Anda di halaman 1dari 10

2

Kondisi Kemiskinan Petani dan Upaya Penanggulangannya


Poor Peasant Condition and Its Prevention Effort

Warto
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Kementerian Sosial RI
Yogyakarta, Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1 Nitipuran Yogyakarta Telp. (0274) 377265. Email: wartos63@yahoo.com.
Diterima 23 April 2014, Direvisi 22 Oktober 2014, Disetujui 5 Januari 2015.

Abstract

This research is done to reveal economic, social, and cultural of poor peasant community, also to reveal the
causal factors of poverty in Bantul Regency rural area and its strategy to prevent. The research takes place in Dlingo
and Pajangan district that based on the consideration the area inhabitated by poor peasants. Data are gathered through
guided interview, observation, documentary analyses, and analyzed through qualitative-descriptive technique. The result
shows that the poverty is not just because of economic aspect, but cultural and social aspect of local community. The
prevention effort needs strategy, some of those are coordinated program implementation from its competent parties, not
just a responsible of local government, but needs commitment of corporation, non-government organization commited to
poverty, and the community.

Keywords: Poverty Prevention; Poor Commuinty; Rural Area

Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengungkap kondisi kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat
tani. Di samping itu, juga mengungkap faktor penyebab kemiskinan di perdesaan dan strategi upaya penanggulangannya.
Penelitian dilakukan di perdesaan Kabupaten Bantul dengan fokus daerah penelitian di Kecamatan Dlingo dan Pajangan,
atas dasar pertimbangan masyarakat setempat sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara berpanduan, observasi, dan telaah dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kemiskinan petani/buruh tani tidak hanya menyangkut keadaan ekonomi, tetapi
juga menyangkut aspek sosial dan budaya masyarakat setempat. Upaya penanggulangan kemiskinan petani perdesaan
diperlukan suatu strategi, di antaranya adanya keterpaduan pelaksanaan program dari sejumlah pihak berkompeten, serta
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi juga perlu keterlibatan dunia usaha, lembaga swadaya
masyarakat (LSM) peduli kemiskinan, dan masyarakat itu sendiri.

Kata Kunci: Kemiskinan; Petani; Penanggulangan Kemiskinan; Perdesaan

A. Pendahuluan cari penghasilan (nafkah) dengan bekerja pada


Indonesia sebagai negara agraris memi- usaha tani milik orang lain. Sebagai negara yang
liki lahan pertanian relatif luas yang tersebar di mempunyai wilayah relatif luas dengan lahan
67.439 desa. Dengan demikian, sebagian besar pertanian cukup menjanjikan, semestinya pen-
penduduk masih bertempat tinggal di kawasan duduk (baca: petani) yang tinggal di perdesaan
perdesaan yang matapencahariannya bergan- dapat hidup makmur dan sejahtera. Akan tetapi
tung pada sumberdaya lahan pertanian dengan pada kenyataannya belum berkondisi demikian,
pekerjaan pokok sebagai petani. Petani adalah karena sebagian besar masyarakat yang bermu-
penduduk yang memiliki lahan pertanian dan kim di perdesaan khususnya para petani/buruh
memperoleh penghasilan (nafkah) dari bekerja tani masih banyak yang miskin. Badan Perenca-
mengolah lahan milik sendiri. Buruh tani ada- naan Pembangunan Nasional (Bappenas, 2010)
lah mereka yang sama sekali tidak mempunyai mencatat, bahwa penduduk seluruhnya seba-
lahan pertanian (sawah atau ladang), dan men- nyak 237.641.326 jiwa, dari jumlah penduduk

