Anda di halaman 1dari 21

Tugas MID

MAKALAH STANDARISASI BAHAN OBAT ALAM (SBOA)


“STANDARISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK DAUN LEILEM
(Clerodendrum minahassae L)”

OLEH :

NAMA : PUTRI LISTIYA SARI


NIM : O1A118158
KELAS :C
DOSEN : Apt. Dian Munasari Solo, S.Farm., M.Si

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warhmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Leilem” dapat terselesaikan, Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam matakuliah
Standarisasi Bahan Obat Alam semester VI di Program Studi Jurusan Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan-penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya
harapkan, khusunya Ibu Apt. Dian Munasari Solo, S.Farm., M.Si. Selaku Dosen
Matakuliah Standarisasi Bahan Obat Alam, hal tersebut dibutuhkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penlis menyampaikan ucapan terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Ibu Apt. Dian Munasari Solo, S.Farm., M.Si
Selaku Dosen Matakuliah Standarisasi Bahan Obat Alam yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kendari, 13 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………….

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DARTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1. Pengertian Standarisasi dan Tujuannya................................................3

2.2. Pengertian dan Klasifikasi Daun Sirih.................................................3

2.3. Metode Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Daun Leilem.....................5

2.4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Sampel Daun Leilem................6

2.5. Hasil dan Pembahasan Dalam Penelitian Daun Leilem.....................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................16

3.1. Kesimpulan........................................................................................16

3.2. Saran....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati


dengan jenis tumbuhan yang bervariasi dan memiliki peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keanekaragaman hayati ini
termasuk dalam sumber daya alam yang menghasilkan senyawa kimia yang
tidak terbatas jenis dan jumlahnya. Indonesia memiliki jenis tanaman obat
yang banyak ragamnya. Jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok
tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) melaporkan bahwa secara global 80% dari semua Negara tergantung
pada tanaman obat dan lebih dari 13.000 tanaman telah dilakukan penelitian
untuk berbegai penyaki. Meskipun Indonesia memiliki keanekaragaman
tanaman obat yang melimpah namun sebagian besar belum dimanfaatkan
secara optimal. Beberapa tanaman obat selayaknya disebut herba nasional
karena telah terbukti selama beberapa tahun meskipun hanya secara empiris.
Paling tidak telah teruji khasiatnya, efektivitas dan keamanannya. Sebagai
tanaman asli Indonesia, tanaman obat sudah ada sejak nenek moyang kita dan
digunakan untuk memelihara kesehatan, mengobati penyakit dan pengetahuan
ini diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi (Rumondor,
dkk., 2019).

Tanaman leilem (Clerodendrum minahassae L.) merupakan tanaman


yang banyak tumbuh dan dimanfaatkan sebagai makanan dan obat tradisional
di daerah Minahasa. Tanaman leilem merupakan bagian dari genus
Clerodendrum L. (keluarga: Lamiaceae) yang mengandung senyawa kimia
aktif seperti fenol, flavonoid, terpenoid dan steroid. Senyawa aktif seperti
flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai sistem pertahanan dan dalam
responsnya terhadap infeksi oleh mokroorganisme sehingga senyawa ini
efektif sebagai senyawa antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisme.

1
Salah satu bakteri gram positif yang sering dijumpai dalam rongga mulut
adalah Streptococcus mutans (Bontjura, dkk., 2015).

Bagian Tanaman leilem ini yaitu daun, biasanya dikonsumsi sebagai


sayuran oleh masyarakat di Minahasa. Manfaat lain dari daun leilem ini yaitu
sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa penyakit, seperti sakit
perut dan Ascariasis. Berdasarkan pendekatan etnofarmakologi diketahui
bahwa genus Clerodendrum memiliki berbagai peranan penting dalam
perkembangan pengobatan diantaranya sebagai antiinflamasi, antidiabetes dan
antibakteri (Patel dan Shrivastava, 2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan standarisasi dan tujuannya?
2. Apa definisi dan klasifikasi daun leilem?
3. Bagaimana metode pembuatan simplisia dan Ekstrak daun leilem ?
4. Bagaimana standar operasional prosedur (SOP) sampel daun leilem?
5. Bagaimana hasil dan pembahasan dalam penelitian daun leilem?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu standarisasi
2. Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi daun leilem
3. Untuk mengetahui metode pembuatan simplisia dan ekstrak daun
leilem
4. Untuk mengetahui standar operasional prosedur (SOP) sampel daun
leilem
5. Untuk mengetahu hasil dan pembahasan dalam penelitian daun leilem
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standarisasi

Standarisasi adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara


pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigm mutu,
kefarmasian, mutu dalam arti memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan
farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk
kefarmasian umumnya. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai
parameter standard umum dan parameter standar spesifik.

