menerima resep dan oleh dokter secara online dalam
mengantar obat, didapatkan waktu jaringan rumah sakit.
rata-rata yang dibutuhkan oleh
petugas dispensing adalah masing- 5. KESIMPULAN DAN SARAN
masing selama 4,65 detik dan 5,14 5.1 Kesimpulan
detik. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa, Hasil dari value
3. Mengoptimalkan Penggunaan Sistem assessment pada proses pelayanan resep
Informasi obat jadi menunjukkan waste waiting
Sistem informasi yang ada pada time yang terlalu lama antara tiap proses
Depo Farmasi Merpati belum pelayanan, hal ini dikarenakan terdapat
diintegrasikan secara maksimal, hal kendala-kendala yang terjadi sepanjang
tersebut dapat dilihat pada satu contoh proses pelayanan, serta teridentifikasinya
kegiatan yakin pembuatan etiket yang waste motion pada kegiatan dispensing
dilakukan secara manual yaitu dengan yakni pada saat petugas melakukan
menuliskan data-data yang menjadi pengambilan resep dan penyerahan obat
informasi pada etiket. yang sudah disiapkan.
Hal tersebut dapat diminimalisir Berdasarkan hasil pengamatan pada
untuk membantu mempersingkat value stream map persentase aktivitas
proses pembuatan etiket dengan value added hanya sebesar 17,36%. Akar
memanfaatkan barcode yang terdapat masalah yang ditentukan dengan
pada nomor antrian sebagai input fishbone diagram dan dibantu dengan
untuk pembuatan etiket, petugas metode USG untuk memprioritaskan
penerimaan resep telah memasukkan masalah mengidentifikasi bahwa akar
kebutuhan obat beserta data pasien penyebab masalah dengan peringkat tiga
pada proses sebelumnya kemudian teratas adalah (1) tidak tersedianya akses
mencetak nomor antrian yang langsung untuk penyerahan resep ke
memiliki barcode. bagian dispensing, (2) proses pembuatan
etiket hanya dilakukan oleh 1 orang, (3)
4. Sistem Peresepan Elektronik hanya ada satu loket penerimaan resep,
Peresepan yang dilakukan secara (4) jumlah obat kurang dari data jumlah
elektronik menjadi alternatif solusi
obat pada sistem, (5) sistem informasi 4. Pemantauan waktu tunggu
masih kurang memadai. pelayanan hendaknya dilakukan
Usulan perbaikan yang didapatkan dengan teliti dengan membentuk
dengan menganalisa akar penyebab sebuah tim yang kompeten dalam
masalah, membuat perencanaan hal tersebut, sehingga dapat
perbaikan dengan memperkirakan menghindari permasalahan yang
kemampuan rumah sakit serta faktor- akan timbul dan menghambat
faktor yang mempengaruhinya adalah proses pelayanan.
dengan (a) Menambah loket penerimaan 5. Melakukan upaya dan siklus
resep, (b) Membuat akses langsung ke perbaikan secara terus menerus
petugas dispensing, (c) Mengoptimalkan hingga mencapai kesempurnaan,
penggunaan sistem informasi, (d) mengikuti perkembangan ilmu dan
Menerapkan sistem peresepan elektronik. teknologi yang terjadi dan
menjalani proses pembelajaran
5.2 Saran sehingga menambah wawasan
Sebagai saran dalam perbaikan untuk meningkatkan mutu dari
proses pelayanan resep obat jadi pada pelayanan.
Depo Farmasi Merpati RSUP Dr. Kariadi DAFTAR PUSTAKA
telah disampaikan peneliti pada bab Boyer, M. D. 2002. The Rapid Improvement
sebelumnya namun sedikit masukan Workshop as a Tool for Change.
berupa: Journal of Ship Production. Vol.18
1. Usulan-usulan tersebut merupakan No.3, pp. 152-158.
alternatif solusi namun dalam Buggy, J. M., dan Nelson, J. L. 2005.
pelaksanaannya harus disesuaikan Applying Lean Production in
dengan kemampuan rumah sakit, Healthcare Facilities, Implication.
adanya inovasi dan usaha yang Vol.06 Issue 05.
memperlihatkan kemauan rumah Dailey, K. W. 2003. The Lean
sakit dalam memperbaiki Manufacturing Pocket Handbook.
pelayanannya akan menambah United States of America: DW
kepercayaan dari pasien selaku Publishing.
pelanggan. Gaspersz, Vincent. 2006. “Total Quality
2. Adanya pelatihan khusus kepada Management” Untuk Praktisi Bisnis
tenaga kesehatan farmasi dalam dan Industri. Jakarta: PT. Gramedia
rangka memenuhi kebutuhan skill Pustaka Utama.
dalam melakukan proses Kotler, Philip. 2000. Manajemen
administrasi agar proses pelayanan Pemasaran. Jakarta: PT.
dan pembuatan laporan bisa Prenhallindo.
dilakukan secara akurat. Lovelock, Christoper H., and Lauren K,
3. Untuk usulan yang memerlukan Wright. 2005. Principles of Service
biaya, sarana, dan perubahan Marketing Management. New Jersey:
kebijakan dari petinggi rumah sakit Prentice-Hall, Inc.
sebaiknya direncanakan dengan Monden. Yasuhiro. 2000. Sistem Produksi
terperinci mengenai kebutuhan Toyota. Jakarta: PPM.
ruang, dan fasilitas lainnya yang Nasution, M. N. 2001. Manajemen Mutu
menunjang operasional sehingga Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.
dalam pemeliharaan dan Parasuraman, A., Zeithaml, V. A. 1985.
penggunaannya dapat Problem and Strategies in Services
dimanfaatkan sebesar-besarnya Marketing. Journal of Marketing Vol.
bagi kepentingan pelayanan. 49.
Republik Indonesia. 2008. Keputusan
Menteri Kesehatan No. 129 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa.
Malang: Bayumedia Publishing.
Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa.
Yogyakarta: Andi.
Yazid. 2001. Pemasaran Jasa : Konsep Dan
Implementasi. Yogyakarta: Ekonisia
Fakultas Ekonomi.
Zeithaml, Valerie A, Leonard L. Berry and
A. Parasuraman. 1996. The
Behavioral Consequences of Service
Quality. Vol.60, No.2: American
Marketing Association.
Lampiran 1 Value Stream Mapping