20
Kondisi Kemiskinan Petani dan Upaya Penanggulangannya (Warto)

tersebut yang miskin mencapai 31.023.400 jiwa generasi muda yang seharusnya mengembang-
(13,33 persen), dan diantara penduduk yang kan teknologi pertanian. Sementara sebagian
miskin tersebut sebanyak 19.925.600 jiwa (16,50 generasi tua hanya mengandalkan usaha bertani
persen) bermukim di perdesaan yang sebagian secara tradisional, yang dilakukan turun-temurun
bermatapencaharian sebagai petani. dengan peralatan seadanya.Kondisi sebagaimana
Kenyataan ini diperparah oleh “gonjang- dikemukakan, pada gilirannya mengakibatkan ke-
ganjing” krisis ekonomi dan keuangan berkepan- hidupan warga masyarakat di pelosok perdesaan
jangan, yang mengakibatkan petani di perdesaan mengalami keterbelakangan baik secara ekono-
semakin miskin dan bertambah berat dalam beru- mi, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan,
paya mencapai kesejahteraan keluarga. Kondisi khususnya mereka yang bermatapencaharian
yang ironis, suatu negara yang memiliki sum- sebagai petani/buruh tani semakin mengalami
berdaya alam perdesaan dengan lahan pertanian kemiskinan. Kemiskinan yang dialami petani di
sangat subur, tetapi warga masyarakat petaninya pelosok perdesaan merupakan permasalahan so-
mengalami kemiskinan. Kemiskinan, adalah sial dengan dimensi sangat kompleks, sehingga
suatu kondisi yang menggambarkan ketidak- upaya penanggulangannya memerlukan strategi
mampuan seseorang baik sebagai individu secara komprehensif. Langkah awal yang perlu
maupun kelompok untuk memenuhi hak dasar dilakukan adalah mengidentifikasi latar belakang
secara layak, dan mengembangkan kehidupan penyebab kemiskinan yang dialami petani di
yang bermartabat (Kementerian Sosial, 2011: perdesaan, sebagai pijakan untuk menetapkan
13). Mengacu pengertian tersebut, kemiskinan strategi penanggulangan.
dapat dimaknai sebagai suatu kondisi tidak Kajian ini dilakukan dengan permasalahan
terpenuhinya berbagai kebutuhan dasar seperti bagaimana kondisi kehidupan sosial, ekono-
pangan, sandang, perumahan dan kesehatan, mi, dan budaya, serta penyebab kemiskinan
serta kekurangan perihal lain yang menyangkut masyarakat petani di perdesaan. Tujuan kajian
kualitas hidup manusia. Selain itu, kemiskinan ini adalah menelaah kondisi kehidupan sosial,
juga dapat dimaknai tiadanya akses terhadap ekonomi, dan budaya masyarakat tani di perde-
pendidikan dan pekerjaan yang merupakan aspek saan, serta penyebab terjadinya kemiskinan
penting bagi si miskin untuk keluar dan terentas dalam rangka memberi strategi upaya penang-
dari jurang kemiskinan. Masalah kemiskinan gulangan kemiskinan di perdesaan. Hasil kajian
menurut Murdiyanto (2010: 7-8) dapat dipa- ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
hami dari tiga pengertian. Pertama, kemiskinan pertimbangan pihak berkompeten khususnya
dipahami sebagai situasi kelangkaan barang dan Kementerian Sosial dalam merumuskan kebi-
pelayanan dasar, dalam arti kekurangan materi jakan berkait dengan upaya penanggulangan
mencakup kebutuhan sehari-hari seperti sandang, kemiskinan di perdesaan.
pangan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kedua, kemiskinan dipahami sebagai tidak ter- B. Penggunaan Metode Penelitian
penuhinya kebutuhan sosial, ketergantungan, Penelitian ini menggunakan metode feno-
dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam menologi, bertujuan untuk membangun hubung-
masyarakat, termasuk pendidikan dan informasi. an baru melalui pengalaman orisinal agar dapat
Ketiga, dipahami sebagai kurangnya penghasilan menjelaskan makna-makna yang ada di dalam
dan kekayaan yang memadahi. jalinan pengalaman itu sendiri (Raingruber,
Salah satu penyebab kemiskinan di perde- 2008: 87). Variasi yang diteliti adalah fenomena
saan adalah belum optimalnya pendayagunaan nyata yang terjadi pada saat peneliti berada di
sumberdaya lahan pertanian. Pada sisi lain ba- lokasi kajian. Peneliti selanjutnya menyajikan
nyak lahan pertanian di perdesaan yang terbeng- hasil temuan di lapangan secara apa adanya,
kelai, karena kurang bahkan tidak diminati oleh berkait dengan pengalaman kemiskinan para

21
Jurnal PKS Vol 14 No 1 Maret 2015; 20 - 29

petani/buruh tani dan pengalaman upaya penang- situasi dan kondisi aktual daerah yang menjadi
gulangan kemiskinan yang dilakukan oleh para lokasi penelitian, dan ketiga telaah dokumen,
pemangku kepentingan di jajaran Pemerintah yakni mempelajari semua catatan atau dokumen
Kabupaten Bantul (aparat bappeda, dinas sosial, yang relevan dan data lapangan yang mendukung
dinas pendidikan, dinas tenaga kerja, serta dinas tujuan penelitian. Data yang berhasil dihimpun
perindustrian, perdagangan, dan koperasi). dianalisa secara deskriptif kualitatif.
Daerah penelitian adalah Kabupaten Bantul
dengan setting lokasi Kecamatan Dlingo dan C. Hasil Penelitian dan Pembahasan: Kondisi
Pajangan. Dipilihnya dua kecamatan sebagai Kemiskinan dan Upaya Penanggulangan
lokasi penelitian atas pertimbangan berikut. Gambaran Umum Kabupaten Bantul. Ban-
Berdasar database Bappeda Kabupaten Bantul tul merupakan salah satu kabupaten di Daerah
2013, di wilayah tersebut masih terdapat 15 Istimewa Yogyakarta yang berada di bagian
desa tertinggal dan satu desa sangat tertinggal. selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kota
Kecamatan Dlingo terdiri dari enam desa, empat Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, timur
diantaranya termasuk desa tertinggal, sedang- dengan Kabupaten Gunungkidul, barat dengan
kan Kecamatan Pajangan meliputi tiga desa, Kabupaten Kulonprogo, dan selatan berbatasan
dua diantaranya merupakan desa tertinggal. Di dengan garis pantai Samudera Hindia. Secara
samping pertimbangan tersebut, dari 9.264 jiwa fisiografi wilayah kabupaten tersebut dapat
penduduk miskin di Kabupaten Bantul yang dikategorikan menjadi empat kondisi daerah:
bermatapencaharian sebagai petani, 1.267 jiwa Bagian timur, merupakan perbukitan berlereng
adalah warga Kecamatan Dlingo dan 1.031 jiwa terjal dengan dominasi kemiringan curam (>70
warga Kecamatan Pajangan. Sumber data ada- persen), berketinggian mencapai 400 meter
lah informan yang ditentukan secara purposive, dari permukaan laut. Daerah ini relatif kurang
yakni para pemangku kepentingan dan per- subur meliputi sebagian wilayah Kecamatan
wakilan petani yang dipandang mamahami dan Piyungan, Pleret, Imogiri, Pundong, Kretek,
mampu menjelaskan informasi berkait kondisi dan seluruh wilayah Kecamatan Dlingo. Bagian
kemiskinan, penyebab kemiskinan, dan kebi- selatan, merupakan dataran gesik dan gumuk
jakan upaya penanggulangan kemiskinan petani pasir bergelombang yang cukup subur meliputi
di lokasi kajian. sebagian wilayah Kecamatan Kretek, Sanden,
Secara rinci informan meliputi: Pertama, dan Srandakan. Bagian tengah, merupakan da-
aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul taran rendah sangat subur karena endapan mate-
yang berkompeten menangani masalah kemis- rial vulkanik Gunung Merapi, meliputi seluruh
kinan terdiri dari aparat bappeda, dinas sosial, wilayah Kecamatan Banguntapan, Sewon, Jetis,
dinas pendidikan, dinas tenaga kerja, serta dinas Bantul, Bambanglipuro, dan Kecamatan Pandak.
perindustrian, perdagangan dan koperasi. Kedua, Bagian barat, merupakan perbukitan rendah dan
aparat Kecamatan/Kepala Seksi Kesejahteraan tandus dengan kemiringan landai sampai curam
Rakyat. Ketiga, aparat desa/kepala bagian ke- berketinggian ± 150 meter dari permukaan laut,
sejahteraan rakyat. Keempat, ketua kelompok meliputi sebagian wilayah Kecamatan Sedayu,
tani. Kelima, petani dan buruh tani. Pengum- Kasihan, dan Kecamatan Pajangan.
pulan data dilakukan menggunakan tiga teknik: Wilayah kabupaten tersebut seluas 506,86
Pertama, wawancara berpanduan untuk meng- km (15,91 persen) dari luas wilayah Daerah
2