Tujuan dari standarisasi ialah untuk menjamin bahwa produk akhir


obat (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu
yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu.
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar.
Standarisasi dilakukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang
akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (Anam dkk.,
2013)

2.2 Pengertian Daun Leilem Beserta Klasifikasinya

Leilem (Clerodendrum minahassae Teijsm. dan Binn) merupakan satu


spesies dari genus Clerodendrum. Genus Clerodendrum banyak tersebar
diseluruh dunia dan memliliki lebih dari 500 spesies. Banyak dari genus ini
digunakan sebagai obat tradisional dan sebagai pengobatan secara turun
temurun untuk mengobati berbagai macam penyakit. Bagian tanaman leilem
ini yaitu daun, biasanya dikonsumsi sebagai sayuran oleh masyarakat di
Minahasa. Manfaat lain dari daun leilem ini yaitu sebagai obat tradisional
untuk menyembuhkan beberapa penyakit, seperti sakit perut dan Ascariasis.

Tanaman leilem (Clerodendrum minahassae L.) merupakan salah satu


jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Jenis tanaman ini
banyak tumbuh dan sangat umum dikenal didaerah Minahasa, Sulawesi
Utara. Pada bagian tanaman leilem (Clerodendrum minahassae L.) yaitu
daun, biasa digunakan sebagai campuran msakan dalam daging atau ikan.
Pemanfaatan daun leilem tidak hanya sebagai tanaman sayuran namun juga
berkhasiat mengobati sakit perut dan dipergunakan sebagai obat cacing.
Ketinggian tanaman leilem rata-rata mencapai 2 meter. Bentuk daunnya
bundar telur, berwarna hijau tua mengkilap, rasanya agak sepat dan sedikit
pahit. Kelopak berwarna putih, berjumlah 5. Benang sari berwarna
kemerahan, umumnya tumbuh disemak dan hutan sekunder dipulau Sulawesi,
indonesia

Klasifikasi Daun Leilem :

Kingdom Plantae

Class Equisetopsida

Ordo Lamiales

Famili Lamiaceae

Genus Clerodendrum

Spesies Clerodendrum minahassae Teijsm. dan Binn.


2.3 Metode Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Daun Leilem

a. Metode Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan bahan baku


Pertama-tama panen daun sekitar jam 07.00-10.00 pagi. Daun leilem
segar yang sudah dipanen dikumpulkan, dengan umur yang telah
ditentukan. Daun leilem dapat dipanen ketika tanaman sudah berumur
40-50 hari
2. Sortasi basah
Daun leilem disortasi berdasarkan bentuk daunnya bulat telur, ukuran
daun dengan panjang 11,1 cm dan lebar 5,3 cm dan daun yang
digunakan daun yang tidak cacat akibat panen atau cacat akibat
mikroorganisme.
3. Pencucian
Daun leilem dibersihkan dengan melakukan pencucian sebanyak 3 kali
menggunakan air yang mengalir agar kotoran yang terlepas tidak
menempel kembali.
4. Perajangan
Daun leilem dirajang menggunakan pisau, dengan alat mesin perajang
khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran
yang dikehendaki.
5. Pengeringan
Daun leilem dikeringkan menggunakan dalam lemari penge-ring
selama 3 x 24 jam untuk menggurangi kadar air pada sampel.
6. Sortasi kering
Daun leilem disortasi kembali bersadarkan bentuk dan ukurannya, dan
ditimbang beratnya.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Daun leilem yang telah kering menjadi simplisia kemudian dilakukan
pengemasan dengan menggunakan plastik klip dan dilapisi dengan
menggunakan aluminium foil.
b. Metode Pembuatan Ekstrak
Serbuk daun leilem sebanyak 400 gram dimaserasi menggunakan
pelarut etanol 70 % sebanyak 4 L. Proses penyarian dilakukan selama 3
x 24 jam sambil sekali-sekali diaduk, kemudian dipisahkan mase-rat.
Proses penyarian diulang dengan jenis pelarut yang sama sebanyak 2,5
L selama 2 x 24 jam, semua maserat dikumpulkan lalu diuapkan hingga
diperoleh ekstrak kenta