Pasien
Pasien Menerima
Menyerahkan
Obat
Resep

198,3" 380,5" 550,1" 502"


Penerimaan Resep Pembuatan Etiket Dispensing Penyerahan Obat
Asisten Apoteker Petugas Admin
1 Komputer 1 Komputer Asisten Apoteker Asisten Apoteker
1 Printer 1 Printer
1 1 4 1

CT: 152,6 detik CT: 95,4 detik CT: 78,7 detik CT: 53,9 detik
VA: 152,6 detik VA: 94,4 detik VA: 48,2 detik VA: 53,9 detik
NVA: - NVA: 1 detik NVA: - NVA: -

Skrining Adm.: 33,1 detik Membaca Resep: 17,5 detik Mengambil Etiket: 15,5 detik Cek Kesesuaian Obat: 10,8 detik
Penomoran: 5,2 detik Penulisan Etiket: 40,4 detik Membaca Resep: 8,5 detik Memanggil Pasien: 2,3 detik
Skrining Resep: 17,6 detik Mencetak Etiket: 30,8 detik Mengambil Obat: 23,2 detik Verifikasi Pasien: 9,9 detik
Cek Ketersediaan: 92 detik Menyatukan Etiket: 5,7 detik Mengemas Obat: 10,7 detik Penjelasan Obat: 25,5 detik
Penyatuan Resep: 3,1 detik Menumpuk Etiket: 1 detik Menempelkan Etiket: 5,8 detik Pengemasan: 3,4
Mengoper Resep: 1,6 detik Mengantar Obat: 15 detik Penyerahan Obat: 2,4 detik
LT: 2011,5 detik
198,3" 380,5" 550,1" 502,0" CT: 380,6 detik
WT: 1630,9 detik

VA: 349,1 detik


152,6" 95,4" 78,7" 53,9"
NVA: 1433,6 detik
NNVA: 228,8 detik
VAR: 17%
Lampiran 2 Fishbone Diagram

Pemanggilan pasien hanya Petugas melakukan aktivitas


melalui 1 sumber suara tambahan
Jumlah obat kurang dari
data jumlah obat pada Proses pembuatan etiket
sistem Belum adanya peresepan hanya dilakukan oleh 1 orang
elektronik
Tidak semua petugas paham administrasi
Waktu Tunggu Pelayanan
Resep Obat Jadi
Koneksi internet
Tidak Memenuhi Standar
bermasalah Tidak tersedianya akses langsung
untuk penyerahan resep ke bagian
Komputer lambat dispensing
memproses informasi
Hanya ada 1 loket penerimaan
Sistem informasi masih resep
kurang memadai
Lampiran 3 Pembobotan Akar Masalah

No. Akar Masalah U S G Total Peringkat


1 Petugas melakukan aktivitas tambahan 3 4 3 36 VI
2 Proses pembuatan etiket hanya dilakukan oleh 1 5 4 5 100 II
orang
3 Tidak semua petugas paham administrasi 2 2 2 8 XI
4 Tidak tersedianya akses langsung untuk 5 5 4 100 I
penyerahan resep ke bagian dispensing
5 Hanya ada 1 loket penerimaan resep 5 4 4 80 III
6 Pemanggilan pasien hanya melalui 1 sumber 3 3 2 18 VIII
suara
7 Belum adanya peresepan elektronik 2 3 2 12 X
8 Koneksi internet bermasalah 3 2 2 12 IX
9 Komputer lambat memproses informasi 3 3 3 27 VII
10 Sistem informasi masih kurang memadai 5 3 3 45 V
11 Jumlah obat kurang dari data jumlah obat pada 5 4 3 60 IV
sistem
Lampiran 4 Pembobotan Alternatif Solusi

Efisiensi
No. Alternatif Solusi Efektivitas Kemudahan Total Peringkat
(biaya)
1 Membuat akses langsung ke 5 3 2 30 II
petugas dispensing obat
2 Mengoptimalkan penggunaan 5 2 1 10 III
sistem informasi
3 Menambah loket penerimaan 5 4 3 60 I
resep
4 Sistem peresepan elektronik 5 1 1 5 IV

Anda mungkin juga menyukai