gali informasi secara mendalam tentang kondisi Istimewa Yogyakarta, yang secara adminis-
kemiskinan petani/buruh tani, faktor penyebab, trasi dibagi menjadi 17 kecamatan, 75 desa, 933
dan upaya penanggulangannya. Kedua, obser- dusun, dan 5.656 RT. Menurut catatan Dinas
vasi langsung di lokasi kajian untuk menelusuri Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul
data dan informasi guna memperoleh gambaran (2013), keberadaan wilayah tersebut digunakan

22
Kondisi Kemiskinan Petani dan Upaya Penanggulangannya (Warto)

untuk lahan bukan pertanian seluas 21.074 ha tidak bersahabat, atau akibat terjadinya suatu
(42,99 persen), lahan pertanian mencakup untuk bencana alam.
persawahan 15.482 ha (30,49 persen), dan untuk Permasalahan sosial kemiskinan yang dia-
perladangan dan pategalan 14.129 ha (26,52 lami para petani/buruh tani di perdesaan lokasi
persen). kajian karena faktor alam berupa, kondisi lahan
Kabupaten Bantul pada tahun 2013 ber- pertanian (sawah) yang kurang subur dan sistem
penduduk sebanyak 930.276 jiwa, yang terdiri pengairan yang masih bersifat tadah hujan. Selain
dari 465.296 lelaki 469.669 perempuan, serta itu, kemiskinan petani di daerah tersebut terjadi
terkelompokan kedalam 276.804 kepala kelu- karena faktor anomali cuaca yang seringkali
arga (BPS Kabupaten Bantul, 2013). Dilihat laju mengakibatkan kegagalan panen. Sebagaimana
pertumbuhannya dari tahun 2012-2013 sebesar dialami oleh ketua Gabungan Kelompok Tani
1,27 persen, lebih tinggi jika dibandingkan (Gapoktan) setempat Sujarwo dengan menya-
laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2011- takan, bahwa kekeringan dan kegagalan panen
2012 yang hanya sebesar 1,07 persen. Dengan palawija dan panen padi di daerah ini sering
demikian, selama tahun 2013 di Kabupaten ini disebabkan faktor anomali iklim, yang akibatnya
terjadi pertumbuhan penduduk yang lebih pesat dirasakan cukup berat oleh para petani. Petani
dibanding tahun sebelumnya. sebenarnya sudah melakukan perhitungan secara
Mengenai kondisi kesejahteraan sosialnya, matang, tetapi faktor alam tersebut seringkali
mengacu BPS Kabupaten Bantul (2014) pen- sulit diprediksi. Menurut penuturan informan
duduk di wilayah tersebut dapat digambarkan; ini, akibat faktor anomali cuaca tersebut potensi
dari total jumlah keluarga sebanyak 276.804 lahan pertanian di desa lokasi kajian seluas 59
KK (930.276 jiwa), sebagian yakni sejumlah hektar, tahun 2014 ini hanya dapat ditanami
39.424 KK (122.021 jiwa) termasuk dalam kon- padi seluas 27 hektar. Kondisi ini mengakibat-
disi miskin. Penduduk sebanyak 122.021 jiwa kan terjadinya penurunan produksi padi secara
yang berkondisi miskin tersebut ternyata 9.264 signifikan. Dengan keadaan alam (lahan tandus)
jiwa diantaranya bermatapencaharian sebagai ditambah seringnya terjadi anomali cuaca, para
petani dan buruh tani. Kondisi tersebut senada petani/buruh tani di perdesaan ini sering menga-
penegasan oleh Tyas Eko Raharjo (2013: 140), lami musim paceklik akibat gagal panen. Kondisi
dengan menyatakan bahwa kemiskinan di In- ketidakpastian panen inilah yang membuat para
donesia sebagian besar terjadi pada masyarakat petani/buruh tani di perdesaan ini senantiasa be-
perdesaan, mereka hanya menggantungkan rada dalam jurang dan lingkaran kemiskinan.
penghasilan pada kegiatan pertanian. Merujuk Edi Suharto (2009: 67), salah satu
Penyebab Kemiskinan Petani di Perdesaan: penyebab kemiskinan adalah faktor individual
Dalam pengumpulan data di lapangan, ditemu- berkait dengan aspek patologis termasuk kondisi
kan banyak faktor yang menyebabkan para petani fisik dan psikologis si miskin seperti perilaku,
tradisional di perdesaan dalam kondisi miskin, pilihan, dan kemampuan. Apabila mengacu
salah satunya faktor keadaan alam.Penyebab ini pendapat tersebut maka faktor individual pe-
senada hasil kajian evaluasi revitalisasi pertanian nyebab kemiskinan petani di perdesaan lokasi
dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani kajian berupa rendahnya kemampuan atau kuali-
yang dilakukan Bappenas pada tahun 2010, tas sumberdaya manusia. Hasil penggalian data
dengan menyebutkan bahwa kemiskinan petani melalui wawancara didukung studi dokumentasi
di Indonesia terjadi karena dua keadaan yaitu menunjukkan, bahwa para petani dan buruh tani
kemiskinan secara alami dan kemiskinan karena tradisional yang menjadi anggota Gabungan
ulah manusia. Kemiskinan secara alami terjadi Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Makmur yang
akibat keterbatasan sumberdaya alam seperti terdiri 70 orang, ternyata sebagian besar yakni 56
lahan pertanian gersang dan tandus, musim yang orang ( 80 persen) berpendidikan SD dan SLTP,