2.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Sampel Daun Leilem

a. Parameter Standarisasi Spesifik


- Parameter Identitas
Pendeskripsian tata nama yaitu nama simplisia dan esktrak, nama latin
tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan nama Indone-sia
tumbuhan.
- Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik eks-trak meliputi bentuk, bau, rasa dan warna.
Pernyataan “tidak berbau”, “praktis tidak berbau”, “berbau khas lemah”
atau lainnya, ditetapkan dengan pengamatan setelah bahan terkena udara
selama 15 menit. Waktu 15 menit dihitung setelah wadah yang berisi
tidak lebih dari 25 g bahan dibuka. Untuk wadah yang berisi lebih dari 25
g bahan penetapan dilakukan setelah lebih kurang 25 g bahan
dipindahkan ke dalam cawan.
- Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan de-ngan menggunakan kaca pembesar atau
tanpa alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi dan
warna simplisia
- Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dan diamati
fragmen pengenal daun secara umum yang dilakukan melalui pengamatan
di bawah mikroskop, menggunakan kloralhid-rat LP
- Uji Senyawa yang Larut Dalam Air
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5 g dtimbang, masukkan
ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL air jenuh kloroform.Kocok
berkalikali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam.Filtrat disaring
dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang
telah ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap,
hitung kadar dalam % sari larut air
- Uji Senyawa yang Larut Dalam Etanol
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5 g dtimbang, masukkan
ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL etanol P. Kocok berkali-
kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Filtrat disa-ring dan
diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah
ditara. Residu dipanas-kan pada suhu 105°C hingga bobot tetap, hitung
kadar dalam % sari larut air
- Uji Kandungan Kimia
 Uji Alkaloid
Ekstrak dicampur dengan 5 mL kloroform dan 5 mL amoniak
kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring.Asam sulfat 2 N sebanyak
5 tetes ditambahkan pada masing-masing filtrat, kemudian kocok dan
didiamkan.Bagian atas dari masingmasing filtrat diambil dan diuji
dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya enda -
pan putih, cokelat dan jingga menunjukkan adanya alkaloid
 Uji Flavonoid
Ekstrak dicampur dengan 3 mL etanol 70 % lalu dikocok, dipanas-kan
dan dikocok lagi kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan serbuk Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl pekat. Terbentuknya
warna merah pada lapisan etanol menunjukkan adanya flavonoid
 Uji Tanin
Ekstrak disari dengan 10 mL air kemudian disaring, filtratnya diencer-
kan dengan air sampai tidak berwar-na.Larutan diambil sebanyak 2 mL
dan ditambahkan 2 tetes FeCl 1 %. Terbentuknya warna cokelat kehij-
jauan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tannin
 Uji Terpenoid dan Steroid
Ekstrak dicampur dengan 3 mL kloroform atau 3 mL etanol 70 % dan
ditambah 2 mL asam sulfat pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat.
Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya
senyawa steroid dan terbentuknya warna kecokelatan antar permukaan
menunjukkan adanya senyawa terpenoid
 Uji Saponin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, air panas sebanyak 10
mL ditambahkan, dinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama
10 detik. Positif mengandung sapo-nin jika terbentuk buih setinggi 1-
10 cm selama tidak kurang dari 10 menit dan pada penambahan 1 tetes
HCl 2 N, buih tidak hilang.

b. Parameter Standarisasi Non-Spesifik


- Penetapan Bobot Jenis
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan.Ekstrak diencerkan 5%
menggunakan air.Ekstrak cair dimasukkan ke dalam piknometer,
dibuang kelebihan ekstrak cair dan ditimbang.Bobot piknometer kosong
dikurangi dengan bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak
cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi kerapatan ekstrak
dengan kerapatan air dalam piknometer pada suhu 25°C
- Penetapan Kadar Abu Total
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 2 g ditimbang dan
dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan
perlahan-lahan hingga suhu yang menyebabkan senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan mengu-ap sampai tinggal unsur mineral dan
anorganik saja yaitu pada suhu 600 ± 25°C, dinginkan dan timbang.
Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam %
b/b
- Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididih-kan dengan
25 mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Bagian yang tidak larut
dalam asam dikumpulkan, saring melalui kertas saring bebas abu, Kadar
abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji,
dinyatakan dalam % b/b
- Penetapan Kadar Air
Kadar air ditetapkan dengan cara destilasi toluen. Toluen yang
digunakan dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, kemudian simplisia
dan ekstrak masing-masing seba-nyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke
dalam labu alas bulat dan ditambahkan toluen yang telah dije-nuhkan.
Labu dipanaskan selama 15 menit, setelah toluen mulai mendi-
dih,penyulingan diatur 2 tetes/ detik,lalu 4 tetes/detik. Setelah semua air
tersuling, pemanasan dilanjutkan selama 5 menit.Biarkan tabung
penerima dalam keadaan dingin mencapai hingga suhu kamar.Volume
air dibaca sesudah toluen dan air memisah sempurna.
- Penetapan Susut Pengeringan
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 2 g dimasukkan ke
dalam krus porselin bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada
suhu 105°C selama 30 menit dan telah ditara. Krus dimasukkan ke
dalam oven dalam keadaan tutup krus terbuka, keringkan pada suhu
105°C hingga bobot tetap, dinginkan dalam eksikator. Replikasi
dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dihitung presentasenya.
- Cemaran Mikroba
Ekstrak sebanyak 1 g dilarutkan dalam 10 mL pengencer yaitu larutan
NaCl, dikocok hingga homogen didapatkan pengenceran 10-1.Tabung
sebanyak 3 buah disiapkan, lalu 9 mL pengencer dimasukkan pada
masing-masing tabung. Pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 mL ke
dalam tabung pertama, kocok hingga homogen sehingga pengenceran
10-2 didapatkan, selanjutnya pengen-ceran 10-3 dan 10-4 dilanjutkan.
- Angka Lempeng Total
Tiap pengeceran dipipet sebanyak 1 mL dengan pipet steril ke dalam
masing-masing cawan petri, kemudian tuang 15 mL media NA (Nutrien
Agar) yang telah dicairkan pada suhu 45°C ke dalam tiap cawan petri,
lalu digoyang agar suspensi tersebar merata. Setelah media memadat,
cawan petri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi
terbalik.Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dan dikalikan
dengan faktor pengenceran.Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali dan
dilakukan uji blangko.Persyaratan menurut BPOM RI (2014) cemaran
bakteri ≤ 10.000 koloni/g.
- Penentuan Total Kapang
Tiap pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dengan pipet steril ke dalam
masing-masing cawan petri yang berisi 15 mL medium PDA (Potato
Dextrose Agar) yang masih cair pada suhu 45°C lalu digoyang agar
suspensi tersebar merata, lalu diinkubasi pada suhu 25°C selama 3 hari.
Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dan dikalikan dengan
faktor pengenceran.Replika-si dilakukan sebanyak tiga kali dan
dilakukan uji blangko. Persyaratan menurut BPOM RI (2014) cemaran
bakteri ≤ 1.000 koloni/g.

2.5 Hasil dan Pembahasan Penelitian Daun Leilem


A. Hasil Penelitian
 Hasil Standarisasi Parameter Spesifik
- Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Identitas Simplisia dan Ekstrak Etanol
Daun Leilem
- Tabel 2 Uji Kadar Senyawa Terlarut PadaPelarut Air dan Etanol

- Tabel 3 Uji Kandungan Kimia

- Hasil Mikroskopik

 Hasil Standarisasi Parameter Non-Spesifik


- Tabel 4. Hasil Pengujian Susut Pengeringan Simplisia dan Ekstrak
Etanol Daun Leilem
- Tabel 5. Hasil Pengujian Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun
Leilem

- Tabel 6. Hasil Pengujian Kadar Abu Simplisia dan Ekstrak Etanol


Daun Leilem

- Tabel 7. Hasil Pengujian Bobot Jenis Ekstrak Etanol Etanol Daun


Leilem

- Tabel 8. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba Ekstrak Etanol Daun


Leilem

B. Pembahasan
Daun leilem memiliki potensi sebagai obat antiinflamasi dan
antibakteri, sehingga dilakukan standardisasi bahan baku simplisia dan
ekstrak daun leilem. Tujuan dari standardisasi sendiri yaitu untuk menjamin
standard mutu dan keamanan Ekstrak tanaman obat. Penetapan Standar
mutu yang dilakukan meliputi Parameter spesifik dan non spesifik. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia dan ekstrak etanol
daun leilem. Ekstrak diperoleh dari hasil ekstraksi dengan menggunakan
metode maserasi selama 3 x 24 jam dan remaserasi selama 2 x 24 jam
menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak kental diperolehsebanyak 88,003
g de-ngan persen rendemen sebesar 22 % (lampiran 6). Simplisia dan
ekstrak selanjutnya distandardisasi.