23
Jurnal PKS Vol 14 No 1 Maret 2015; 20 - 29

dan hanya 14 orang (20 persen) yang berpen- antara mereka yang malas berusaha ini mengaku
didikan SLTA. Menurut pengakuan informan, tidak cukup memiliki keterampilan pendukung
mereka belum menguasai teknologi pertanian, untuk melakukan usaha. Selain tidak mempunyai
bahkan tingkat pendidikan para petani/buruh modal uang, mereka juga belum terbiasa bekerja
tani ini berbanding sejajar dengan teknologi menjalankan usaha berdagang misalnya, karena
lokal yang mereka hasilkan, baik teknologi di yang dilakukan semenjak masih kanak-kanak
bidang bercocok tanam, bidang pengelolaan dan adalah bekerja di kebun atau di sawah. Petani
pengawetan hasil pertanian, maupun teknologi yang memiliki kebiasaan hidup boros mengaku
pemasaran produksi pertanian, yang sebenarnya bahwa perilaku hidup boros ini mereka lakukan
hal tersebut sangat diperlukan untuk meningkat- semata-mata karena tuntutan anak, yang dari
kan penghasilan mereka. Rendahnya kualitas waktu ke waktu selalu minta kesenangannya
sumberdaya petani yang dapat dilihat dari mini- untuk dicukupi. Sementara mereka yang berpola
malnya tingkat pendidikan dan tingkat pengua- hidup pasrah mengaku bahwa sikap hidup terse-
saan teknologi, mengakibatkan mereka hanya but mereka lakukan bukan tanpa alasan. Para
mampu bercocok tanam dengan cara tradisional petani/buruh tani kelompok ini mengemukakan,
yang menurut Badudu (1994: 531) adalah me- bahwa bersikap hidup pasrah ini mereka lakukan
ngolah lahan pertanian dengan cara yang sudah dengan berdasarkan filosofi yang diwariskan
menjadi kebiasaan dan dilakukan secara turun para leluhurnya, yakni sikap hidup “nrimo ing
temurun dari dahulu sampai sekarang, sehingga pandum” (menerima apa dan seberapa rejeki
cenderung mengalami kesulitan untuk terentas yang diberikan oleh Tuhan). Akan tetapi setelah
dari kondisi miskin. Patani ataupun buruh tani peneliti cermati melalui konfirmasi dengan infor-
ini bekerja dengan bersusah payah di sawah atau man lain, ternyata mereka ini memaknai filosofi
ladang sebenarnya mempunyai keinginan dan tersebut secara salah pengertian. Makna sejati-
harapan untuk meningkatkan ekonomi keluarga nya adalah, bahwa manusia sebaiknya ikhlas
guna memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Akan menerima seberapapun rejeki yang dikasihkan
tetapi dalam kenyataannya, diantara mereka Tuhan, setelah yang bersangkutan berdoa dan
masih belum mampu mencapai kesejahteraan. berupaya secara maksimal.
Sebagian petani/buruh tani di daerah ini bah- Pemasaran hasil pertanian. Karena kesehari-
kan mengalami keterpurukan karena minimnya an petani dan buruh tani pada umumnya ber-
pengetahuan mengelola bidang pertanian dan tempat tinggal di daerah pelosok pedesaan dan
kurangnya keterampilan bercocok tanam. relatif jauh dari perkotaan dengan keterbatasan
Faktor kultural yang menurut Edi Suharto prasarana dan sarana transportasi, mereka bia-
(2009: 67) merujuk pada konsep budaya ke- sanya mengalami kesulitan mobilitas dalam
miskinan yang menyangkut mentalitas atau memasarkan hasil pertanian. Kondisi ini ber-
kebiasaan hidup seperti malas, menyerah pada akibat para petani terpaksa menjual berbagai
nasib (fatalisme), tidak memiliki etos kerja, hasil pertanian kepada para tengkulak yang tidak
dan tidak berjiwa wirausaha, juga merupakan memiliki posisi tawar, sehingga menjual hasil
pendorong terjadinya kemiskinan petani dan panen dengan harga relatif murah dan jauh dari
buruh tani di daerah ini. Kebiasaan kurang kelayakan harga pasar.
baik berupa perilaku malas berusaha, sebagian Faktor struktural yang menurut Edi Suharto
berperilaku boros, dan ada pula yang bersikap (2009: 68) berupa penyebab kemiskinan yang
pasrah, yang telah menjadi pola hidup para merujuk pada sistem tidak adil, tidak sensitif,
petani/buruh tani di perdesaan lokasi kajian, dan tidak asesibel, juga memicu terjadinya
juga merupakan salah satu penyebab mereka kemiskinan petani dan buruh tani di daerah ini.
kesulitan untuk keluar dari kondisi miskin. Da- Dalam hal ini menyangkut program pemerintah
lam wawancara diperoleh informasi, bahwa di yang belum sepenuhnya berpihak pada petani.