Hasil parameter spesifik yaitu Hasil pemeriksaan identitas simplisia


dan ekstrak terlampir pada Tabel 1. Hasil peme-riksaan makroskopik
menunjukkan simplisia daun leilem berwarna cokelat kehijauan, berbentuk
bundar telur, ujungnya runcing, berpangkal tumpul, permukaannya licin,
bertepi rata, umumnya terdapat 6 pasang tulang daun yang menyirip.
Panjang 9,2 – 13,5 cm dan lebar 5,1 – 5,5 cm. Pengujian mikroskopik
dilaku-kan terhadap serbuk simplisia daun leilem. Serbuk simplisia daun
leilem menunjukkan fragmen seperti pada gambar 2. Pengujian
mikroskopik bertujuan untuk menentukan frag-men pengenal yang terdapat
pada daun leilem, sehingga dapat mence-gah pemalsuan simplisia.
Pemeriksaan organoleptik sim-plisia dan ekstrak diperoleh hasil bahwa
simplisia daun leilem berbentuk serbuk, berwarna coklat kehijauan, berbau
khas, berasa pahit. Ekstrak etanol daun leilem berkonsistensi kental,
berwarna hitam, berbau khas dan berasa pahit. Pemeriksaan organoleptik
dilaku-kan pengamatan sampel meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Uji
kandungan kimia dilakukan terhadap ekstrak etanol daun leilem, hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun leilem mengandung
senyawa alkaloid, steroid, flavonoid dan tanin (Tabel 2). Pada simplisia,
kadar senyawa yang larut dalam pelarut air dan etanol adalah masing-
masing sebesar 19,932 % dan 11,776 %. Kadar senyawa pada ekstrak yang
larut dalam pelarut air dan etanol adalah masing-masing sebesar 52,096 %
dan 35,108 %. Hasil yang diperoleh memper-lihatkan bahwa senyawa dari
daun leilem lebih banyak larut dalam air dibanding etanol. Hal ini
menunjukkan senyawa polar yang terkandung dalam daun leilem lebih
banyak dibandingkan dengan senyawa non polar.
Hasil parameter non spesifik Susut pengeringan merupakan salah
satu parameter rnon spesifik yang bertujuan untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Pada penentuan parameter susut pengeringan simpli-sia dan
ekstrak etanol daun leilem diperoleh nilai susut pengeringan masing-
masing sebesar 12,399 % dan 24,603 %. Massa yang dapat hilang karena
pemanasan ini meliputi molekul air, minyak atsiri dan pelarut etanol. Kadar
air merupakan parameter untuk menetapkan C sampai residu air setelah
proses pengeringan. Kadar air yang diperoleh pada simplisia dan ekstrak
masingmasing sesuai dengan syarat mutu yaitu = 10%. Ekstrak kental
memilki kadar air antara 5 – 30%. Penentuan kadar air juga terkait dengan
kemurnian ekstrak. Kadar air yang terlalu tinggi (> 10%) menyebabkan
tumbuhnya mikroba yang akan menurunkan stabilitas ekstrak. Uji kadar
abu, dilakukannya pengujian kadar abu adalah untuk memberikan
gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terben-tuknya ekstrak, Kadar abu total dalam simplisia
sebesar 27,783 % dan dalam ekstrak sebesar 12 %. Kadar abu untuk
simplisia dan ekstrak etanol daun leilem ini cukup tinggi. Tingginya kadar
abu menunjukkan tingginya kandungan mineral internal didalam daun
leilem itu sendiri. Semakin tinggi kadar abu yang diperoleh maka
kandungan mineral dalam bahan juga semakin tinggi, Kadar abu tidak larut
asam dalam simplisia sebesar 4,242 % dan dalam ekstrak sebesar 2,518 %.
Tingginya kadar abu tidak larut dalam asam menunjukkan adanya
kandungan silikat yang berasal dari tanah atau pasir, tanah dan unsur logam
perak, timbal dan merkuri. Penentuan bobot jenis ini bertujuan untuk
memberikan gambaran kandungan kimia yang terlarut pada suatu ekstrak,
Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak yang telah diencerkan 5 % dengan
air. Bobot jenis yang diperoleh dari pengenceran ekstrak daun leilem
sebesar 1,047 g/mL. Pengujian cemaran bakteri dan kapang merupakan
salah satu uji untuk kemurnian ekstrak Hasil penelitian menunjukkan cema-
ran bakteri dan kapang dalam ekstrak etanol daun leilem masingmasing
sebanyak 540koloni/g dan 506 koloni/g. Hasil ini sesuai dengan peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang
Persyaratan Mutu Obat Tradisional, bahwa batas maksimum cemaran
bakteri yaitu = 10.000 koloni/g dan untuk kapang yaitu = 1.000 koloni/g.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Standarisasi adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran
yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigm mutu, kefarmasian,
mutu dalam arti memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi),
termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian
umumnya
2. Tanaman leilem (Clerodendrum minahassae L.) merupakan salah satu
jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Jenis tanaman
ini banyak tumbuh dan sangat umum dikenal didaerah Minahasa, Sulawesi
Utara. Pada bagian tanaman leilem (Clerodendrum minahassae L.) yaitu
daun, biasa digunakan sebagai campuran msakan dalam daging atau ikan.
Pemanfaatan daun leilem tidak hanya sebagai tanaman sayuran namun
juga berkhasiat mengobati sakit perut dan dipergunakan sebagai obat
cacing. Daun leilem masuk dalam kelas equisetopsida, ordo Lamiales,
family lamiaceae, genus Clerodendrum, spesies Clerodendrum
minahassae L.
3. Metode pembuatan simplisia daun yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pngemasan dan
penyimpanan. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi.
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) daun leilem yaitu Parameter
Standarisasi Spesifik meliputi: parameter identitas, pemeriksaan
organoleptic, uji makroskopik, uji mikroskopik, uji senyawa yang larut
dalam air, uji senyawa yang larut dalam etanol, uji kandungan kimia.
Parameter Non-Spesifik meliputi : penetapan bobot jenis, penetapan kadar
abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar air,
penetapan susut pengeringan, cemaran mikroba, angka lempeng total,
penentuan total kapang.
5. Parameter spesifik; nama latin dari tumbuhan leilem yaitu Clerodendrum
minahassae Teijsm. &Binn. Simplisia daun leilem (C. Minahassae folium)
berwarna coke-lat kehijauan, berbentuk bundar telur, ujungnya runcing,
berpangkal tumpul, permukaannya licin, bertepi rata, umumnya terdapat 6
pasang tulang daun yang menyirip, panjang rata-rata 11,1 cm dan lebar
rata- rata 5,3 cm. . Kadar senyawa larut air pada simplisia 19,932 % dan
kadar senyawa larut etanol11,776 %, sedangkan senya-wa yang larut air
pada ekstrak 52,096 % dan kadar senyawa larut etanol 35,108 %. Ekstrak
etanol daun leilem mengandung alkaloid, steroid, flavonoid dan tanin.
Parameter non spesifik; perole-han kadar air pada simplisia dan ekstrak
masing-masing = 10 %. Susut pengeringan yang diperoleh pada simplisia
12,399 % dan pada ekstrak 24,603 %. Hasil kadar abu total pada
simplisia didapatkan 27,783 % dan pada ekstrak 12 %, serta hasil kadar
abu tidak larut asam pada simplisia 4,242 % dan pada ekstrak 2,518 %.
Perolehan bobot jenis ekstrak 1,055 g/mL. Total cemaran bakteri 540
koloni/g dan total cemaran kapang sebanyak 506 koloni/g.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu diharapkan saran yang
membangun bagi pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, S., Yusran, M., Alfred, T., Nurlina, I., Ahmad, K., Ramadanil.,dan
Sulaiman, M.Z., 2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Sanrego
(Lunasia amara Blanco). Online Jurnal Of Natural Science, Vol. 2(3).

Bontjura, S., Olivia, A.W., dan Krista, V.S., 2015. Uji efek antibakteri ekstrak
daun leilem (Clerodendrum minahassae l.) terhadap bakteri streptococcus
mutans. Jurnal Ilmiah Farmasi,Vol 4(4).

Patel, T., dan Shrivastava, N., 2007. Clerodendrum and Heathcare. Medicinal and
Aromatic Plant Science and Biotechnology, Vol 1(2).

Rumondondor, R., Rino, M.K., dan Kamaluddin., 2019. Efek Pemberian Ekstrak
Etanol Daun Leilem (Clerodendrum minahasae) terhadap Kadar
Kreatinin, Asam Urat dan Ureum pada Tikus Putih (Rattus novergicus).
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 4(3).

Utami, Y.P., Abdul, H.U., Renny, S., dan Indah, K., 2017. Standardisasi Simplisia
dan Ekstrak Etanol Daun Leilem (Clerodendrum minahassae Teisjm. &
Binn.). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences, Vol. 2(1).

Anda mungkin juga menyukai