24
Kondisi Kemiskinan Petani dan Upaya Penanggulangannya (Warto)

Sebagai contoh konkrit adalah sistem ekonomi atau sistem yang dikembangkan dengan suatu
liberalisme yang diterapkan pemerintah selama tujuan yang pelaku harapkan.
ini telah mengakibatkan para petani/buruh tani Berdasar kedua definisi di atas dapat ditegas-
di perdesaan selalu terjerat sistem perekonomian, kan, bahwa strategi merupakan cara yang diru-
dan mengalami kesulitan untuk keluar dari ju- muskan dengan langkah tertentu untuk melaku-
rang dan lingkaran kemiskinan. Menurut penu- kan suatu perubahan perseorangan ataupun
turan informan, kenaikan harga pupuk organik kelompok masyarakat sesuai dengan keinginan
dirasa cukup memberatkan mereka dalam upaya yang diharapkan pelaku untuk mencapai tujuan
mengembangkan usaha bertani baik melalui yang ditetapkan. Dengan demikian, strategi
tanaman palawija (ubi-ubian) maupun tanaman mengandung inti suatu kiat yang disusun dengan
padi. Karena ketergantungan para petani pada metode dan teknik tertentu secara sistematis un-
pupuk organik, maka tingginya harga pupuk tuk menanggulangi suatu permasalahan sosial.
ini merupakan “momok” bagi mereka. Selain Mengacu uraian tersebut yang disesuaikan den-
itu, kecenderungan kenaikan harga bahan bakar gan konteks kajian ini, strategi merupakan upaya
minyak memicu naiknya berbagai kebutuhan yang dilakukan secara sistematis dengan meng-
pokok keseharian, dan menambah beban hidup gunakan metode, teknik, dan langkah-langkah
para petani/buruh tani,hal ini menjadikan me- tertentu untuk menanggulangi permasalahan
reka terus mengalami kesulitan untuk dapat sosial kemiskinan petani di perdesaan, agar me-
terentas dari kondisi kemiskinan. Di samping ningkat kesejahteraan sosialnya. Petani yang te-
itu, kemiskinan secara struktural tersebut juga lah berkondisi sejahtera tentu memiliki kemandi-
terjadi pada masyarakat petani di pelosok rian yakni mampu berusaha sendiri, kreatif,
perdesaan, karena selama ini peran pemerintah bekerja keras, dan kompetitif dalam melakukan
belum optimal dalam mengembangkan potensi usaha tani (Abdul Farid, 2008: 218).
agraris. Bahkan sebaliknya, sejumlah lahan per- Mengacu faktor penyebab dan kondisi ke-
tanian yang subur di berbagai daerah semakin miskinan petani/buruh tani di Kabupaten Ban-
berkurang akibat jatuh dan dikuasai oleh pihak tul terutama yang tinggal di pelosok perdesa-
pengembang untuk “menghabisi” keberadaan an, maka permasalahan sosial tersebut perlu
para petani tradisional di perdesaan. mendapat perhatian secara serius dengan strategi
Upaya Penanggulangan Kemiskinan penanganan secara tepat dari berbagai pihak
Petani di Perdesaan: Upaya penanggulangan berkompeten. Data pengamatan menunjukkan,
kemiskinan petani/buruh tani memerlukan bahwa petani tradisional dan buruh tani terlebih
strategi. Strategi merupakan cara atau kiat yang menggantungkan sawah tadah hujan atau
yang dilakukan baik oleh perorangan maupun lahan pategalan cenderung mengalami berbagai
kelompok untuk mengubah suatu kondisi yang tekanan ekonomi relatif lebih berat dibanding
kurang menguntungkan kearah keadaan lebih petani penggarap lahan sawah beririgasi. Semen-
baik sesuai yang diinginkan. Menurut Louis tara dalam wawancara diperoleh data, bahwa
Johnson (dalam Abas Basuni, dkk. 2011: 35), ternyata berbagai aspek lokal daerah kajian se-
bahwa strategi merupakan suatu pendekatan perti sumberdaya alam, manusia, serta sumber-
dan cara yang dilakukan baik oleh seseorang daya sosial, ekonomi, dan budaya juga cen-
maupun kelompok untuk melakukan perubahan derung mempengaruhi kondisi kemiskinan petani
suatu situasi, dan di dalam strategi berisi peran dan buruh tani di pelosok perdesaan setempat.
dan tugas yang harus dilaksanakan. Sementara Dengan demikian, kemiskinan petani di pelosok
Trapman dan Erlis (dalam Ellen Netting 2011: perdesaan merupakan permasalahan sosial yang
47) menyatakan, bahwa strategi merupakan suatu memerlukan model penanganan secara tepat dari
usaha yang disetujui untuk mempengaruhi orang berbagai pihak berkompeten.

25
Jurnal PKS Vol 14 No 1 Maret 2015; 20 - 29

Hasil pengumpulan data melalui wawancara agar senantiasa merumuskan kebijakan yang di-
terhadap jajaran pemangku kepentingan di Ka- arahkan pada pembangunan prasarana dan sarana
bupaten Bantul, meliputi aparat Bappeda, Dinas pertanian kawasan perdesaan, serta penyuluhan
Pertanian, Dinas Pendidikan, Dinas Perindus- dan bimbingan sosial masyarakat petani secara
trian, Perdagangan, dan Koperasi, serta aparat terpadu dan berkesinambungan.
Dinas Sosial, diperoleh temuan tentang strategi Sehubungan dengan usaha menjaga produk
upaya penanggulangan kemiskinan yang dilaku- pertanian (hasil panen) agar kegiatan sosial
kan SKPD tersebut.Beberapa permasalahan so- perekonomian masyarakat petani di perdesaan
sial kemiskinan dan upaya penanggulangan yang tetap berlangsung dan mampu meningkatkan
dilakukan terhadap keberadaan petani/buruh tani kesejahteraan keluarga, Pemerintah Daerah
miskin di daerah perdesaan ternyata mencakup Kabupaten Bantul telah melakukan sejumlah
banyak aspek. Berkait dengan belum optimalnya upaya. Pertama, Dinas Pertanian secara intensif
pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan, terus melakukan penyuluhan dan bimbingan
maka kebijakan dan pelaksanaan pembangunan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan
kawasan perdesaan dan pembinaan para petani/ dan keterampilan petani dalam bercocok tanam,
buruh tani dilakukan secara berintegrasi diantara serta pemberian prasarana dan sarana untuk
lembaga berkompeten dengan beberapa upaya. bertani secara memadai. Sarana pendukung
Pertama, Pemerintah Daerah Bantul telah yang dibantukan juga telah disesuaikan dengan
mendorong secara bertahap dirumuskannya kondisi lahan (sawah pengairan atau pategalan),
format pembangunan di tingkat kabupaten yang ramah lingkungan, dan mudah digunakan petani.
sebagian besar wilayahnya berupa kawasan Kedua, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
perdesaan.Format pembangunan tersebut kede- juga telah berupaya meningkatkan komunikasi
pan senantiasa diarahkan pada pengembangan dan akses petani untuk mendapatkan layanan
sektor pertanian dan peningkatan kesejahteraan dari dinas pertanian seperti penyuluhan perta-
sosial petani miskin. Kedua, pemerintah daerah nian, bantuan pupuk dan benih, serta diklat di
setempat juga telah berusaha mengoptimal- bidang pertanian. Ketiga, pemberian bimbingan
kan upaya koordinasi dan sinkronisasi dengan keterampilan dalam mengelola dan menjaga ke-
menyinergikan antarunit kerja khususnya di in- sinambungan alam utamanya pelestarian lahan
ternal instansi dalam lingkungan dinas pertanian. pertanian dengan berbagai upaya secara kons-
Upaya koordinasi juga telah dilakukan secara truktif dan berkelanjutan, misalnya pelatihan
lintas kedinasan diantaranya dengan Bappeda, budidaya hutan rakyat dan pembuatan pupuk
Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga non organik.
Kerja, Perindustrian, dan Koperasi, bahkan Permasalahan sosial yang dialami petani mis-
antarpelaksana pengembang kawasan perdesaan kin juga berupa keterisolasian dan kepelosokan
dan masyarakat petani/buruh tani. Upaya koor- wilayah perdesaan serta minimalnya prasarana
dinasi tersebut sesuai pandangan Edi Suharto dan sarana transportasi. Keadaan seperti itu
(2007: XI) yang menyatakan, bahwa penyeleng- tentu menyulitkan mobilitas masyarakat petani,
garaan pelayanan sosial tetap melibatkan berba- menjadi kendala penjualan hasil pertanian,
gai pihak mulai dari pemerintah, sektor swasta ataupun masuknya bahan kebutuhan pokok
hingga masyarakat. Keterlibatan pemerintah keseharian penduduk, yang akhirnya mengaki-
penting, namun dalam praktik dan pelaksanaan batkan terhambatnya perkembangan sosial serta
operasionalnya pembangunan kesejahteraan tumbuhnya perekonomian dan budaya setempat.
sosial dilaksanakan secara bersama-sama oleh Kondisi buruk tersebut telah diperhatikan se-
beragam pihak (stakeholders). Ketiga, peme- cara serius oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
rintah daerah selama ini juga terus mendorong Bantul dengan beberapa upaya yang dilaku-
SKPD terkait dan pemerintah kecamatan/desa kan. Pertama, terus diupayakan pembangunan

26
Kondisi Kemiskinan Petani dan Upaya Penanggulangannya (Warto)

prasarana dan sarana perekonomian seperti jalan untuk meringankan beban pinjaman bagi sejum-
beraspal, pengoperasian sarana transportasi, lah petani yang terjerat utang-piutang. Kedua,
pasar desa, optimalisasi peran bank perkreditan memberikan penyuluhan melalui temu warga
dan koperasi unit desa (KUD) serta berbagai tani, dalam rangka pembinaan sistem jual beli
fasilitas pendukung lain. Kedua, pembangunan hasil pertanian yang berkeadilan sosial berlan-
sejumlah pusat komunikasi dan informasi seperti daskan semangat pasal 33 UUD 1945. Ketiga,
optimalisasi fungsi kantor pos, jaringan telepon, meningkatkan fungsi dan peran lembaga pereko-
jaringan internet, serta jaringan siaran televisi nomian lokal seperti bank perkreditan, Lembaga
dan radio,juga fasilitas pendukung lain yang Keuangan Mikro (LKM), KUD Tani, koperasi
diperlukan masyarakat perdesaan khususnya warga setempat, dan pasar tradisional tempat
petani. jual beli hasil panen.
Permasalahan sosial klasik yang dialami Berkait dengan minimalnya penghasilan
petani/buruh tani miskin juga berkait dengan petani tradisional dan buruh tani yang meng-
keterbatasan permodalan. Modal terbatas terse- akibatkan mereka kesulitan untuk mencapai
but mengakibatkan petani mengalami kesulitan tingkat kesejahteraan, telah dilakukan beberapa
untuk melakukan usaha lain di luar bidang perta- upaya yang ditempuh sejumlah pihak berkom-
nian. Oleh karena itu, pemerintah daerah setem- peten. Pertama, pihak dinas perindustrian dan
pat melakukan beberapa upaya penanggulangan. perdagangan telah melakukan bimbingan keter-
Pertama, pengadaan sekaligus pengembangan ampilan home industri sebagai alternatif petani/
sejumlah lembaga keuangan mikro seperti bank buruh tani memperoleh penghasilan tambahan.
perkreditan, koperasi unit desa (KUD), dan BMT Kedua, dinas pertanian telah mengembangkan
yang terus didorong untuk senantiasa berpihak budidaya tanaman pangan seperti sayur mayur,
pada petani melalui pemberian pinjaman jangka ubi-ubian, dan buah-buahan yang laku jual un-
panjang dengan bunga yang relatif rendah. Ke- tuk menambah penghasilan petani. Di samping
dua, pengadaan dan bantuan peralatan pertanian itu, dinas perindustrian telah menyelenggarakan
yang dimanfaatkan petani secara kolektif seperti pelatihan penganekaragaman produk makanan
handtractor, tabung pompa penyemprotan hama berbasis bahan pokok hasil pertanian seperti
tanaman, mesin pompa air, dan alat tepatguna pengawetan bahan makanan dan pembuatan ma-
perontok padi dengan pengelolaan secara ber- kanan camilan. Ketiga, Dinas Tenaga Kerja telah
sama. Ketiga, pembentukan dan pengembangan berupaya mengusahakan/menyediakan lapangan
usaha bersama yang diarahkan pada pembentuk- pekerjaan secara memadai, misalnya selalu
an kelompok usaha bersama (Kube) ataupun mendorong berdirinya perusahaan pengolah
pendirian koperasi petani lokal berbadan hukum, hasil pertanian lokal seperti pabrik pengolahan
yang diharapkan mampu memenuhi berbagai ke- singkong, pembuatan emping mlinjo ataupun
butuhan keseharian para petani. Keempat, dinas emping garut yang mampu menyerap banyak
koperasi secara terus menerus telah berusaha tenaga kerja. Selain itu, juga pengadaan sarana
membudayakan sikap hidup hemat dan suka transportasi secara memadai bagi mereka yang
menabung pada masyarakat petani sekaligus mampu dan mau bekerja di Kota Yogyakarta
mengikis perilaku pemborosan. ataupun luar daerah.
Data di lapangan menunjukkan, adanya Dalam upaya penanggulangan kemiskinan
eksploitasi perekonomian berupa sistem “ijon” petani di daerah tersebut, Dinas Sosial Kabu-
yang sering dilakukan oleh pemilik modal ter- paten Bantul juga telah berperan yang pada
hadap petani miskin. Dalam menanggulangi tahun 2013 dilaksanakan dengan tiga program
permasalahan sosial tersebut, beberapa upaya pokok berikut. Pertama, dilakukan melalui pro-
juga telah dilakukan Pemerintah Kabupaten gram Kube yang menurut data telah dibentuk
Bantul. Pertama, dengan pemberian bantuan 19 Kube di Kecamatan Dlingo dan 21 Kube

27
Jurnal PKS Vol 14 No 1 Maret 2015; 20 - 29

di Kecamatan Pajangan. Kegiatan usaha telah lembaga berkompeten seperti Bappeda, dinas
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan pertanian, dinas perindustrian, perdagangan
keluarga petani miskin, karena jenis usaha yang dan koperasi, dinas tenaga kerja, dinas sosial
dikembangkan kelompok seiring dan mendu- dan dinas pendidikan. Dengan demikian, kebi-
kung bidang pertanian seperti ternak kambing, jakan penanggulangan kemiskinan yang dialami
penggemukan sapi, ternak ayam, persewaan petani tradisional di perdesaan dalam wilayah
hand tractor, persewaan pompa air, persewaan Kabupaten Bantul setidaknya telah diputus-
penggilingan padi, pembuatan tahu, pembuatan kan secara bersama oleh sejumlah lembaga
emping mlinjo, dan penjualan pupuk dan obat tersebut di bawah koordinasi Bappeda. Kedua,
hama tanaman. Kedua, dilakukan melalui pro- keterpaduan iptek dalam arti bahwa upaya
gram Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak penanggulangan kemiskinan petani tradisional
Huni (RS-RTLH), yang semula diusulkan 10 dan buruh tani telah didahului kajian berdasar
kelompok dan ternyata terealisasi dua kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai bidang
untuk Kecamatan Dlingo dan dua kelompok un- tugas pokok dan fungsi setiap lembaga berkom-
tuk Pajangan. Setiap kelompok terdiri dari tujuh peten, sehingga program yang dilaksanakan di
sampai sepuluh keluarga, dengan bantuan dana wilayah perdesaan sesuai dengan kebutuhan
Rp. 10.000.000,- untuk masing-masing rumah. masyarakat petani. Ketiga, keterpaduan pelak-
Ketiga, dilakukan melalui peluncuran Program sanaan program diantara lembaga berkompeten
Keluarga Harapan (PKH), yang pada tahun 2013 baik dalam pendataan, identifikasi permasalahan
telah mencapai 3.158 peserta, 96 peserta adalah sosial, maupun dalam implementasi program
warga Kecamatan Dlingo dan 153 peserta berasal penanggulangan kemiskinan petani di perdesaan.
dari Pajangan. Berdasar keterpaduan beberapa aspek tersebut,
Beberapa strategi penanggulangan kemis- dapat ditegaskan bahwa kebijakan dan kegiatan
kinan yang dialami petani tradisional seba- penanggulangan kemiskinan petani yang dilak-
gaimana dikemukakan telah dilaksanakan pihak sanakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
berkompeten di Kabupaten Bantul. Strategi melalui SKPD terkait meskipun disesuaikan
penanggulangan kemiskinan yang ditempuh dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing,
kiranya telah sesuai Peraturan Pemerintah No- akan tetapi karena dilakukan secara koordinatif,
mor 63 Tahun 2013 tentang Penanganan Fakir terpadu, dan serentak maka tetap bersifat kom-
Miskin melalui Pendekatan Wilayah. Pada pasal prehensif, sehingga strategi tersebut diharapkan
6 disebutkan, upaya penanganan kemiskinan di mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk
wilayah perdesaan dilakukan melalui: Pertama, miskin khususnya para petani/buruh tani di
penyediaan sumber matapencaharian di bidang perdesaan.
pertanian, peternakan, dan kerajinan. Kedua,
bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil D. Penutup
pertanian, peternakan, dan kerajinan. Ketiga, Dari beberapa uraian sebelumnya dapat
peningkatan pembangunan prasarana dan sarana. disimpulkan, bahwa pada umumnya kondisi
Keempat, penguatan kelembagaan masyarakat kemiskinan yang dialami petani di pelosok perde-
dan pemerintah desa. Kelima, pemeliharaan dan saan Kabupaten Bantul berupa belum sepenuh-
pendayagunaan sumberdaya manusia, alam, dan nya terpenuhi kebutuhan dasar meliputi kebu-
sosial. tuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan,
Hal urgen yang telah dilakukan pemerintah pendidikan, pekerjaan, serta kebutuhan sarana
daerah setempat dalam upaya penanggulangan dan prasarana kehidupan. Selain itu, sebagian
kemiskinan di perdesaan, adalah adanya keter- juga belum sepenuhnya terpenuhi kebutuhan
paduan dalam beberapa aspek. Pertama, keter- informasi, komunikasi, dan teknologi. Pada sisi
paduan kebijakan dan tanggung jawab diantara lain, kemiskinan petani muncul dalam bentuk

28
Kondisi Kemiskinan Petani dan Upaya Penanggulangannya (Warto)

tiadanya kesempatan kerja ataupun kesempatan Pustaka Acuan


usaha, keterbatasan permodalan, dan masih Abas Basuni, dkk. (2011). Praktik Pekerjaan Sosial.
cenderung bersikap nrimo ing pandum (berserah Bandung: STKS
pada nasib), serta sebagian kurang memiliki Abdul Farid. (2008). Kemandirian Petani dalam Pengam-
etos kerja. Kebijakan pihak berkompeten dalam bilan Keputusan: Kasus Petani Sayuran di Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Pasuruhan. Disertasi.
hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul Bogor: Institut Pertanian Bogor
sebenarnya telah berpihak pada masyarakat
Badan Perencanaan Pembangunan Wilayah Nasional
miskin khususnya petani di perdesaan wilayah
(Bappenas. 2010). Kajian Revitalisasi Pertanian
setempat. dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Berdasar kesimpulan tersebut direkomenda- Jakarta: Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan
sikan, bahwa upaya penanggulangan kemiskinan Sektoral
khususnya yang dialami petani di perdesaan Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Bantul dalam
perlu dilakukan dengan melibatkan banyak pihak Angka
berkompeten terutama SKPD terkait di tingkat __________. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabu-
kabupaten. Perlu adanya keterpaduan program paten Bantul (Welfare Indicators Bantul Regency)
diantara SKPD terkait di bawah koordinasi Badudu. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Bapeda, agar upaya penanggulangan kemiskinan Pustaka Sinar Harapan
petani yang dilakukan tidak mengalami tumpang Edi Suharto. (2007). Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan
tindih. Di samping itu, juga perlu menggerak- Publik. Bandung: Alfabeta
kan partisipasi masyarakat seperti dunia usaha, __________(2009). Membangun Masyarakat Member-
organisasi petani (Gapoktan), dan berbagai dayakan Rakyat. Bandung: Sekolah Tinggi Kese-
organisasi sosial lain yang peduli permasalahan jahteraan Sosial
kemiskinan termasuk yang dialami petani. Ellen Netting. (2011). Praktik Makro Pekerjaan Sosial.
Program penanggulangan kemiskinan di Alih Bahasa Nelson Aritonang, dkk. Bandung: Seko-
perdesaan perlu dirumuskan dengan suatu lah Tinggi Kesejahteraan Sosial
strategi yang diharapkan mampu meningkatkan Kementerian Sosial. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pen-
kesejahteraan sosial masyarakat miskin dalam anggulangan Kemiskinan Perdesaan melalui Bantuan
hal ini “petani gurem”. Strategi yang perlu Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) 2011
dikembangkan adalah pemberdayaan melalui Murdiyanto. (2010). Pengentasan Keluarga Miskin Mela-
mekanisme bottom up dengan menempatkan lui Kube (Pengkajian Kube Mandiri 06 di Karang
warga miskin sebagai subjek agar mampu meng- Jati, Balikpapan). Yogyakarta: B2P3KS Press
gali dan mendayagunakan potensi dan sumber Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
lokal untuk mencapai kesejahteraan sosial. 2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir
Miskin melalui Pendekatan Wilayah
Dalam hal ini pemerintah diharapkan berperan
sebagai motivator dan fasilitasi pelaksanaan pro- Raingruber. (2008). Video-Cued Narrative Reflection: A
gram pemberdayaan masyarakat petani miskin Research Approach for Articulating tacit, Relational
and Embodied Understandings-Qualitative Health
di perdesaan. Research. 13 (8): 1155-1169
Tyas Eko Raharjo, F. (2013). Strategi Keluarga Miskin
dalam Mengatasi Kemiskinan. Jurnal Penelitian Ke-
sejahteraan Sosial Vol. 12 No. 2 Juni 2012

29

Anda mungkin juga menyukai